Anda di halaman 1dari 20

 

  BAB II
 
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Fuel Cell

  Fuel cell atau sel bahan bakar merupakan sebuah alat elektrokimia yang

  dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik secara terus menerus
(Handbook Fuel Cell, 2000). Fuel cell ini memiliki fungsi yang mirip dengan
 
baterai biasa, akan tetapi berbeda dengan baterai. Perbedaan yang mendasar antara
 
fuel cell dengan baterai adalah terdapat pada supply energinya, baterai bersifat
  menyimpan energi saja dan energi maksimum yang dihasilkan tergantung
hanya
  pada jumlah reaktan yang tersedia pada baterai tersebut, sementara fuel cell tidak
menyimpan energi tetapi dapat diisi reaktannya secara terus menerus, sehingga
akan terus menghasilkan energi dari reaksi kimia yang terjadi. Gas hidrogen dan
oksigen merupakan bahan bakar yang dikonsumsi oleh fuel cell. Hal ini tidak
ubahnya dengan sebuah mesin yang memerlukan bahan bakar untuk mengubah
energi kimia menjadi energi mekanik.

2.1.1 Sejarah Fuel Cell

Pada tahun 1839 seorang ilmuwan yang bernama Sir William R. G


menemukan Proses pembalikan elektrolisa air dengan menggunakan platina
sebagai elektroda dan menghasilkan arus sebesar 12 A dan tegangan 1,8 V
(Handbook Fuel Cell, 2004). Terdiri dari elektrolit asam, keping platina serta
tabung gas oksigen dan hidrogen. Kemudian pada penelitian selanjutnya Ludwig
Mond dan Charles Longer pada tahun 1889 menemukan pertama kali istilah dari
fuel cell. Selanjutnya untuk mengoptimalkan mesin yang telah dibuat sebelumnya,
maka seorang engineer yang bernama Francis Bacon pada tahun 1932 memulai
penelitiannya dengan menggunakan basa (KOH) sebagai elektrolit pada fuel cell.
Dulunya fuel cell menggunakan elektroda platina dan asam sulfat sebagai
elektrolit di mana platina sangat mahal dan asam sulfat sangat korosif (membuat
cepat berkarat). Di sini Bacon mengembangkan katalis platina yang sangat mahal
itu dengan sel oksigen dan hidrogen yang memakai elektrolit alkali yang tidak
korosif serta elektroda yang tidak mahal. Dan pada tahun 1959 Bacon berhasil

 
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

 
membuat dan memproduksi fuel cell dengan kekuatan 5 kW. Fuel cell tersebut

  akhirnya disebut sebagai Bacon Cell.


Mulai tahun 1950 pihak NASA di Amerika Serikat telah melakukan
 
pemanfaatan untuk program luar angkasa mereka yaitu untuk pesawat roket
 
Appolo dan Gemini (Suhada, 2001).
 
2.1.2 Perkembangan Fuel Cell
 
Fuel cell telah dikembangkan sejak lama, terutama oleh negara-negara
 
maju diantaranya Amerika Serikat (AS), Jepang, Jerman dan Inggris. Produsen
 
kendaraan seperti General Motor (GM) di Amerika Serikat sudah merilis
  prototype mobil berbahan bakar hidrogen. Mobil ini dapat menempuh jarak
hampir 500 km sebelum harus mengisi ulang bahan bakar. Perusahaan asal
Kanada telah meluncurkan generator fuel cell model E8 Portable Power .
Pembangkit listrik ini mempunyai kapasitas 2,4 kW dengan tegangan 48 Vdc
(Machine-History.Com).
Pada Bulan September 2005, prototype fuel cell yang dibuat LG memiliki
bobot di bawah 1Kg dan disinyalir mampu menghasilkan daya hingga 25 Watt,
atau lebih dari 10 jam waktu pakai. Saat itu, LG memprediksi pasar global untuk
fuel cell bisa mencapai 600 milyar USD pada tahun 2006 dan akan terus naik
menjadi 1,9 milyar USD pada tahun 2010. Namun, hingga tahun 2006, fuel cell
belum juga komersil.
Perkembangan fuel cell di Jepang sudah mulai sejak tahun 2005 lalu dan
diperkirakan sudah terpasang sekitar 600 fuel cell skala rumah tangga. Dengan
adanya pemakaian fuel cell ini, sudah tidak diperlukan lagi kabel pengalir listrik
dari pembangkit listrik ke rumah, sehingga loss daya menjadi nol. Selain
digunakan sebagai sumber listrik di rumah, fuel cell sudah mulai digunakan secara
luas, salah satunya pada handphone yang dilengkapi dengan berbagai fitur yang
tinggi.
Memasuki pertengahan tahun 2007, Samsung telah menyempurnakan
teknologi Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) miliknya yang sempat dipamerkan
ke publik pada akhir Desember 2006. Ukurannya diperkecil hingga berdimensi

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

 
150mm x 50mm x 50mm. Total kapasitas energinya sekitar 1200 W dengan

  output energi 20 W.

  Prinsip Kerja Fuel Cell


2.1.3

  Fuel cell adalah alat yang mampu menghasilkan listrik arus searah. Alat
  ini terdiri dari dua buah elektroda, yaitu anoda dan katoda yang dipisahkan oleh
suatu elektrolit. Elektrolit ini hanya dapat menghantar ion saja, sedangkan
 
elektron tidak dapat melewati elektrolit, jadi elektrolit ini bukan penghantar listrik
 
dan juga menghindarkan terjadinya reaksi kimia. Hidrogen dialirkan ke dalam fuel
cell  yaitu ke bagian anoda, sedang oksigen atau udara dialirkan ke bagian katoda,
  dengan adanya membran atau elektrolit, maka gas hidrogen tidak akan bercampur
dengan oksigen. Pada anoda terdapat lapisan platina yang berfungsi sebagai
katalisator yang mampu memecah atom hidrogen menjadi elektron dan proton.
Proton mengalir melalui elektrolit, sedang elektron tetap tinggal di anoda,
sehingga elektron akan menumpuk pada anoda, sedang pada katoda terjadi
penumpukan ion bermuatan positif. Kemudian, ion H+ yg melewati elektrolit akan
berikatan dengan oksigen menghasilkan air dengan bantuan platina yg terkandung
pada katoda sebagai katalis. Reaksi ini akan berlangsung jika ada elektron. Pada
anoda terdapat elektron, sedangkan pada katoda membutuhkan elektron. Jika
anoda dan katoda dihubungkan maka elektron akan mengalir, sehingga terdapat
arus listrik. Fuel cell menghasilkan energi listrik tanpa adanya pembakaran dari
bahan bakarnya, sehingga tidak ada polusi.

Gambar 2.1 Skema Fuel Cell (Handbook Fuel Cell, 2004)

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

  Reaksi kimia yang terjadi pada fuel cell

  Anoda : 2H2 4H+ + 4e-


  Katoda : 4e- + 4H+ + O2 2H2O
 
Keuntungan Fuel Cell
 
 Mempunyai efisiensi termis dan efisiensi listrik yang tinggi
   Tidak berpengaruh terhadap efisiensi baik digunakan pada beban penuh
  atau setengah

 
Gas buang yang beracun hanya sedikit, bahkan dapat mencapai zero
emission
 
 Kemungkinan terjadinya gangguan kerusakan jarang dan jaraknya cukup
lama
 Karena tidak ada bagian yang berputar, maka perawatan lebih ringan
 Tidak bising
 Pengisian ulang bahan bakar lebih cepat
 Energi yang dihasilkan tidak cepat habis.

2.2 Jenis - jenis Fuel Cell

Terdapat beberapa jenis fuel cell yang telah dikembangkan sampai


sekarang. Fuel cell ini dibedakan menurut elektrolit yang digunakan yaitu :
a. Alkaline Fuel Cell (AFC)
 Efisiensi tinggi 50-70%
 Temperatur operasi 65-90 C 
 Umpan hidrogen dan udara tidak boleh mengandung CO
 Korosi dan mahal, sehingga tidak dipakai untuk komersial. Banyak
digunakan oleh NASA untuk misi ulang-alik luar angkasa.
 Jika terjadi kebocoran dalam tangki elektrolit akan terbentuk
endapan K2CO3
 Menggunakan elektrolit larutan kalium hidroksida atau larutan
alkali

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

  Gambar 2.2 Skema AFC (www.machine-history.com)

 
b. Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMC)
 
Temperatur operasi rendah (60-100C)
  Efisiensi 40-50%
Mahal
Umpan hidrogen tidak boleh mengandung CO
Elektrolit yang digunakan Asam sulfonat dalam membran padatan.
Membran ini secara selektif mengontrol transport proton dari
anoda ke katoda dalam fuel cell
Fuel cell ini tidak dipakai fluida yang bersifat korosif seperti jenis
lainnya.

Gambar 2.3 Skema PEMFC (www.machine-history.com)

c. Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC)


Pada umpan hidrogen boleh terdapat pengotor
Efisiensi 40-45%
Temperatur operasi 175-220C
Mudah korosi dan sulfur yang beracun

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

  Elektolit yang digunakan phosporic acid

  PAFC bersifat toleran tehadap kontaminan

 
Gambar 2.4 Skema proses PAFC (www.e-sources.com)
 
d. Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)
Efisiensi tinggi 50-60%
Temperatur operasi 600-650C
Tidak akan terjadi kontaminasi yang disebabkan oleh CO (Carbon
monoksida)
Elektrolitnya tidak stabil
Mudah korosi dan sulfur yang beracun
Elektrolit yang digunakan molten lithium carbonate

Gambar 2.5 Skema MCFC (www.machine-history.com)

e. Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)


Efisiensi tinggi 50-60%
Temperatur operasi 800-1000C, sehingga reaksi kimia yang tidak
diinginkan dapat terjadi di dalam fuel cell

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

  Kemungkinannya untuk menggunakan jenis bahan bakar yang

  beragam
Mudah terbentuk kerak dan sulfur yang beracun
 
Elektrolit yang digunakan ceramic,solid oxide dan zirkonia
 

Gambar 2.6 Skema proses SOFC (www.machine-history.com)

Dari kelima jenis fuel cell yang telah disebutkan sebelumnya, fuel cell
jenis Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) atau biasa disebut juga
dengan Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell merupakan salah satu jenis fuel
cell yang banyak digunakan. PEMFC menggunakan membran pertukaran solid
state untuk memisahkan elektrodanya. PEMFC merupakan sumber energi yang
sangat baik bila diaplikasikan pada alat transportasi karena perangkatnya mudah
didistribusikan dan mudah dibawa. Skema proses PEMFC dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
Secara umum komponen penyusun PEMFC dapat dilihat pada Gambar 2.7
berikut ini:

Gambar 2.7 Struktur Rangkaian PEM Fuel Cell (Handbook Fuel Cell, 2004)

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13

 
Tabel 2.1 Komponen Penyusun Fuel Cell
 
Komponen Bahan Penyusun
 
Membrane Electrolyte Polimer solid terimpregnasi dengan lapisan katalis pada
Assembly (MEA) anoda dan katoda.
 
Kertas atau kain karbon berpori untuk Gas Diffusion
Layer (GDL)
 

  Pelat Bipolar Grafit, stainless steel, atau komposit polimer


termoplastik
 
Pelat Penutup Material dengan kekuatan mekanis yang baik (biasanya
  baja atau alumunium)

  Penyimpan Arus Logam dengan kontak elektrik dan konduktivitas yang


baik (biasanya tembaga)

Beberapa keunggulan dari PEMFC:


Tingkat efisiensi energi yang tinggi, densitas energi yang tinggi
PEMFC mempunyai elektrolit padat yang memberikan ketahanan yang
sangat baik terhadap gas
Temperatur operasi PEMFC yang rendah memungkinkan waktu start up
yang cepat
PEMFC tidak memiliki konstituen sel yang bersifat korosif
PEMFC cocok digunakan terutama untuk situasi dimana hidrogen murni
dapat digunakan sebagai bahan bakar
PEMFC mampu beroperasi pada kondisi tekanan hingga 3000 Psi dan
memiliki diferensial tekanan hingga 500 Psi
Stack PEMFC mudah untuk disusun sehingga mudah untuk digunakan
dalam berbagai aplikasi
Kapasitas daya listrik yang dihasilkan oleh PEMFC cukup bervariasi
mulai dari 0.1 watt  100 kW
PEMFC dapat beroperasi pada densitas arus yang sangat tinggi
dibandingkan dengan jenis fuel cell yang lainnya (UI student, 2012).

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14

  Sementara itu, berdasarkan Handbook Fuel Cell (2004) disebutkan bahwa

  PEMFC memiliki keterbatasan sebagai berikut :


Temperatur operasi yang rendah dan rentang temperatur kerja yang sempit
 
merupakan kendala tersendiri dalam membuat manajemen panas PEMFC
 
Pengolahan air ( water management) merupakan salah satu tantangan
  tersendiri dalam mendesain PEMFC
  PEMFC sangat sensitif terhadap kontaminasi oleh gas CO, sulfur dan
amonia
 
Kualitas panas yang dihasilkan PEMFC rendah dan tidak dapat digunakan
 
secara efektif di semua tempat
  Masih membutuhkan Hidrogen reformer .

Namun demikian, belakangan ini terdapat hal yang menggembirakan,


yakni mulai dikembangkannya Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)
dengan katalis tertentu yang dapat memproduksi hidrogen dari metanol (CH 3OH)
dan juga etanol (C2H5OH) secara langsung di dalam fuel cell, pada suhu yang
rendah dan tanpa adanya hidrogen reformer . Subcategory dari PEMFC ini
kemudian dikenal sebagai Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) dan Direct Ethanol
Fuel Cell (DEFC).

2.2.1 Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)

Menurut www.chem-is-try.org, Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)


merupakan salah satu dari beberapa jenis sel bahan bakar yang menggunakan
membran penukar proton (Proton Exchange Membrane (PEM)) sebagai
penghubung antara reaksi di katoda dan anoda. Sesuai namanya, sumber energi ini
menggunakan metanol sebagai bahan bakar. Berbeda dengan sumber energi lain
seperti hidrogen cair, asam pospat maupun larutan alkalin, DMFC dapat
menghasilkan listrik secara langsung sehingga tidak perlu diubah terlebih dahulu
menjadi energi yang lain (misalnya energi panas). Inilah yang disebut dengan
"direct" (Bahasa Inggris) yang berarti "langsung".
Dari segi efisiensi energi dan daya tahan, jelas sel ini memenuhi syarat
dipakai sebagai baterai alat-alat elektronik portable karena emisi panasnya yang

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15

  DMFC juga memiliki fleksibilitas karena densitas energi dari baterai juga
kecil.

  dapat diatur sedemikian rupa sehingga daya keluarannya sesuai dengan kebutuhan
alat elektronik bersangkutan.
 
Penggunaan metanol sebagai sumber energi alternatif turut membantu
 
proses penghematan bahan bakar fosil yang semakin menipis. Metoda Fisher
  Tropsch dapat digunakan untuk memproduksi metanol secara massal. Metoda
  Fischer Tropsch adalah metoda untuk mereaksikan campuran dari karbon
monoksida dan hidrogen menjadi hidrokarbon cair. Secara teoritis metanol juga
 
memungkinkan untuk disintesis secara langsung dari karbon dioksida dan air
 
melalui proses elektrokimia.
  Hal yang menarik yaitu proses isi ulang baterai berlangsung sangat
singkat. Berbeda dengan baterai yang umum sekarang, baterai DMFC tidak
memerlukan arus listrik untuk pengisian ulang tetapi cukup mengisikan metanol
ke dalam baterai menggunakan sebuah filler khusus. Sekejap saja baterai dapat
langsung digunakan kembali jadi tidak perlu menunggu pengisian berjam-jam,
hemat listrik dan yang terpenting aman. Konon baterai yang memakai 1 mL
metanol 99,5% tersebut dapat bertahan selama 10 jam (www.chem-is-try.org).

2.2.1.1 Perkembangan DMFC

Pada tahun 1990, Doktor spesialis superacid Surya Prakash, dan


pemenang Nobel Dr George A. Olah, keduanya dari University of Southern
California (USC) Loker Hidrokarbon Research Institute, menemukan sebuah sel
bahan bakar yang secara langsung dapat mengubah metanol menjadi listrik. USC,
dalam upaya kolaborasi dengan Jet Propulsion Laboratory (JPL) melanjutkan
untuk menciptakan oksidasi langsung hidrokarbon cair kemudian diciptakan
sebagai DMFC, teknologi bahan bakar menggunakan metanol secara langsung.
Shelley D. Minteer, PhD, asisten profesor kimia dari Universitas Saint Louis,
Amerika Serikat berhasil meracik sel bahan bakar yang bisa membuat baterai
handphone tahan untuk sebulan penuh (www.chem-is-try.org). Menurut Ladelta
(2007), beberapa perusahaan elektronik sudah mulai mengaplikasikannya dalam
produk-produk yang dikeluarkan. Sebagai contoh, Toshiba berhasil membuat
laptop berbaterai DMFC dan telah dipasarkan mulai akhir tahun 2007.

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16

  DMFC dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk alat-alat

  elektronik portable. Beberapa contoh diantaranya, pisau cukur, laptop,


handphone, dan walkman. Selain itu, dapat juga digunakan pada mesin pemotong
 
rumput bahkan sumber tenaga cadangan untuk rumah sakit, bandara, perumahan,
 
dan stasiun kereta api. Keunggulan DMFC yaitu bahan buangannya hanya berupa
  air sebagai hasil reaksi hidrogen dan oksigen (www.chem-is-try.org).
  Pengaplikasian dari DMFC juga sedang diarahkan ke arah otomotif. Mobil
fuel cell atau Fuel Cell Vehicles (FCVs), merupakan kendaraan bermotor dengan
 
mesin penggerak fuel cell. Sasaran utama pengembangan ini adalah pada
 
penggunaan mesin berteknologi DMFC. Kendaraan bermotor dengan mesin
  penggerak Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) ini disebut Direct Methanol Fuel
Cell Vehicles (DMFCVs).

2.2.1.2 Prinsip Kerja DMFC

Pada dasarnya prinsip kerja dari DMFC adalah mengubah energi yang
muncul dari reaksi kimia antara gas hidrogen dan oksigen menjadi energi listrik
(www.chem-is-try.org).
Mekanisme reaksi yang terjadi dalam DMFC dapat dilihat pada Gambar
2.8. Pada saat metanol dengan konsentrasi rendah diinjeksikan pada bagian anoda
yang berupa carbon cloth berlapiskan katalis platina (Pt), akan terjadi tumbukan
antara metanol dengan katalis yang membantu terjadinya reaksi konversi metanol
secara katalitik menjadi proton, CO2 dan elektron.

Gambar 2.8 Mekanisme Reaksi DMFC (www.chem-is-try.org)

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17

  Gas CO2 dikeluarkan dari sistem sementara proton bergerak menyeberangi

  membran menuju katoda yang kemudian bereaksi dengan oksigen menghasilkan


air. Tumpukan elektron di anoda menghasilkan beda potensial yang memaksa
 
elektron dari reaksi konversi tersebut mengalir dalam sebuah sirkuit arus, dipakai
 
sebagai arus searah oleh peralatan elektronik, kemudian sampai di katoda
  sehingga menyempurnakan reaksi pembentukan molekul air. Dari reaksi yang
  terjadi dapat dilihat bahwa limbah yang dihasilkan dari sel bahan bakar ini adalah
air dan gas CO2 dalam jumlah yang kecil sehingga sel bahan bakar ini ramah
 
lingkungan (Ladelta,2007).
 
Reaksi yang terjadi pada DMFC adalah :
 

Anoda : CH3OH + H2O CO2 + 6H+ + 6e E0a = -0,046 V

Katoda : 3/2 O2 + 6H+ + 6e 3 H2O E0c = 1,23 V

Overall : CH3OH + H2O + 3/2 O2 CO2 + 3 H2O E0sel = 1,184 V

Secara teoritis, dari reaksi tersebut dapat dihasilkan tegangan sebesar


1,184 V oleh setiap 1 sel DMFC. Menurut Suhada (2001), terjadi reaksi yang
tidak dikehendaki pada sisi anoda yaitu sebagai berikut :
CO2 + H2 CO + H2O
CH3OH CO + 2 H2
Namun pada reaksi tersebut terjadi pula reaksi yang diinginkan, yaitu
mengubah CO menjadi CO2.
CO + H2O CO2 + H2
Secara singkat DMFC dapat menghasilkan energi dengan langkah-langkah
berikut:
1. Penyediaan Sumber energi
Untuk dapat menghasilkan energi pada sel bahan bakar DMFC, diperlukan
campuran metanol dan air. Larutan metanol ini dimasukkan ke dalam sisi
anoda.

2. Pemisahan menjadi proton dan elektron

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 18

  Metanol dioksidasi pada sisi anoda dengan bantuan katalis yang umumnya

  mengandung platinum untuk membentuk karbon dioksida. Air


terkonsumsi pada reaksi dengan metanol di anoda yang menghasilkan
 
karbon dioksida, proton (H+) dan elektron (e-).
 
3. Pembangkitan energi
 

  Ion positif hidrogen selanjutnya bergerak melewati membran penukar


proton dan elektron (e-) akan bergerak dari anoda ke katoda melalui sirkuit
 
luar (current collector ) untuk membentuk arus listrik. Arus ini dapat
 
digunakan untuk menyalakan lampu, telepon genggam, dan lain-lain.
  Arus ini selanjutnya kembali ke katoda sel bahan bakar.

4. Reaksi dengan oksigen menghasilkan air

Proton (H+) dan elektron (e-) bereaksi dengan oksigen dari udara pada
katoda sehingga menghasilkan molekul air. Reaksi terjadi seperti yang
telah disebutkan sebelumnya.

2.2.1.3 Komponen Penyusun DMFC

Komponen penyusun satu sel DMFC terdiri dari beberapa komponen yaitu
sebagai berikut :

1. End plate
End plate merupakan bagian terluar dari sel DMFC atau bisa disebut
sebagai cangkang (casing) dari sel DMFC tersebut. Bahan endplate biasanya
terbuat dari logam maupun polimer seperti flexy glass/acrylic. Fungsinya sebagai
support dan memberi bentuk pada DMFC.

2. Current Collector
Current collector merupakan komponen yang sangat penting pada DMFC,
karena tidak hanya berfungsi sebagai pengumpul arus/penyalur hasil reaksi yang
berupa elektron pada bagian anoda dan mengalirkan elektron tersebut ke bagian
katoda, tetapi juga sebagai penyokong dari MEA yang tipis. Current collector
atau pengumpul arus terbuat dari material konduktif (dapat menghantarkan

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19

 
listrik), memiliki konduktivitas panas yang tinggi, kekuatan mekanik yang tinggi,

  dan terbuat dari bahan yang stabil terhadap bahan kimia. Sampai saat ini terdapat
tiga jenis bahan yang dapat digunakan sebagai current collector diantaranya
 
silikon, logam dan polimer. Jenis logam yang biasanya digunakan adalah stainless
 
steel.
 
3. Membrane Electrode Assembly (MEA)
 
Komponen kunci dari sel bahan bakar adalah Membrane Electrode
 
Assembly (MEA), yang terdiri dari membran penukar proton (proton exchange
 
membrane ), elektroda yang dilapisi katalis dan lapisan difusi gas (gas diffusion

  layer ) (www.gashub.com.sg). Bagian dari MEA tersebut adalah :

a. GDL (Gas Diffusion Layer)


Pada MEA, elektroda karbon berfungsi sebagai GDL ( Gas
Diffusion Layer) yang dapat membantu penyeragaman distribusi
reaktan. GDL adalah lembaran konduktif dan material berpori yang
dikenal sebagai carbon paper atau carbon cloth (www.gashub.com.sg)
Carbon paper memiliki permukaan pori yang tidak seragam dan lebih
besar. Sedangkan carbon cloth memiliki permukaan yang lebih
homogen dengan pori-pori yang lebih kecil.
Untuk memastikan efisiensi sel bahan bakar unggul, tingkat
hidrofobisitas dari semua carbon paper atau carbon cloth harus sesuai,
memiliki kekuatan mekanik tinggi, dan ukuran pori-pori merata.
b. Katalis
Katalis merupakan zat kimia yang dapat meningkatkan kecepatan
reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasinya. Katalis terlibat
dalam reaksi tetapi akan terbentuk kembali pada akhir reaksi. Pada
DMFC, katalis yang digunakan pada sisi katoda berbeda dengan sisi
anoda.
Pada sisi katoda hanya digunakan katalis Platina (Pt) sedangkan
pada sisi anoda digunakan katalis Platina dan Rutenium (Pt-Ru). Hal
ini disebabkan karena pada reaksi yang terjadi di sisi anoda terbentuk

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20

  CO yang dapat meracuni katalis Pt dan untuk menetralisasi

  pembentukan CO tersebut perlu ditambahkan katalis Ru. Katalis Pt


saja belum mampu untuk mengoksidasi dan membalikkan arah reaksi
 
(Wahyu dkk, 2004).
 
Menurut Gojkovic (2003) terjadi reaksi sebagai berikut :
  Pt + CH3OHsolution Pt-CH3OHads Pt-COHads + 3H+ + 3e-
  Pt-COads + H+ + e-
Ru + H2O Ru-OHads + H+ + e-
 
Pt-COHads + Ru-OHads Pt + Ru + CO2 + 2H+ + 2e-
 
Pt-COads + Ru-OHads Pt + Ru + CO2 + H+ + e-
  c. Membran Nafion®
Membran penukar proton dalam DMFC memegang fungsi utama
dalam efisiensi energi sel. Membran yang umum digunakan adalah
Nafion® dibuat oleh Dupont, pemegang merk dagang nilon dan teflon
yang berpusat di Amerika. Nafion® merupakan nama pasar untuk
elektrolit Dupont yang memiliki banyak jenis, yaitu N-112, NE-1135,
N-115, N-117, dan N-1110. Nafion® 117 merupakan tipe spesifik
membran yang sering digunakan untuk sistem DMFC (Spiegel,2007).
Struktur Nafion® dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Nafion (Asam Poliperfluoro Sulfonat Ionomer) (www.chem-is-try.org)

Nafion tergolong dalam ionomer. Ionomer berarti polimer yang


memiliki sifat-sifat ionik. Monomer dari senyawa ini terdiri atas
kerangka fluorokarbon yang bersifat hidrofobik dan gugus terminal
berupa sulfonat yang bersifat hidrofilik. Gugus sulfonat merupakan
super asam, menjamin kelangsungan transfer proton dari anoda ke

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21

  katoda sementara kation dan anion lainnya tidak diizinkan lewat

  (Ladelta, 2007).
Begitu banyak kelebihan yang ditawarkan oleh DMFC. Dari segi
 
efisinesi energi dan daya tahan jelas sel ini memenuhi syarat dipakai
 
sebagai baterai alat-alat elektronik portable. Densitas energi dari
  baterai juga dapat diatur sedemikian rupa sehingga daya keluarannya
  sesuai dengan kebutuhan alat elektronik bersangkutan. Ukuran baterai
untuk sel ini bisa dibuat sangat kecil sehingga tidak jauh berbeda
 
dengan baterai konvensional yang telah ada sebelumnya seperti
 
baterai ion litium.
 
2.2.1.4 Kinerja DMFC

Kinerja ideal DMFC dapat ditentukan oleh termodinamika dari reaksi


elektrokimia yang terjadi. Reaksi yang terjadi pada DMFC secara keseluruhan
sebagai berikut :
CH3OH + 3/2 O2 CO2 + 2H2O E0sel = 1,184 V
Merujuk pada reaksi di atas dapat dihasilkan tegangan sebesar 1,184 V per
mol metanol, dibutuhkan 3/2 mol oksigen dan dihasilkan produk 1 mol CO2 dan
juga 2 mol H2O (Zulfikar, 2010).
Energi dapat diperoleh dari fuel cell ketika timbul arus listrik. Akan tetapi,
potensial sel aktual dapat menurun dari potensial kesetimbangan dikarenakan
adanya beberapa faktor seperti polarisasi dan overpotential atau overvoltage yang
ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Kurva Karakteristik Fuel Cell (Handbook Fuel Cell)

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 22

  Kondisi ideal dari fuel cell menghasilkan kinerja berupa voltase yang

  stabil. Akan tetapi, terjadi deviasi pada kurva yang menandakan adanya
penurunan voltase. Berdasarkan Handbook Fuel Cell, hal ini berkaitan dengan
 
tiga faktor berikut :
 
a. Polarisasi aktivasi yang berkaitan langsung dengan laju reaksi
  elektrokimia pada permukaan elektroda
  b. Polarisasi ohmik yang terjadi karena hambatan aliran ion di dalam
elektrolit dan hambatan untuk mengalirkan elektron melewati material
 
elektroda
 
c. Polarisasi konsentrasi yang berkaitan dengan gradien konsentrasi.
  Penyebab hal tersebut diantaranya yakni lambatnya transport reaktan atau
produk menuju/dari sisi tempat terjadinya reaksi elektrokimia, lambatnya
difusi fasa gas pada pori-pori elektroda, kelarutan reaktan/produk di dalam
elektrolit atau difusi reaktan/produk melewati elektron menuju/dari sisi
tempat terjadinya reaksi elektrokimia.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang desain
maupun pengembangan kinerja fuel cell. Hal tersebut diantaranya yakni detail dari
desain komponen sel berupa dimensi fisik dan pertimbangan fisika seperti transfer
massa, elektrokimia, dan sebagainya. Kinerja fuel cell dipengaruhi oleh kondisi
operasi seperti temperatur, tekanan, dan rapat arus. Dipengaruhi pula oleh adanya
pengotor atau impurities yang dapat mempengaruhi potensial ideal cell. Kriteria
fuel cell berkaitan dengan desain serta kondisi operasinya dapat dilihat pada
Gambar 2.11.
Jika terjadi perubahan kondisi operasi pada fuel cell tersebut, maka dapat
memberikan keuntungan, akan tetapi dapat juga menimbulkan kerugian bagi
kinerja fuel cell itu sendiri ataupun pada komponen-komponennya. Misalnya,
pada rapat arus yang tinggi, akan menurunkan ukuran sel tetapi juga dihasilkan
efisiensi sistem rendah yang dikarenakan rendahnya voltase sel. Begitu pula pada
kondisi rapat arus yang rendah akan meningkatkan voltase sel sehingga efisiensi
sel meningkat dan menurunkan biaya operasi.

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 23

 
Gambar 2.11 Fleksibilitas Kondisi Operasi Bergantung pada Parameter Sel (Handbook Fuel Cell)
 
2.2.1.5 Efisiensi DMFC

Walaupun memiliki densitas energi yang relatif tinggi, efisiensi DMFC


rendah karena tingginya penyerapan metanol pada material membran yang
digunakan, biasanya dikenal dengan methanol crossover . Hasilnya, efisiensi
DMFC hanya mendekati 40%. Namun, salah satu material membran baru
(polymer electrolyte thin film) telah digunakan untuk mengurangi masalah
tersebut. Masalah lain pada DMFC yaitu pengelolaan karbon dioksida yang
terbentuk di anoda.
Daya yang dihasilkan oleh fuel cell dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
P=V.I (2.1)
Keterangan : P = Daya (Watt)
V = Voltase (Tegangan)
I = Arus (A)
Efisiensi DMFC dapat diperoleh dengan membandingkan efisiensi ideal
(Energi Gibbs : entalphy reaksi) dikali voltase sebenarnya, dibagi voltase ideal
reaksi. Efisiensi ideal dapat dilakukan perhitungan melalui rumus berikut :
G
i = (2.2)
H

  

H = Entalphy Reaksi (kJ/mol)

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 24

  i = Efisiensi Ideal

  Selanjutnya efisiensi DMFC sebenarnya dapat dicari melalui rumus berikut :


Energi yang digunakan Daya yang digunakan Tegangan actual x Arus
    
H (G /  i ) Tegangan ideal x Arus/ i
  i Vactual 

(2.3)
  Videal

   i Vactual 
 x100% (2.4)
Videal
 

    
 

 
2.2.2 Direct Ethanol Fuel Cell (DEFC)

Direct Ethanol Fuel Cell merupakan bagian dari PEMFC, yang mana
bahan bakar pada PEMFC ini adalah etanol (http://en.fcc.gov.ir/Direct-
ethanolfuelcell.aspx qin). Seperti halnya pada DMFC (dengan bahan bakar
metanol), etanol dimasukkan secara langsung pada fuel cell yang kemudian akan
bereaksi pada anoda dengan katalis menghasilkan H+ dan elektron.

Gambar 2.12 Skema Proses DEFC (http://by.genie.uottawa.ca/~baranova/Nano.htm)

Penggunaan etanol pada DEFC ini merupakan pilihan alternatif pada


direct fuel cell karena etanol bersifat non-toxic dari pada metanol, selain itu etanol
merupakan larutan yang kaya akan hidrogen dengan densitas energi (8.0 kWh/kg)
jika dibandingkan dengan metanol (6.1 kWh/kg). Etanol ini dapat dihasilkan dari
biomassa diantaranya proses fermentasi dari sumber daya alam yang dapat
diperbaharui seperti dari gula tebu, tepung gandum atau jagung. Meskipun

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 25

 
kemampuan dari etanol lebih rendah jika dibandingkan dengan metanol, akan

  tetapi dengan melakukan perubahan komposisi katalis (pada DMFC) platinum


(Pt) di anoda dengan menambahkan timah sebagai katalis, dengan komposisi
 
timah optimum yang digunakan sekitar 10 20%, sehingga katalis yang
 
digunakan pada katoda adalah Pt Sn/C dan pada anoda Pt Sn Ru/C
  (http://en.fcc.gov.ir/Direct-ethanolfuelcell.aspx qin).
  Platinum sebagai katalis utama sangatlah mahal, sehingga pada
perkembangan selanjutnya, ditemukanlah katalis pengganti untuk DEFC dengan
 
menggunakan campuran dari Fe, Co, Ni pada anoda, dan Ni, Fe atau Co saja pada
 
katoda, serta dapat beroperasi pada suhu 25 0C (en.fcc.gov.ir, 2009). Reaksi yang
  terjadi pada DEFC adalah :
Anoda : CH3CH2OH + 3 H2O  2 O2 + 12 H+ + 12 e- E0a = -0,249 V
Katoda : 3 O2 + 12H+ + 12e  6 H2O E0c = 1,230 V
Overall : CH3CH2OH + 3H2O + 3 O2 2 CO2 + 6 H2O E0a = 0,981 V
(Sumber: http://www.scielo.br, 2012)

Pembuatan DMFC Menggunakan End Plate Desain Vertikal


  dengan Current Collector Tembaga dan Stainless Steel serta
Pengujian Kinerja Menggunakan Metanol dan Etanol

Anda mungkin juga menyukai