BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fuel cell atau sel bahan bakar merupakan sebuah alat elektrokimia yang
dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik secara terus menerus
(Handbook Fuel Cell, 2000). Fuel cell ini memiliki fungsi yang mirip dengan
baterai biasa, akan tetapi berbeda dengan baterai. Perbedaan yang mendasar antara
fuel cell dengan baterai adalah terdapat pada supply energinya, baterai bersifat
menyimpan energi saja dan energi maksimum yang dihasilkan tergantung
hanya
pada jumlah reaktan yang tersedia pada baterai tersebut, sementara fuel cell tidak
menyimpan energi tetapi dapat diisi reaktannya secara terus menerus, sehingga
akan terus menghasilkan energi dari reaksi kimia yang terjadi. Gas hidrogen dan
oksigen merupakan bahan bakar yang dikonsumsi oleh fuel cell. Hal ini tidak
ubahnya dengan sebuah mesin yang memerlukan bahan bakar untuk mengubah
energi kimia menjadi energi mekanik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
membuat dan memproduksi fuel cell dengan kekuatan 5 kW. Fuel cell tersebut
150mm x 50mm x 50mm. Total kapasitas energinya sekitar 1200 W dengan
output energi 20 W.
Fuel cell adalah alat yang mampu menghasilkan listrik arus searah. Alat
ini terdiri dari dua buah elektroda, yaitu anoda dan katoda yang dipisahkan oleh
suatu elektrolit. Elektrolit ini hanya dapat menghantar ion saja, sedangkan
elektron tidak dapat melewati elektrolit, jadi elektrolit ini bukan penghantar listrik
dan juga menghindarkan terjadinya reaksi kimia. Hidrogen dialirkan ke dalam fuel
cell yaitu ke bagian anoda, sedang oksigen atau udara dialirkan ke bagian katoda,
dengan adanya membran atau elektrolit, maka gas hidrogen tidak akan bercampur
dengan oksigen. Pada anoda terdapat lapisan platina yang berfungsi sebagai
katalisator yang mampu memecah atom hidrogen menjadi elektron dan proton.
Proton mengalir melalui elektrolit, sedang elektron tetap tinggal di anoda,
sehingga elektron akan menumpuk pada anoda, sedang pada katoda terjadi
penumpukan ion bermuatan positif. Kemudian, ion H+ yg melewati elektrolit akan
berikatan dengan oksigen menghasilkan air dengan bantuan platina yg terkandung
pada katoda sebagai katalis. Reaksi ini akan berlangsung jika ada elektron. Pada
anoda terdapat elektron, sedangkan pada katoda membutuhkan elektron. Jika
anoda dan katoda dihubungkan maka elektron akan mengalir, sehingga terdapat
arus listrik. Fuel cell menghasilkan energi listrik tanpa adanya pembakaran dari
bahan bakarnya, sehingga tidak ada polusi.
b. Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMC)
Temperatur operasi rendah (60-100C)
Efisiensi 40-50%
Mahal
Umpan hidrogen tidak boleh mengandung CO
Elektrolit yang digunakan Asam sulfonat dalam membran padatan.
Membran ini secara selektif mengontrol transport proton dari
anoda ke katoda dalam fuel cell
Fuel cell ini tidak dipakai fluida yang bersifat korosif seperti jenis
lainnya.
Gambar 2.4 Skema proses PAFC (www.e-sources.com)
d. Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)
Efisiensi tinggi 50-60%
Temperatur operasi 600-650C
Tidak akan terjadi kontaminasi yang disebabkan oleh CO (Carbon
monoksida)
Elektrolitnya tidak stabil
Mudah korosi dan sulfur yang beracun
Elektrolit yang digunakan molten lithium carbonate
beragam
Mudah terbentuk kerak dan sulfur yang beracun
Elektrolit yang digunakan ceramic,solid oxide dan zirkonia
Dari kelima jenis fuel cell yang telah disebutkan sebelumnya, fuel cell
jenis Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) atau biasa disebut juga
dengan Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell merupakan salah satu jenis fuel
cell yang banyak digunakan. PEMFC menggunakan membran pertukaran solid
state untuk memisahkan elektrodanya. PEMFC merupakan sumber energi yang
sangat baik bila diaplikasikan pada alat transportasi karena perangkatnya mudah
didistribusikan dan mudah dibawa. Skema proses PEMFC dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
Secara umum komponen penyusun PEMFC dapat dilihat pada Gambar 2.7
berikut ini:
Gambar 2.7 Struktur Rangkaian PEM Fuel Cell (Handbook Fuel Cell, 2004)
Tabel 2.1 Komponen Penyusun Fuel Cell
Komponen Bahan Penyusun
Membrane Electrolyte Polimer solid terimpregnasi dengan lapisan katalis pada
Assembly (MEA) anoda dan katoda.
Kertas atau kain karbon berpori untuk Gas Diffusion
Layer (GDL)
DMFC juga memiliki fleksibilitas karena densitas energi dari baterai juga
kecil.
dapat diatur sedemikian rupa sehingga daya keluarannya sesuai dengan kebutuhan
alat elektronik bersangkutan.
Penggunaan metanol sebagai sumber energi alternatif turut membantu
proses penghematan bahan bakar fosil yang semakin menipis. Metoda Fisher
Tropsch dapat digunakan untuk memproduksi metanol secara massal. Metoda
Fischer Tropsch adalah metoda untuk mereaksikan campuran dari karbon
monoksida dan hidrogen menjadi hidrokarbon cair. Secara teoritis metanol juga
memungkinkan untuk disintesis secara langsung dari karbon dioksida dan air
melalui proses elektrokimia.
Hal yang menarik yaitu proses isi ulang baterai berlangsung sangat
singkat. Berbeda dengan baterai yang umum sekarang, baterai DMFC tidak
memerlukan arus listrik untuk pengisian ulang tetapi cukup mengisikan metanol
ke dalam baterai menggunakan sebuah filler khusus. Sekejap saja baterai dapat
langsung digunakan kembali jadi tidak perlu menunggu pengisian berjam-jam,
hemat listrik dan yang terpenting aman. Konon baterai yang memakai 1 mL
metanol 99,5% tersebut dapat bertahan selama 10 jam (www.chem-is-try.org).
Pada dasarnya prinsip kerja dari DMFC adalah mengubah energi yang
muncul dari reaksi kimia antara gas hidrogen dan oksigen menjadi energi listrik
(www.chem-is-try.org).
Mekanisme reaksi yang terjadi dalam DMFC dapat dilihat pada Gambar
2.8. Pada saat metanol dengan konsentrasi rendah diinjeksikan pada bagian anoda
yang berupa carbon cloth berlapiskan katalis platina (Pt), akan terjadi tumbukan
antara metanol dengan katalis yang membantu terjadinya reaksi konversi metanol
secara katalitik menjadi proton, CO2 dan elektron.
Metanol dioksidasi pada sisi anoda dengan bantuan katalis yang umumnya
Proton (H+) dan elektron (e-) bereaksi dengan oksigen dari udara pada
katoda sehingga menghasilkan molekul air. Reaksi terjadi seperti yang
telah disebutkan sebelumnya.
Komponen penyusun satu sel DMFC terdiri dari beberapa komponen yaitu
sebagai berikut :
1. End plate
End plate merupakan bagian terluar dari sel DMFC atau bisa disebut
sebagai cangkang (casing) dari sel DMFC tersebut. Bahan endplate biasanya
terbuat dari logam maupun polimer seperti flexy glass/acrylic. Fungsinya sebagai
support dan memberi bentuk pada DMFC.
2. Current Collector
Current collector merupakan komponen yang sangat penting pada DMFC,
karena tidak hanya berfungsi sebagai pengumpul arus/penyalur hasil reaksi yang
berupa elektron pada bagian anoda dan mengalirkan elektron tersebut ke bagian
katoda, tetapi juga sebagai penyokong dari MEA yang tipis. Current collector
atau pengumpul arus terbuat dari material konduktif (dapat menghantarkan
listrik), memiliki konduktivitas panas yang tinggi, kekuatan mekanik yang tinggi,
dan terbuat dari bahan yang stabil terhadap bahan kimia. Sampai saat ini terdapat
tiga jenis bahan yang dapat digunakan sebagai current collector diantaranya
silikon, logam dan polimer. Jenis logam yang biasanya digunakan adalah stainless
steel.
3. Membrane Electrode Assembly (MEA)
Komponen kunci dari sel bahan bakar adalah Membrane Electrode
Assembly (MEA), yang terdiri dari membran penukar proton (proton exchange
membrane ), elektroda yang dilapisi katalis dan lapisan difusi gas (gas diffusion
(Ladelta, 2007).
Begitu banyak kelebihan yang ditawarkan oleh DMFC. Dari segi
efisinesi energi dan daya tahan jelas sel ini memenuhi syarat dipakai
sebagai baterai alat-alat elektronik portable. Densitas energi dari
baterai juga dapat diatur sedemikian rupa sehingga daya keluarannya
sesuai dengan kebutuhan alat elektronik bersangkutan. Ukuran baterai
untuk sel ini bisa dibuat sangat kecil sehingga tidak jauh berbeda
dengan baterai konvensional yang telah ada sebelumnya seperti
baterai ion litium.
2.2.1.4 Kinerja DMFC
Kondisi ideal dari fuel cell menghasilkan kinerja berupa voltase yang
stabil. Akan tetapi, terjadi deviasi pada kurva yang menandakan adanya
penurunan voltase. Berdasarkan Handbook Fuel Cell, hal ini berkaitan dengan
tiga faktor berikut :
a. Polarisasi aktivasi yang berkaitan langsung dengan laju reaksi
elektrokimia pada permukaan elektroda
b. Polarisasi ohmik yang terjadi karena hambatan aliran ion di dalam
elektrolit dan hambatan untuk mengalirkan elektron melewati material
elektroda
c. Polarisasi konsentrasi yang berkaitan dengan gradien konsentrasi.
Penyebab hal tersebut diantaranya yakni lambatnya transport reaktan atau
produk menuju/dari sisi tempat terjadinya reaksi elektrokimia, lambatnya
difusi fasa gas pada pori-pori elektroda, kelarutan reaktan/produk di dalam
elektrolit atau difusi reaktan/produk melewati elektron menuju/dari sisi
tempat terjadinya reaksi elektrokimia.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang desain
maupun pengembangan kinerja fuel cell. Hal tersebut diantaranya yakni detail dari
desain komponen sel berupa dimensi fisik dan pertimbangan fisika seperti transfer
massa, elektrokimia, dan sebagainya. Kinerja fuel cell dipengaruhi oleh kondisi
operasi seperti temperatur, tekanan, dan rapat arus. Dipengaruhi pula oleh adanya
pengotor atau impurities yang dapat mempengaruhi potensial ideal cell. Kriteria
fuel cell berkaitan dengan desain serta kondisi operasinya dapat dilihat pada
Gambar 2.11.
Jika terjadi perubahan kondisi operasi pada fuel cell tersebut, maka dapat
memberikan keuntungan, akan tetapi dapat juga menimbulkan kerugian bagi
kinerja fuel cell itu sendiri ataupun pada komponen-komponennya. Misalnya,
pada rapat arus yang tinggi, akan menurunkan ukuran sel tetapi juga dihasilkan
efisiensi sistem rendah yang dikarenakan rendahnya voltase sel. Begitu pula pada
kondisi rapat arus yang rendah akan meningkatkan voltase sel sehingga efisiensi
sel meningkat dan menurunkan biaya operasi.
Gambar 2.11 Fleksibilitas Kondisi Operasi Bergantung pada Parameter Sel (Handbook Fuel Cell)
2.2.1.5 Efisiensi DMFC
i = Efisiensi Ideal
i Vactual
x100% (2.4)
Videal
2.2.2 Direct Ethanol Fuel Cell (DEFC)
Direct Ethanol Fuel Cell merupakan bagian dari PEMFC, yang mana
bahan bakar pada PEMFC ini adalah etanol (http://en.fcc.gov.ir/Direct-
ethanolfuelcell.aspx qin). Seperti halnya pada DMFC (dengan bahan bakar
metanol), etanol dimasukkan secara langsung pada fuel cell yang kemudian akan
bereaksi pada anoda dengan katalis menghasilkan H+ dan elektron.
kemampuan dari etanol lebih rendah jika dibandingkan dengan metanol, akan