PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel yang merupakan unit fungsional dan
herediter terkecil dari makhluk hidup. Makhluk hidup ada yang tersusun atas
satu sel saja yang disebut makhluk hidup uniseluler dan tersusun atas jutaan
bahkan milyaran sel yang disebut makhluk hidup multiseluler. Makhluk hidup
tingkat tinggi yang termasuk dalam kindom hewan dan tumbuhan tersusun
dalam milyaran sel. Sel tersebut dapat bekerja secara bersamaan sesuai dengan
fungsinya masing-masing sehingga makhluk hidup itu dapat hidup dan
melaksanakan aktivitasnya. Jaringan dasar adalah jaringan yang mendasari
terbentuknya organ tubuh yang fungsional. Histology (histo=jaringan; logos =
ilimu) mempelajari struktur jaringan hewan. Pengertian jaringan dalam hal ini
mencakup sel-sel serta bahan antara sel yang dihasilkan.
Tingkat selanjutnya setelah sel adalah jaringan. Jaringan adalah sekumpulan
sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dasar yang
menyusun struktur tubuh hewan multiseluler ada empat yaitu jaringan epitel,
jaringan penyokong (yang terdiri dari jaringan ikat, jaringan tulang, jaringan
darah, jaringan adipose, dan jaringan pembuluh limfa), jaringan saraf, dan
jaringan otot.
Jaringan epitel memiliki macam fungsi, melindungi di bawah dari kerusakan
dan mengangkut zat-zat antar-jaringan atau rongga yang dipisahkan. Selain itu,
jaringan epitel pada saluran pencernaan mengeluarkan berbagai macam enzim.
Berdasarkan strukturnya, jaringan epitel dibagi menjadi Epitel pipih, berbentuk
seperti lapisan pipih, nukleusnya bulat di tengah, Epitel batang (silindris),
berbentuk seperti batang, nukleusnya bulat yang di dasar sel. Jaringan pengikat
berfungsi untuk mengikat atau alat dengan alat lain, membungkus alat-alat dan
mengganti jaringan rusak, untuk menetralkan racun, dan untuk membentuk
kerangka penyokong. Dari penjelasan diatas dapat diketahui pentingnya
mempelajari dan mengkaji jaringan epitel.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mempelajari ciri-ciri jaringan epitel
2. Mempelajari struktur sitologi dan histologis macam-macam jaringan epitel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Jaringan Epitel
Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan
thele yang berarti nipple atau punting. Penggunaan istilah epitel meluas untuk
semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular membrane)
baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. Dengan berkembangnya
pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada kumpulan sel
yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga digunakan untuk
kelenjar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian embriologis yang
menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada permukaan tumbuh ke dalam jaringan
pengikat di bawahnya dan berkembang menjadi kelenjar ( Subowo, 1992).
Jaringan tubuh manusia terdiri dari jaringan epitelium, jaringan pengikat,
jaringan pengangkut dan jaringan syaraf. Epitel adalah jaringan yang terdiri
atas sel-sel yang sangat rapat tanpa adanya zat antar sel. Epitel tidak memiliki
pembuluh darah, namun semua epitel tumbuh pada jaringan ikat yang
mempunyai pembuluh darah. Epitel dipisahkan dengan jaringan ikat melalui
membrana basalis. Jaringan epitel terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat
rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran, maka disebut sebagai
membran epitel atau disingkat sebagai epitel saja untuk membedakan dengan
epitel kelenjar. Adhesi diantara sel-sel ini sangat kuat, membentuk lembaran
sel yang menutupi permukaan tubuh dan membatasi atau melapisi rongga-
rongga tubuh. Jaringan epitel tidak memiliki substansi interseluler dan
cairannya sangat sedikit ( Subowo, 1992).
Jaringan epitel mempunyai ciri-ciri umum terdiri atas sel-sel yang saling
berdekatan, yang berbentuk pipih. Hanya ada sedikit material antarsel. Jaringan
bersifat avaskular atau tanpa pembuluh darah. Permukaan atas epithelium
bebas, atau terbuka bagi bagian luar tubuh atau rongga tubuh bagian dalam.
Permukaan basal berada pada jaringan ikat. Pembelahan sel pada epithelium
terjadi secara terus menerus untuk menggantikan sel-sel yang rusak. Ada 2
macam. jaringan epithelium, yaitu epithelium permukaan merupakan epitel
pelapis berbaris yang menutupi permukaan tubuh dan organ tubuh bagian
dalam, epitelium kelenjar menyekresi hormon atau produk lain ( Subowo,
1992).
2.2 Ciri-ciri dan Klasifikasi
1. Ciri-ciri jaringan epitel:
Sel-sel penyusunnya saling berikatan erat sehingga membentuk lapisan sel
dan biasanya batas antar selnya sulit dilihat.
