Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

KONSEP MANAJEMEN RUANG ICU

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Desqiya Qatrunnada (P07120419043)


2. Haekal Aripin (P07120419047)
3. Mindratu (P07120419052)
4. Ni Kadek Puja Astuti (P07120419054)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TINGKAT 1IIB/SEMESTER VI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul.
“KONSEP MANAJEMEN RUANG ICU” ini dapat terselesaikan pada waktu
yang telah di tentukan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan penyusun ke depannya.
Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan,
arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
kami penyusunnya.

Mataram, 20 Februari 2022

Penyusun
Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Kata Pengantar..................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................. ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan.................................................................................... 3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ruang ICU................................................................................. 3
B. Tujuan Pelayanan Ruang ICU................................................................. 4
C. Jenis-Jenis Ruang ICU............................................................................. 5
D. Klasifikasi ICU........................................................................................5
E. Syarat-Syarat Ruang ICU........................................................................ 7
F. Ruang Lingkup ICU................................................................................. 7
G. Indikasi Masuk Pasien ICU..................................................................... 8
H. Indikasi Keluar ICU................................................................................. 8
I. Struktur Ruang ICU................................................................................. 9
J. Standar Kualitas ICU............................................................................... 12
K. Sarana dan Prasarana............................................................................... 13
L. Peralatan yang Harus ada di ICU............................................................. 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................16
B. Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Intensiv Care Unit (ICU) merupakan
ruang perawatan dengan tingkat resiko kematian pasien yang tinggi. Tindakan
keperawatan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien.
Pengambilan keputusan yang cepat ditunjang data yang merupakan hasil observasi
dan monitoring yang kontinu oleh perawat. Tingkat kesibukan dan standar perawatan
yang tinggi membutuhkan manajemen ICU dan peralatan teknologi tinggi yang
menunjang. Secara umum, manajemen itu memiliki ciri-ciri yaitu : adanya tujuan
yang ingin dicapai, adanya sumber daya, upaya penggerakan sumber daya, adanya
orang yang menggerakkan sumber daya (manajer), adanya proses perencanaan-
pengorganisasian-penggerakan pelaksana-pengarahan dan pengendalian. Begitupun
manajemen yang ada dirumah sakit terutama di ruang ICU, kata sebagai seseorang
perawat juga harus betul-betul memahami seperti apa tugas-tugas dan tanggung
jawab masing-masing pelaksana kesehatan, mengentahui seperti apa ruang ICU dan
masih banyak lainnya.

Intensive Care Unit (ICU) menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1778/MENKES/SK/XII/2010 adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi di bawah direktur pelayanan) dengan staf khusus danperlengkapan khusus
yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit dan cedera yang mengancam nyawa atau berpotensi mengancam nyawa
dengan prognosis yang tidak tentu.

Ruang ICU merupakan ruang perawatan bagi pasien kritis yang memerlukan
intervensi segera untuk pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi
dan memerlukan pengawasan yang konstan secara kontinyu juga dengan tindakan
segera (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Pelayanan di ruang

1
Intensive Care Unit (ICU) merupakan pelayanan yang bersifat multidisiplin dan
komperhensif, tindakan suportif terhadap fungsi organ-organ tubuh menjadi utama.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah :
Bagaimana konsep manajemen ruang intensif care unit (ICU).

C. TUJUAN
Adapun tujuan kelompok dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu
tugas mata kuliah keperawatan kritis dan untuk mengetahui serta memahami
manajemen rumah sakit khususnya di ruang intensif care unit (ICU).

D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat yang ingin kami capai dalam penulisan makalah ini adalah
untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai seperti apa konsep
manajemen di ruang intensif care unit (ICU).

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. DEFINISI RUANG ICU


Perawatan intensif care unit merupakan pelayanan keperawatan yang saat
ini sangat perlu untuk di kembangkan di Indonesia yang bertujuan untuk
memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial reversibel,
memberikan asuhan kepada pasien yang memerlukan observasi ketat dengan atau
tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan diruang perawatan umum,
memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan pontensial atau adanya
kerusakan organ umumnya perlu mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat
dihindari pada pasien-pasien pengarahan (actuating), dan pengawasan
(controlling).
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang
dilengkapi dengan staff dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati
pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai
intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya
sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Tiap
pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena memerlukan
pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat
dapat dipantau perubahan yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-
organ tubuh lainnya (Rab, 2008).
Association of Critical Care Nursing (2014), peran perawat ICU dalam
keperawatan kritis adalah salah satu keahlian khusus didalam ilmu perawatan
yang menghadapi secara rinci terhadap manusia dan bertanggung jawab atas
masalah yang mengancam jiwa, Pelayanan keperawatan kritis di lCU merupakan
pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi kritis yang mengancam
jiwa, sehingga harus sehingga harus dilaksanakan oleh tim terlatih dan
berpengalaman di ruang perawatan intensif.

3
Pelayanan keperawatan kritis bertujuan untuk memberikan asuhan bagi
pasien dengan penyakit berat yang membutuhkan terapi intensif dan potensial
untuk disembuhkan, memberikan asuhan bagi pasien berpenyakit berat yang
memerlukan observasi atau pengawasan ketat secara terus-menerus, untuk
mengetahui setiap perubahan pada kondisi pasien yang membutuhkan intervensi
segera (Kemenkes, 2011). Kemampuan mengobservasi dan pengawasan ketat
dibidang perawatan kegawatan, salah satunya adalah kegawatan dalam
monitoring hemodinamik pada pasien kritis. Di Indonesia, ketenagaan perawat di
ruang ICU di atur dalam keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2011 tentang pedoman penyelenggaraan
pelayanan ICU di rumah sakit yaitu, untuk ICU level I maka perawatnya adalah
perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan lanjut, untuk
ICU level II diperlukan minimal 50% dari jumlah seluruh perawat di ICU
merupakan perawat terlatih dan bersertifikat di ICU, dan untuk ICU level III
diperlukan minimal 75% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat
terlatih dan bersertifikat ICU.

B. TUJUAN PELAYANAN RUANG ICU


Adapun tujuan pelayanan yang dilakukan di ruang intensif care unit antara lain
sebagai berikut:
1. Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kematian atau cacat.
2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi
dan monitoring yang ketat disertai kemampuan menginterpretasikan setiap
data yang didapat dan mrlakukan tindakan lanjut.
3. Menerima rujukan dari level yang lebih rendah menuju level yang lebih
tinggi.
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
5. Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses
penyembuhan pasien.

4
C. JENIS-JENIS ICU
Menurut fungsinya intensif care unit (ICU) dibagi menjadi beberapa unsur yaitu :
1. ICU Khusus
Dimana pasien dirawat dengan payah dan akut dari satu jenis penyakit.
Adapun contohnya yaitu :
a. ICCU (Intensif Coronary Care Unit) yaitu ruang untuk pasien yang dirawat
dengan gangguan pembuluh darah coroner.
b. Resfiratory Unit yaitu ruang untuk pasien yang dirawat dengan gangguan
pernafasan.
c. Renal Unit yaitu ruang untuk pasien dengan gangguan gagal ginjal.
2. ICU umum
Dimana pasien dirawat dengan sakit akut di semua bagian rumah sakit.
Menurut umur, ICU anak & neonatus dipisahkan dengan ICU dewasa.

D. KLASIFIKASI ICU
1. ICU Primer (RS type D/Kecil)
a. Ruangan sendiri, letak dekat kamar bedah, ruang darurat dan ruang
perawatan lain.
b. Memiliki kebijakan / kriteria pasien masuk dan keluar.
c. Memiliki seorang dokter spesialis anaestesiologi sebagai kepala.
d. Ada dokter jaga 24 jam dan mampu melakukan resusitasi jantung paru.
e. Konsulen dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat.
f. Jumlah perawat yang cukup dan mempunyai sertifikat pelatihan
perawatan intensif minimal satu orang per shift.
g. Pemeriksaan laboratorium tertentu & Rontgen untuk kemudahan
diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi.
2. ICU Sekunder (RS Type C)
a. Ruangan tersendiri, berdekatan dengan kamar bedah, ruang darurat dan
ruang rawat lain.

5
b. Memiliki kriteria pasien masuk , keluar dan rujukan.
c. Tersedia dokter spesialis sebagai konsultan yang dapat menanggulangi
setiap saat bila diperlukan.
d. Memiliki seorang kepala ICU yaitu seorang dokter konsultan intensifcare
atau bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anaestesiologi, yang
bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga minimal mampu
melakukan resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan hidup
lanjut ).
e. Perawat lebih dari 50 % bersertifikat ICU dan minimal berpengalaman
kerja
f. Ventilasi mekanis lebih lama dan batas tertentu, melakukan pemantauan
invasif dan usaha penunjang hidup.
g. Laboratorium tertentu, Rontgen 24 jam dan fisioterapi.
h. Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi.
3. ICU Tersier (RS Type A/B)
a. Tempat khusus tersendiri di rumah sakit.
b. Memiliki kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan.
c. Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil setiap
saat bila diperlukan.
d. Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensif care atau
dokter ahli yang lain, yang bertanggung jawab secarake seluruhan.
e. Ada dokter jaga 24 jam dan mampu melakukan resusitasi jantung paru
(bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut).
ICU Tersier lanjutan
a. Memiliki perawat lebih dari 75 % bersertifikat ICU dan minimal
berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama 3 tahun.
b. Mampu melakukan semua bentuk pemantauan danperawatan intensif baik
invasive maupun non invasive.
6
c. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen untuk
kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi.
d. Memiliki paling sedikit seorang yang mampu mendidik medik dan
perawat agar dapat memberikan pelayananyang optimal pada pasien.
e. Memiliki staf tambahan lain misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam
medik, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian.

E. SYARAT - SYARAT RUANG ICU


1. Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar pulih
sadar (Recovery Room)
2. Suhu ruangan diusahakan 22-25 oC, nyaman, energi tidak banyak keluar.
3. Ruang tertutup & tidak terkontaminasi dari luar
4. Merupakan ruangan aseptic & ruang antiseptic dengan dibatasi kaca-kaca
5. Kapasitas tempat tidur dilengkapi dengan alat-alat khusus
6. Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
7. Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi
8. Tempat dokter dan perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk
mengobservasi pasien.

F. RUANG LINGKUP PELAYANAN ICU


Menurut Kemenkes (2011) meliputi hal- hal sebagai berikut:
a. Diagnosis dan penatalaksanaan penyakit akut yang mengancam nyawa dan
dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
b. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
penatalaksanaan spesifik problema dasar.
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenic.

7
d. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung dengan alat atau mesin dan orang lain.

G. INDIKASI MASUK ICU


Menurut Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif RSUP Dokter Kariadi
Semarang (2016) yaitu:
1. Pasien prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi seperti: dukungan ventilasi, alat penunjang fungsi
organ, infus, obat vasoaktif/inotropik obat anti aritmia. Sebagai contoh
pasien gagal nafas akut, gagal sirkulasi, gagal susunan syaraf, dan gagal
ginjal.
2. Pasien prioritas 2
Golongan pasien memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab
sangat beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh
pasien yang mengalami penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan
berat atau pasien yang telah mengalami pembedahan mayor. Terapi pada
golongan pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas karena kondisi mediknya
senantiasa berubah.
3. Golongan pasien priorotas 3
Pasien golongan ini adalah pasien kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, yang disebabkan penyakit yang mendasarinya atau penyakit
akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau
manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Sebagai contoh antara
lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial
tamponande, sumbatan jalan nafas, atau pesien penyakit jantung, penyakit
paru terminal disertai kmplikasi penyakit akut berat.

8
H. INDIKASI KELUAR ICU
Adapun standar keluar ICU antara lain sbb :
1. Penyakit atau keadaan telah membaik dan cukup stabil
2. Terapi dan perawatan Intensiv tidak memberi hasil pada pasien
3. Dan pada saat itu pasien tidak menggunakan ventilator
4. Pasien mengalami mati batang otak
5. Pasien mengalami stadium akhir (ARDS stadium akhir)
6. Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU (Pulang Paksa)

Adapun prioritas pasien yang keluar ICU yaitu sebagai berikut:

1. Prioritas I
Apabila pasien tidak membutuhkan perawatan intensif lagi, terapi mengalami
kegagalan, prognosa jangka pendek buruk sekali kemungkinan bila
perawatan intensif dilanjutka misalnya pasien yang mengalami tiga atau lebih
gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.
2. Prioritas II
Apabila hasil pemantauan intensif menunjukkan bahwa perawatan intensif
tidak dibutuhkan dan pemamntauan intensif selanjutnya tidak diperlukan lagi.
3. Prioritas III
Tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensive jika diketahui kemungkinan
untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntungan terapi hanya sedikit
manfaatnya misalnya pasien dengan penyakit lanjut paru kronis, liver
terminal, metastase carcinoma.

I. STRUKTUR INTENSIV CARE UNIT


1. Kepala ICU
Tanggung jawab penatalaksanaan medis dan administrasi dibebankan pada
seorang dokter yang bekerja full time atau minimal 50% waktu kerjanya
dicurahkan untuk memberikan pelayanan intensif dan secara fisik dapat
9
dihubungi dan tidak terikat kewajiban lain yang menyita waktu dan
kedudukannya sebagai kepala ICU. Kepala ICU hanya memiliki tanggung
jawab medis dan administratif untuk bagian yang dibawahinya, dan posisi ini
sebaiknya tidak dirangkap dengan tanggung jawab sebagai atasan di bagian
atau fasilitas lain di rumah sakit tersebut. Kepala ICU bertanggungjawab atas
pelayanan yang dilakukan bersama profesi terkait baik yang menjadi
penanggungjawab pasien sebelum dirujuk ke ICU maupun bersama profesi
yang memberi konsultasi dan atau yang ikut melakukan perawatan/terapi.
Kepala ICU sebaiknya seorang yang telah mendalami spesialisasi
anestesiologi, ilmu penyakit dalam, bedah , ilmu kesehatan anak atau bagian
lain dan pernah menjalani pelatihan dan pendidikan formal di bidang
kedokteran perawatan.
2. Stap medis Kepala ICU
Stap medis Kepala ICU dibantu oleh dokter yang ahli di bidang perawatan
intensif. Jumlahnya dihitung menurut jumlah tempat tidur di bagian itu,jumlah
pergantian kerja tiap hari , jumlah hari kerja per minggu dan sebagai fungsi
dari beban kerja klinis, riset dan pendidikan. Untuk menjamin kelangsungan
kerja, ICU dianjurkan setidaknya mempekerjakan 4 orang dokter yang ahli di
bidang perawatan intensif tiap 6-8 tempat tidur. Staf medis bertugas
melaksanakan dan mengkoordinir rencana perawatan/terapi bersama dokter
yang memasukkan pasien dan konsultan lain, serta menampung dan
menyimpulkan opini yang berbeda dari konsultan-konsultan tersebut sehingga
tercapai pelayanan dan pendekatan yang terkoordinir pada pasien dan keluarga.
Untuk tujuan tersebut mereka perlu mengatur visite harian untuk
memberitahukan rencana terapi dan perawatan.Pada acara ini semua staf
sebaiknya dilibatkan. Dokter pemilik/perujuk pasien sebaiknya datang setiap
hari untuk mengetahui hasil diskusi,saran-saran dan perkembangannya.
Anggota staf medis ICU bertanggungjawab atas perawatan medis dan
administratif pasien yang dirawat di unit tersebut.

10
Mereka merumuskan kriteria masuk dan keluar serta bertanggungjawab atas
protokol diagnost dan terapi guna standarisasi perawatan di bagian
tersebut.Setiap dokter dan perawat yang bekerja di ICU wajib ;
a. Memperdalam pengetahuannya dengan mengikuti perkembangan ilmu dari
kepustakaan, seminar, lokakarya dsb.
b. Secara berkala mengikuti pengetahuannya dengan mengikuti
perkembangan ilmu dari kepustakaan, seminar, lokakarya dsb.
c. Secara berkala mengikuti pendidikan kedokteran berkelanjutan/pendidikan
keperawatan dalam bidang intensive care.
3. Bagian staf keperawatan
Untuk staf keperawatan dalam ruang ICU terdiri atas: Kepala Perawat ICU
adalah Perawat anestesi (D III atau sederajat) atau perawat yang telah
mendapat pelatihan dan pendidikan di bidang perawatan atau terapi intensif
sekurang-kurangnya 6 bulan atau perawat yang telah membantu pelayanan di
ICU minimal 1 tahun. Dalam menjalankan tugasnya kepala perawat dibantu
oleh seorang wakil kepala perawat yang sewaktu-waktu bisa
menggantikannya. Kepala perawat harus mampu menjaga kelangsungan
pendidikan bagi staf perawat. Kepala perawat dan wakilnya sebaiknya tidak
dilibatkan dalam aktivitas keperawatan rutin. Staf Perawat Perawat ruang
intensif adalah perawat yang telah mendapat pelatihan dan pendidikan di
bidang perawatan atau terapi intensif sekurang-kurangnya 6 bulan atau perawat
yang telah bekerja pada pelayanan di ICU minimal 1 tahun. Setiap perawat
yang bertugas di ICU harus memiliki kualifikasi tertentu, memahami fungsi
ICU ,tata kerja dan peralatan yang digunakan untuk menjaga mutu pelayanan,
mencegah timbulnya penyulit dan mencegah kerusakan pada alat-alat
canggih/mahal. Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah (rasio jumlah perawat
terhadap pasien) adalah Ideal = 1:1, Optimal = 1:2,Minimal =1:3.Pelayanan
perawatan dilaksanakan 24 jam terus-menerus dan pengaturan tenaganya
dibagi dalam 3 shift jaga. Pada setiap shift ditunjuk perawat penanggungjawab
dan dilakukan serah terima pasien. Untuk setiap penderita sebaiknya ditunjuk
11
seorang perawat yang bertanggungjawab mengenai perawatan, penyediaan
alat-alat medik dan obat-obatan. Perawat yang sedang menjalani pelatihan
bidang perawatan intensif dan keperawatan gawat darurat harus dilatih dan di
bawah pengawasan staf perawat terlatih. Mereka tidak dapat penuh
menggantikan staf perawat reguler.
4. Ahli Fisioterapi, Untuk setiap 12 tempat tidur harus tersedia seorang ahli
fisioterapi yang bekerja 7 hari dalam seminggu.
5. Ahli Radiologi, Ahli radiologi sebaiknya dapat dihubungi setiap waktu dalam 24
jam. Interpretasi hasil pemeriksaan oleh radiolog harus tersedia setiap waktu.
6. Ahli Gizi Harus dapat dihubungi setiap waktu selama jam kerja normal.
7. Tenaga analis obat ICU sebaiknya mempunyai seorang analis yang tugasnya
memeriksa pengadaan obat.
8. Ahli Teknik Perawatan kalibrasi dan perbaikan peralatan teknis di bagian ini perlu
ditangani dengan cermat oleh seorang ahli tehnik,yang tersedia 24 jam.
9. Tenaga Administrasi Untuk setiap 6 tempat tidur sebaiknya disediakan seorang
tenaga administrasi yang mengurusi administrasi pasien, dokumen medis,
laboratorium dan lain-lain.
10. Tenaga Kebersihan Di ICU sebaiknya tersedia grup bagian kebersihan yang
khusus. Mereka perlu mengetahui protokol pencegahan infeksi dan bahaya dari
peralatan medis.

J. STANDAR KUALIFIKASI INTENSIVE CARE UNIT


Ruangan ICU merupakan suatu unit di RS yang dibandingkan dengan
ruagan lain, banyak perbedaan,tingkat pelayanannya. Tingkat pelayanan ini
ditentukan oleh jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang ,jumlah dan macam
pasien yang dirawat, untuk itu harus ditunjang oleh tenaga yang memenuhi
kualifikasi standart ICU.
Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :
1. Resusitasi jantung paru

12
2. Pengelolaan jalan nafas termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator
sederhana
3. Terapi oksigenasi
4. Pemamtauan EKG,pulse oximetri terus menerus
5. Pemberian nutrisi enteral dan panenteral
6. Pelaksanaan terapi secara titrasi
7. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai kondisi pasien
8. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama
transportasi pasien gawat
9. Kemampuan melakukan fisioterapi dada

K. SARANA DAN PRASARANA


1. Lokasi, dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih sadar
dan berdekatan atau mempunyai akses yang mudah ke unit gawat
darurat.laboratorium dan radiologi.
2. Desain, tandart ICU yang memadai ditentukan desain yang baik dan
pengaturan ruang yang adekuat.Adapun bangunan ICU Sebaiknya terisolasi
dan mempunyai standart tertentu terhadap Bahaya Api, Ventilasi, AC,Pipa
air, Komunikasi,Bakteorologis,Exhausts fan,Kabel monitor,dan Lantai
mudah dibersihkan ,keras dan rata.
3. Area pasien
a. Unit terbuka 12-16 M2/pertempat tidur
b. Unit tertutup 16-20 m2 bertempat tidur.
c. Jarak antara TT ; 2 m
d. Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan, setiap 2 TT
e. Unit tertutup 1 ruangan terdiri 1 tempat tidur dan 1 tempat cuci tangan.
f. Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan level ICU
g. Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi khusus dengan lampu
TL 10 watt/m2. Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan
pasien dan petugas, desain dari unit memperhatikan privasi pasien.
13
4. Area Kerja meliputi:
a. Ruang yang cukup untuk staf dan menjaga kontak visual perawat dengan
pasien.
b. Ruang yang cukup untuk memonitor pasien peralatan resusitasi dan
penyimpanan obat danalat(lemari pendingin)
c. Ruang yang cukup untX-Ray mobil dan mempunyai tekanan negatif.
d. Ruang untuk telpon dan sistem komunikasi lain seperti komputer, koleksi
data, alat untuk penyimpanan alat tulis.
5. Lingkungan Mempunyai pendingin/AC yang dapat mengontrol suhu dan
kelembaban sesuai dengan luas ruangan .Suhu 220-250.
6. Ruang Isolasi Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti
pakaian sendiri.
7. Ruang Penyimpanan Peralatan dan Barang Bersih. Untuk penyimpanan
monitor, ventilator, pompa infus dan pompa syringe, peralatan dialisi, alat-
alat hisap, linen dan tempat penyimpanan barang dan alat bersih.
8. Ruang Tempat Pembuangan Alat atau Bahan Kotor.
a. Ruang untuk membersihkan alat-alat, pemeriksaan urine, pengosongan
dan pembersihan pispot dan botol urine.
b. Desain untuk menjamin tidak ada kontaminasi
9. Ruang Perawat Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat
yang bertugas dan kepala ruangan.
10. Ruang Staf Dokter.
11. Ruang Tunggu Keluarga Pasien.
12. Laboratorium yang terpusat.

L. PERALATAN YANG HARUS TERSEDIA


1. Jumlah dan macam peralatan yang ada, sesuai dengan tipe ICU sekunder.
2. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat yaitu ada
program kalibrasi dan pemeliharaan alat, ada buku pemakaian alat serta

14
pemeliharaan alat, ada protap-protap pemakaian kalibrasi dan pemeliharaan
alat-alat.
3. Untuk di ICU sendiri sekarang terdapat peralatan dasar, yang meliputi :
a. Ventilator.
b. Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
c. Alat hisap atau suction.
d. Peralatan akses vaskuler.
e. Peralatan monitor unvasif dan non invasif
f. Defibrilator dan alat pacu jantung
g. Alat pengatur suhu pasien.
h. Peralatan drain thorak.
i. Pompa infus dan pompa syringe
j. Peralatan portable untuk transportasi, tempat tidur khusus.
k. Lampu untuk tindakan. Ruang Hemodialisa juga tersedia untuk mendukung
fungs ICU
4. Monitoring Peralatan. Hal-hal yang sangat vital sangat ditekankan pada
pemantauannya termasuk peralatan yang digunakan untuk transportasi pasien
yaitu:
a. Mengerti dan tahu tentang tanda bahaya kegagalan pasokan gas.
b. Mengerti tentang kegagalan pasokan oksigen, maka alat yang secara
otomatis teraktifasi untuk memonitor penurunan tekanan pasokan oksigen
yang selalu terpasang di ventilator.
c. Pemantauan konsentrasi oksigen :Semua petugas diruang ICU diharapkan
mengetahui tentang bahaya kegagalan ventilator atau diskonsentrasi sistem
pernafasan. Pada pengguna ventilator otomatis, harus ada alat yang didapat
segera mendeteksi kegagalan sistem pernafasan atau ventilator secara terus
menerus.
d. Volume dan tekanan ventilator terpantau secara akurat dan
berkesinambungan.

15
e. Harus memantau suhu alat pelembab (humidifier) apabila terjadi
peningkatan suhu udara inspirasi.
f. Terpasang alat elektro kardiograf pada setiap pasien dan dapat dipantau terus
menerus
g. Harus tersedia pulse oksimetri pada setiap pasien ICU

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil uraian makalah ini dimana penulis telah merangkum tinjauan
teoritis dan tinjauan kasus, serta pembahasan dari keduanya maka dapat
diuraikan bahwa Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat
ini sangat perlu untuk di kembangkan di Indonesia yang bertujuan memberikan
asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial reversibel,memberikan
asuhan pada pasien yang memerlukan Observasi ketat dengan atau tanpa
pengobatan yang tidak dapat diberikan diruang perawatan umum 16. 16.
Ruangan ICU adalah suatu unit di RS yang dibandingkan dengan ruagan lain,
banyak perbedaan,tingkat pelayanannya.Tingkat pelayanan ini ditentukan oleh
jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang ,jumlah dan macam pasien yang
dirawat, untuk itu harus ditunjang oleh tenaga yang memenuhi kualifikasi standar
ICU.

B. SARAN
Adapun saran kami dalam penulisan makalah ini yaitu kami berharap
dengan adanya makalah ini, dapat dipergunakan sebagai mana mestinya sehingga
dapat dijadikan acuan perawat dalam mengatur atau memanage tugas-tugasnya
dalam pemberian pelayanan keperawatan di rumah sakit khusunya pada bagian

16
intensive care unit (ICU) dan juga sebagai acuan dalam peningkatan pendidikan
dan pengetahuan dalam pemberian pelayanan kesehatan demi terciptanya
kualitas dan mutu pelayanan kesehatan yang optimal

DAFTAR PUSTAKA

Morton, Patricia Gonce, dkk. 2011. Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistic.
Jakarta : ECG.

https://www.slideshare.net/arfan14696/manajemen-icu (Diakses pada hari sabtu, 19


February 2022. pada pukul 14.23 wita)

https://id.scribd.com/document/354880636/1-MODUL-MANAJEMEN-DI-RUANG-
ICU-doc (Diunggah oleh akun Agin Gyn Chu pada tanggal 27 Juli 2017_DAN
diakses pada tanggal : Minggu, 20 Februari 2020. Pukul 10.50 wita)

https://id.scribd.com/doc/46918122/manajemen-keperawatan-icu (Diunggah oleh


Nirwelang_dan diakses pada tanggal :Sabtu, 19 Februari 2020. pukul 14.40 wita)

17

Anda mungkin juga menyukai