Anda di halaman 1dari 37

RESUME KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA TN.

A
DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN DEWASA
DENGAN MASALAH UTAMA TUBERCULOSIS PARU PADA NY. A
DI LINGKUNGAN DASAN CERMEN BARAT
LINGKUNGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS BABAKAN
TANGGAL 03 – 04 FEBRUARI 2021

oleh :

Ni Made Putri Saraswati (P07120418010)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus ini telah disahkan dan disetujui
oleh pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :

Nama :
NIM :
Kasus :
Hari/Tanggal :
Bangsal/Ruangan :

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
(Friedman 1998).
Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga.(Sayekti 1994).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Effendy, 1998).
1. Bentuk / Type Keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dananak yang diperoleh dari
keturunannya, adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman bibi).
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yng bercerai
atau kehilangan pasangannya.
d. Orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak
akibat perceraian atauditinggal pasangannya.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
f. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri
tanpa pernah menikah (the single adult living alone)
g. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non
marital heterosexsual cobabiting family)
h. Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin
sama (gay and lesbian family).
i. Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family),
j. Karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup
dalam satu kominiti dengan adat istiadat yang sangat kuat (Depkes
RI. 2002)

B. Peranan dan Struktur Keluarga


1. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua
arah akan sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling
mengingatkan dan memotivasi penderita untuk terus melakukan
pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan.
2. Struktur peran keluarga
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya
dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari
terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.
3. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang
mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan suasana
kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam keluarga.
4. Nilai atau norma keluarga
Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan
merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam
keluarga.(Suprajitno, 2004. Dalam teks Choerudin. 2011).
C. Fungsi Keluarga (Friedman, 1998)
1. Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota
keluarga yang sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan.
Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit.
2. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain.Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan
lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan
penderita tetap memperhatikan kondisinya .Sosialisasi sangat
diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi
reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan
berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan
menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
D. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas
keluarga di bidang kesehatan yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis.Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan .
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala,
perawatan dan pencegahan TBC.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan
pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan menentukan tindakan.keluarga.Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi bahkan teratasi.Ketidaksanggupan keluarga
mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang
tepat,disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat,
berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya
masalah.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara
perawatan pada penyakitnya.Jika demikian ,anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatanperlu memperoleh tindakan lanjutan
atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan
keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga
dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena
terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi
fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh
pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERCULOSIS PARU

A. Definisi
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.(Price dan Wilson, 2005).
Tuberculosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang parenkim paru. ( Smeltzer, 2001).
Tuberculosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam,
dapat merupakan organisme patogen atau saprofit (Sylvia Anderson, 1995)
Tuberculosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru (Bruner dan Suddart. 2002).
Tuberculosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah.
Penyakit ini disebabkan oleh mikrooganisme Mycobacterium tuberculosis
(Elizabeth J. Corwn, 2001).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi (FKUI, 2001).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah
yang menular disebabkan mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang
tahan asam baik bersifat patogen atau saprofit dan terutama menyerang
parenkim paru.

B. Etiologi
Tuberculosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam
(asam alkkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan
hidup pada udara kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahun dalam
lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan tuberculosis
menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi
dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosis. (Amin, 2007)
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena
kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat
bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain
kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru
melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah
infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening
setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan
tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi
sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikobakterium.
Tuberculosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun.
Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah
peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana
di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain
( Elizabeth J powh 2001)
1. Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu
dalam terapi kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
3. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4. Individu tanpa perawatan yang adekuat
5. Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan
gizi, by pass gatrektomi.
6. Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika
Latin Karibia)
7. Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8. Individu yang tinggal di daerah kumuh
9. Petugas kesehatan

C. Manifestasi Klinis
Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat
bermacam-macam atau malah banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan
sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan .keluhan yang terbanyak:
a) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-
kadang pana badan dapat mencapai 40-410 Celsius. Serangan demam
pertama dapat sembuh sebentar ,tetapi kemudian dapat timbul
kembali. Begitulah seterusnya hilang timbul demam influenza
ini ,sehingga pasien merasa tidak pernah terbeba dari serangan demam
influenza. Keadaan ini sangat terpengaruh oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkolosis masuk.
b) Batuk/batuk berdarah
Gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus.batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak
sama.mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah minggu-mimggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula.sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-
produktif) kemudian setelah timbul peradagan menjadi
produktif(menghasilkal sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa
batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang pecah.kebanyakan
batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga
terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c) Sesak bernafas
Pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak
nafas.sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut,yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru dan
takipneu.
d) Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila
infiltrasinya radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis .terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
e) Malaise dan kelelahan
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise
sering ditemukan berupa anaoreksia tidak ada nafsu makan,badan
makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, keringat malam, dll.
Selain itu juga terjadi kselitan tidur pada malam hari (Price, 2005).
Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi ilang timbul
secara tidak teratur.
f) Takikardia
(Amin, 2007)

D. Klasifikasi
Adapun klasifikasi TB paru berdasarkan petogenesisnya yaitu:
Kelas Tipe Keterangan

0 Tidak ada pejanan TB. Tidak ada riwayat terpajan.


Tidak terinfeksi Reaksi terhadap tes tuberculin
negative.
1 Terpajan TB Riwayat terpajan
Tidak ada bukti infeksi Reaksi tes kulit tuberkulin negative

2 Ada infeksi TB Reaksi tes kulit tuberculin positif


Tidak timbul penyakit Pemeriksaan bakteri negative (bila
dilakukan)
Tidak ada bukti klinis, bakteriologik
atau radiografik Tb aktif

3 TB, aktif secara klinis Biakan M. tuberkulosis (bila


dilakukan).
Sekarang terdapat bukti klinis,
bakteriologik, rsdiografik penyakit
4 TB, Riwayat episode TB atau
Tidak aktif secara klinis Ditemukan radiografi yang abnormal
atau tidak berubah;reaksi tes kulit
tuberkulin positif dan tidak ada bukti
klinis atau radiografik penyakit
sekarang
5 Tersangka TB Diagnosa ditunda

(Price, 2005)

E. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau
dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai
berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan
menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit
(biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini
basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh
limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi
hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang
besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang
alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas
lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit
bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama
leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala  pneumonia akut. Pneumonia
seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau
proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau
berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening
menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk
sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh
waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju
yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa
dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi
lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon.
Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi
tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan
percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru
lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen
brokus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt
dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung
sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi
kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi
peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh
darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai
aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada
oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena
akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang
masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.
F. Pathway

Mikrobakterium Droplet infection Masuk lewat


jalan napas

Menempel
pada paru

Menetap di
Keluar dari Dibersihkan
jaringan paru
tracheobionchial oleh makrofag
bersama sekret

Terjadi proses
Sembuh tanpa peradangan
pengobatan

Tumbuh dan berkembang


Pengeluaran zat pirogen
di sitoplasma makrofag

Mempengaruhi
Sarang primer/afek primer
hipotalamus
(fokus ghon)
Mempengaruhi sel point

Komplek Limfangi
Limafad
primer tis lokal
initis
Hipertermi regional

Menyebar ke organ lain (paru Sembuh dengan


Sembuh sendiri
lain, saluran pencernaan, tulang) bekas fibrosis
tanpa pengobatan
melalui media (bronchogen
percontinuitum, hematogen,
limfogen)
Radang tahunan
Berkembang Pembentukan
Pertahanan primer tidak adekuatKerusakan
dibronkus
menghancurkan tuberkel membaran
jaringan ikat sekitar alveolar

Radang tahuna Menurunnya


dibronkus Pembentukan permukaan
sputum efek paru
Berkembang berlebihan
menghancurkan jaringan
ikat sekitar
alveolus
Ketidak
Bagian tengah nekrosis efektifan
bersihan
jalan nafas Alveolus
Membentuk jaringan keju mengalami
konsolidasi
& eksudasi
Sekret keluar saat batuk

Gangguan Pertukaran
Batuk produktif (batuk
Gas
terus menerus)

