Abstrak: Fuel cell dapat dikategorikan sebagai energi alternatif baru, termasuk
dalam jenis baterai yang mampu menyimpan dan mensuplai energi yang
dihasilkan dari reaksi elektrokimia didalamnya yang terdiri dari reaktan yang
berupa hidrogen pada sisi anoda, oksigen pada sisi katoda, katalisator, dan
elektrolit fuel cell. ketika bahan bakar hidrogen masuk melalui sisi anoda maka
membran akan memisahkan muatan ion hidrogen dan muatan elektronnya,
muatan elektron akan dimanfaatkan untuk menghasilkan eneregi pada sirkuit
kelistrikan, sebaliknya muatan ion hidrogen akan mengalir melewati membrane
kemudian ke sisi katoda. Pada waktu yang sama oksigen masuk melalui pipa
disisi katoda dan Setelah itu akan terjadi reaksi didalamnya yang menghasilkan
H2O sebagai hasil sisa bahan bakarnya. Tetapi pada suatu jenis fuel cell ada yang
memanfaatkan kembali hasil sisa bahan bakar yang berupa air tersebut untuk bisa
dijadikan bahan bakar kembali sehingga penggunaan fuel cell ini dapat lebih
efisien, emisi gas buangnya yang rendah dan ramah lingkungan. Posisi elektrolit
di tengah hanya memungkinkan proton melewati membran ke sisi katoda sel
bahan bakar. Muatan elektron tidak dapat melewati membran sehingga mengalir
melalui sirkuit eksternal dalam bentuk arus listrik. Saat oksigen mengalir ke
katoda sel bahan bakar, katalis lain membantu oksigen, proton, dan elektron
bergabung untuk menghasilkan air dan panas murni.
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan dunia akan sumber energi yang
terbarukan, maka dibutuhkan sumber energi terbarukan yang sekaligus ramah lingkungan.
Salah satu sumber energi menjanjikan yang dapat menjadi solusi untuk mengatasi krisis
energi di masa depan adalah sel bahan bakar. Sel bahan bakar adalah sel elektrokimia yang
dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik dari reaksi elektrokimia. Reaksi ini
menghasilkan listrik, air dan panas dari reaksi bahan bakar dan oksigen tanpa adanya
pembakaran sehingga sangat mengurangi adanya polusi dan timbulnya ledakan (Li dkk.,
2003)
Fuel cell telah didemonstrasikan oleh Sir William Robert Grove, seorang ahli
hukum merangkap sebagai ahli fisika amatir, pada tahun 1839, dengan melakukan
pembalikan elektrolisa air, elektrode yang digunakan adalah platina. Pada tahun 1889,
Charles Langer dan Ludwig Mond pertama kali menggunakan istilah fuel cell, pada saat
mencoba membuat mesin generator dengan menggunakan udara dan gas arang. Pada tahun
1932 Francis Bacon berhasil mengembangkan fuel cell. Untuk menerapkan fuel cell dalam
penggunaan praktis baru dapat dilakukan 27 tahun kemudian, yaitu sebagai penghasil
tenaga listrik untuk alat las dengan kapasitas 5 kW. Mulai tahun 1950 pihak NASA di
Amerika Serikat telah melakukan pemanfaatan untuk program angkasa luar mereka yaitu
untuk pesawat roket Appolo dan Gemini. Selama lebih dari 30 tahun, US Department of
Technology telah melakukan banyak penelitian dan pengembangan dan pada tahun 1987
mereka mulai menerapkannya pada kendaraan. (Henrdrata Suhada, 2001)
Keunggulan fuel cell dibandingkan dengan pembangkit listrik jenis lain karena
beberapa hal antara lain: dapat menggunakan bahan bakar dari selain bahan bakar fosil
/ bahan bakar lebih variatif ( gas metan, etanol dan lain-lain), konversi energi yang
lebih sempurna (efisien tinggi, panas buangan dapat digunakan kembali), ramah
lingkungan (Emisi rendah, tidak berisik, hasil buangan tidak berbahaya contoh air),
dapat ditempatkan dimana saja sesuai kebutuhan, ukuran yang flesibel, cukup tahan
lama dengan tingkat kehandalan tinggi (selama bahan bakar diberikan) dan digunakan
untuk banyak aplikasi ( peralatan elektronika, kendaraan, antariksa, pembagkit listrik
besar). (Farooque M & Hans, 2001)
Topik bahasan yang akan dibahas pada tulisan ini hanya penjabaran dari segi
teknis yang mengenai Fuel cell sebagai energy alternative terbarukan, pengaruh
aplikatif Fuel cell bagi lingkungan, keawetan alat untuk bertahan pada jangka waktu
yang panjang, kematangan dalam segi infrastrutur sebagai penyedia kebutuhan-
kebutuhan sumber daya dan prosedur perawatan yang tepat dan benar. termasuk di
antaranya motor bakar. Agar dapat menghasilkan energi yang lebih besar, maka motor
harus lebih besar pula. Akibat
DASAR TEORI
Krisis energi telah melanda dunia, pada tahun 2012 ini mencapai 105 $/barrel. Hal
ini berdampak pada berbagai sektor, khususnya` perekonomian tidak terkecuali Indonesia.
Krisis ini terjadi akibat semakin langkanya bahan bakar minyak (BBM) yang berasal dari
bahan-bahan yang bersifat non renewable atau tidak dapat diperbarui. Hal ini tidak dapat
dibiarkan begitu saja, karena semakin lama cadangan minyak dunia khususnya Indonesia,
akan semakin menipis. Hal tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan bahan bakar
hidrogen dan oksigen yang jumlahnya melimpah di alam dan termasuk dalam energy
terbarukan atau bahan yang dapat diperbarui (renewable) yaitu dengan memanfaatkan
teknologi Fuel cell (Saptoadi. H., 2004).
Salah satu Fenomena yang hangat diperbincangkan adalah fenomena efek rumah
kaca yang disebabkan koleh naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas
lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya dari
penggunaan alat transportasi, pabrik, hingga penggunaan pembangkit listrik yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Selain gas
CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah , Dinitrogenoksida (N2O) serta
beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-
gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.Yang
berakibat meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan
iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan kenaikan tinggi muka air
laut, perubahan pola angin, meningkatnya badai atmosferik, perubahan pola hujan dan
siklus hidrologi dan lain-lain dan akhirnya berdampak pada ekosistem hutan, daratan, dan
ekosistem alam lainnya.
Gambar 1. Grafik Rasio Cadangan minyak bumi terhadap Produksi Dunia
Dalam upaya implementasi fuel cell sebagai mesin pengganti, suatu teknologi yang
perkembangannya masih baru, tentunya harus dibandingkan secara matang dengan produk
produk yang sudah dikenal, seperti motor bakar, maupun jenis penghasil energi yang lain
seperti baterai dan solar cell. Pada baterai masih diperlukan cell yang mempunyai
kepadatan energi yang tinggi walaupun berat dan volumenya kecil. dilihat beberapa jenis
batere, makin besar energi yang dimiliki oleh sebuah batere akan makin berat dan makin
besar pula volumenya, tentunya akan sangat mempengaruhi daya angkut dan jarak tempuh
sebuah kendaraaan yang digerakkan dengan batere tersebut. (Atsari, 2012)
Kesulitan yang juga dihadapi pada baterai yaitu masa pengisian ulang yang cukup
lama. Solar cell yang sudah semakin banyak digunakan untuk menghasilkan energi listrik,
memiliki beberapa keterbatasan, yaitu sangat tergantung dari sinar matahari, sehingga sulit
dioperasikan pada malam hari, untuk menghasilkan energi yang besar, dibutuhkan unit
solar cell yang banyak dan luas dan tempat yang luas pula, harga unit solar cell untuk masa
kini masih tergolong mahal (M. Rif’an, dkk. 2012).
Kontrol emisi gas buang berbahan bakar fossil sangat dibutuhkan oleh
perbengkelan dan masyarakat, pada gas buang kendaraan bermotor terdiri dari atas zat
yang tidak beracun, seperti nitrogen (N2), karbondioksida (CO2), dan uap air (H2O), dan
zat beracun seperti karbon monoksida (awal, syahroni 2006).
Teknologi Fuel cell yang telah mulai dikembangakan dan dicoba sejak pertengahan
abad ke 20 dan makin digalakkan penggunaannya untuk penggerak mobil pada tahun 90
an, memberikan suatu jenis mesin penggerak yang baru, yang memberikan harapan yang
sangat meyakinkan, yang memiliki kemampuan untuk menggantikan motor bakar di masa
mendatang. Dari informasi yang diberikan oleh para produsen fuel cell, ternyata telah
banyak yang digunakan untuk kebutuhan stasioner, misalnya pada stasiun pembangkit
listrik dengan kapasitas sedang, bahkan telah diuji di Jepang dan Itali dengan kapasitas
tinggi.