Bentuk dan inti bervariasi.
Mempunyai lamina basalis.
Mempunyai permukaan sel yang disesuaikan dengan fungsinya.
2. Klasifikasi jaringan epitel
Menurut struktur dan fungsinya, jaringan epitel dibagi menjadi dua
golongan utama, yakni epitel penutup dan epitel kelenjar. Disamping itu
terdapat dua macam epitel khusus, yaitu epitel persarafan dan epitel
pergerakan.
a. Jaringan epitel penutup (covering ephitelia)
Jaringan ini dapat dibagi lagi menuru lapisan sel dan bentuk sel-sel
penyusunnya.
Epitel sederhana atau epitel berlapis tunggal.
Epitel berlapis banyak
Epitel berlapis semu
Epitel transisional.
b. Jaringan epitel kelenjar ( Glandular ephitelia)
Kelenjar yang mempunyai saluran pengeluaran jaringan epitel
kelenjar di bentuk oleh sel- sel khusus, menghasilkan secret atau getahan
cair yang berupa enzim, hormone, musin atau lemak.
2.3 Sifat Dan Fungsi Jaringan Epitel.
Jaringan epitel terdapat sebagai penutup permukaan tubuh, ataumembatasi
rongga-rongga di dalam tubuh. Permukaan yang bebas berbatasandengan udara
atau cairan, sedangkan permukaan yang lain bertumpu padamembran basalis
dan menghubungkannya dengan jaringan ikat vaskuler di bawahnya.
Gambar 1.1. Struktur membran basalis kulit
Lamina lusida, terletak di atas lamina dense dekat membran sel. Terdiri atas
serabut kolagen tipe IV yang sangat tipis dan tersusun secara longgar. Selain
itu terdapat makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina lusida berkisar
1050 nm. Lamina dense atau lamina basalis terdiri atas serabut kolagen tipe
IV yang sangat halus serta makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina
dense berkisar 20 – 300 nm. Lamina fibroretikuler terletak pada bagian
sebelah dalam lamina dense, terdiri atas serabut kolagen tipe III yang
berhubungan erat dengan jaringan ikat di bawahnya. Mengandung sedikit
serabut retikuler dan sedikit serabut kolagen tipe V. Membran basalis memiliki
beberapa fungsi, yaitu (i) sebagai tempat melekatnya sel-sel epitel pada
jaringan ikat di bawahnya, (ii) sebagai barrier untuk mencegah masuknya
mikroorganisme ke bagian dalam tubuh, (iii) mencegah kehilangan air dan
cairan sel dari tubuh, (iv) bekerja sebagai filter selektif, dan (v)
mempertahankan bentuk jaringan epitel di atasnya. Membran basalis
mengandung berbagai macam makromolekul berupa laminin, fibronektin, dan
entaktin.
Beberapa karakteristik jaringan epitel, yaitu (i) bentuk sel-selnya teratur,
umumnya berbentuk pipih, kubus atau selindris, (ii) sel-selnya tersusun dengan
sangat rapat, (iii) semua jaringan epitel terikat erat pada jaringan penyambung
yang ada di bawahnya oleh suatu selaput tipis yang disebut lamina basalis, (iv)
tidak mengandung pembuluh darah, oleh sebab itu bahan makanan diperoleh
melalui difusi dari kapiler-kapiler yang terdapat pada jaringan di bawahnya,
dan (v) Sel-sel epitel antara satu dengan yang lain menempel dengan sangat
erat melalui daerah perlekatan khusus yang disebut kompleks pertautan sel atau
junctinal complex (akan dibahas kemudian)
Gambar 1.2. Bentuk dasar sel-sel jaringan epitel (a) pipih, (b) kubus, dan
(c) selindris
Jaringan epitel memiliki fungsi yang sangat luas, tergantung lokasi epitel
pada suatu organisme. Jaringan epitel berfungsi, antara lain (i) sebagai alat
proteksi, baik terhadap pengaruh mekanis, fisik, maupun secara kimiawi,
misalnya epitel yang terdapat pada kulit, (ii) sebagai organ eksteroreseptor
yang mampu menerima rangsangan dari luar, seperti sel-sel neuroepitel pada
puting pengecap, (iii) sebagai alat eksresi untuk membuang sisa-sisa hasil
metabolisme (air, garamgaram, aminoak, dan CO2), (iv) sebagai alat
osmoregulasi (pengaturan tekanan osmosis cairan tubuh) dengan cara
pembuangan garam-garam melalui permukaan kulit, (v) membantu proses
respirasi, khususnya pada hewan-hewan akuatik, (vi) sebagai alat gerak,
misalnya sayap pada kelelawar dan selaput renang pada katak sawah, (vii)
sebagai alat nutrisi, misalnya kelenjar susu pada mamalia, (viii) sebagai alat
absorbsi, misalnya absorbsi sari-sari makanan pada dinding usus, dan (ix)
membantu pembentukan vitamin D dari provitamin D melalui bantuan cahaya
matahari.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan epitel dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu epitel penutup dan epitel kelenjar. Berdasarkan bentuk sel
yang menyusunnya, jaringan epitel dibedakan atas epitel berbentuk pipih,
epitel berbentuik kubus, dan epitel berbentuk selindris. Berdasarkan jumlah
lapisan yang menyusunnya, jaringan epitel dibedakan atas jaringan epitel
selapis, jaringan epitel berlapis, dan jaringan epitel berlapis semu.
2.4 Jaringan Epitel Penutup
Jaringan epitel penutup merupakan jaringan yang sel-selnya tersusun dalam
lapisan yang menyerupai membran dan menutupi permukaan luar atau melapisi
rongga-rongga tubuh atau lumen.
1. Epitel selapis
Jaringan epitel selapis adalah jaringan epitel yang terdiri atas satu
lapisan sel, dan semua sel-selnya duduk bertumpu pada membran basalis
dan mencapai permukaan. Dijumpai pada tempat-tempat yang tidak
banyak mengalami kerusakan mekanis, seperti rongga tubuh bagian
ventral, membatasi jantung dan pembuluh darah, bagian dari tubulus
ginjal, membatasi bagian dalam kornea, dan biasanya berperan di dalam
absorbsi mengontrol permiabilitas pembuluh, absorbsi, sekresi dan
filtrasi. Jaringan epitel selapis terdiri atas epitel selapis pipih, epitel
selapis kubus, dan epitel selapis selindris.
a. Epitel selapis pipih
Sel-sel pada epitel selapis pipih berbentuk pipih dan sangat datar
menyerupai sisik. Dilihat dari permukaan tampak sebagai sel-sel yang
cukup besar dengan sitoplasma yang jernih. Dilihat dari samping
tampak seperti pita yang bersekat-sekat dengan inti pipih yang terletak
pada bagian tengah. Epitel selapis pipih terdiri atas epitel squamosa,
mesotelium, dan endothelium.
1) Epitel squamosa Epitel squamosa, yaitu epitel selapis pipih yang
berasal dari ektoderem, misalnya epitel pada kapsul bowman.
2) Mesotelium, Mesotelium, yaitu epitel selapis pipih yang berasal
dari mesoderem, misalnya pericardium yang membatasi rongga
jantung dan pleurotenium yang membatasi rongga paru-paru.
3) Endotelium yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari endoderem,
misalnya endothelium pembuluh darah dan endothelium pada
pembuluh limfa.
b. Epitel selapis kubus
Dilihat dari permukaan, sel-sel epitel kubus tampak lebih teratur
dan berbentuk heksagonal. Bila dilihat dari samping tampak seperti
segi empat yang tersusun berderet dengan inti berbentuk bulat yang
terletak di tengah. Epitel jenis ini dijumpai pada folikel kelenjar
tiroid, tubulus kontortus distal dan proksimal ginjal, melapisi ovarium,
dan saluran pelepasan kelenjar.
c. Epitel selapis
selindris Dilihat dari permukaan menyerupai epitel kubus,
sedangkan bila dilihat dari samping tampak seperti pilar-pilar yang
berhimpitan tegak lurus dengan inti yang lonjong atau oval, terletak
agak proksimal terhadap membran basal. Jenis epitel ini membatasi
lambung, usus, kantung kemih, tuba fallofii, dan saluran pengumpul
pada ginjal. Fungsi epitel ini adalah proteksi, absorbsi, dan sekresi.
Jenis epitel ini terdiri atas epitel selapis selindris sekretori, epitel
selapis selindris absortif dan sekretori, dan epitel selapis selindris
bersel goblet.
1) Epitel selapis selindris sekretori
Sel-sel selindris selain berfungsi sebagai pelindung, juga
berperan untuk mensekresi mucus, misalnya mukosa lambung dan
mukosa kanalis serviks uterus. Sitoplasma pada bagian apeks inti
tampak pucat dan mengandung banyak vakuola yang berisi mucus.
2) Epitel selapis selindris absorbtif dan sekretori
Sel-sel epitel ini ada dua tipe, yaitu jenis untuk absorbsi dan
jenis untuk sekretori, misalnya epitel selindris pada usus. Bagian
apeks dari sel absorbtif terdapat mikrovili, sedangkan pada sel
sekretori mirip dengan sel goblet, dimana bagian apeks sel terdapat
banyak granula sekretori yang berisi mucus, sel berbentuk piala
dengan bagian apeks yang lebar dan bagian basal sempit.
