NAMA : Supriyanto
NIM : 20/467792/PMU/10398
PENGAMPU : Prof. Dr. Ig.L. Setyawan Purnama, M.Si.
I. Pedahuluan
Bahan fuel cell megkonversi energy dari energi kimia yang terbarukan menjadi enekgi
listrik secara langsung dengan efisiensi yang lebih tinggi. Secara teori penggunanan fuel cell
lebih efisien, lebih kecil, tidak bersuara dan memiliki emisi yang jauh lebih rendah dari bahan
bakar lain. fuel cell memiliki keunggulan dan dapat diaplikasikan untuk daya yang kecil hingga
daya yang besar. Berbagai kajian yang dilakukan mengenai kinerja berbagai jenis bahan bakar
cell tetapi belum pernah dilakukan kajian mengenai dampaknya terhadap lingkungan.
Ulasan ini merangkum berbagai aspek lingkungan, mulai dari mengkaji pembangkit
listrik konvensional dan dampaknya terhadap lingkungan. Kemudian menjelaskan tentang
berbagai jenis bahan bakar cell. Kemudian menganalisis dampak dari masing masing jenis fuel
cell. Serta membandingkan dengan dampak lingkungan dari fuel cell dengan bahan bakar
konvesional.
II. Dampak Lingkungan dari pembangkit listrik konvensional
Sumber daya energi sudah tersedia di bumi dan dapat menjadi energi yang tersimpan di
didalam bahan bakar. Penggunanan energo yang paling dominan yaitu penggunanan bahan bakan
fosil mencapai 81%, pembangkit listrik dengan bahan bakar alternatif 37%, batu bara 22,5%, gas
alam 16,1%, tenaga air 10,1%, tenaga nuklir 8,5%, energy terbarukan 3,2% dan biofuel 1,8%.
Bahan bakar hydrogen menjadi calon alternative pengganti bahan bakar fosil karena memiliki
banyak kelebihan yang dimiliki.
Energi kimia yang tersimpan dalam bahan bakar dapat dilepaskan sebgai energy termal
melalui reaksi pembakaran eksotermik dan di ubah menjadi energy gerak. Setiap penggunaan
bahan bakar selalu memiliki efek samping yang merugikan terhadap lingkungan. Mesin
transportasi merupakan yang paling besar, kemudian industri, pembangkit listrik. Tetapi
penggunaan bahan bakar cell menjadi satu satunya caya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
dampak buruk terhadap lingkungan. Pembangkit listrik konvesional menyebabkan berbagai
masalah lingkungan termasuk efek rumah kaca seperti CO2, senyawa organik yang mudah
menguap VOC, sulfur oksida SOx, nitrogen oksida NOx dan karbon monoksida CO. Serta dapat
mengeluarkan partikel lain yang dapat mendegradasi ekosistem akibat pencemaran udara.
Gas emisi yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik dapat di kelompokkan menjadi 2
yaitu senyawa yang di hasilkan di atmosfer secara alami dan akibat akifitas manusia yang
menimbulkan efek rumah kaca. Sulfur oksida SOx adalah polutan utama dari batubara yang
menyebabkan pemanasan global dan kerusakan lingkungan terjadinya hujan asam.
Nitrogenoksida NOx adalah polutan yang berbahaya lainya yang menyebabkan masalah
pernafasan dan hujan asam.
Sel bahan bakar membrane pertukaran proton (PEMFC) terdiri dari elektrolit yang
memungkinkan aliran proton, yaitu H+ dari anoda ke katoda. Elektrolit atau membrane sebagai
polimer padat dengan suhu kerja 70o – 90oC dan tekanan 1 – 2 bar. Desain fuell cell bervariasi
tergantung pada tegangan output yang dibutuhkan. Desain harus mudah dibuat, serta murah,
agar dapat persaing dengan perangkat atau konversi energy lainnya. PEMFC memiliki bebrapa
kelemahan , seperti kinetika reduksi oksigen lambat, pengelolaan air yang buruk, keracunan CO,
membutuhkan hydrogen dengan tingkat kemurnian tinggi sebagai bahan bakar. Terlepas dari
kekurangan itu PEMFC menjadi alternatif pengganti mesin bensin dan diaplikasikan pada
kendaraan dan penerbangan.
Bahan bakar alkali (AFC) menggunakan larutan berbasis basa seperti NaOH atau KOH
sebagai elektrolit dan beroprasi pada suhu rendah antara 23 o – 70oC. AFC adalah sel bahan bakar
membrane pertukaran anion. KOH adalah elektrolit yang umum digunakan karena
konduktifitasnya tinggi, berbeda dengan larutan alkali lainnya. Kerugian utama AFC adalah
intoleransi terhadap CO2 yang merupakan produk reaksi utama bahan bakar hidrokarbon
Sel bahan bakar langsung (DAFC) juga bekerja pada suhu rendah biasanya <100 oC dan
terutama digunakan untuk aplikasi daya portable dibawah 250W. Berbagai macam alkohol
digunakan sebagai bahan bakar, seperti methanol dan etanol. DAFC memiliki banyak
keuntungan seperti waktu star up yang rendah, pemanfaatan sumberdaya limbah sebagai bahan
bakar (methanol atau etanol). Masalah utama yang di hadapi dalam DAFC adalah persilangan
bahan bakar karena bahan bakar terpisah dari anoda ke katoda karena perpindahan konsentrasi.
Sel bahan bakar fosfat (PAFC) adalah fuel cell suhu menengah karena beroperasi diantara
150 dan 220oC denga suhu optimal. PAFC memiliki banyak keuntungan, seperti memiliki
toleransi terhadap keracunan CO, permintaan katalis lebih rendah dibandingkan PEMFC karena
produktifitas yang lebih tinggi. Kekurangan PAFC adalah biaya yang tinggi karena penggunanan
katalis pt, waktu star up lama, konduktifitas ion yang rendah.
Sel bahan bakar Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) berkelas fuel cell suhu tinggi,
karena beroperasi antara 550 dan 700 oC. MCFC memberikan banyak keuntungan, seperti
efisiensi tinggi. Kelemahan utama MCFC adalahkorosi karena suhu operasinya yang tinggi,
waktu start up yang lama.
Sel bahan bakar Oksida padat (SOFC) adalah jenis umum dari fuel cell suhu tinggi yang
bekerja pada 600 dan 1100oC. Manfaat SOFC sangat besar, karena penggunaan dalam banyak
aplikasi, efisisensi tinggi, panas yang lebih dihasilkan pada saat beroperasi. Fuel cell peroperasi
meskipun tanpa logam mulia sehingga terjangkau, waktu operasional lama hingga 80.000 jam.
Bahan bakar membran pertukaran proton PEMFC adalah salah satu jenis fuel cell tertua
yang paling banyak di pelajari, Memanfatkan hidrogen atau alcohol seperti methanol dan etanon
sebagai bahan bakar. Penggunanan bahan bakar hidrogen du PEMFC memiliki banyak
tantangan, koncersi hydrogen tidak terjadi secara alami dan menimbulkan beberapa resiko seperti
terjadinya ledakan, tingkat premasi tinggi, dan menyebabkan kerapuhan material. Pemanfaatan
bahan bakar hydrogen meruapan tantangan karena harus bersaing dengan bakhan bakar batubara
atau NG. Emisi terkait dengan produksi hydrogen untuk aplikasi PEMFC sangat berkurang
secara signifikan jauh lebih kecil dibandingkan dengan produksi bensin dan bahan bakar lain.
Hal ini jelas dengan memanfaatkan energy terbarukan sangat cepat dalam mengurangi emisi.
Energi angina dan matahari merupakan teknologi yang sangat menjanjikan dalam proses
produksi hydrogen melalui elektrolisis air. PEMFC untuk kedaraan menunjukkan bahwa
kendaraan fuel cell memiliki efisiensi lebih besar 25-30% dibandingkan kendaraan bensin
terutama dalam hal konsumsi bahan bakar fosil dan emisi (Gronovskii et al, 2006). Aplikasi
PEMFC dalam dunia otomotif dinilai memiliki emisi lebih rendah dan memiliki dampah yang
kecil terhadap pemanasan global dibandingkan dengan siesel dan mesin bensin ( garrain et al.
2011)
Sel bahan bakar fosfat PAFC dianggap salah satu fuel cell dengan suhu sedang yang
berkembang dengan baik Hidrogen digunakan sebagai bahan bakar di PAFC dapat bersumber
dari berbagai gas hydrogen dan gas hydrocarbon. Perbandingan dalam dunia transportasi yaitu
kendaraan bus menunjukkan bahwa SFFC dan PAFC lebih ramah lingkungan dan menghasilkan
emisi jauh lebih rendah di bandingkan kendaraan konvensional dengan teknologi pembangkit
listrik, dan mengurasi emisi 26 – 97,4%.
Molten carbonate fuel cell MCFC adalah teknologi lain yang menjajikan yang rata rata
bekerja pada suhu tinggi. Raugei dan kawan kawan membandingkan 0,5MW MCFC dan sumber
pembangkit listrik konvensional lainya yang memanfaatkan NG sebagai bahan bakarnya dan
hasilnya menunjukkan bahwa MCFC memiliki keuggulan dengan menghasilkan 10-15% CO
dan 40% SO4 dan SO2 dibandingkan dengan bahan bakar NG serta meiliki danpak yang lebih
rendah untuk kesehatan manusia, kualitas ekosistem dan lingkungan.
SOFC sel bahan bakar oksida padat dianggap sebagai salah satu teknologi fuel cell yang
paling menjanjikan. Salah satu keunggulan SOFC dibandingkan dengan yang lain adalah selnya
padat dapat menahan tekanan tinggi untuk mendapatkan laju reaksi yang tinggi ( abdelkareem et
al. 2019). SOFC terbukti lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan teknologi
pembangkit listrik lainnya, dengan dampak yang jauh lebih kecil terhadap lingkungan (damo et
al. 2019). Manfaat penggunanan SOFC terhadap lingkungan adalah berkurangnya polusi udara.
Kajian dalam pembangkit listrik menunjukkan bahwa SOFC memiliki sekitar 37 -95% lebih
rendah jika dibandingkan dengan gas alam konvensional.
V. Kesimpulan
Bahan bakar fosil merupakan pemasuk energy utama di dunia, mencapai skitar 80%
pemasuk energy global. Ketergantungan terhadap bahan bakan fosil telah terjadi selama bertahun
tahun. Fuel cell (FC) adalah perangkat konversi yang secara langsung mengubah energy kimia
menjadi energy listrik. Bahan bakar cell telah diteliti secara luas dan telah terbukti memiliki
dampak lingkungan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit listrik
konvensional. Kajian dialkukan dari aspek lingkungan dari fuel cell seperti potensi pemanansan
global, emisi gas dan bahan bakar lain. Kajian dilakukan terhadap fuel cell yang paling banyak
digunakan, seperti sel bahan bakar membran pertukaran proton PEMFC, sel bahan bakar solfat
PAFC, sel bahan bakar karbon cair MCFC, dan sel bahan bakar oksida padat SPFC. Manfaat
lingkungan dengan menggunakanberbagai jenis fuel cell terbukti berdampak positif terhadap
lingkungan.