Anda di halaman 1dari 23

METABOLISME SEL

BADAN MIKRO

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah:


Metabolisme Sel
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Retno Sri Iswari, SU
Dr. dr. Nugrahaningsih, WH. M. Kes

Disusun oleh:
Devi Puspitasari (0402519033)
Ida Lutfiyah (0402519018)
Nadea Novasaraseta ( 0402519010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI BIOLOGI


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Rahmat dan
Karunia-NYA maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Metabolisme Sel
pada sub bagian Badan Mikro. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metabolisme Sel
yang bertujuan untuk memberikan pemaparan terkait dengan Badan Mikro yang mencakup
tentang pengertian, Struktur dan penyebaran, komposisi kimia, serta Fungsi dari Badan
Mikro.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih pada pihak-pihak
yang telah membantu dari awal penyusunan hingga tersusunnya makalah ini.
Harapan penulis, semoga laporan yang sederhana ini mampu memberikan manfaat
bagi pembaca, khususnya sesama teman-teman di pascasarjana UNNES Prodi Pendidikan
IPA Konsentrasi Biologi sebagai referensi tambahan untuk melakukan penilaian pada peserta
didik.

Wassalamualaikum wr.wb

Semarang, 8 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 2
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
A. Pengertian Badan Mikro ........................................................................................ 4
B. Struktur dan Penyebaran Badan Mikro .................................................................. 12
C. Fungsi Badan Mikro .............................................................................................. 13
D. Permeabilitas dari Badan Mikro ............................................................................ 18
E. Komposisi Kimia Badan Mikro ............................................................................ 18
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 20
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 21

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang Biologi saat ini
memungkinkan kita untuk mempelajari satuan unit terkecil dari makhluk hidup yang
kenal sebagai sel. Sejarah perkembangan sel yang ada saat ini merupakan hasil dari
penemuan oleh Robert Hooke pada tahun 1665 yang berasal dari bahasa latin “Cella”
yang mempunyai arti ruangan kecil. Baru pada tahun 1831, Robert Brown menemukan
adanya protoplasma, yaitu suatu cairan yang berada di dalam sel. Berasal dari
temuannya ini Robert Brown menyatakan bahwa sel merupakan satu ruangan kecil
yang dibatasi oleh membrane, yang didalamnya terdapat cairan (Protoplasma).
Protoplasma ini terdiri atas sitoplasma dan nucleus.
Sel terdiri atas organel sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda-
beda untuk menjalankan aktivitas kehidupan, antara lain membran sel, sitoplasma,
nukleus, mitokondria, ribosom, retikulum endoplasma (RE), aparatus golgi, lisosom, dan badan
mikro. Pada makalah ini akan dibahan lebih lanjut terkait Badan mikro.
Badan mikro merupakan hasil asosiasi peroksisom dan glioksisom yang memiliki
ukuran serupa dengan lisosom. Organel ini dibatasi oleh selapis membrane yang lebih
tipis dari membrane plasma, dengan tebalnya sekitar hanya 6-8 nm dan berisi enzim
katalase dan oksidase yang dikelompokkan pada peroksisom. Sedangkan yang berisi
enzim glikolat dan glioksilat dinamakan glioksisom. Peroksisom terdapat pada hewan
dan tumbuhan sedangkan glioksisom umumnya terdapat pada tumbuhan.
Peroksisom berperan penting dalam oksidasi substrat menghasilkan H2 O2
(bersifat racun bagi sel) yang kemudian dipecah menjadi H2 O + O 2 . Peroksisom sangat
penting dalam penyerapan cahaya dan respirasi sehingga berhubungan erat dengan
kloroplas dan mitokondria. Peroksisom mempunyai peran lain, selain melindungi sel
dari H2 O2 , juga berperan dalam perubahan lemak menjadi karbohidrat dan perubahan
purin dalam sel. Glioksisom ada pada sel tanaman. Glioksisom memiliki peran terhadap
metabolisme asam lemak dan tempat terjadinya siklus glioksilat.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu badan mikro?
2. Bagaimana struktur dan penyebaran badan mikro?
3. Apakah fungsi badan mikro?
4. Bagaimanakah Permiabilitas Membran pada badan Mikro?
5. Apa sajakah komposisi kimia penyusun badan mikro?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang:
1. Pengertian Badan Mikro.
2. Struktur dan penyebaran badan mikro.
3. Fungsi badan mikro.
4. Permiabilitas Membran pada badan Mikro.
5. Komposisi kimia penyusun badan mikro.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Badan Mikro


Badan mikro merupakan suatu organel yang hampir serupa dengan lisosom dan
berbentuk lingkaran dengan diameter 0,3 hingga 1,5 μm. Badan mikro terdapat pada
sitoplasma dan umumnya terdapat didekat RE. Pada tumbuhan sering berasosiasi
dengan kloroplas karena mempunyai metabolik dalam reaksi jalur glikolat, sedangkan
pada hewan banyak terdapat pada hati dan ginjal.
Organel ini terbungkus oleh selapis membran yang lebih tipis dari pada
membrane plasma dengan tebal hanya sekitar 6-8 nm. Badan mikro mengandung enzim
katalase dan oksidase yang dikelompokkan pada peroksisom dan enzim glikolat dan
glioksilat yang berada pada glioksisom. Peroksisom terdapat pada hewan dan tumbuhan
sedangkan glioksisom umumnya terdapat pada tumbuhan.
1. Peroksisom
Peroksisom atau peroxisome merupakan suatu
organel yang terbungkus oleh membrane tunggal dari
lipi bilayer yang mengandung protein reseptor. Organel
ini ditemukan pada semua organisme eukariota dan
banyak mengandung enzim katalase dan urea oksidase
yang mengkristal dipusatnya. Organel ini berbentuk
bulat telur dengan diameter dari 0,3-1,5 μm yang dibungkus dengan membrane
tunggal, dan mempunyai kemampuan membelah diri. Jumlah peroksisom pada
setiap sel bervariasi antara 70-700. Berperan dalam oksidasi biomolekul tertentu
dan berkontribusi dalam biosintesis lipid membran yang dikenal sebagai
plasmalogens. Plasmalogen adalah komponen membran penting di beberapa
jaringan, terutama jantung dan otak, meskipun tidak ada di jaringan lain.
Istilah peroksisom pada awalnya diketahui oleh sitology asal Belgia yaitu
Cristian de Duve pada tahun 1967 (Kleinsmith dan Kish, 1988) melalui
percobaannya dengan menggunakan ginjal tikus dan menemukan bahwa enzim
urat oksidase tidak dapat dihasilkan oleh lisosom saja melainkan diproduksi juga
oleh suatu organel yang belum diketahui struktur dan fungsinya. Selain itu,
organel ini juga ternyata menghasilkan enzim lain seperti enzim D-asam amino
oksidase, katalase, serta enzim-enzim lain yang berfungsi dalam proses
4
metabolisme hydrogen peroksida (H2 O2 ) menjadi H2 O dan O 2 . Organel inilah
yang dikenal saat ini sebagai peroksisom.
a. Fungsi Perioksisom pada Sel Hewan
Peroksisom banyak ditemukan pada sel parenkim hati dan sel tubulus
kontortus proksimal pada ginjal. Mempunyai fungsi antara lain
menghasilkan enzim katalase yang berperan dalam menguraikan hydrogen
peroksida (H2 O2 ) sebagai hasil samping fotorespirasi yang bersifat toksik
bagi sel menjadi H2 O dan O 2 melalui reaksi oksidatif. Organel ini dianggap
sebagai organel primitive yang melakukan semua proses metabolisme
oksigen di dalam sel eukariotik primitive, karena setelah perkembangan
mitokondria membuat peroksisom kurang terpakai. Hal ini disebabkan
karena mitokondria mengambil alih sebagian besar fungsi oksidatif tersebut
dan hanya menyisakan sebagian fungsi yang tidak dapat dilakukan oleh
mitokondria.
Peroksisom mempunyai komposisi enzim yang berbeda pada setiap
sel yang berbeda pula, misalnya peroksisom pada sel khamir yang
ditumbuhkan dalam gula mempunyai peroksisom yang lebih kecil
dibandingkan dengan sel ragi yang ditumbuhkan dalam methanol yang
mempunyai perosisom besar untuk mengoksidasi methanol. Hal ini berlaku
juga untuk sel khamir yang ditumbuhkan pada asam lemak maka
peroksisomnya akan membesar karena bertugas untuk memecah asam
lemak menjadi asetil-KoA melalui beta-oksidasi. Hal ini menunjukkan
bahwa peroksisom mampu beradaptasi dengan kondisi yang berubah-ubah.
Pertumbuhan peroksisom tidak berasal pertunasan sistem
endomembrane tetapi berasal dari gabungan protein-protein yang dibuat di
sitosol, lipid pada RE, dan lipid yang disintesis oleh peroksisom itu sendiri.
Karena mempunyai kemampuan membelah diri, jumlah peroksisom dapat
bertambah dengan cara ini setelah mencapai ukuran tertentu.
Melalui penjabaran diatas, maka dapat disimpulkan fungsi
peroksisom yaitu:
1) Penghasil enzim katalase yang berperan dalam menguraikan
hydrogen peroksida (H2 O2 ) menjadi H2 O dan O 2 melalui reaksi
oksidatif;

5
2) Memecah asam lemak menjadi asetil-KoA melalui beta-oksidasi;
3) Peroksisom dalam sel hati dan ginjal berperan dalam menetralisir
racun dan senyawa berbahaya lainnya yang masuk dalam aliran
darah;
4) Memainkan peran penting dalam sintesis kolesterol dan asam
empedu, katabolisme purin dan poliamina, dan metabolisme
prostaglandin.

b. Fungsi Peroksisom Pada Sel Tumbuhan


Tolbert, seorang ahli fisiologi tumbuhan dari Amerika (Prawiranata,
Harran dan Tjondronegoro, 1981) menemukan bahwa ada dua enzim utama
yang amat berperan pada peroksisom tumbuhan yaitu asam glikolat
oksidase dan katalase. Pada tumbuhan fungsi peroksisom adalah berperan
dalam fotorespirasi, bersama-sama dengan dua organel sel lainnya yaitu
kloroplas dan mitokondria membentuk rangkaian kerja 3 in 1. Hal ini
mengakibatkan mengapa sering diperoleh pengamatan (dengan mikroskop
elektron) bahwa ketiga organel sel tersebut selalu terletak berdekatan satu
dengan lainnya.
Fotorespirasi didefinisikan sebagai respirasi yang terjadi pada saat
pencahayaan (terang). Decker (dalam Prawiranata dkk, 1981) menyatakan
bahwa fotorespirasi berlangsung bersama-sama dengan respirasi normal.
Salah satu percobaan antara respirasi normal dan fotorespirasi adalah
responsnya terhadap konsentrasi oksigen (O 2 ) pada atmosfir luar, dimana
respirasi normal jenuh pada konsentrasi O 2 sebanyak 2 % sedang
fotorespirasi terus meninggkat hingga konsentrasi O 2 udara normal 21 %.
Untuk dapat memahami tentang fotorespirasi, diperlukan pengetahuan
tentang enzim Rubis CO serta mengenai biosintesa dan metabolism asam
glikolat (CH2 OHCOOH).
Bergantung kepada perbandingan konsentrasi O 2 dan CO 2 dalam
atmoser, enzim Rubis CO dapat mengkarboksilasi atau sebaliknya
mengoksidasi substrat RuBP. Bila RuBP bergabung dengan CO 2 akan
masuk ke lintasan atau siklus Calvin dari fotosintesa menghasilkan 2
molekul asam fosfogliserat (PGA), tetapi bila RuBP bergabung dengan O 2

6
akan masuk ke lintasan fotorespirasi menghasilkan satu molekul asam
fosfogliserat dan satu molekul asam fosfoglikolat. Asam fosfoglikolat
selanjutnya mengalami reaksi defosforilasi oleh enzim glikolat fosfatase
membentuk asam glikolat. Pembentukan asam glikolat terjadi di kloroplas.
Kemudian asam glikolat menuju ke peroksisom dan dioksidasikan oleh
enzim glikolat oksidase menghasilkan asam glioksilat dan hydrogen
peroksida.
Hidrogen peroksida selanjutnya diurai menjadi oksigen dan air oleh
enzim katalase. Asam glikoksilat beberapa rangkaian reaksi akan
menghasilkan glisin (salah satu jenis asam amino). Metabolisme
selanjutnya terjadi dalam mitokondria, dimana 2 molekul glisin bergabung
membentuk satu molekul serin (jenis asam amino) dan juga karbondioksida
(CO 2 ). Reaksi oleh enzim serin transhidroksimetilase ini merupakan sumber
utama dari produksi CO 2 pada fotorespirasi. Serin kembali ke peroksisom
dan melalui beberapa rangkaian reaksi akan membentuk gliserat kinase dan
dengan membutuhkan satu molekul ATP akan membentuk satu molekul
asam fosfogliserat dan satu molekul ADP.

c. Peroksisom mengkonsumsi oksigen dalam berbagai fungsi


metabolisme
Peroksisom merupakan ruangan metabolisme khusus yang dilingkupi
oleh membran tunggal. Peroksisom mengandung enzim yang mentransfer
hidrogen dari berbagai substrat ke oksigen, yang menghasilkan hidrogen
peroksida (H2 O2 ) sebagai peroduk samping, dari sinilah organel tersebut
mengambi namanya. Reaksi ini mungkin memiliki beberapa reaksi yang
berbeda. Beberapa peroksisom menggunakan oksigen untuk memcah asam
lemak menjadi molekul yang lebih kecil yang dapat diangkut ke
mitokondria sebagai bahan bakar untuk respirasi seluler. Peroksisom dalam
hati menawarkan racun alkohol dan senyawa berbahaya lainnya dengan
mentransferhidrogen dari racun ke oksigen.
H2 O2 yang dibentuk oleh metabolisme peroksisom itu sendiri
beraccun, tetapi organel ini mengandung suatu enzim yang mengubah H2 O2
menjadi air. Berada pada ruang yang sama pada ruang yang sama untuk
enzim yang menghasilkan hidrogen peroksida maupun enzim yang
7
membuang senyawa beracun ini merupakan contoh lain bagaimana struktur
ruangan sel merupakan suatu yang sangat penting bagi fungsinya.
Peroksisom yang khusus disebut glioksisom ditemukan dalam
jaringan penyimpan lemak dari biji tumbuhan. Organel ini mengandung
enzim yang mengawali (menginisiasi) pengubahan asam lemak mejadi gula,
yang dapat digunakan oleh biji yang sedang tumbuh sebagai sumber energi
dan sumber karbon sampai biji tersebut dapat menghasilkan gulanya sendiri
dengan cara fotosintesis.

d. Enzim-enzim peroksisom
Peroksisom banyak dijumpai pada sel hati dan ginjal hewan
vertebrata, pada daun dan biji tumbuhan srta pada mikroorganisme eukarion
seperti ragi, protozoa dan jamur. Enzim yang umum dijumpai pada
peroksisom adalah katalase. Selain itu hampir semua peroksisom juga
mengandung enzim urat oksidase, asam amino oksidase dan asam glikolat
oksidase. Enzim-enzim yang dibentuk peroksisom selengkapnya disajikan
pada tabel.