3) Epitel selapis selindris bersel goblet.
Epitel ini terdiri atas kombinasi sel selindris bersilia dan sel
goblet. Jenis epitel ini dijumpai pada saluran pernapasan bagian
atas.
2. Epitel Berlapis banyak Palsu
Epitel ini dikatakan berlapis banyak palsu karena pada penampang
tegak lurus tampak seperti berlapis banyak. Hal ini disebabkan karena
letak inti dari sel-sel yang membangunnya tidak sama tingginya. Semua
sel yang membangunnya berhubungan langsung dengan membrane basal.
Epitel ini dibangun atas tiga macam tipe sel, yaitu sel basal, sel selindris
bersilia, dan sel goblet.
1. Inti sel
2. Epitel pipih selapis
2.
2 1
Preparat penampang
melintang duodenum.
Perbesaran : 40x
4.2 Pembahasan
Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan
thele yang berarti nipple atau punting. Penggunaan istilah epitel meluas untuk
semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular membrane)
baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. Dengan berkembangnya
pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada kumpulan sel
yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga digunakan untuk
kelenjar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian embriologis yang
menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada permukaan tumbuh ke dalam jaringan
pengikat di bawahnya dan berkembang menjadi kelenjar.
Jaringan epitel mempunyai ciri-ciri umum terdiri atas sel-sel yang saling
berdekatan, yang berbentuk pipih. Hanya ada sedikit material antarsel. Jaringan
bersifat avaskular atau tanpa pembuluh darah. Permukaan atas epithelium
bebas, atau terbuka bagi bagian luar tubuh atau rongga tubuh bagian dalam.
Permukaan basal berada pada jaringan ikat. Pembelahan sel pada epithelium
terjadi secara terus menerus untuk menggantikan sel-sel yang rusak. Ada 2
macam. jaringan epithelium, yaitu epithelium permukaan merupakan epitel
pelapis berbaris yang menutupi permukaan tubuh dan organ tubuh bagian
dalam, epitelium kelenjar menyekresi hormon atau produk lain.
Pada praktikum tentang jaringan epitel praktikan menggunakan preparat
awetan epitel silindris dan epitel pipih selapis. Pada preparat epitel silindris
yang tersusun dari membran basal dan epitel silindris. Epitel selapis slindris
terdiri dari satu lapis sel dan selnya berbentuk silindris (torak). Terlihat seperti
epitelium kubus, namun potongan tegak lurus terlihat lebih tinggi. Sel epitel
silindris ini ada yang memiliki silia pada permukaannya, seperti yang terdapat
pada oviduk. epitel ini memiliki bentuk seperti silinder atau tabung, kemudian
sitoplasmanya jernih dan terkadang berbutir-butir, serta nukleusnya terletak
didekat dasar. Epitel selapis silindris memiliki beberapa fungsi seperti lapisan
pelindung atau proteksi, sebagai tempat absorbsi atau tempat penyerapan zat,
serta sebagai difusi atau terdapat terjadinya pertukaran zat.
Selanjutnya adalah preparat ginjal, tersusun dari inti sel, sel epitel, dan
membrane basal. Bentuk jaringan epitel pada preparat ini adalah kubus selapis.
Jaringan epitel ginjal yang berbentuk kubus selapis berfungsi sebagai
pelindung jaringan dibawahnya dan sebagai sekresi. Membran basal berfungsi
sebagai tempat menempelnya jaringan epitel.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan
thele yang berarti nipple atau punting. Penggunaan istilah epitel meluas untuk
semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular membrane)
baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. istilah epitel tidak
terbatas pada kumpulan sel yang membentuk membran yang menutupi, tetapi
juga digunakan untuk kelenjar.
5.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum, sebaiknya semua praktikan lebih aktif dan
teliti dalam melakukan pengamatan agar dapat mengamati bagian-bagian
maupun bentuk berbagai jaringan epitel. Hal ini dilkukan agar tujuan dari
praktikum ini dapat tercapai. Sebaiknya preparat atau bahan yang ada
dilaboratorium dilengkapi agar praktikum dapat berjalan dengan lancar
sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Bajpai, R.N. 1989. Histologi Dasar. Jakarta:Binarupa Aksara.
Campbell, Neil A., Reece, Jane B., dan Mitchell, Lawrence G. 2004. Biologi.
Edisi kelima. Erlangga, Jakarta. Halaman 7-10
Pratiwi D.A.,Sri Maryati, Srikini, Suharno, Bambang S. 2006. Biologi SMA jilid
2 untuk kelas XI. Jakarta . Erlangga