METODE PENYELESAIAN
Metode penyelesaian memuat alur perancangan, digambarkan dalam bagan alur
perancangan sbb :
Suatu alat transportasi sangat berhubungan dengan berat total kendaraan, dan bahan
bakar yang digunakan merupakan suatu zat dari sistem yang mempengaruhi berat total
kendaraan dan kinerjanya. Jika digunakan bahan bakar yang mempunyai nilai kalor tinggi,
maka kinerja akhir kendaraan dapat dikatakan baik. Seperti diketahui, hidrogen sebagai
energi alternatif merupakan senyawa bahan bakar yang pada saatnya nanti menjadi suatu
sumber energi yang sangat potensial, bersih, dan efisien. Bila hidrogen digunakan sebagai
bahan bakar fuel cell, maka mobil listrik akan menjadi ringan dibandingkan bahan bakar
lain. Hal ini disebabkan energi per satuan beratnya lebih tinggi.
PEMBAHASAN
1. Konsep Rancangan Awal
percobaan dan perkembangan yang dilakukan untuk menggunakan fuel cell sebagai
penghasil energi dan hasilnya adalah sangat memuaskan, karena beberapa kelebihan yang
sudah jelas-jelas dimiliki oleh fuel cell ini dibandingkan motor penggerak konvensional
yaitu motor bakar, beberapa hasil yang menguntungkan seperti polusi yang lebih rendah,
efisiensi lebih tinggi, lebih tidak bising, umur lebih panjang, perawatan lebih ringan dan
mudah dsb.
Tuntutan akan ekologi pada lingkungan yang dari waktu ke waktu menjadi makin
ketat mengingat akan keinginan manusia untuk mempertahankan lingkungan hidupnya
secara lebih serius merupakan faktor penentu dari pada penggunaan fuel cell ini.
Pemanfaatan regeneratif energi yaitu angin, udara, air dan matahari akan selalu
menjadi energi yang akan sangat diperhitungkan untuk masa depan, dan energi ini juga
sudah masuk dalam perhitungan penggunaan sistem yang baru walaupun hasilnya masih
belum terlalu dapat diandalkan secara komersial. Kesiapan akan teknologi baru yang akan
menggantikan teknologi lama ini, sangat diharapkan oleh semua pihak baik swasta sebagai
produsen dan masyarakat umum sebagai pemakai maupun pemerintah dan lembaga
penelitian sebagai pengawas, dapat dipastikan bahwa fuel cell akan merupakan peralatan
penghasil energi untuk abad 21.
Sel bakar hidrogen merupakan rangkaian alat yang terdiri dari elektroda, membran
elektrolit (membran pernukar ion), pelarut organik polar, lapisan difusi. Pemilihan jenis
elektrode dan bahan membran merupakan faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan efesiensi yang tinggi.
B. Katalisator
Katalisator dipilih dari golongan Pt, Ru, Rh, Ni, Os, Mn, Ti, Zr, W, Fe, Mo, Ir dan
Sn. Yang biasa digunakan adalah paduan logam Pt dan Ru. Bisa juga menggunakan
paduan 3 macam atau 4 macam logam dari golongan tersebut diatas. Agar kinerja
elektode baik diperlukan katalisator berupa partikel padat yang ukurannya pada kisaran
nano. Tetapi pada ukuran yang sangat kecil katalisator menjadi tidak stabil. Sehingga
oksidasi akan terjadi apabila kontak dengan udara atau dengan pelarut. Untuk itu dicoba
untuk mengoptimisasi jumlah air yang dicampur dengan katalis.
D. Lapisan difusi
Lapisan difusi akan digunakan untuk melapisi katode dan anode. Cara membuat
lapisan difusi dengan cara mencampur PTFE, carbon black dan pelarut organik dengan
perbandingan (2500-5000) pelarut /100 bagian PTFE. Carbon black 100 - 500 /100
bagian PTFE.
A. Pembuatan anode
a. Pembuatan lapisan difusi :Bahan :
600 mg fulcan xc-72 R
50 g isopropil alkohol
PTFE (60% berat)
Dicampur dan diaduk selama 5 menit. Kemudian ke dalam campuran ditambahkan
1000 mg PTFE (60% berat) kemudian diaduk selama 1 menit untuk agar supaya
PTFE mendifusi dengan baik.
b. Pelapisan penyangga (kertas karbon) dengan lapisan difusi.
Kertas karbon dengan ukuran 12 x 12 cm dilapisi dengan larutan (a). Kemudian
dikeringkan di dalam oven pada tekanan vacum selama 2 jam pada suhu120oC,
agar pelarut menguap. Karbon yang sudah dilapisi lapisan difusi selanjutnya
dimasukan ke dalam furnace pada suhu 3500C selama 20 menit dengan dialiri gas
nitrogen
c. Pembuatan katalis :
Bahan :
Katalisator Pt = 1100 mg
Air (H2O) murni = 1760 mg
Nafion 5 % = 2750 mg
Isopropil alkohol = 27,5 g
Katalis dan air dicampur diaduk selama 1 menit. Kemudian dicampur dengan
larutan nafion 5 % diaduk selama 5 menit. Sesudah itu ditambah dengan pelarut
isopropil alkohol dan pengadukan dilanjutkan selama 3 menit.
d. Pelapisan katalis.
Lapisan difusi (a) dilapisi dengan lapisan katalis. Metode pelapisan bisa
menggunakan spray atau silk screen printing. Kemudian keringkan di dalam
oven pada suhu 800C selama 1 jam.
B. Pembuatan katode
a. Membuat penyangga katode.
Penyangga katode dibuat dengan cara impregnasi fluorinated ethylene
propylene (PEP) kopolimer dengan kertas karbon. Perbandingan PEP dan kertas
karbon = 20 % berat. Keringkan di dalam oven vacum pada suhu 1100C. selama 2
jam. Kemudian dilanjutkan dengan sintering pada suhu 3500C. selama 20 menit
untuk mendapatkan kertas karbon yang bersifat hidropobik. Kenudiab dipotong
dengan ukuran 12x12 cm.
b. Membuat lapisan difusi.
Bahan dan perlakuannya sama dengan poin 1 (a).
c. Kertas karbon yang dibuat pada poin 2(a) dilapi dengan lapisan difusi dengan
cara disemprotkan. Keringkan di dalam oven pada suhu 1200C selama 2 jam.
Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 350oC selama 20 menit dengan aliran gas
nitrogen. Hasilnya adalah lapisan difusi untuk katode.
d. Membuat katalis, bahan dan perlakuannya sama dengan poin 1 ( c ).
e. Lapisan difusi dilapisi dengan lapisan katalis. Kemudian dikeringkan di dalam
oven pada tekanan vacum pada suhu 800C selama 1 jam.
5. Produk Akhir
Penelitian yang telah dilakukan diarahkan pada dua tujuan yaitu untuk menentukan
kondisi proses yang optimum dan bentuk rancangan yang diarahkan pada metode
pelapisan (bahan dan bentuk membran dan katalis sudah tertentu). Sedangkan bahan
katalis dan bahan membran adalag PT-C dan membran PTFE.
1. Untuk memperluas permukaan katalis dan menghemat penggunaan katalis yaitu
dengan menggunakan penyangga yang dilapisi oleh platina dengan teknik pelapisan
spray.
2. Menggunakan membran kation exchanger yang terbuat dari PTFE.
Tinjauan kondisi proses meliputi temperatur dan tekanan. Suhu : 60 C
Tekanan : 3 atm
Bahan :
Katalis : Pt - C Membran : PTFE
Jenis modul membran : Lembaran tipis.
Katalisator :
Fuel sel menghasilkan tenaga sebagai hasil oksidasi atom hidrogen menjadi proton
dan elektron. Untuk mereaksikan atom hidrogen menjadi proton dan elektron
dibutuhkan sejumlah tenaga. Dengan menggunkan katalis platina maka energi aktivasi
yang dibutuhkan untuk reaksi ionisasi atom hidrogen menjadi berkurang. Untuk fuel sel
yang menggunkan bahan bakar metanol, maka katalis harus dicampur yaitu terdiri dari
platina dan ruthenium. Campuran ini tahan terhadap racun CO.
Katalis platina :
Untuk fuel sel platina terdiri dari 10 % atau 20 % platina di dalam (FULKAN XC-
72 R) dengan pendukung adalah carbon. Luas permukaan reaksi untuk platina 20 %
adalah ECA = 100 m persegi/ gram sedangkan platina 10 % ECA = 140 m persegi/gram.
Campuran Pt- Ru CO sebagai hasil samping pembakaran methanol merupakan racun
terhadap platina. Akan tetapi dalam campuran Pt 20 % dan Ru 10 % ( 50 : 50 )
perbandingan atom didalam penyannga karbon FULKAN-XC akan tahan terhadap racun
CO.
Larutan Nafion :
Terdiri dari perfluoro etilen 5 % di dalam metanol dan air. Metanol kira-kira 75 %
dan air 15-20 %. Fungsi larutan nafion adalah sebagai pengikat platina dan membran
serta dapat mengurangi kebutuhan platina sebagai katalis.
Teflon emulsion :
Sebagai distributor dari teflon adalan elektrokimia. Emulsi resin seperti nafion
berperan sebagai pengikat antara katalis karbon dan membran. Kadang digunakan
sebagai pengganti nafion. Harga nafion lebih murah dari pada teflon. Dengan
melindungi karbon dengan teflon akan melindungi karbon dari kelembaban dari air
tetapi dapat membiarkan uap air lolos melalui pri-porinya. Ada dua jenis teflon yang
digunakan :
1. Untuk mengiklat elektrode yaitu Teflon emulsion ( EC-TFE) PTFE 30
2. Untuk mengikat kertas karbon yaitu teflon emulsion (EC - FEP) FEP 121 A.
KESIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Li, L., Xu, L. and Wang, Y. 2003. Novel Proton Conducting Composite Membranes for
Direct Methanol Fuel Cell , (Online),
(https://www.researchgate.net/publication/222995778_Novel_proton_conducting_c
omposite_membranes_for_direct_methanol_fuel_cell), diakses 23 November 2019.
Suhada, Hendrata.2001. Fuel Cell Sebagai Penghasil Energi Abad 21.(
https://media.neliti.com/media/publications/134810-ID-fuel-cell-sebagai-penghasil-
energi-abad.pdf), diakses 23 November 2019.
M Farooque, Hans C.M.,.2001.Fuel cell- The clean and efficient power generators.(
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1002/1615-
6854(200105)1:1%3C5::AID-FUCE5%3E3.0.CO;2-G) diakses 23 November 2019.
Saptoadi, H.2004.Energy from Indigenous for Enhancing the Regional Competitiveness,
the 2nd Asean Science congress and Subcomitte Conferences.(
https://media.neliti.com/media/publications/141348-ID-simulasi-cfd-pembakaran-
non-premixed-ser.pdf) diakses 23 November 2019.
Martono.2002. Fenomena Gas Rumah Kaca. .( http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/T6-
Fenomena_Gas_rumah_kaca.pdf) diakses 23 November 2019.
Atsari.2012.fuel cell stack 1.( http://atsariam.blogspot.com/2012/07/fuel-cell-stack-bagian-
1.html) diakses 23 November 2019.
Rifan, M., dkk.2012.Optimasi Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga Matahari di Jurusan
Teknik Elektro Universitas Brawijaya.(
https://media.neliti.com/media/publications/61578-ID-optimasi-pemanfaatan-
energi-listrik-tena.pdf) Diakses 22 November 2019.
Syahroni, awal.2006.Analisa Kerja Mesin Bensi Berdasarkan Hasil Uji Emisi.
(https://media.neliti.com/media/publications/222271-analisa-kinerja-mesin-bensin-
berdasarkan.pdf) diakses 23 November 2019.
Mahreni.2004. Perakitan Elektroda - Membran Pada Sel Bahan Bakar Hidrogen
Menggunakan Metode "Spray" (The Assembling Of Electrode-Membrane On The
Hydrogen Fuel Cell By Using “Spray” Method). Jogjakarta : FTI UPN "Veteran"
Safitri, A.I., dkk.2016.Uji Kinerja Smart GridFuel Cell Type Proton Exchange
Membrane(PEM) dengan Penambahan Hidrogen. Jember : Politeknik Negeri
Jember
Dewi, E.L.2011. Potensi Hidrogen sebagai Bahan Bakar untuk Kelistrikan Nasional.Yogyakarta :
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia.