Anda di halaman 1dari 11

Makalah Kimia Dasar

8 Jenis Fuel Cell

Kennard Georgius
1606880200
Teknik Sipil 2016

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2017
Bab I Pendahuluan

Fuel Cell adalah alat konversi energi elektrokimia yang akan mengubah
hidrogen dan oksigen menjadi air, secara bersamaan menghasilkan energi listrik
dan panas dalam prosesnya. fuel cell merupakan suatu bentuk teknologi sederhana
seperti baterai yang dapat diisi bahan bakar untuk mendapatkan energinya
kembali, dalam hal ini yang menjadi bahan bakar adalah oksigen dan hidrogen.

Layaknya sebuah baterai, segala jenis fuel cell memiliki elektroda positif
dan negatif atau disebut juga katoda dan anoda. Reaksi kimia yang menghasilkan
listrik terjadi pada elektroda. Selain elektroda, satu unit fuel cell terdapat elektrolit
yang akan membawa muatan-muatan listrik dari satu elektroda ke elektroda lain,
serta katalis yang akan mempercepat reaksi di elektroda. Umumnya yang
membedakan jenis-jenis fuel cell adalah material elektrolit yang digunakan. Arus
listrik serta panas yang dihasilkan setiap jenis fuel cell merupakan produk
samping reaksi kimia yang terjadi di katoda dan anoda.

Karena energi yang diproduksi fuel cell merupakan reaksi kimia


pembentukan air, alat konversi energi elektrokimia ini tidak akan menghasilkan
efek samping yang berbahaya bagi lingkungan seperti alat konversi energi
konvensional (misalnya proses pembakaran pada mesin mobil). Sedangkan dari
segi efisiensi energi, penerapan fuel cell pada baterai portable seperti pada
handphone atau laptop akan sepuluh kali tahan lebih lama dibandingkan dengan
baterai litium. Dan untuk mengisi kembali energi akan lebih cepat karena energi
yang digunakan bukan listrik, tetapi bahan bakar berbentuk cair atau gas.
Bab II Isi dan Pembahasan

Pada saat ini ada 8 jenis fuel cell yaitu :

1. Alkaline Fuel Cell (AFC)


2. Proton exchange membrane, juga disebut Proton Electrolyte Membrane
(PEM)
3. Phosporic Acid Fuel Cell (PAFC)
4. Molten carbonate Fuel Cell (MCFC)
5. Solid oxide Fuel Cell (SOFC)
6. Direct methanol fuel cells (DMFC)
7. Regenerative fuel cells (RFC)
8. Photovoltaic Fuel Cell (PVFC)

1. Alkaline Fuel Cell (AFC)

Alkali Fuel Cell (AFC) ini, menggunakan elektrolit larutan kalium


hidroksida atau larutan alkali. Suhu pengoperasian antara 150°C-200°C dengan
menggunakan bahan bakar hidrogen dan oksigen murni.

Gambar 2. AFC dan Kesetimbangan Reaksi

Mekanisme kerjanya dimulai dari reaksi air. Oksigen di katoda


menghasilkan ion hidroksil (OH-) yang melewati elektrolit menuju sisi anoda. Di
anoda hidrogen akan bereaksi dengan ion hidroksil menghasilkan air dan
membebaskan elektron. Elektron dari anoda keluar sebagai tenaga listrik
kemudian kembali ke sisi katoda. Di sisi katoda elektron bereaksi dengan oksigen
dan air menghasilkan ion hidroksil kembali.

Sel bahan bakar alkali dapat mencapai efisiensi pembangkitan listrik sampai
70 persen. Namun, mereka sangat rentan terhadap pencemaran karbon, sehingga
membutuhkan hidrogen murni dan oksigen murni. Pengotor dalam AFC dapat
menyebabkan reaksi samping dan karbondioksida akan bereaksi dengan elektrolit
membentuk endapan karbonat yang akan menutup permukaan katalis dan
menghambat reaksi dipermukaan anoda dan katoda.

2 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)

PEMFC atau yang disebut Proton Exchange Membrane Fuel Cell , adalah PEFC
yang berbahan bakar hidrogen. PEMFC menggunakan dua katoda sehingga reaksi
di masing-masing elektroda adalah reaksi setengah sel, sedangkan bila reaksi
terjadi antara anoda dan katoda dinamakan reaksi total sel. Elektrolit PEMFC
adalah membrane pertukaran proton, yaitu material yang berbentuk seperti plastik
pembungkus yang hanya dapat mengalirkan ion bermuatan positif. Sedangkan
elektron yang bermuatan negative tidak akan melalui membran ini. Katalis yang
diguakan adalah lembaran kertas karbon yang diberi selapis tipis bubuk platina.
Pada satu unit sel bahan bakar terjadi reaksi di anoda dan katoda. Reaksi yang
terjadi pada anoda adalah 2H2  4H+ + 4e-. Sementara reaksi yang terjadi pada
katoda adalah O2 + 4H+ + 4e-  2H2O. Hasil samping reaksi ini adalah aliran
elektron yang menghasilkan arus listrik serta energi panas dari reaksi.
Gambar 3. Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)

3. Phosphoric acid fuel cells (PAFC)

PAFC adalah jenis sel bahan bakar yang menggunakan asam fosfat cair sebagai
elektrolit. Mereka adalah sel bahan bakar pertama yang dikomersialisasikan.
Dikembangkan pada pertengahan 1960-an dan diuji di lapangan sejak tahun
1970an, mereka telah meningkat secara signifikan dalam stabilitas, kinerja, dan
biaya. Karakteristik semacam itu telah membuat PAFC menjadi kandidat yang
baik untuk aplikasi stasioner awal.

Reaksi anoda: 2H2 (g) → 4H+ + 4e-

Reaksi Katoda: O2 (g) + 4H+ + 4e- → 2H2O (aq)

Keseluruhan reaksi sel: 2H2 (g) + O2 (g)→ 2H2O (aq)

Pada rentang operasi 150 sampai 200 ° C, air yang dikeluarkan dapat
dikonversi menjadi uap untuk pemanasan udara dan air (gabungan panas dan
tenaga). Hal ini berpotensi memungkinkan peningkatan efisiensi hingga 70%.
PAFC adalah CO2-toleran dan bahkan dapat mentolerir konsentrasi CO sekitar
1,5%, yang memperluas pilihan bahan bakar yang dapat mereka gunakan. Jika
bensin digunakan, belerang harus dilepas. Pada suhu yang lebih rendah, asam
fosfat adalah konduktor ion yang buruk, dan keracunan CO dari katalis elektro-
platinum di anoda menjadi parah. Namun, mereka jauh lebih sensitif terhadap CO
daripada PEFC dan AFCs. Kerugian antara lain kepadatan daya rendah dan
elektrolit yang agresif.

Gambar 4. Phosphoric acid fuel cells (PAFC)

4. Molten carbonate Fuel Cell (MCFC)

MCFC atau Molten carbonate Fuel Cell, menggunakan garam karbonat cair
yang diimobilisasi dalam matriks berpori yang melakukan ion karbonat sebagai
elektrolitnya. Mereka sudah digunakan dalam berbagai aplikasi stasioner
menengah-ke-skala besar, di mana efisiensi tinggi menghasilkan penghematan
energi bersih. Operasi suhu tinggi mereka (sekitar 600 ° C) memungkinkan
mereka melakukan reformasi bahan bakar internal seperti gas alam dan biogas.
Sel bahan bakar karbonat molten tidak rentan terhadap keracunan oleh karbon
monoksida atau karbon dioksida - mereka bahkan dapat menggunakan oksida
karbon sebagai bahan bakar - membuatnya lebih menarik untuk bahan bakar
dengan gas yang terbuat dari batu bara.

Karena mereka lebih tahan terhadap kotoran daripada jenis sel bahan bakar
lainnya, para ilmuwan meyakini bahwa mereka bahkan bisa melakukan reformasi
internal batubara, dengan anggapan mereka dapat dibuat tahan terhadap kotoran
seperti sulfur dan partikulat yang menghasilkan konversi batubara, bahan bakar
fosil yang kotor. sumber dari banyak lainnya, menjadi hidrogen. Sebagai
alternatif, karena MCFC memerlukan CO2 dikirim ke katoda bersama dengan
oksidator, mereka dapat digunakan untuk memisahkan karbon dioksida secara
elektrokimia dari gas buang dari pembangkit tenaga bahan bakar fosil lainnya
untuk penyerapan.

Kerugian utama dari teknologi MCFC saat ini adalah daya tahan. Suhu
tinggi di mana sel-sel ini beroperasi dan elektrolit korosif yang digunakan
mempercepat pemecahan dan korosi, mengurangi umur sel. Para ilmuwan saat ini
mengeksplorasi bahan tahan korosi untuk komponen serta desain sel bahan bakar
yang meningkatkan umur sel tanpa mengurangi kinerja.

Gambar 5. Molten carbonate Fuel Cell (MCFC)


5. Solid oxide Fuel Cell (SOFC)

SOFC adalah perangkat konversi elektrokimia yang menghasilkan listrik


langsung dari pengoksidasi bahan bakar. Sel bahan bakar dicirikan oleh bahan
elektrolitnya; SOFC memiliki oksida padat atau elektrolit keramik. Kelebihan
kelas sel bahan bakar ini antara lain efisiensi tinggi, stabilitas jangka panjang,
fleksibilitas bahan bakar, emisi rendah, dan biaya yang relatif rendah. Kerugian
terbesar adalah suhu operasi yang tinggi yang menghasilkan waktu start-up yang
lebih lama dan masalah kompatibilitas mekanik dan kimia. Elektrolit SOFC
menggunakan bahan keramik seperti kalsium oksida atau zircrnium oksida. Suhu
operasi 700°C-1000°C. Pada suhu tinggi ion oksigen bermuatan negatif bergerak
melalui kristal menuju anoda. Sementara itu, molekul hidrogen di anoda
dioksidasi oleh ion oksigen menghasilkan ion hidrogen dan membebaskan
elektron. Elektron keluar dari sistem melalui external circuit untuk listrik dan
masuk ke sisi katoda.

Gambar 6. Solid oxide Fuel Cell (SOFC)

6. Direct methanol fuel cells (DMFC)

Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) adalah sel bahan bakar yang
menggunakan membran penukar proton sebagai penghubung antara reaksi di
katoda dan anoda. Membran ini menggunakan metanol sebagai sumber energi.
Maksud dari kat direct pada direct methanol fuel cell adalah sel bahan bakar ini
langsung memanfaatkan metanol untuk menghasilkan energi. Komponen dasar
DMFC adalah satu set elektroda (katoda dan anoda) yang dipsahkan oleh sebuah
membran. Katoda disini juga berfungsi sebagai katalis. Katoda yang biasa
digunakan adalah Platina (Pt).
Gambar 7. Direct methanol fuel cells (DMFC)

7. Regenerative fuel cells (RFC)

Kelas sel bahan bakar khusus ini menghasilkan listrik dari hidrogen dan
oksigen, namun dapat dibalik dan dinyalakan dengan listrik untuk menghasilkan
hidrogen dan oksigen. Teknologi baru ini dapat menyediakan penyimpanan energi
berlebih yang dihasilkan oleh sumber energi terbarukan intermiten, seperti
pembangkit tenaga angin dan tenaga surya, melepaskan energi ini selama masa
produksi berdaya rendah.
Gambar 8. Regenerative Fuel Cell (RFC)

8. Photovoltaic Fuel Cell (PVFC)

Permintaan energi terus meningkat dari hari ke hari. Krisis energi harus
dipenuhi dari sumber energi primer alternatif karena sumber energi fosil
tradisional seperti minyak, gas dll. Pada akhirnya terbatas dan kesenjangan antara
permintaan dan penawaran meningkat. Hidrogen, pembawa energi bersih dapat
diproduksi dari sumber energi primer manapun. Sel bahan bakar adalah perangkat
konversi energi yang sangat efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk secara
praktis memodelkan kit sel bahan bakar dan mensimulasikan sistem tenaga
terbarukan yang berdiri sendiri, yang disebut sebagai sistem hibrida Photovoltaic-
Fuel Cell (PVFC), yang memaksimalkan penggunaan sumber energi terbarukan.
HOMER, model optimasi daya mikro, digunakan untuk mensimulasikan sistem
PV-Battery dan sistem hibrida Baterai PVFC. Dalam proses simulasi, total muatan
listrik Chittagong University of Engineering and Technology (CUET),
Chittagong, Bangladesh dianggap memenuhi permintaan energinya dan untuk
mendapatkan biaya energi, efektivitas biaya dan daya PV-Battery and PVFC yang
optimal.

Gambar 9. Photovoltaic Fuel Cell (PVFC)

Bab III Kesimpulan


Fuel Cell memiliki 8 jenis fuel cell, yang memiliki keistimewaan dan
kegunaannya masing-masing. 8 jenis fuel cell ini tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan ,baik sebelum pemakaian maupun setelah pemakaian.

Bab IV Referensi

https://www.researchgate.net/publication/309180309_Feasibility_of_Photovoltaic
-Fuel_Cell_Hybrid_System_to_Meet_Present_Energy_Demand

https://energy.gov/eere/energybasics/articles/fuel-cell-basics

http://slideplayer.com/slide/4218619/

Anda mungkin juga menyukai