Enzim-enzim pada peroksisom selain katalase berfungsi


mengoksidasi substrat untuk menghasilkan hydrogen peroksida (H2O2)
seperti pada persamaa (1). Selanjutnya enzim katalase menguraikan
8
hydrogen peroksida (H2O2) menjadi air (H2O) danoksigen (O2) sperti
persamaan (2)dan (3). Reaksi selangkapanya adalah sebagai berikut:
(Giese,1974):
RH2 + O 2 → R + H2 O2 (1)
H2 O2 + H2 O 2 → O2 + 2 H2 O (Model Katalitik) (2)
katalase

RH2 + H2 O2 → R + 2 H2 O (Model Peroksidatik) (3)


Katalase

Mikrobodi merupakan organel dengan


struktur yang mirip dengan lisosom. Contoh
mikrobodi adalah peroksisom . peroksisom
adalah organel yang mengandung banyak
enzim katalase. Enzim katalase berfungsi
menguraikan senyawa beracun peroksida
(H2 O2 ). Hasil pengurain peroksida berupa air
(H2 O) dan oksigen (O 2 ). Pada hewan,
peroksisom banyak terdapat di dalam hati dan ginjal. Peroksisom yang
hanya terdapat pada tumbuhan disebut glioksisom. Glioksisom berfungsi
mengoksidasi asam lemak. Organel ini bnayk ditemukan di dalam jaringan
lemak pada biji yang sedang berkecambah.

e. Biogenesis peroksisom

Ada dua teori yang menerangkan


bagaimana peroksisom dibentuk dan
dihasilkan oleh sel. Teori pertama yang
disebut model klasik menyatakan bahwa
protein peroksisom disintesis dengan
bantuan ribosom yang menempel pada
endoplasmik retikulum, kemudian protein
peroksisomal tersebut masuk ke dalam
sisternae dari endoplasmic reticulum dan membentuk kantung (ekor) yang selanjutnya
menggenting serta akhirnya memisahkan diri membentuk peroksisom bebas.

9
Teori kedua menyatakan bahwa protein peroksisomal disintesis dengan bantuan
ribosom bebas, kemudain proteinperoksisomal tersebut dibebaskan ke sitoplasma dan
berkembang menjadi peoksisom.

Tidak seperti lisosom, peroksisom bukan tunas dari sistem endomemban.


Peroksisom ini tumbuh dengan cara menggabungkan protein dan lipid yang dibuat
dalam sitosol, dan memperbanyak jumlahnya dengan membelah diri menjadi dua
setelah mencapai ukuran tertentu.

Gambar 2.3 Biogenesis Peroksisom

10
Gambar 2.3 Biogenesis Peroksisom

2. Glioksisom
Glioksisom pertama kali
ditemukan oleh Harry Beevers dan Hans
Kornberg pada tahun 1967 melalui
cadangan makanan dalam biji yang
berkecambah mengandung enzim untuk
siklus glioksilat. Glioksisom adalah
sejenis peroksisom yang ditemukan pada
jaringan penyimpan lemak dari biji
tumbuhan. Glioksisom menghasilkan enzim-enzim khusus, namun memiliki
bentuk yang sama dnegan peroksisom. Glioksisom tidak hanya berisi enzim
khusus untuk daur glioksilat (seperti isositrat lyase dan malat sintherase), tetapi
juga berisi beberapa enzim penting yang berperan dalam siklus krebs.
Glioksisom hanya terdapat pada sel tumbuhan. Umumnya sering ditemukan
di jaringan penyimpan lemak dari biji yang berkecambah. Glioksisom
mengandung enzim pengubah lemak menjadi gula. Proses perubahan tersebut
menghasilkan energi yang diperlukan bagi perkecambahan. Salah satu proses
utama pada biji sang sedang mengalami perkecambahan adalah perubahan asam
lemak dalam glioksisom menjadi karbohidrat melalui proses gluconeogenesis.
Penguraian asam lemak menjadi asetil ko-A selanjutnya berubah menjadi
oksaloasetat untuk membentuk sitrat. Asam sitrat yang terbentuk akan diubah

11
menjadi glukosa melalui serangkaian reaksi enzimatis yang terdapat di dalam
glioksisom.
Seperti halnya peroksisom,
glioksisom juga mempunyai
kemampuan untuk membelah diri
pada saat mencapai ukuran tertentu.
Glioksisom adalah badan mikro yang
terdapat pada tanaman berumur
pendek seperti kacang-kacangan.
Mengandung cadangan lemak sebagai
energi di dalam biji. Pada biji yang sudah kering tidak ditemukan glioksisom.
Glioksisom dibentuk dari proses yang sama dengan peroksisom,yaitu dengan
pembelahan atau pertunasan dari glioksisom yang sudah ada. Banyak (namun
tidak semua) glioksisom memiliki enzim untuk mensintesis protein bersama
ribosom di sitosol dan melakukan translokasi melalui membran glioksisom yang
sudah ada di dalam sel (Sheeler, 1987).
Berdasarkan uraian diatas, glioksisom mempunyai fungsi untuk:
a. Mengontrol dan mengkatalisis dekomposisi senyawa secara bertahap.
b. Sebagai tempat metabolisme asam lemak.
c. Sebagai tempat berlangsungnya siklus glioksilat.

B. Struktur dan penyebaran badan mikro


Badan mikro mudah dibedakan dari organel lain karena adanya enzim katalase.
Enzim ini dapat dilihat dengan mikroskop electron bila diperlukan dengan pengecatan
3,3-diaminobenzidine (DAB). Hasilnya tidak tembus electron, dan tampak sebagai
daerah gelap bila sel mengandung enzim katalase. Dengan mikroskop electron badan
mikro yang berasal dari sel-sel hewan maupun tumbuhan tampak sebagai bangunan
yang dibatasi oleh membran tunggal, dan di dalamnya mengandung matriks yang amorf
atau glandular. Pada jaringan tertentu matriks badan mikro berisi struktur nukleoid
Kristal. (crystalline nucleoid structure). Bentuk Kristal ini umumnya adalah urat
oksidase, salah satu enzim dari matriks badan mikro.
Distribusi dari badan mikro pada sel hewan umumnya tersebar di dalam sel di
daerah sekitar reticulum endoplasma. Sedangkan pada sel dari tumbuhan, posisi badan
mikro biasanya berdekatan dengan bagian kloroplas. Posisi badan mikro yang
12
berdekatan dengan kloroplas ini disebabkan pada sel tumbuhan kedua organel sel ini
terlibat pada proses metabolisme dari jalur glikolat. Perlu diketahui bahwa proses dari
metabolisme jalur glikolat ini melibatkan 3 organel sel diantaranya mitokondria,
kloroplas & badan mikro (khususnya peroksisom).

C. Fungsi badan mikro


1. Oksidasi subtrat pada Mamalia
Reaksi oksidasi pada peroksisom jaringan mammalia dipicu oleh enzim
flavin oksidase dengan menggunakan oksigen sebagai penerima electron
kemudian mengubahnya menjadi H2 O2 . H2 O yang terjadi sifatnya toksik bagi sel,
karena itu harus segera diubah menjadi H2 O dan 1/2 O 2 oleh enzim katalase di
dalam peroksisom.
Contoh spesifik dari reaksi ini misalnya terjadi pada asam D-amino jika
memasuki peroksisom. Asam amino biasanya akan mengalami deaminasi karena
oksidasi dengan enzim FAD-oksidase sehingga terbentuklah asam α-keto.
Asam D-amino + H2 O + E-FAD  asam α-keto + NH3 + E-FADH
E-FADH2 + O 2  E-FAD + H2 O2  H2 O2 == katalase  H2 O + ½ O2
Enzim flavin adenine dinukleotid (E-FAD), tidak hanya terdapat pada
badan mikro, enzim ini juga berperan dalam transport elektron pada mitokondria.
Namun aktivitas katalisisnya di badan mikro berbeda secara mendasar dengan
aktivitasnya dimana terjadi di mitokondria. Pada badan mikro elektronnya
diberikan langsung ke O 2 dari pada ke aseptor lain seperti koenzim Q atau
nonheme besi. Dalam transfer langsung badan mikro itu dihasilkan H2 O2 dan
dibutuhkan enzim katalase untuk menghilangkan efek toksiknya.
Adanya enzim D-amino oksidase pada jaringan mammalia baru merupakan
dugaan bersamaan dengan ditemukannya enzim tersebut. Jika ada sedikit
metabolic asam D-amino mungkin terbawa dari makanan. Namun dinding sel
bakteri mengandung asam D-amino. Diduga peran asam D-amino oksidase pada
jaringan hati dan ginjal adalah untuk degradasi asam D-amino yang berasal dari
pemecahan dan absorpsi peptidoglikan bakteri usus.

13
2. β-oksidasi asam lemak Mammalia
Peran baru pada peroksisom
jaringan mamalian di antaranya
adalah oksidasi asam lemak.
Sebelumnya hanya berkembang
satu pendapat bahwa asam lemak
netral yaitu transil gliserol dimana
merupakan cadangan lemak dalam
sitosol, akan dihidrolisis oleh lipase menjadi asam lemak bebas. Asam lemak
bebas kemudian akan diangkut oleh karier (pembawa) ke dalam mitokondria
untuk dioksidasi dan menghasilkan asetil Koenzim A (asetil KoA).
Sekarang telah diketahui bahwa peroksisom jaringan hati tikus mampu
mengoksidasi palmitoil KoA menjadi asetil KoA. Oksidasi ini dikenal dengan β-
oksidasi. Asetil KoA kemudian akan diangkut ke mitokondria untuk memasuki
daur krebs atau daur asam sitrat. Jika tetap berada dalam sitosol maka akan
diubah menjadi asam lemak dan kemudian menjadi lemak netral.
Jalur β-oksidasi mempunyai kesamaan dengan jalur oksidasi yang terjadi di
dalam mitokondria dengan suatu kekecualian. Oksidasi yang terjadi pada
mitokondria, enzim flavin dehidrogenase memberikan elektronnya ke rantai
respirasi dan tidak bereaksi dengan O 2 . Sedangkan oksidasi yang terjadi pada
badan mikro enzim flavin dehidrogenase bereaksi langsung dengan O 2 dan
menghasilkan H2 O2 . Mitokondria tidak memiliki katalase karena itu tidak
menghasilkan H2 O2 . Untuk badan mikro hal itu tidak merupakan suatu masalah,
karena badan mikro memiliki katalase.

3. β-oksidasi asam lemak pada endosperm biji tanaman


Enzim-enzim yang dibutuhkan untuk β-oksidasi asam lemak dalam badan
mikro untuk pertama kalinya ditemukan pada glioksisom endosperm tumbuhan
oleh Cooper dan Beever. Jalur β-oksidasi ini sama, baik pada peroksisom
mamalia maupun yang terjadi di glioksisom tumbuhan.

14
Endosperm adalah cadangan makanan dalam biji. Cadangan makanan itu
diantaranya lemak. Banyak biji yang cadangan makanannya berupa lemak, seperti
kacang-kacangan, biji jarak, biji kepuh dan sebagainya. Cadangan makanan
penting artinya dalam perkecambahan. Sumber energi utama dalam
perkecambahan adalah karbohidrat. Jadi kalau cadangan makanan dalam biji tadi
berupa lemak, maka lemak harus dikonversi menjadi karbohidrat. Reaksi ini
terjadi di dalam glioksisom dan dipacu oleh enzim-enzim didalamnya.
Hasil oksidasi asam lemak ini adalah asetil KoA, yang kemudian akan
digunakan di dalam glioksisom untuk membentuk senyawa (asam) dengan 4 atom
C, yaitu asam suksinat melalui jalur glikosilat. Selanjutnya suksinat dibawa ke
mitokondria sebagai bahan untuk proses glukoneogenesis. Di mitokondria asam
suksinat akan dikonversi menjadi asam malat, kemudian selanjutnya akan dibawa
ke sitosol. Di sitosol asam malat diubah menjadi fosfoenol piruvat, & digunakan
untuk sintesis glukosa.

15
Jadi inilah konversi cadangan lemak menjadi karbohidrat dimana terjadi di
dalam glioksisom endosperm selama berlangsungnya perkecambahan. Pada biji
yang sedang berkecambah daur glikosilat seluruhnya terjadi di glioksisom,
sedangkan pada ragi dan ganggang Tetrahymena daur ini merupakan kerja sama
antara glioksisom dan mitokondria. Ada yang mengatakan bahwa daur ini sebagai
modifikasi dari daur asam sitrat, dengan langkah-langkah reaksi dimana
menghasilkan CO 2 , dengan satu-satunya sumber karbon yaitu asetil KoA.
Hewan tingkat tinggi tidak dapat mensintesis glukosa dari asam lemak
karena tidak mempunyai enzim isositrat lyase dan enzim malat sintetase. Karena
itu asetil KoA akan memasuki siklus asam sitrat dan akhirnya membebaskan CO 2.

4. Jalur glikolat
Jalur glikolat merupakan
serangkaian reaksi kimia dimana
terjadi di peroksisom dan bergandeng
dengan siklus karbon di kloroplas.
Jalur glikolat melibatkan kloroplas,
peroksisom, mitokondria, dan sitosol.
Jalur ini meliputi pengubahan senyawa
dimana tidak mengandung fosfat
(nonphosphorilated) yakni gliserat
menjadi glisin, serin, dan
persenyawaan “C1”, dan ini penting sebagai precursor dalam biosintesis asam
inti. Jalur glikolat dimulai di kloroplas, di mana fosfoglikolat, glikolat, dan
fosfogliserat dibentuk dalam fotosintesis. Kloroplas memiliki enzim fosfatase,
dimana dapat melepas fosfat dari dua subtrat yang mengandung fosfat (yaitu
fosfogliserat dan fosfoglikolat) menjadi glikolat.
Glikolat meninggalkan kloroplas menuju peroksisom dengan perantaraan
suatu pengemban atau pengangkut dan disebut glikolat-glikolat shuttle. Dalam
peroksisom, glikosilat dioksidasi menghasilkan glioksilat dan membebaskan
H2 O2 . Dengan adanya katalase di peroksisom ini, H2 O2 diubah menjadi H2 O dan
½ O2 . Glioksilat akan disintesis menjadi asam amino serin atau kembali ke
kloroplas. Kembalinya glioksilat ke kloroplas ini di duga sebagai mekanisme
untuk menghabiskan NADPH dalam kloroplas dan dihasilkan dalam fotosintesis.
16
NADPH direoksidasi dalam kloroplas dengan mekanisme tanpa menghasilkan
H2 O2 karena di kloroplas tidak ada katalase.
Asam amino glisin dibentuk dari glikosilat, melalui reaksi interkonversi
dalam mitokondria menjadi asam amino serin, suatu bagian dari siklus yang
belum diketahui dengan jelas. Serin ditranspor kembali ke peroksisom, lalu
mengalami deaminasi menjadi oksalat dan kemudian direduksi menjadi gliserat.
Gliserat kemudian ditranspor kembali ke kloroplas kemudian mengalami
fosforilasi menjadi fosfogliserat. Dengan demikian selesailah siklus ini, dengan
catatan bahwa sebagian reaksi ini searah dan sebagian lainnya bolak balik. Jadi
serin dapat dihasilkan secara langsung dari fosfogliserat dibandingkan dari
fosfoglikolat.
Jalur ini membebaskan 1 molekul CO 2 , menghasilkan satu molekul serin
atau gliserat dari dua molekul fosfoglikolat, atau menghasilkan 1 molekul serin
atau 1 molekul glisin ditambah persenyawaan “C1” dari satu molekul
fosfogliserat. Pola metabolic ini penting bagi sel tumbuhan karena setengah dari
karbon yang difiksasi berlangsung dengan cara ini.Reaksi glikolat juga dikenal
sebagai fenomena fotorespirasi. Fotorespirasi adalah suatu reaksi yang
membebaskan CO2 dari organ yang berwarna hijau karena pengaruh cahaya.
Fotorespirasi didorong oleh kondisi atmosfer di mana tekanan O 2 tinggi,
sedangkan tekanan CO2 rendah. Diduga O 2 berkompetisi dengan CO2 terhadap
enzim RuBP-karboksilase, yang umumnya enzim tersebut adalah enzim untuk
memfikasai CO2 . Bila O 2 telah digunakan oleh enzim tersebut, senyawa antara
tak stabil terbentuk dan akan segera terurai menjadi 3-P-gliserat dan P-glikolat.
Terbentuknya fosfoglikolat dalam reaksi ini akan menambah konsentrasi asam
glikolat dengan cara membebaskan P-group, dank arena itu kelebihan glikolat
akan dioksidasi dan lepaslah CO 2 .
Itulah sebabnya fotorespirasi dikatakan sebagai proses merugikan bagi
tanaman. Hal ini menyangkut enzim-enzim pengikat CO 2 & hasil-hasil
pengikatannya. Rate fotorespirasi dapat mendekati 50% dari rate bersih
fotosintesis, dan hal ini akan menyebabkan fotosintesis menjadi tidak efisien.
Fotorespirasi merupakan problem bagi tanaman C3, dimana mudah dipengaruhi
adanya tekanan CO 2 yang rendah, sebaliknya tanaman C4 lebih efisien. Inilah
tujuan pertanian yang dikembangkan agar dapat mengembangkan tanaman-
tanaman dengan memiliki efisiensi fotosintesis tinggi.
17
D. Permeabilitas dari Badan Mikro
Membran yang membatasi badan-mikro lebih tipis dari membrane plasma,
tebalnya hanya 6-8 nm. Ini kurang lebih sama tebalnya dengan membran retikulum
endoplasma dan membrane luar mitokondria. Badan mikro memiliki tingkat osmotikum
yang relatif stabil, tetapi akan pecah bila berada dalam larutan pirofosfat 0,01 M
pirofosfat dengan sebab-sebab yang belum diketahui. Ternyata setelah pecah begitu
sulit memisahkan membran dengan enzim-enzim dalam matriksnya, salah satu sebab
diantaranya adalah karena enzim-enzim itu melekat pada membrannya.
Sudah diketahui ada dua jenis enzim, yang juga merupakan protein integral pada
membran retikulum endoplasma, terdapat pada membran badan mikro yaitu sitokrom
b5 dan NADH-sitokrom b5 reduktase. Beberapa enzim lain yang terdapat pada
membran ditemukan pada glioksisom. Enzim-enzim itu dapat merupakan protein
perifer membran maupun sebagai protein integral membran, karena itu mudah
diekstrak.

E. Komposisi kimia badan Mikro


Dilihat dari komposisi lemaknya, membran badan-mikro sama dengan membran
mikrosom. Membran peroksisom dan mikrosom dari hati tikus tidak menunjukkan
adanya perbedaan, tetapi berbeda secara nyata dengan membran mitokondria dalam hal
rendahnya kandungan kardiopolin. Kardiopolin sangat banyak jumlahnya di membran
dalam mitokondria. Membran glioksisom dari endosperm tanaman jarak, berbeda
komposisi lemaknya dengan membran retikulum endoplasma hati tikus. Membran
glioksisom mengandung lebih rendah fosfatidil inositol dan mungkin fosfatidil serin,
dan lebih tinggi kandungannya lemak yang tak teridentifikasi. Perbedaan kandungan
lemak antara hati tikus dan membran badanmikro endosperm mungkin disebabkan oleh
karena perbedaan peran dari kedua jaringan tersebut.
Dalam banyak hal, permeabilitas badan mikro terhadap berbagai molekul mirip
seperti pada mikrosom. Hal ini disebabkan karena keduanya mempunyai komposisi
yang hampir sama. Membran badan mikro sangat permeable terhadap sejumlah
substansi yang alaminya sebagai substrat dari beberapa enzim di dalamnya, seperti
asam-asam amino, asam α-hidroksi, dan asam urat. Sukrosa juga dapat berdifusi
melalui membran badan-mikro.
Ternyata nukleotida piridin seperti NADH & NADPH tidak dapat masuk
melewati membran badan mikro. Hal ini dapat menjadi bahan pertanyaan, mengingat
18
koenzim-koenzim ini penting sebagai aseptor (penerima) electron untuk enzim oksidatif
tertentu. Kalau koenzim tersebut tidak dapat melewati membran, lalu bagaimana
terjadinya oksidasi yang harusnya terjadi secara kontinue?
Sekarang sudah diketahui bahwa pada membran badan mikro terdapat subtansi
yang dapat menerima H+ dari NADH untuk diangkut keluar dari badan mikro. Di luar
badan-mikro H+ diberikan kepada NAD sitosol. Setelah itu pengangkut masuk kembali
ke dalam badan mikro untuk mengulang tugasnya. Mekanisme ini sama dengan
mekanisme yang terjadi di membran mitokondria. Pengangkut (shuttle) ini ada dua
jenis, yaitu malat-oksaloasetat (aspartat) shuttle dan gliserol-3-phosphat shuttle. Malat-
oksaloasetat (aspartat) shuttle adalah tipe pengangkut pada peroksisom dari sel-sel
tanaman, sedangkan gliserol-3-phosphat shuttle adalah tipe pengangkut pada sel-sel
hati atau ginjal.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Badan mikro merupakan suatu organel yang hampir serupa dengan lisosom.
Badan mikro terdapat pada sitoplasma dan umumnya terdapat didekat RE. Pada
tumbuhan sering berasosiasi dengan kloroplas karena mempunyai metabolik
dalam reaksi jalur glikolat, sedangkan pada hewan banyak terdapat pada hati dan
ginjal. Badan mikro mengandung enzim katalase dan oksidase yang
dikelompokkan pada peroksisom dan enzim glikolat dan glioksilat yang berada
pada glioksisom.
2. Distribusi dari badan mikro pada sel hewan umumnya tersebar di dalam sel di
daerah sekitar reticulum endoplasma. Sedangkan pada sel dari tumbuhan, posisi
badan mikro biasanya berdekatan dengan bagian kloroplas.
3. Fungsi badan mikro sebagai tempat oksidasi substrat pada mamalia, β-oksidasi
asam lemak mamalia, β-oksidasi asamlemak pada endosperm biji tanaman, dan
berlangsungnya jalur glikolat.
4. Permiabilitas Membran pada badan Mikro yang membatasi badan-mikro lebih
tipis dari membrane plasma, tebalnya hanya 6-8 nm. Ini kurang lebih sama
tebalnya dengan membran retikulum endoplasma dan membrane luar
mitokondria.
5. komposisi kimia penyusun badan mikro dilihat dari komposisi lemaknya,
membran badan-mikro sama dengan membran mikrosom. Membran peroksisom
dan mikrosom dari hati tikus tidak menunjukkan adanya perbedaan, tetapi
berbeda secara nyata dengan membran mitokondria dalam hal rendahnya
kandungan kardiopolin.
B. Saran
Perlu referensi yang lebih banyak untuk permiabilitas badan mikro dan komponen
kimia dari badan mikro.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bianchi. 1987. Cell and Molecular Biology. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Campbell, Neil A. 2002. Biologi Jilid 1 Edisi kelima. Jakarta : Erlangga Sheeler, P. and D.E.
George, Fried dan Hademenos,George. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
Lahay, Ratna Rosanty. 2009. Peroksisom-Biogenesis, Struktur dan Fungsi. Sumatra Utara:
Universitas Sumatra Utara
Marks, Dawn. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta : EGC
Sumadi, dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Thorpe, N.O. 1984. Cell Biology. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Winatasasmita, D. 1986. Biologi Sel. Jakarta: Universitas Terbuka

21

Anda mungkin juga menyukai