Droplet Batuk berat


infection

Distensi
abdomen
Terhirup orang
sehat
Mual, muntah

Resiko infeksi
Intake nutrisi
kurang

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Sumber : Nanda, 2005
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan
cara:
1. Promotif
1) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2) Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya
TBC, cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3) Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
2. Preventif
1) Vaksinasi BCG
2) Menggunakan isoniazid (INH)
3) Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4) Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar
dapat diketahui secara dini.
2. Penatalaksanaan secara medik
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
a. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 –
3 bulan.
1) Streptomisin injeksi 750 mg.
2) Pas 10 mg.
3) Ethambutol 1000 mg.
4) Isoniazid 400 mg.
b. Jangka panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan,
tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat
yang diberikan dengan jenis :
1) INH.
2) Rifampicin.
3) Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan
kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
c. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila
ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi
obat:
1) Rifampicin.
2) Isoniazid (INH).
3) Ethambutol.
4) Pyridoxin (B6).
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk
mengobati juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan
atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai
penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase
yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan
adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +
Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus
terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat
ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan
dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu
perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang
dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course
(DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari
lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil
keputusan dalam penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara
mikroskopik langsung sedang pemeriksaan penunjang
lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana
tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan
Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana
penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek
yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
a. Efek Samping OAT :
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting
dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau
berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik
maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.adapun efek samping OAT antara
lain yaitu:
1) Isoniazid (INH)
a) Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf
tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat
dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari
atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan
dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin
(syndrom pellagra).
b) Efek samping berat dapat berupa hepatitis imbas obat yang dapat
timbul pada kurang lebih 0,5% pasien. Bila terjadi hepatitis imbas obat
atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman
TB pada keadaan khusus.
2) Rifampisin
a) Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan
pengobatan simtomatik ialah : Sindrom flu berupa demam, menggigil
dan nyeri tulang, Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu
makan, muntah kadang-kadang diare, Sindrom kulit seperti gatal-gatal
kemerahan
b) Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
a. Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT
harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada
keadaan khusus
b. Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila
salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera
dihentikan dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah
menghilang
c. Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas
d. Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni,
keringat, air mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena
proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus
diberitahukan kepada pasien agar dimengerti dan tidak perlu
khawatir.
3) Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan
sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi
(beri aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis
Gout, hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan
penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual,
kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4) Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang
dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30
mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan
kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan.
Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan
okuler sulit untuk dideteksi
5) Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang
berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.
Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan
peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko tersebut akan
meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala
efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan
kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera
dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan
maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan
keseimbangan dan tuli).
Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul
tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek
samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar
mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan.
Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr.
Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak
boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf
pendengaran janin. (http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf).

H. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan
ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus
tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-
hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat
pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998:
56).
a. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat
tinggal, dan tipe keluarga.
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang
dikosumsi oleh Keluarga. Untuk penderita stroke biasanya
mengkonsumsi makanan yang bayak mengandung garam,
zat pengawet, serta emosi yang tinggi.
b) Pemanfaat anfasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan merupakan faktor yang penting dalam
penggelolaan penyakit stroke faserehabilitasi terutama ahli
fisiotherapi.
c) Pengobatan tradisional
Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi
tinggi, keluarga bias memanfaatkan pengobatan tradisional
dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua kali
pagidan sore.
3) Status Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga
dalam mengenal TB Paru beserta pengelolaannya.
Berpengaruh pula terhadap polapikir dan kemampuan untuk
mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dan
gantepat dan benar.
b) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh
terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan
perawatan pada anggota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena TB Paru. Menurut (Effendy,1998)
mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena tidak seimbangnya sumbersumber yang
ada pada keluarga.
4) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Menurutfriedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai l ahir
hingga saat ini. Termasuk riwayat perkembangan dan kejadian
serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan
kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum
terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang
dapat mengakibatkan kecemasan.
5) Aktiftas
Aktifitasfisik yang keras dapat menambah terjadinya
peningkatan tekanan darah. Serangan TB Paru dapat timbul
sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olahraga
(Friedman, 1998:9).
6) Data lingkungan.
b. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai
rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangi factor
penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke fase rehabilitasi.
c. Karakteristik lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan tidak terkecuali pada TB Paru.
7) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan
pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teurapetik merupakan suatu tekhnik dimana usaha
mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan
perasaan. Tekhnik tersebut mencakup keterampilan secara
verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian
yang tinggi.
b) StrukturKekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi
kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan
stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah
pasien stroke.
c) Strukturperan
Menurut Friedman (1998), anggota keluarga menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan
membuat anggota keluarga puasa tau tidak ada konflik
dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima
dan tidak sesuai dengan harapan makaakan mengakibatkan
ketegangan dalam keluarga.
8) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang
menderita TB Paru, makaakan menimbulkan stressor
tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu
keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan
TB Paru karena kurangnya partisipasi keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).
b) Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga
yang menderita stroke dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan
anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam
status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c) Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan
melatih anak untuk berkehidupan social sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain
diluar rumah.
9) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu mana kala sedang
mengalami masalah yang belum terselesaikan.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif,
pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung
rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga. Setelah
ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih
terfokuskan.
11) Kopingkeluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan
koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress
anggota keluarga yang berkepanjangan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul menurut NANDA
(Carpenito L.J. 2001) adalah :
a. Manajemen kesehatan yang dapat diubah
b. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
c. Kurang pengetahuan
d. Konflik keputusan
e. Berduka disfungsional
f. Konflik peran orang tua
g. Isolasi sosial
h. Perubahan dalam proses keluarga
i. Potensial perubahan dalam menjadi orang tua
j. Perubahan penampilan peran
k. Potensial terhadap kekerasan
l. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga
m. Penatalaksanaan program terapeutik tak efektif
n. Perilaku mencari hidup sehat
o. Berduka diantisipasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tahap setelah kita melakukan pengkajian adalah perencanaan
keperawatan sebagai pedoman untuk memberikan tindakan perawatan
pada seseorang berdasarkan diagnosa perawatan yang muncul.
Rencana perawatan yang dapat diberikan untuk  mengatasi masalah TB
paru adalah sebagai berikut:
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
1. Resiko penularan TUM : Verbal Keluarga dapat a. Kaji tingkat
berhubungan Setelah diberikan askep pengetahuan
menyebutkan 3
dengan selama 4 hari diharapkan keluarga tentang
ketidakmampuan keluarga dapat mengerti cara dari 5 cara penularan TB
pasien dalam tentang penularan Paru
penularan TB
mengenal penyakit TB paru dan b. Diskusikan dengan
penyakit tidak terjadi penularan paru.5 keluarga tentang
tuberculosis paru lebih lanjut cara penularan TB
dan manfaat obat TUK : paru
1. Setelah diberikan c. Anjurkan keluarga
perawatan selama 1 untuk menjaga
kali kunjungan lingkungan agar
selama 30 menit tetap bersih
diharapkan keluarga d. Memotivasi keluarga
mampu mengenal untuk menghindari
penularan TB paru. hal-hal yang dapat
menularkan TB Paru
2. Setelah diberikan Verbal a. Keluarga mengerti a. Diskusikan dengan
perawatan selama 1 tentang pemberian
keluarga manfaat
kali kunjungan obat secara teratur
selama 30 menit b.Pemberian lama pengobatan secara
diharapkan keluarga pengobatan selama
teratur
mampu mengambil 6 - 8 bulan
keputusan Keluarga mampu b. Beri pujian tentang
mengenai memotivasi klien keputusan yang
pengobatan pada untuk berobat
diambil
klien. secara teratur.
c. Motivasi keluarga
untuk selalu
mengingatkan klien
minum obat
1. Setelah diberikan Psikomotorc. Keluarga mampu a. Diskusikan dengan
perawatan selama 1 merawat klien. keluarga cara
kali kunjungan d.Dapat penularan TB Paru
selama 30 menit menghindari hal- b. Ajarkan keluarga
diharapkan keluarga hal yang dapat merawat diri dan
mampu merawat menularkan klien
anggota keluarga penyakit TB paru c. Jelaskan pada
yang sakit. keluarga cara
menghindari hal-hal
yang dapat
menularkan TB paru
2. Setelah diberikan Psikomotore. Keluarga selalu a. Anjurkan keluarga
perawatan selama 1 membersihkan agar selalu menjaga
kali kunjungan rumah, menata kebersihan rumah,
selama 30 menit barang-barangnya manata barang-
diharapkan keluarga dan membedakan barang dan
mampu peralatan untuk membedakan
memodifikasi makan peralatan untuk
lingkungan rumah. f. Sinar matahari makan
dapat menyinari b. Motivasi keluarga
seluruh ruangan untuk memelihara
lingkungan rumah
agar tetap bersih dan
membuka jendela
setiap hari agar sinar
matahari menyinari
seluruh kamar
3. Setelah diberikan Psikomotorg.Keluarga dapat a. Diskusikan dengan
perawatan selama 1 memanfatkan keluarga tentang
kali kunjungan fasilitas kesehatan pentingnya fasilitas
selama 30 menit yang ada kesehatan dalam
diharapkan keluarga Keluarga dapat perawatan kesehatan
mampu mengajak keluarga.
memanfaatkan anggota keluarga b. Motivasi keluarga
fasilitas pelayanan yang sakit untuk untuk mengajak
kesehatan yang ada. berobat. anggota keluarga
yang sakit berobat ke
puskesmas.
2. Penatalaksanaan Tupan : Verbal h.Keluarga mengerti a. Diskusikan dengan
pemeliharaan Setelah diberikan askep tentang pengertian keluarga manfaat
rumah tak efektif selama 4 hari diharapkan rumah sehat lingkungan yang
berhubungan keluarga mampu menata i. Syarat rumah sehat sehat
dengan atau mempertahankan j. Manfaat rumah b. Jelaskan pada
ketidakmampuan lingkungan rumah yang sehat keluarga tentang
keluarga untuk efektif Akibat bila pengertian, syarat
memodifikasi lingkungan rumah sehat dan
lingkungan Tupen : rumah yang tidak akibat bila
dalam usaha 1. Setelah diberikan sehat lingkungan tidak
mengatasi perawatan selama 1 sehat
masalah kali kunjungan c. Motivasi keluarga
kesehatan selama 30 menit untuk menjaga
ditandai dengan diharapkan keluarga lingkungan yang
kondisi rumah mampu mengenal sehat
kurang rapi dan lingkungan yang
bersih. sehat
2. Setelah diberikan Psikomotork.Keluarga a. Diskusikan dengan
perawatan selama 1 termotivasi untuk keluarga untuk
kali kunjungan menata lingkungan mempertahankan
selama 30 menit rumah sehat bagi lingkungan yang
diharapkan keluarga keluarga sehat
mampu mengambil b. Motivasi keluarga
keputusan untuk untuk tetap menjaga
menata rumah sehat lingkungan yang
bagi keluarga sehat
c. Beri pujian terhadap
keputusan yang
diambil oleh
keluarga
3. Setelah diberikan Psikomotor Keluarga menata a. Diskusikan dengan
perawatan selama 1 perabotan agar keluarga tentang
kali kunjungan rapi dan bersih. akibat dari
selama 30 menit Keluarga lingkungan yang
diharapkan keluarga menyapu di dalam kotor
mampu menata dan dan di luar rumah b. Berikan dorongan
memelihara setiap hari pada keluarga untuk
lingkungan rumah membersihkan
lingkungan rumah
c. Anjurkan keluarga
untuk menyapu di
dalam dan di luar
kamar setiap hari
4. Setelah diberikan Psikomotor Keluarga dapat a. Memotivasi keluarga
perawatan selama 1 membuat kamar agar mampu
kali kunjungan tidak lembab dan memodifikasi
selama 30 menit pengap lingkungan rumah
diharapkan keluarga l. Sinar matahari agar tampak bersih
mampu dapat masuk dan rapi
memodifikasi keseluruh ruangan b. Anjurkan keluarga
lingkungan rumah Jendela terbuka untuk meningkatkan
untuk meningkatkan setiap hari kesehatan keluarga
kesehatan keluarga Peralatan tertata dengan cara
rapi Bantal dan membersihkan
kasur dijemur lingkungan, barang-
minimal 2 kali barang tertata rapi
seminggu dan menjemur
bantal, kasur
minimal 2 kali
seminggu
5. Setelah diberikan Psikomotor Keluarga a. Diskusikan untuk
perawatan selama 1 memanfaatkan menentukan fasilitas
kali kunjungan fasilitas kesehatan kesehatan yang tepat
selama 30 menit yang ada sesuai untuk dipilih
diharapkan keluarga dengan kebutuhan b. Anjurkan keluarga
mampu untuk memanfaatkan
memanfaatkan fasilitas kesehatan
fasilitas kesehatan yang ada
yang terkait dengan c. Motivasi keluarga
kesehatan untuk memeriksakan
lingkungan anggota keluarganya
yang sakit
kepelayanan
kesehatan terdekat
3. Potensial Tupan : Verbal Keluarga a. Kaji tingkat
penatalaksanaan Setelah diberikan askep mengerti tentang pengetahuan
terapeutik yang selama 4 hari diharapkan penyakit TB paru. keluarga tentang
efektif keluarga mampu Keluarga penyakit TB paru
berhubungan melaksanakan program mengerti tentang b. Jelaskan pada
dengan pengobatan keluarga penyebab, tanda keluarga tentang
keadekuatan yang efektif dan gejala TB pengertian,
keluarga dalam paru, cara penyebab, tanda dan
merawat anggota Tupen : penularan TB gejala, cara
keluarga yang 1. Setelah diberikan paru, cara pencegahan dan
sakit ditandai perawatan selama 1 pencegahan dan pengobatan TB paru
dengan klien kali kunjungan pengobatan TB c. Diskusikan dengan
mengatakan selama 30 menit paru, cara minum keluarga tentang
rajin kontrol diharapkan keluarga obat yang benar akibat bila tidak
kepuskesmas mampu mengenal Dan akibat bila minum obat
penyakit TB paru tidak minum obat
tersebut
2. Setelah diberikan Verbal Keluarga a. Diskusikan dengan
perawatan selama 1 mengerti tentang keluarga tentang
kali kunjungan akibat bila putus manfaat minum obat
selama 30 menit obat dan bila secara teratur dan
diharapkan keluarga minum obat tidak akibat bila putus
mampu mengambil teratur. Keluarga obat
keputusan dalam termotivasi dalam b. Motivasi keluarga
pengobatan yang perawatan klien untuk menjaga dan
sedang dijalani oleh mengawasi klien
Klien saat minum obat
3. Setelah diberikan Psikomotor Keluarga a. Motivasi klien untuk
perawatan selama 1 mengerti tentang tetap minum obat
kali kunjungan manfaat minum secara teratur
selama 30 menit obat secara b. Anjurkan keluarga
diharapkan keluarga teratur. Keluarga untuk mengambil
mampu merawat mengambil obat obat bila obat klien
anggota keluarga di puskesmas bila sudah habis
yang menderita TB obat klien habis
paru
4. Setelah diberikan Psikomotor Keluarga a. Diskusikan dengan
perawatan selama 1 membuka Jendela keluarga tentang
kali kunjungan setiap hari, kamar manfaat
selama 30 menit tidak lembab dan mempertahankan
diharapkan keluarga pengap, barang- lingkungan rumah
mampu barang tertata yang sehat bagi
mempertahankan rapi, membuang anggota keluarga
suasana rumah yang ludah pada tempat yang sakit
sehat bagi anggota pembuangan b. Anjurkan keluarga
keluarga yang sakit ludah yang sudah membuka jendela
diisi larutan setiap hari,
desinfektan, membuang ludah
halaman rumah pada tempat
tidak becek pembuangan ludah
yang sudah diisi
larutan desinfektan
c. Motivasi keluarga
untuk menata rumah
yang sehat agar sinar
matahari dapat
masuk ke seluruh
ruangan sehingga
kamar tidak lembab
dan pengap
5. Setelah diberikan Psikomotor Keluarga a. Motivasi klien agar
perawatan selama 1 mengajak klien kontrol ke
kali kunjungan kontrol dan puskesmas untuk
selama 30 menit melanjutkan mendapatkan
diharapkan keluarga pengobatan pengobatan
mampu apabila obat habis b. Anjurkan keluarga
memanfaatkan untuk selalu
sumber dan fasilitas mengontrol obat
kesehatan yang ada klien

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah
perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian
perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
Metode evaluasi keperawatan, yaitu :
a. Evaluasi formatif (proses)
Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan dan bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara
bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, system penulisan
evaluasi formatif ini biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau
menggunakan system SOAP.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara
keseluruhan, system penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk
catatan naratif atau laporan ringkasan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Asuhan Keperawatan Tb Paru, diakses tanggal 30 Oktober 2012


jam 09.03 dari http://akperpemprov.jatengprov.go.id/

Anonim. 2002. Tuberkulosis Pedoman diagnosis & Penatalaksanaan Di


Indonesia. diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari
http://www.klikpdpi.com/ konsensus/tb/tb.pdf 2002

Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses


keperawatan), Bandung

Dewi, Kusma . 2011. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Tuberkulosis


Paru. Diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari
http://www.scribd.com /doc/52033675/

Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC:
Jakarta.

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta:Media


Aeculapius

Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi


2005-2006. Editor : Budi Sentosa.Jakarta:Prima Medika

Price, S.A, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta :


EGC

Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan


Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC

Sudoyo dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:
FKUI.
RESUME KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA TN.A
DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN DEWASA
DENGAN MASALAH UTAMA TUBERCULOSIS PARU PADA NY. A
DI LINGKUNGAN DASAN CERMEN BARAT
LINGKUNGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS BABAKAN
TANGGAL 03 – 04 FEBRUARI 2021

PENGKAJIAN
1. Identitas Keluarga
No Nama (insial) Umur Jenis Hub. Status Pekerjaan
Kelamin dengan KK Perkawinan
1. Tn. A 35 tahun Laki-laki Suami Kawin Pedagang
2. Ny. A 41 tahun Perempuan Istri Kawin Ibu Rumah Tangga
3. Tn. M 22 tahun Laki-laki Anak Belum kawin -
4. An. L 4 tahun Laki-laki Anak Belum kawin -

2. Nama Keluarga
Nama kepala keluarga adalah Tn. A.

3. Alamat
Lingkungan Dasan Cermen Barat.

4. Jenis Keluarga
Jenis keluarga Ny. A adalah keluarga inti yaitu keluarga yang terdiri dari
bapak, ibu dan anak.

5. Terapi Obat
a. Rifampicin 600 mg : Obat antibiotik yang difungsikan untuk mengatasi
infeksi bakteri pada kasus tuberkulosis. Penggunaan obat yang tidak
sesuai dapat menurunkan efektivitas obat atau bahkan berujung pada
reaksi tubuh yang bisa saja berbahaya. Obat ini diminum 1 x dalam
sehari.
b. Dexamethasone 0,5 mg : Obat yang berfungsi untuk mengobati
kondisi seperti arthritis, gangguan darah / hormone / sistem kekebalan
tubuh, reaksi alergi, masalah kulit dan mata tertentu, masalah
pernapasan, gangguan usus tertentu, dan kanker tertentu.
Dexamethasone juga digunakan sebagai tes untuk gangguan kelenjar
adrenal (sindrom cushing). Obat ini diminum 2 x dalam sehari.
DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS : Resiko penularan berhubungan dengan
1. Ny. A mengatakan tidak ketidakmampuan pasien dalam
mengetahui mengenai mengenai penyakit tuberkulosis paru
penularan, penanganan, maupun dan manfaat obat.
waktu penyembuhan dari
penyakit Tuberkulosis paru.

DO :
2. Keluarga Ny. A tampak banyak
bertanya tentang cara penularan,
penanganan maupun waktu
penyembuhan dari penyakit
Tuberkulosis paru.
TTV :
TD : 110 / 80 mmHg
S : 36, 5 0C
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit

Rumusan Diagnosa Keperawatam


1. Resiko penularan berhubungan dengan ketidakmampuan pasien dalam
mengenai penyakit tuberkulosis paru dan manfaat obat ditandai dengan
Ny. A mengatakan tidak mengetahui mengenai penularan, penanganan,
maupun waktu penyembuhan dari penyakit Tuberkulosis paru. Keluarga
Ny. A tampak banyak bertanya tentang cara penularan, penanganan
maupun waktu penyembuhan dari penyakit Tuberkulosis paru. TTV : TD :
110 / 80 mmHg, S : 36, 5 0C, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit
Rencana dan Pelaksanaan Intervensi Keperawatam pada keluarga Tn. A
Khususnya Ny. A
Dx Keperawatan Tujuan Rencana Pelaksanaan Evaluasi
Tindakan
Resiko penularan Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Mengkaji tingkat S : Keluarga Tn. A
berhubungan pendidik kesehatan pengetahuan pengetahuan mengatakan paham
dengan selama 1x30 menit keluarga keluarga tentang dan mengerti
ketidakmampuan diharapkan keluarga tentang cara cara penularan tb tentang cara
pasien dalam mampu : penularan tb paru. penularan,
mengenai penyakit 1. Mengetahui cara paru. penanganan dan
tuberkulosis paru penularan tb paru 2. Diskusikan 2. Mendiskusikan manfaat
dan manfaat obat. 2. Mengetahui dengan dengan keluarga pengobatan secara
bagaimana cara keluarga tentang cara teratur.
penanganannya. tentang cara penularan tb paru.
3. Mengetahui penularan tb O : keluarga Tn. A
pengobatan paru. mampu menjawab
secara teratur. 3. Anjurkan 3. Menganjurkan mengenai cara
keluarga keluarga untuk penularan,
untuk menjaga lingkungan penanganan dan
menjaga agar tetap bersih. manfaat
lingkungan pengobatan secara
agar tetap teratur.
bersih.
4. Mendiskusikan A : Masalah
4. Diskusikan
dengan keluarga teratasi.
dengan
manfaat pengobatan
keluarga
secara teratur. P : Intervensi
manfaat
pengobatan dihentikan.
secara teratur.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai