BADAN MIKRO
Disusun oleh:
Devi Puspitasari (0402519033)
Ida Lutfiyah (0402519018)
Nadea Novasaraseta ( 0402519010)
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Rahmat dan
Karunia-NYA maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Metabolisme Sel
pada sub bagian Badan Mikro. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metabolisme Sel
yang bertujuan untuk memberikan pemaparan terkait dengan Badan Mikro yang mencakup
tentang pengertian, Struktur dan penyebaran, komposisi kimia, serta Fungsi dari Badan
Mikro.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih pada pihak-pihak
yang telah membantu dari awal penyusunan hingga tersusunnya makalah ini.
Harapan penulis, semoga laporan yang sederhana ini mampu memberikan manfaat
bagi pembaca, khususnya sesama teman-teman di pascasarjana UNNES Prodi Pendidikan
IPA Konsentrasi Biologi sebagai referensi tambahan untuk melakukan penilaian pada peserta
didik.
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 2
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
A. Pengertian Badan Mikro ........................................................................................ 4
B. Struktur dan Penyebaran Badan Mikro .................................................................. 12
C. Fungsi Badan Mikro .............................................................................................. 13
D. Permeabilitas dari Badan Mikro ............................................................................ 18
E. Komposisi Kimia Badan Mikro ............................................................................ 18
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 20
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang Biologi saat ini
memungkinkan kita untuk mempelajari satuan unit terkecil dari makhluk hidup yang
kenal sebagai sel. Sejarah perkembangan sel yang ada saat ini merupakan hasil dari
penemuan oleh Robert Hooke pada tahun 1665 yang berasal dari bahasa latin “Cella”
yang mempunyai arti ruangan kecil. Baru pada tahun 1831, Robert Brown menemukan
adanya protoplasma, yaitu suatu cairan yang berada di dalam sel. Berasal dari
temuannya ini Robert Brown menyatakan bahwa sel merupakan satu ruangan kecil
yang dibatasi oleh membrane, yang didalamnya terdapat cairan (Protoplasma).
Protoplasma ini terdiri atas sitoplasma dan nucleus.
Sel terdiri atas organel sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda-
beda untuk menjalankan aktivitas kehidupan, antara lain membran sel, sitoplasma,
nukleus, mitokondria, ribosom, retikulum endoplasma (RE), aparatus golgi, lisosom, dan badan
mikro. Pada makalah ini akan dibahan lebih lanjut terkait Badan mikro.
Badan mikro merupakan hasil asosiasi peroksisom dan glioksisom yang memiliki
ukuran serupa dengan lisosom. Organel ini dibatasi oleh selapis membrane yang lebih
tipis dari membrane plasma, dengan tebalnya sekitar hanya 6-8 nm dan berisi enzim
katalase dan oksidase yang dikelompokkan pada peroksisom. Sedangkan yang berisi
enzim glikolat dan glioksilat dinamakan glioksisom. Peroksisom terdapat pada hewan
dan tumbuhan sedangkan glioksisom umumnya terdapat pada tumbuhan.
Peroksisom berperan penting dalam oksidasi substrat menghasilkan H2 O2
(bersifat racun bagi sel) yang kemudian dipecah menjadi H2 O + O 2 . Peroksisom sangat
penting dalam penyerapan cahaya dan respirasi sehingga berhubungan erat dengan
kloroplas dan mitokondria. Peroksisom mempunyai peran lain, selain melindungi sel
dari H2 O2 , juga berperan dalam perubahan lemak menjadi karbohidrat dan perubahan
purin dalam sel. Glioksisom ada pada sel tanaman. Glioksisom memiliki peran terhadap
metabolisme asam lemak dan tempat terjadinya siklus glioksilat.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu badan mikro?
2. Bagaimana struktur dan penyebaran badan mikro?
3. Apakah fungsi badan mikro?
4. Bagaimanakah Permiabilitas Membran pada badan Mikro?
5. Apa sajakah komposisi kimia penyusun badan mikro?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang:
1. Pengertian Badan Mikro.
2. Struktur dan penyebaran badan mikro.
3. Fungsi badan mikro.
4. Permiabilitas Membran pada badan Mikro.
5. Komposisi kimia penyusun badan mikro.
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
2) Memecah asam lemak menjadi asetil-KoA melalui beta-oksidasi;
3) Peroksisom dalam sel hati dan ginjal berperan dalam menetralisir
racun dan senyawa berbahaya lainnya yang masuk dalam aliran
darah;
4) Memainkan peran penting dalam sintesis kolesterol dan asam
empedu, katabolisme purin dan poliamina, dan metabolisme
prostaglandin.
6
akan masuk ke lintasan fotorespirasi menghasilkan satu molekul asam
fosfogliserat dan satu molekul asam fosfoglikolat. Asam fosfoglikolat
selanjutnya mengalami reaksi defosforilasi oleh enzim glikolat fosfatase
membentuk asam glikolat. Pembentukan asam glikolat terjadi di kloroplas.
Kemudian asam glikolat menuju ke peroksisom dan dioksidasikan oleh
enzim glikolat oksidase menghasilkan asam glioksilat dan hydrogen
peroksida.
Hidrogen peroksida selanjutnya diurai menjadi oksigen dan air oleh
enzim katalase. Asam glikoksilat beberapa rangkaian reaksi akan
menghasilkan glisin (salah satu jenis asam amino). Metabolisme
selanjutnya terjadi dalam mitokondria, dimana 2 molekul glisin bergabung
membentuk satu molekul serin (jenis asam amino) dan juga karbondioksida
(CO 2 ). Reaksi oleh enzim serin transhidroksimetilase ini merupakan sumber
utama dari produksi CO 2 pada fotorespirasi. Serin kembali ke peroksisom
dan melalui beberapa rangkaian reaksi akan membentuk gliserat kinase dan
dengan membutuhkan satu molekul ATP akan membentuk satu molekul
asam fosfogliserat dan satu molekul ADP.
d. Enzim-enzim peroksisom
Peroksisom banyak dijumpai pada sel hati dan ginjal hewan
vertebrata, pada daun dan biji tumbuhan srta pada mikroorganisme eukarion
seperti ragi, protozoa dan jamur. Enzim yang umum dijumpai pada
peroksisom adalah katalase. Selain itu hampir semua peroksisom juga
mengandung enzim urat oksidase, asam amino oksidase dan asam glikolat
oksidase. Enzim-enzim yang dibentuk peroksisom selengkapnya disajikan
pada tabel.
e. Biogenesis peroksisom
9
Teori kedua menyatakan bahwa protein peroksisomal disintesis dengan bantuan
ribosom bebas, kemudain proteinperoksisomal tersebut dibebaskan ke sitoplasma dan
berkembang menjadi peoksisom.
10
Gambar 2.3 Biogenesis Peroksisom
2. Glioksisom
Glioksisom pertama kali
ditemukan oleh Harry Beevers dan Hans
Kornberg pada tahun 1967 melalui
cadangan makanan dalam biji yang
berkecambah mengandung enzim untuk
siklus glioksilat. Glioksisom adalah
sejenis peroksisom yang ditemukan pada
jaringan penyimpan lemak dari biji
tumbuhan. Glioksisom menghasilkan enzim-enzim khusus, namun memiliki
bentuk yang sama dnegan peroksisom. Glioksisom tidak hanya berisi enzim
khusus untuk daur glioksilat (seperti isositrat lyase dan malat sintherase), tetapi
juga berisi beberapa enzim penting yang berperan dalam siklus krebs.
Glioksisom hanya terdapat pada sel tumbuhan. Umumnya sering ditemukan
di jaringan penyimpan lemak dari biji yang berkecambah. Glioksisom
mengandung enzim pengubah lemak menjadi gula. Proses perubahan tersebut
menghasilkan energi yang diperlukan bagi perkecambahan. Salah satu proses
utama pada biji sang sedang mengalami perkecambahan adalah perubahan asam
lemak dalam glioksisom menjadi karbohidrat melalui proses gluconeogenesis.
Penguraian asam lemak menjadi asetil ko-A selanjutnya berubah menjadi
oksaloasetat untuk membentuk sitrat. Asam sitrat yang terbentuk akan diubah
11
menjadi glukosa melalui serangkaian reaksi enzimatis yang terdapat di dalam
glioksisom.
Seperti halnya peroksisom,
glioksisom juga mempunyai
kemampuan untuk membelah diri
pada saat mencapai ukuran tertentu.
Glioksisom adalah badan mikro yang
terdapat pada tanaman berumur
pendek seperti kacang-kacangan.
Mengandung cadangan lemak sebagai
energi di dalam biji. Pada biji yang sudah kering tidak ditemukan glioksisom.
Glioksisom dibentuk dari proses yang sama dengan peroksisom,yaitu dengan
pembelahan atau pertunasan dari glioksisom yang sudah ada. Banyak (namun
tidak semua) glioksisom memiliki enzim untuk mensintesis protein bersama
ribosom di sitosol dan melakukan translokasi melalui membran glioksisom yang
sudah ada di dalam sel (Sheeler, 1987).
Berdasarkan uraian diatas, glioksisom mempunyai fungsi untuk:
a. Mengontrol dan mengkatalisis dekomposisi senyawa secara bertahap.
b. Sebagai tempat metabolisme asam lemak.
c. Sebagai tempat berlangsungnya siklus glioksilat.
13
2. β-oksidasi asam lemak Mammalia
Peran baru pada peroksisom
jaringan mamalian di antaranya
adalah oksidasi asam lemak.
Sebelumnya hanya berkembang
satu pendapat bahwa asam lemak
netral yaitu transil gliserol dimana
merupakan cadangan lemak dalam
sitosol, akan dihidrolisis oleh lipase menjadi asam lemak bebas. Asam lemak
bebas kemudian akan diangkut oleh karier (pembawa) ke dalam mitokondria
untuk dioksidasi dan menghasilkan asetil Koenzim A (asetil KoA).
Sekarang telah diketahui bahwa peroksisom jaringan hati tikus mampu
mengoksidasi palmitoil KoA menjadi asetil KoA. Oksidasi ini dikenal dengan β-
oksidasi. Asetil KoA kemudian akan diangkut ke mitokondria untuk memasuki
daur krebs atau daur asam sitrat. Jika tetap berada dalam sitosol maka akan
diubah menjadi asam lemak dan kemudian menjadi lemak netral.
Jalur β-oksidasi mempunyai kesamaan dengan jalur oksidasi yang terjadi di
dalam mitokondria dengan suatu kekecualian. Oksidasi yang terjadi pada
mitokondria, enzim flavin dehidrogenase memberikan elektronnya ke rantai
respirasi dan tidak bereaksi dengan O 2 . Sedangkan oksidasi yang terjadi pada
badan mikro enzim flavin dehidrogenase bereaksi langsung dengan O 2 dan
menghasilkan H2 O2 . Mitokondria tidak memiliki katalase karena itu tidak
menghasilkan H2 O2 . Untuk badan mikro hal itu tidak merupakan suatu masalah,
karena badan mikro memiliki katalase.
14
Endosperm adalah cadangan makanan dalam biji. Cadangan makanan itu
diantaranya lemak. Banyak biji yang cadangan makanannya berupa lemak, seperti
kacang-kacangan, biji jarak, biji kepuh dan sebagainya. Cadangan makanan
penting artinya dalam perkecambahan. Sumber energi utama dalam
perkecambahan adalah karbohidrat. Jadi kalau cadangan makanan dalam biji tadi
berupa lemak, maka lemak harus dikonversi menjadi karbohidrat. Reaksi ini
terjadi di dalam glioksisom dan dipacu oleh enzim-enzim didalamnya.
Hasil oksidasi asam lemak ini adalah asetil KoA, yang kemudian akan
digunakan di dalam glioksisom untuk membentuk senyawa (asam) dengan 4 atom
C, yaitu asam suksinat melalui jalur glikosilat. Selanjutnya suksinat dibawa ke
mitokondria sebagai bahan untuk proses glukoneogenesis. Di mitokondria asam
suksinat akan dikonversi menjadi asam malat, kemudian selanjutnya akan dibawa
ke sitosol. Di sitosol asam malat diubah menjadi fosfoenol piruvat, & digunakan
untuk sintesis glukosa.
15
Jadi inilah konversi cadangan lemak menjadi karbohidrat dimana terjadi di
dalam glioksisom endosperm selama berlangsungnya perkecambahan. Pada biji
yang sedang berkecambah daur glikosilat seluruhnya terjadi di glioksisom,
sedangkan pada ragi dan ganggang Tetrahymena daur ini merupakan kerja sama
antara glioksisom dan mitokondria. Ada yang mengatakan bahwa daur ini sebagai
modifikasi dari daur asam sitrat, dengan langkah-langkah reaksi dimana
menghasilkan CO 2 , dengan satu-satunya sumber karbon yaitu asetil KoA.
Hewan tingkat tinggi tidak dapat mensintesis glukosa dari asam lemak
karena tidak mempunyai enzim isositrat lyase dan enzim malat sintetase. Karena
itu asetil KoA akan memasuki siklus asam sitrat dan akhirnya membebaskan CO 2.
4. Jalur glikolat
Jalur glikolat merupakan
serangkaian reaksi kimia dimana
terjadi di peroksisom dan bergandeng
dengan siklus karbon di kloroplas.
Jalur glikolat melibatkan kloroplas,
peroksisom, mitokondria, dan sitosol.
Jalur ini meliputi pengubahan senyawa
dimana tidak mengandung fosfat
(nonphosphorilated) yakni gliserat
menjadi glisin, serin, dan
persenyawaan “C1”, dan ini penting sebagai precursor dalam biosintesis asam
inti. Jalur glikolat dimulai di kloroplas, di mana fosfoglikolat, glikolat, dan
fosfogliserat dibentuk dalam fotosintesis. Kloroplas memiliki enzim fosfatase,
dimana dapat melepas fosfat dari dua subtrat yang mengandung fosfat (yaitu
fosfogliserat dan fosfoglikolat) menjadi glikolat.
Glikolat meninggalkan kloroplas menuju peroksisom dengan perantaraan
suatu pengemban atau pengangkut dan disebut glikolat-glikolat shuttle. Dalam
peroksisom, glikosilat dioksidasi menghasilkan glioksilat dan membebaskan
H2 O2 . Dengan adanya katalase di peroksisom ini, H2 O2 diubah menjadi H2 O dan
½ O2 . Glioksilat akan disintesis menjadi asam amino serin atau kembali ke
kloroplas. Kembalinya glioksilat ke kloroplas ini di duga sebagai mekanisme
untuk menghabiskan NADPH dalam kloroplas dan dihasilkan dalam fotosintesis.
16
NADPH direoksidasi dalam kloroplas dengan mekanisme tanpa menghasilkan
H2 O2 karena di kloroplas tidak ada katalase.
Asam amino glisin dibentuk dari glikosilat, melalui reaksi interkonversi
dalam mitokondria menjadi asam amino serin, suatu bagian dari siklus yang
belum diketahui dengan jelas. Serin ditranspor kembali ke peroksisom, lalu
mengalami deaminasi menjadi oksalat dan kemudian direduksi menjadi gliserat.
Gliserat kemudian ditranspor kembali ke kloroplas kemudian mengalami
fosforilasi menjadi fosfogliserat. Dengan demikian selesailah siklus ini, dengan
catatan bahwa sebagian reaksi ini searah dan sebagian lainnya bolak balik. Jadi
serin dapat dihasilkan secara langsung dari fosfogliserat dibandingkan dari
fosfoglikolat.
Jalur ini membebaskan 1 molekul CO 2 , menghasilkan satu molekul serin
atau gliserat dari dua molekul fosfoglikolat, atau menghasilkan 1 molekul serin
atau 1 molekul glisin ditambah persenyawaan “C1” dari satu molekul
fosfogliserat. Pola metabolic ini penting bagi sel tumbuhan karena setengah dari
karbon yang difiksasi berlangsung dengan cara ini.Reaksi glikolat juga dikenal
sebagai fenomena fotorespirasi. Fotorespirasi adalah suatu reaksi yang
membebaskan CO2 dari organ yang berwarna hijau karena pengaruh cahaya.
Fotorespirasi didorong oleh kondisi atmosfer di mana tekanan O 2 tinggi,
sedangkan tekanan CO2 rendah. Diduga O 2 berkompetisi dengan CO2 terhadap
enzim RuBP-karboksilase, yang umumnya enzim tersebut adalah enzim untuk
memfikasai CO2 . Bila O 2 telah digunakan oleh enzim tersebut, senyawa antara
tak stabil terbentuk dan akan segera terurai menjadi 3-P-gliserat dan P-glikolat.
Terbentuknya fosfoglikolat dalam reaksi ini akan menambah konsentrasi asam
glikolat dengan cara membebaskan P-group, dank arena itu kelebihan glikolat
akan dioksidasi dan lepaslah CO 2 .
Itulah sebabnya fotorespirasi dikatakan sebagai proses merugikan bagi
tanaman. Hal ini menyangkut enzim-enzim pengikat CO 2 & hasil-hasil
pengikatannya. Rate fotorespirasi dapat mendekati 50% dari rate bersih
fotosintesis, dan hal ini akan menyebabkan fotosintesis menjadi tidak efisien.
Fotorespirasi merupakan problem bagi tanaman C3, dimana mudah dipengaruhi
adanya tekanan CO 2 yang rendah, sebaliknya tanaman C4 lebih efisien. Inilah
tujuan pertanian yang dikembangkan agar dapat mengembangkan tanaman-
tanaman dengan memiliki efisiensi fotosintesis tinggi.
17
D. Permeabilitas dari Badan Mikro
Membran yang membatasi badan-mikro lebih tipis dari membrane plasma,
tebalnya hanya 6-8 nm. Ini kurang lebih sama tebalnya dengan membran retikulum
endoplasma dan membrane luar mitokondria. Badan mikro memiliki tingkat osmotikum
yang relatif stabil, tetapi akan pecah bila berada dalam larutan pirofosfat 0,01 M
pirofosfat dengan sebab-sebab yang belum diketahui. Ternyata setelah pecah begitu
sulit memisahkan membran dengan enzim-enzim dalam matriksnya, salah satu sebab
diantaranya adalah karena enzim-enzim itu melekat pada membrannya.
Sudah diketahui ada dua jenis enzim, yang juga merupakan protein integral pada
membran retikulum endoplasma, terdapat pada membran badan mikro yaitu sitokrom
b5 dan NADH-sitokrom b5 reduktase. Beberapa enzim lain yang terdapat pada
membran ditemukan pada glioksisom. Enzim-enzim itu dapat merupakan protein
perifer membran maupun sebagai protein integral membran, karena itu mudah
diekstrak.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Badan mikro merupakan suatu organel yang hampir serupa dengan lisosom.
Badan mikro terdapat pada sitoplasma dan umumnya terdapat didekat RE. Pada
tumbuhan sering berasosiasi dengan kloroplas karena mempunyai metabolik
dalam reaksi jalur glikolat, sedangkan pada hewan banyak terdapat pada hati dan
ginjal. Badan mikro mengandung enzim katalase dan oksidase yang
dikelompokkan pada peroksisom dan enzim glikolat dan glioksilat yang berada
pada glioksisom.
2. Distribusi dari badan mikro pada sel hewan umumnya tersebar di dalam sel di
daerah sekitar reticulum endoplasma. Sedangkan pada sel dari tumbuhan, posisi
badan mikro biasanya berdekatan dengan bagian kloroplas.
3. Fungsi badan mikro sebagai tempat oksidasi substrat pada mamalia, β-oksidasi
asam lemak mamalia, β-oksidasi asamlemak pada endosperm biji tanaman, dan
berlangsungnya jalur glikolat.
4. Permiabilitas Membran pada badan Mikro yang membatasi badan-mikro lebih
tipis dari membrane plasma, tebalnya hanya 6-8 nm. Ini kurang lebih sama
tebalnya dengan membran retikulum endoplasma dan membrane luar
mitokondria.
5. komposisi kimia penyusun badan mikro dilihat dari komposisi lemaknya,
membran badan-mikro sama dengan membran mikrosom. Membran peroksisom
dan mikrosom dari hati tikus tidak menunjukkan adanya perbedaan, tetapi
berbeda secara nyata dengan membran mitokondria dalam hal rendahnya
kandungan kardiopolin.
B. Saran
Perlu referensi yang lebih banyak untuk permiabilitas badan mikro dan komponen
kimia dari badan mikro.
20
DAFTAR PUSTAKA
Bianchi. 1987. Cell and Molecular Biology. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Campbell, Neil A. 2002. Biologi Jilid 1 Edisi kelima. Jakarta : Erlangga Sheeler, P. and D.E.
George, Fried dan Hademenos,George. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
Lahay, Ratna Rosanty. 2009. Peroksisom-Biogenesis, Struktur dan Fungsi. Sumatra Utara:
Universitas Sumatra Utara
Marks, Dawn. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta : EGC
Sumadi, dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Thorpe, N.O. 1984. Cell Biology. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Winatasasmita, D. 1986. Biologi Sel. Jakarta: Universitas Terbuka
21