Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel yang merupakan unit fungsional dan
herediter terkecil dari makhluk hidup. Makhluk hidup ada yang tersusun atas
satu sel saja yang disebut makhluk hidup uniseluler dan tersusun atas jutaan
bahkan milyaran sel yang disebut makhluk hidup multiseluler. Makhluk hidup
tingkat tinggi yang termasuk dalam kindom hewan dan tumbuhan tersusun
dalam milyaran sel. Sel tersebut dapat bekerja secara bersamaan sesuai dengan
fungsinya masing-masing sehingga makhluk hidup itu dapat hidup dan
melaksanakan aktivitasnya. Jaringan dasar adalah jaringan yang mendasari
terbentuknya organ tubuh yang fungsional. Histology (histo=jaringan; logos =
ilimu) mempelajari struktur jaringan hewan. Pengertian jaringan dalam hal ini
mencakup sel-sel serta bahan antara sel yang dihasilkan.
Tingkat selanjutnya setelah sel adalah jaringan. Jaringan adalah sekumpulan
sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dasar yang
menyusun struktur tubuh hewan multiseluler ada empat yaitu jaringan epitel,
jaringan penyokong (yang terdiri dari jaringan ikat, jaringan tulang, jaringan
darah, jaringan adipose, dan jaringan pembuluh limfa), jaringan saraf, dan
jaringan otot.
Jaringan epitel memiliki macam fungsi, melindungi di bawah dari kerusakan
dan mengangkut zat-zat antar-jaringan atau rongga yang dipisahkan. Selain itu,
jaringan epitel pada saluran pencernaan mengeluarkan berbagai macam enzim.
Berdasarkan strukturnya, jaringan epitel dibagi menjadi Epitel pipih, berbentuk
seperti lapisan pipih, nukleusnya bulat di tengah, Epitel batang (silindris),
berbentuk seperti batang, nukleusnya bulat yang di dasar sel. Jaringan pengikat
berfungsi untuk mengikat atau alat dengan alat lain, membungkus alat-alat dan
mengganti jaringan rusak, untuk menetralkan racun, dan untuk membentuk
kerangka penyokong. Dari penjelasan diatas dapat diketahui pentingnya
mempelajari dan mengkaji jaringan epitel.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mempelajari ciri-ciri jaringan epitel
2. Mempelajari struktur sitologi dan histologis macam-macam jaringan epitel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Jaringan Epitel
Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan
thele yang berarti nipple atau punting. Penggunaan istilah epitel meluas untuk
semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular membrane)
baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. Dengan berkembangnya
pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada kumpulan sel
yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga digunakan untuk
kelenjar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian embriologis yang
menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada permukaan tumbuh ke dalam jaringan
pengikat di bawahnya dan berkembang menjadi kelenjar ( Subowo, 1992).
Jaringan tubuh manusia terdiri dari jaringan epitelium, jaringan pengikat,
jaringan pengangkut dan jaringan syaraf. Epitel adalah jaringan yang terdiri
atas sel-sel yang sangat rapat tanpa adanya zat antar sel. Epitel tidak memiliki
pembuluh darah, namun semua epitel tumbuh pada jaringan ikat yang
mempunyai pembuluh darah. Epitel dipisahkan dengan jaringan ikat melalui
membrana basalis. Jaringan epitel terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat
rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran, maka disebut sebagai
membran epitel atau disingkat sebagai epitel saja untuk membedakan dengan
epitel kelenjar. Adhesi diantara sel-sel ini sangat kuat, membentuk lembaran
sel yang menutupi permukaan tubuh dan membatasi atau melapisi rongga-
rongga tubuh. Jaringan epitel tidak memiliki substansi interseluler dan
cairannya sangat sedikit ( Subowo, 1992).
Jaringan epitel mempunyai ciri-ciri umum terdiri atas sel-sel yang saling
berdekatan, yang berbentuk pipih. Hanya ada sedikit material antarsel. Jaringan
bersifat avaskular atau tanpa pembuluh darah. Permukaan atas epithelium
bebas, atau terbuka bagi bagian luar tubuh atau rongga tubuh bagian dalam.
Permukaan basal berada pada jaringan ikat. Pembelahan sel pada epithelium
terjadi secara terus menerus untuk menggantikan sel-sel yang rusak. Ada 2
macam. jaringan epithelium, yaitu epithelium permukaan merupakan epitel
pelapis berbaris yang menutupi permukaan tubuh dan organ tubuh bagian
dalam, epitelium kelenjar menyekresi hormon atau produk lain ( Subowo,
1992).
2.2 Ciri-ciri dan Klasifikasi
1. Ciri-ciri jaringan epitel:
 Sel-sel penyusunnya saling berikatan erat sehingga membentuk lapisan sel
dan biasanya batas antar selnya sulit dilihat.
 Bentuk dan inti bervariasi.
 Mempunyai lamina basalis.
 Mempunyai permukaan sel yang disesuaikan dengan fungsinya.
2. Klasifikasi jaringan epitel
Menurut struktur dan fungsinya, jaringan epitel dibagi menjadi dua
golongan utama, yakni epitel penutup dan epitel kelenjar. Disamping itu
terdapat dua macam epitel khusus, yaitu epitel persarafan dan epitel
pergerakan.
a. Jaringan epitel penutup (covering ephitelia)
Jaringan ini dapat dibagi lagi menuru lapisan sel dan bentuk sel-sel
penyusunnya.
 Epitel sederhana atau epitel berlapis tunggal.
 Epitel berlapis banyak
 Epitel berlapis semu
 Epitel transisional.
b. Jaringan epitel kelenjar ( Glandular ephitelia)
Kelenjar yang mempunyai saluran pengeluaran jaringan epitel
kelenjar di bentuk oleh sel- sel khusus, menghasilkan secret atau getahan
cair yang berupa enzim, hormone, musin atau lemak.
2.3 Sifat Dan Fungsi Jaringan Epitel.
Jaringan epitel terdapat sebagai penutup permukaan tubuh, ataumembatasi
rongga-rongga di dalam tubuh. Permukaan yang bebas berbatasandengan udara
atau cairan, sedangkan permukaan yang lain bertumpu padamembran basalis
dan menghubungkannya dengan jaringan ikat vaskuler di bawahnya.
Gambar 1.1. Struktur membran basalis kulit
Lamina lusida, terletak di atas lamina dense dekat membran sel. Terdiri atas
serabut kolagen tipe IV yang sangat tipis dan tersusun secara longgar. Selain
itu terdapat makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina lusida berkisar
1050 nm. Lamina dense atau lamina basalis terdiri atas serabut kolagen tipe
IV yang sangat halus serta makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina
dense berkisar 20 – 300 nm. Lamina fibroretikuler terletak pada bagian
sebelah dalam lamina dense, terdiri atas serabut kolagen tipe III yang
berhubungan erat dengan jaringan ikat di bawahnya. Mengandung sedikit
serabut retikuler dan sedikit serabut kolagen tipe V. Membran basalis memiliki
beberapa fungsi, yaitu (i) sebagai tempat melekatnya sel-sel epitel pada
jaringan ikat di bawahnya, (ii) sebagai barrier untuk mencegah masuknya
mikroorganisme ke bagian dalam tubuh, (iii) mencegah kehilangan air dan
cairan sel dari tubuh, (iv) bekerja sebagai filter selektif, dan (v)
mempertahankan bentuk jaringan epitel di atasnya. Membran basalis
mengandung berbagai macam makromolekul berupa laminin, fibronektin, dan
entaktin.
Beberapa karakteristik jaringan epitel, yaitu (i) bentuk sel-selnya teratur,
umumnya berbentuk pipih, kubus atau selindris, (ii) sel-selnya tersusun dengan
sangat rapat, (iii) semua jaringan epitel terikat erat pada jaringan penyambung
yang ada di bawahnya oleh suatu selaput tipis yang disebut lamina basalis, (iv)
tidak mengandung pembuluh darah, oleh sebab itu bahan makanan diperoleh
melalui difusi dari kapiler-kapiler yang terdapat pada jaringan di bawahnya,
dan (v) Sel-sel epitel antara satu dengan yang lain menempel dengan sangat
erat melalui daerah perlekatan khusus yang disebut kompleks pertautan sel atau
junctinal complex (akan dibahas kemudian)

Gambar 1.2. Bentuk dasar sel-sel jaringan epitel (a) pipih, (b) kubus, dan
(c) selindris
Jaringan epitel memiliki fungsi yang sangat luas, tergantung lokasi epitel
pada suatu organisme. Jaringan epitel berfungsi, antara lain (i) sebagai alat
proteksi, baik terhadap pengaruh mekanis, fisik, maupun secara kimiawi,
misalnya epitel yang terdapat pada kulit, (ii) sebagai organ eksteroreseptor
yang mampu menerima rangsangan dari luar, seperti sel-sel neuroepitel pada
puting pengecap, (iii) sebagai alat eksresi untuk membuang sisa-sisa hasil
metabolisme (air, garamgaram, aminoak, dan CO2), (iv) sebagai alat
osmoregulasi (pengaturan tekanan osmosis cairan tubuh) dengan cara
pembuangan garam-garam melalui permukaan kulit, (v) membantu proses
respirasi, khususnya pada hewan-hewan akuatik, (vi) sebagai alat gerak,
misalnya sayap pada kelelawar dan selaput renang pada katak sawah, (vii)
sebagai alat nutrisi, misalnya kelenjar susu pada mamalia, (viii) sebagai alat
absorbsi, misalnya absorbsi sari-sari makanan pada dinding usus, dan (ix)
membantu pembentukan vitamin D dari provitamin D melalui bantuan cahaya
matahari.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan epitel dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu epitel penutup dan epitel kelenjar. Berdasarkan bentuk sel
yang menyusunnya, jaringan epitel dibedakan atas epitel berbentuk pipih,
epitel berbentuik kubus, dan epitel berbentuk selindris. Berdasarkan jumlah
lapisan yang menyusunnya, jaringan epitel dibedakan atas jaringan epitel
selapis, jaringan epitel berlapis, dan jaringan epitel berlapis semu.
2.4 Jaringan Epitel Penutup
Jaringan epitel penutup merupakan jaringan yang sel-selnya tersusun dalam
lapisan yang menyerupai membran dan menutupi permukaan luar atau melapisi
rongga-rongga tubuh atau lumen.
1. Epitel selapis
Jaringan epitel selapis adalah jaringan epitel yang terdiri atas satu
lapisan sel, dan semua sel-selnya duduk bertumpu pada membran basalis
dan mencapai permukaan. Dijumpai pada tempat-tempat yang tidak
banyak mengalami kerusakan mekanis, seperti rongga tubuh bagian
ventral, membatasi jantung dan pembuluh darah, bagian dari tubulus
ginjal, membatasi bagian dalam kornea, dan biasanya berperan di dalam
absorbsi mengontrol permiabilitas pembuluh, absorbsi, sekresi dan
filtrasi. Jaringan epitel selapis terdiri atas epitel selapis pipih, epitel
selapis kubus, dan epitel selapis selindris.
a. Epitel selapis pipih
Sel-sel pada epitel selapis pipih berbentuk pipih dan sangat datar
menyerupai sisik. Dilihat dari permukaan tampak sebagai sel-sel yang
cukup besar dengan sitoplasma yang jernih. Dilihat dari samping
tampak seperti pita yang bersekat-sekat dengan inti pipih yang terletak
pada bagian tengah. Epitel selapis pipih terdiri atas epitel squamosa,
mesotelium, dan endothelium.
1) Epitel squamosa Epitel squamosa, yaitu epitel selapis pipih yang
berasal dari ektoderem, misalnya epitel pada kapsul bowman.
2) Mesotelium, Mesotelium, yaitu epitel selapis pipih yang berasal
dari mesoderem, misalnya pericardium yang membatasi rongga
jantung dan pleurotenium yang membatasi rongga paru-paru.
3) Endotelium yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari endoderem,
misalnya endothelium pembuluh darah dan endothelium pada
pembuluh limfa.
b. Epitel selapis kubus
Dilihat dari permukaan, sel-sel epitel kubus tampak lebih teratur
dan berbentuk heksagonal. Bila dilihat dari samping tampak seperti
segi empat yang tersusun berderet dengan inti berbentuk bulat yang
terletak di tengah. Epitel jenis ini dijumpai pada folikel kelenjar
tiroid, tubulus kontortus distal dan proksimal ginjal, melapisi ovarium,
dan saluran pelepasan kelenjar.
c. Epitel selapis
selindris Dilihat dari permukaan menyerupai epitel kubus,
sedangkan bila dilihat dari samping tampak seperti pilar-pilar yang
berhimpitan tegak lurus dengan inti yang lonjong atau oval, terletak
agak proksimal terhadap membran basal. Jenis epitel ini membatasi
lambung, usus, kantung kemih, tuba fallofii, dan saluran pengumpul
pada ginjal. Fungsi epitel ini adalah proteksi, absorbsi, dan sekresi.
Jenis epitel ini terdiri atas epitel selapis selindris sekretori, epitel
selapis selindris absortif dan sekretori, dan epitel selapis selindris
bersel goblet.
1) Epitel selapis selindris sekretori
Sel-sel selindris selain berfungsi sebagai pelindung, juga
berperan untuk mensekresi mucus, misalnya mukosa lambung dan
mukosa kanalis serviks uterus. Sitoplasma pada bagian apeks inti
tampak pucat dan mengandung banyak vakuola yang berisi mucus.
2) Epitel selapis selindris absorbtif dan sekretori
Sel-sel epitel ini ada dua tipe, yaitu jenis untuk absorbsi dan
jenis untuk sekretori, misalnya epitel selindris pada usus. Bagian
apeks dari sel absorbtif terdapat mikrovili, sedangkan pada sel
sekretori mirip dengan sel goblet, dimana bagian apeks sel terdapat
banyak granula sekretori yang berisi mucus, sel berbentuk piala
dengan bagian apeks yang lebar dan bagian basal sempit.
3) Epitel selapis selindris bersel goblet.
Epitel ini terdiri atas kombinasi sel selindris bersilia dan sel
goblet. Jenis epitel ini dijumpai pada saluran pernapasan bagian
atas.
2. Epitel Berlapis banyak Palsu
Epitel ini dikatakan berlapis banyak palsu karena pada penampang
tegak lurus tampak seperti berlapis banyak. Hal ini disebabkan karena
letak inti dari sel-sel yang membangunnya tidak sama tingginya. Semua
sel yang membangunnya berhubungan langsung dengan membrane basal.
Epitel ini dibangun atas tiga macam tipe sel, yaitu sel basal, sel selindris
bersilia, dan sel goblet.

Gambar 1.3 Epitel berlapis banyak palsu


Sel basal berbentuk kubus dengan inti bulat serta ketinggian paling
bawah. Sel selindris bersilia berbentuk selindris dan permukaannya
bersilia. Inti berbentuk lonjong. Sel goblet atau sel lendir atau sel mukus
berbentuk kerucut, inti tampak meruncing pada bagian bawahnya. Pada
sitoplasmanya terdapat mucus. Sel goblet terdiri atas beberapa bagian,
yaitu (i) pangkal sel sempit dan mengandung banyak retikulum
endoplasma, (ii) bagian tengah sel melebar dan terdapat banyak badan
golgi yang berbentuk mangkuk, dan (iii) puncak sel, yaitu bagian yang
paling lebar dan terdapat banyak vesikula-vesikula yang berisi mucus.
Jaringan epitel berlapis banyak palsu dijumpai membatasi rongga hidung,
bronkus, dan trakea. Umumnya berfungsi sebagai pelindung dan sekresi.
3. Epitel Transisional
Epitel transisional merupakan epitel yang dapat berubah bentuk.
Epitel ini terlihat mempunyai banyak lapisan, misalnya epitel yang
terdapat pada pelvis ginjal, ureter, dan kantung air seni. Bila organ-organ
tersebut kosong, maka selselnya menyerupai epitel berlapis banyak
kubus, tetapi bila dipenuhi dengan cairan, maka tekanan pada dinding
membesar dan sel-sel nya berubah menjadi epitel berlapis banyak pipih.
4. Epitel Berlapis Banyak
Berbeda dengan jaringan epitel selapis. Jaringan epitel berlapis
banyak terdapat pada tempat-tempat yang banyak mengalami kerusakan
mekanis, dan umumnya tidak memiliki fungsi absorbsi atau filtrasi, tetapi
berfungsi sebagai proteksi. Pada semua jaringan epitel berlapis banyak,
terdapat lapisan sel-sel kubus atau selindris kecil yang termodifikasi
yang terletak setelah membran basal. Di atas sel-sel basal, biasanya
terdapat satu atau lebih sel-sel polygonal. Pada permukaan bebasnya
terdapat lapisan sel yang bentuknya berbeda dari lapisan sebelumnya.
Bentuk sel-sel pada permukaan bebas epitel berlapis digunakan sebagai
dasar klasifikasi. Jaringan epitel berlapis dapat seluruhnya tersusun atas
sel-sel hidup, sedangkan yang lain tersusun atas sel-sel hidup dan mati,
tergantung pada lokasi jaringan epitelnya. Biasanya pada yang terakhir
ini sel-sel proksimalnya dibangun oleh sel-sel hidup dan bagian distalnya
yang berbatasan dengan rongga atau permukaan tubuh terdiri atas sel-sel
mati yang telah menanduk.
a. Jaringan epitel berlapis pipih
Jaringan epitel ini dapat berupa epitel berlapis pipih tidak
menanduk dan epitel berlapis pipih menanduk. Pada epitel berlapis
pipih tidak menanduk dijumpai pada permukaan yang basah
misalnya pada rongga mulut, oesophagus, epiglottis, dan vagina.
Jaringan epitel pada daerah tersebut tersusun atas beberapa lapis
sel-sel epitel pipih pada bagian apeks dan beberapa lapis sel epitel
kubus di tengah, dan epitel kubus atau selindris pada bagian basal.
Epitel berlapis banyak pipih menanduk dijumpai pada kulit. Di sini
sel-sel yang superficial mengalami transformasi menjadi lapisan
keratin yang kuat dan tidak hidup, dan melekat erat pada sel-sel
hidup yang ada pada lapisan dibawahnya. Fungsi keratin pada
lapisan superficial, yaitu (i) menahan gesekan dan tarikan, (ii)
mencegah penguapan, (iii) mencegah masuknya air, dan (iv)
mencegah masuknya organisme. Jaringan epitel pada kulit terdiri
atas:
1) Stratum basalis atau stratum germinativum. Dibangun oleh
sel-sel basal berbentuk selindris atau kubus yang bertumpu
pada membran basal. Lapisan ini ditandai denga aktivitas
mitosis yang tinggi.
2) Stratum spinosum, dibangun oleh sel-sel berbentuk kubus
polygonal atau sedikt gepeng dengan inti terletak di tengah.
Sitoplasma memiliki tonjolan-tonjolan yang berisi berkas-
berkas filamen yang menyerupai spina atau duri.
3) Stratum granulosum, ditandai oleh adanya 3 – 5 lapisan sel-
sel polygonal gepeng yang intinya di tengah dan sitoplasma
terisi oleh granula-granula keratohialin yang mengandung
protein yang kaya histidin.
4) Stratum lusidium, biasanya terdapat pada kulit yang tebal,
terdiri atas lapisan tipis sel-sel pipih, organel-organel dan inti
sudah tidak ada.
5) Stratum korneum, terdiri atas sel-sel pipih menanduk tanpa
inti, dan sitoplasmanya mengandung keratin.
b. Jaringan epitel berlapis banyak kubus
Epitel berlapis banyak kubus sangat jarang dijumpai, misalnya
terdapat pada saluran kelenjar keringat.
c. Jaringan epitel berlapis banyak selindris
Jaringan epitel jenis ini dapat ditemukan pada tubuh, contohnya
pada bagian kovernosum dari uretra, farings, epiglottis serta pada
saluran pelepasan yang besar pada berbagai macam kelenjar. Pada
permukaan yang bebas selselnya berbentuk selindris, sedangkan
sel-sel basalnya berbentuk kubus.
2.5 Bentuk Sel Epitel
Sel-sel epitel dalam keadaan hidup dapat berubah bentuknya untuk
mengikuti perubahan permukaan yang ditutupinya. Kalau permukaannya
mengkerut, bentuk sel-sel epitelnya menjadi lebih tinggi dan sebaliknya kalau
permukaannya meluas, bentuk sel-sel akan lebih rendah (Campbell, Reece,
Mitchell. 2004) .
Pada umumnya dibedakan adanya 3 macam bentuk sel epitel yaitu :
1. Sel gepeng
Bentuknya seperti sisik ikan maka disebut squamous cell. Pada
potongan tegak lurus permukaan epitel tampak bentuk sel yang
memanjang dengan bagian tengahnya yang berisi inti lebih menebal.
Apabila dilihat dari permukaan epitel, sel-selnya tampak berbentuk
poligonal.
2. Sel kuboid
Sel kuboid mempunyai ukuran tebal dan panjang yang sama sehingga
tampak sebagai bujur sangkar. Dari permukaan epitel, bentuk selnya
tampak poligonal.
3. Sel silindris
Sel silindris mempunyai ukuran tinggi yang melebihi ukuran lebarnya.
Dari permukaan epitel, bentuk selnya poligonal. Biasanya inti yang
berbentuk oval agak ke basal.
Berdasarkan susunan sel-sel yang membentuk epitel, dibedakan menjadi :
1. Epitel gepeng selapis (Epithelium squamous simplex, simple squamous
epithelium).
Seluruh sel yang menyusun epitel ini berbentuk gepeng dan tersusun
dalam satu lapisan. Batas-batas sel baru jelas apabila sediaan diwarnai
dengan AgNO3. Epitel jenis ini terdapat, misalnya pada : permukaan
dalam membrane tympani, lamina parietalis capsula bowmani, Rete testis,
Pars descendens ansa henlei pada ginjal, mesotil yang membatasi rongga
serosa, endotel yang membatasi permukaan sistem peredaran, duktus
alveolaris dan alveoli paru-paru.
2. Epitel kuboid selapis (Epithelium cuboideum simplex, simple cuboidal
epithelium).
Susunan epitel ini terdiri atas selapis sel yang berbentuk kuboid dengan
inti yang bulat ditengah, epitel ini dapat dijumpai pada pleksus coroideus,
diventriculus otak, folikel glandula thyreoidia, epithelium germanitivum,
pada permukaan ovarium, epithelium pigmentosum retinae dan duktus
ekskretorius beberapa kelenjar.
3. Epitel silindris selapis (Epithelium cilindricum simplex, simple columnar
epithelium).
Epitel jenis ini terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk silindris
sehingga inti yang berbentuk oval tampak terletak pada satu deretan. Epitel
ini dapat ditemukan pada permukaan selaput lendir tractus digestivus dari
lambung sampai anus, vesica fellea, dan ductus excretorius beberapa
kelenjar. Pada beberapa tempat tempat kadang-kadang pada permukaan
selnya mengalami modifikasi yaitu dengan adanya silia, misalnya dapat
dijumpai pada permukaan uterus dan bronchiolus.
Epitel pada permukaan usus selain berfungsi sebagai pelindung juga
berfungsi sekresi karena diantaranya terdapat sel-sel yang mampu
menghasilkan lendir. Pada beberapa tempat terdapat epitel yang hampir
seluruhnya terdiri atas sel kelenjar yang berbentuk sebagai piala, sehingga
dinamakan sebagai Sel Piala.
4. Epitel gepeng berlapis (Epithelium squmosum complex, stratified squamos
epithelium).
Epitel ini lebih tebal dari epitel selapis. Bentuk gepeng pada sel epitel
ini hanyalah sel-sel yang terletak pada lapisan permukaan, sedangkan sel-
sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Sel-sel yang terletak
paling basal berbentuk kuboid atau silindris melekat pada membrana
basalis. Di atas sel-sel silindris ini terdapat lapisan sel yang berbentuk
polihedral yang makin mendekati permukaan makin memipih.
Epitel ini cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi
sekresi. Jika pada permukaan epitel gepeng berlapis terdapat cairan, maka
cairan tersebut bukan berasal dari epitel melainkan berasal dari kelenjar
yang terdapat di bawah epitel.
Epitel jenis ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Epitel gepeng berlapis tanpa keratin
Epitel jenis ini terdapat pada permukaan basah, misalnya pada
cavum oris, oesophagus, cornea, conjunctiva, vagina, dan urethra
feminine.
2. Epitel gepeng berlapis berkeratin
Struktur jenis ini mirip dengan epitel gepeng berlapis tanpa keratin,
tetapi terdapat perubahan pada sel-sel permukaannya yang menjadi
suatu lapisan yang mati dan tidak jelas lagi batas-batas selnya. Lapisan
permukaan tersebut dinamakan lapisan keratin. Jenis epitel ini dapat
ditemukan pada epidermis kulit.
Lapisan-lapisan sel pada epidermis kulit adalah sebagai berikut :
a. Stratum basale
Merupakan selapis sel berbentuk silindris pendek yang terletak pada
lapisan paling bawah. Dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir pigmen
melanin.
b. Stratum spinosum
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk polihedral.
Pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya terlihat
seakan-akan sel-selnya berduri (spina) yang sebenarnya disebabkan
adanya bangunan yang disebut desmosome. Adanya desmosome
menyebabkan eratnya hubungan antar sel.
c. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri dari 2-4 lapis sel yang berbentuk belah ketupat
dengan sumbu panjangnya sejajar permukaan. Di dalam selnya terdapat
butir-butir keratohialin, oleh karena mulai lapisan ini terjadi perubahan-
perubahan fisiologis.
d. Stratum lucidum
Lapisan ini terkadang tidak jelas karena tampak sebagai garis jernih
yang homogen. Sebenarnya lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti
yang telah mati dan mengandung zat eleidin dalam sitoplasmanya.
e. Stratum corneum
Merupakan lapisan teratas dari epidermis. Pada lapisan ini zat eleidin
telah berubah menjadi keratin. Bagian terluar dari lapisan ini, terdapat
bagian-bagian epidermis yang dilepaskan sehingga merupakan lapisan
tersendiri yang disebut dengan Stratum disjunctum.
5. Epitel silindris berlapis (Epithelium cilindricum complex, stratified
columnar epithelium).
Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan yang
teratas berbentuk silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai
membran basalis. Lapisan sel-sel di bawah sel silindris berbentuk lebih
pendek bahkan bagian yang terbawah berbentuk kuboid. Jenis epitel ini
dapat ditemukan pada peralihan oropharing ke laring, fornix
conjunctivae, urethra pars cavernosa dan ductus excretorius beberapa
kelenjar. Pada beberapa tempat tertentu permukaan sel dari lapisan
teratas dilengkapi dengan silia, seperti pada facies nasalis palatum
molle, laring dan oesophagus dari fetus.
6. Epitel cuboid berlapis (Epithelium cuboideum complex ).
Merupakan epitel berlapis yang terdiri atas sel-sel permukaan yang
berbentuk kuboid. Jenis epitel ini tidak terlalu banyak di dalam tubuh
yaitu pada ductus excretorius glandula parotis dan dinding anthrum
folliculi ovarii.
7. Epitel silindris bertingkat (Epithelium cilindricum pseudocomplex,
epitel silindris berlapis semu).
Pada jenis epitel ini, semua sel-sel yang menyusunnya mencapai
membrane basalis. Tinggi sel-sel penyusunnya tidak sama sehingga
letak inti-inti selnya nampak bertingkat atau berlapis. Sel-sel yang
berukuran pendek memiliki inti yang pendek dan berfungsi sebagai
penyokong. Epitel jenis ini mempunyai modifikasi dengan adanya silia
pada permukaan sel yang berukuran tinggi, sehingga epitel ini disebut
sebagai epitel silindris bertingkat bersilia. Epitel ini dapat ditemukan
pada trachea, bronchus yang besar, dan ductus deferens. Pada trachea
sel-sel yang mencapai permukaan terdapat dua jenis yaitu sel bersilia
dan sel piala (Goblet cell) sebagai sel kelenjar.
8. Epitel transisional (Transisional epithelium ).
Epitel ini merupakan bentuk peralihan tergantung dari keadaan
ruangan organ yang dibatasi. Epitel jenis ini cocok untuk melapisi
permukaan suatu organ berongga yang selalu mengalami perubahan
volume seperti kandung kemih dan juga saluran kemih mulai dari
calyces renales sampai sebagian dari urethra. Sel-sel paling basal dari
epitel tersebut berbentuk kuboid atau silindris. Sel-sel yang terdapat
diatas lapisan basal terdiri atas sel-sel yang berbentuk polihedral yang
kemudian dilanjutkan dengan sel-sel yang berbentuk sebagai buah labu
atau bola lampu dengan bagian bulat menuju ke arah permukaan. Sel-
sel ini bentuknya menyesuaikan dengan bentuk sel permukaan yang
dapat berubah. Pada lapisan teratas, bentuk selnya cembung dan
berukuran besar mirip payung tanpa tangkai sehingga dinamakan Sel
Payung. Bagian bawah dari sel payung bentuknya cekung sesuai
dengan permukaan bulat dari sel berbentuk labu. Permukaan sel payung
dilengkapi dengan crusta yang dapat berfungsi untuk melindungi
terhadap cairan kemih yang berada dalam rongga.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikun ini adalah mikroskop
binokuler.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah preparat
penampang melintang ginjal dan preparat melintang duodenum
3.3 Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Amati preparat dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 dan 10x40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Jaringan Epitel
No. Gambar Keterangan
1.
1 Preparat penampang
melihat ginjal. Perbesaran
40x.

1. Inti sel
2. Epitel pipih selapis

2.
2 1
Preparat penampang
melintang duodenum.
Perbesaran : 40x

1. Epitel selapis silindris


2. Lamina basilis
3. Mikro vili

4.2 Pembahasan
Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan
thele yang berarti nipple atau punting. Penggunaan istilah epitel meluas untuk
semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular membrane)
baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. Dengan berkembangnya
pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada kumpulan sel
yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga digunakan untuk
kelenjar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian embriologis yang
menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada permukaan tumbuh ke dalam jaringan
pengikat di bawahnya dan berkembang menjadi kelenjar.
Jaringan epitel mempunyai ciri-ciri umum terdiri atas sel-sel yang saling
berdekatan, yang berbentuk pipih. Hanya ada sedikit material antarsel. Jaringan
bersifat avaskular atau tanpa pembuluh darah. Permukaan atas epithelium
bebas, atau terbuka bagi bagian luar tubuh atau rongga tubuh bagian dalam.
Permukaan basal berada pada jaringan ikat. Pembelahan sel pada epithelium
terjadi secara terus menerus untuk menggantikan sel-sel yang rusak. Ada 2
macam. jaringan epithelium, yaitu epithelium permukaan merupakan epitel
pelapis berbaris yang menutupi permukaan tubuh dan organ tubuh bagian
dalam, epitelium kelenjar menyekresi hormon atau produk lain.
Pada praktikum tentang jaringan epitel praktikan menggunakan preparat
awetan epitel silindris dan epitel pipih selapis. Pada preparat epitel silindris
yang tersusun dari membran basal dan epitel silindris. Epitel selapis slindris
terdiri dari satu lapis sel dan selnya berbentuk silindris (torak). Terlihat seperti
epitelium kubus, namun potongan tegak lurus terlihat lebih tinggi. Sel epitel
silindris ini ada yang memiliki silia pada permukaannya, seperti yang terdapat
pada oviduk. epitel ini memiliki bentuk seperti silinder atau tabung, kemudian
sitoplasmanya jernih dan terkadang berbutir-butir, serta nukleusnya terletak
didekat dasar. Epitel selapis silindris memiliki beberapa fungsi seperti lapisan
pelindung atau proteksi, sebagai tempat absorbsi atau tempat penyerapan zat,
serta sebagai difusi atau terdapat terjadinya pertukaran zat.
Selanjutnya adalah preparat ginjal, tersusun dari inti sel, sel epitel, dan
membrane basal. Bentuk jaringan epitel pada preparat ini adalah kubus selapis.
Jaringan epitel ginjal yang berbentuk kubus selapis berfungsi sebagai
pelindung jaringan dibawahnya dan sebagai sekresi. Membran basal berfungsi
sebagai tempat menempelnya jaringan epitel.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan
thele yang berarti nipple atau punting. Penggunaan istilah epitel meluas untuk
semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular membrane)
baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. istilah epitel tidak
terbatas pada kumpulan sel yang membentuk membran yang menutupi, tetapi
juga digunakan untuk kelenjar.
5.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum, sebaiknya semua praktikan lebih aktif dan
teliti dalam melakukan pengamatan agar dapat mengamati bagian-bagian
maupun bentuk berbagai jaringan epitel. Hal ini dilkukan agar tujuan dari
praktikum ini dapat tercapai. Sebaiknya preparat atau bahan yang ada
dilaboratorium dilengkapi agar praktikum dapat berjalan dengan lancar
sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Bajpai, R.N. 1989. Histologi Dasar. Jakarta:Binarupa Aksara.

Campbell, Neil A., Reece, Jane B., dan Mitchell, Lawrence G. 2004. Biologi.
Edisi kelima. Erlangga, Jakarta. Halaman 7-10

Kimball, John. W. 1992. Biologi. Jakarta: Erlangga

Pratiwi D.A.,Sri Maryati, Srikini, Suharno, Bambang S. 2006. Biologi SMA jilid
2 untuk kelas XI. Jakarta . Erlangga

Rahayu, Charisma. 2013. Jaringan Epitel.


http://charismarahayucharisma.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10
oktober 2018

Subowo, 1992. Histologi Umum . Pusat Antar Universitas-Ilmu Hayati Institut


Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai