Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHALUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


NYERI AKUT

1. Definisi
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari tiga bulan (Pratama, 2022). Nyeri akut adalah
pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan
sebagai kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas
dari ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari 3 bulan
(Wijaya, 2021).
2. Etiologi
Penyebab yang berasal dari nyeri ini bisa dikategorikan 3 (tiga) yaitu
menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017), yaitu:
a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma).
b. Agen pencemaran kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan).
c. Agen cedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan
individual. Nyeri juga merupakan pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial.
Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, persepsi,
dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut
saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah
satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna
abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi
dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak
mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka
otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan
dalam upaya mempersiapkan nyeri (Pratama, 2022).
3. Klasifikasi Nyeri Akut
a. Nyeri Somatik
Jika organ yang terkena adalah organ soma seperti kulit, otot,
sendi,tulang, atau ligament karena di sini mengandung kaya akan
nosiseptor. Terminologi nyeri muskuloskeletal diartikan sebagai nyeri
somatik. Nosiseptor disini menjadi sensitif terhadap inflamasi, yang
akan terjadi jika terluka atau keseleo. Selain itu, nyeri juga bias terjadi
akibat iskemik, seperti pada kram otot. Hal ini pun termasuk nyeri
nosiseptif. Gejala nyeri somatik umumnya tajam dan
lokalisasinya jelas, sehingga dapat ditunjuk dengan telunjuk. Jika kita
menyentuh atau menggerakan bagian yang cedera, nyerinya akan
bertambah berat.
b. Nyeri Viseral
Jika yang terkena adalah organ-organ viseral atau organ dalam yang
meliputi rongga toraks (paru dan jantung), serta rongga abdomen
(usus, limpa, hatidan ginjal), rongga pelvis (ovaruim, kantung kemih
dan kandungan). Berbeda dengan organ somatik, yang nyeri kalau
diinsisi, digunting atau dibakar, organ somatik justrutidak. Organ
viseral akan terasa sakit kalau mengalami inflamasi, iskemik
atau teregang. Selain itu nyeri viseral umumnya terasa tumpul,
lokalisasinya tidak jelasdi sertai dengan rasa mual - muntah bahkan
sering terjadi nyeri refer yang dirasakan pada kulit.
4. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda menurut PPNI (2016) adalah sebagai berikut:
Gejala dan Tanda Mayor:
1. Subjektif : mengeluh nyeri
2. Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada,
posisimenghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit
tidur.
Gejala dan Tanda Minor :
1. Subjektif : tidak tersedia
2. Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah,proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada
diri sendiri, dandiaphoresis.
5. Skala Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan
terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien
digunakan untuk menilai derajat nyeri. intensitas nyeri harus dimulai
sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukan 9
ekspresi nyeri yang dirasakan. Penilaian terhadap intensitas nyeri dapat
menggunakan beberapa skala menurut (Mubarak, dkk., 2015) yaitu :
a. Skala nyeri numerik (numerical rating scale)
Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10.
Titik 0 berarti tidak nyeri, 1 -5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat
yang tidak tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan
berbagai perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya
nyeri pasien terhadap terapi yang diberikan (Safitri, 2022).

Gambar 1 Skala nyeri deskritif


b. Skala nyeri deskriptif
Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat
keparahan nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut skala
pendeskripsian verbal/ Verbal Deskriptor Scale (VDS) merupakan
garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian ini mulai
dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”, dan pasien
diminta untuk menunjukan keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri
saat ini (Safitri, 2022).

Gambar 2 Skala nyeri deskritif


c. Skala wajah (faces scale)
Pasien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama tidak
nyeri, kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar
paling akhir, adalah orang dengan ekspresi nyeri yang sangat berat.
Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan
nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat
digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif (Safitri, 2022).

Gambar 2 Faces Scale


6. Pathway
Trauma jaringan, infeksi, cidera

Kerusakan sel

Pelepasan mediator nyeri


(histamine, bradikinin, prostaglandin,
serotonin, ion kalium, dll)

Merangsang noniseptor
(reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut Tipe A dan serabut Tipe C

Medulla spinalis

Sistem aktivasi retikular

Sistem Aktivasi retikular


Talamus Area grisera peraikueduktud
Hipotalamus dan sistem limbik
Talamus
Otak
(Korteks somatosensorik)

Persepsi sensori

Nyeri Akut
7. Fisiologi
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan
adanya rangsangan.Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi
untuk menerima rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai
reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalamkulit yang berespons hanya
terhadap stimulus kuat yang secara ptensial merusak.Reseptor nyeri
disebut juga dengan nyeri nosiseptor. Secara anatomis, reseptor
nyeri(nosiseptor) ada yang bernialin da nada yang tidak bernialin dari saraf
eferen.
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut
saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani
salah satu dari beberapa rutesaraf dan akhirnya sampai di dalam masa
berwarna abu-abu di medulla spinalis. Sekali stimulus nyeri mencapai
korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan
memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta
asosisai kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri. Semua
kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus internal, mekanik,
kimiawi, atau stimulus listrik yang menyebabkan pelepasan substansi
kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen, yaitu:
a. Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det)
yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat
hilang apalagi penyebab nyeri dihilangkan.
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5-
2 m/det) yang terdapat pada daerah lebih dalam, nyeri biasanya
bersifat lebih tumpul dan sulit di alokasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Pratama, A. P. M. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA


TN. T DENGAN GASTRITIS DI RUANG DARPA HUSADA RUMAH
SAKIT UMUM BHAYANGKARA ANTON SOEJARWO PONTIANAK
2022. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Safitri, R. P. (2022). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny . S dengan
Cephalgia Di Rs . Universitas Tanjungpura Pontianak. Karya Ilmiah Akhir
(Kia), 1–58.
https://repo.stikmuhptk.ac.id/jspui/bitstream/123456789/258/1/KIA
RADITA DWI SAFITRI.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). STANDART DIAGNOSA KEPERAWATAN
INDONESIA.
Wijaya, R. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT DENGAN
PEMBERIAN TERAPI DISTRAKSI PADA PASIEN FRAKTUR DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU. 3(2),
6.

Anda mungkin juga menyukai