Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HIDROGEN DAN FUEL CELL

Oleh :

Dina Eka Pranata 061950442927

Lukmanul Hakim 061950442826

Marhani Rosyadah 061950442828

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN

PROGRAM MAGISTER TERAPAN

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini kebutuhan terhadap energi terus meningkat. Penggunaan energi fosil
khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia mengalami kenaikan yang cukup
signifikan. Seiring dengan mahal dan terbatasnya energi fosil, penggunaan energi terbarukan
terus diupayakan agar pasokan energi tetap tersedia. Salah satu sumber energi yang dapat
dimanfaatkan adalah gas hidrogen atau biasa disebut dengan fuel cell.
Teknologi fuel cell menjanjikan pembangkit listrik yang bebas polusi udara dan limbah
beradiasi. Asal mulanya diaplikasikan pada teknologi ruang angkasa (Stasiun Ruang
Angkasa). Lambat laun teknologi ini akan dapat bersaing karena ada tendensi yang sangat
kuat yaitu harga dan kerapatan energi yang dihasilkannya dapat bersaing dengan pembangkit
listrik BBM ataupun nuklir sekalipun. [1]
Perundang-undangan yang ada mengenai energi adalah dicantumkan pada UU
10/1997 (nuklir), UU 27/2003 (panas bumi), UU 30/2007 (energi management, prinsip,
sumber daya alam dsb), UU 30/2009 (ketenagalistrikan). Dalam UU 30/2007 Chapter 1
tersebut disebutkan bahwa hydrogen merupakan sumber energi baru dengan teknologi baru
yang harus dikuasai sebagai basis perekonomian. Bab IV pasal 7 bahwa ketenagalistrikan
nasional disusun berdasarkan pada kebijakan energi nasional (KEN). Dalam bahasan Presiden
di Tampak Siring, usaha untuk memperkuat Green Economy, dimana katahanan energi harus
dioptimalkan. Kebijakan teknologi yang mendukung tujuan di atas adalah: UU Presiden RI
Kegiatan Pokok RKP 2009
- Pengembangan Teknologi Fuel Cell & Alat Penghemat BBM (Electric Fuel
Treatment)
- Pengembangan Material Baru dan Nano Teknologi
Agenda Riset Nasional (ARN) 2010 – 2014 – Agenda Riset Energi Baru dan
Terbarukan:
- Blue-print Pengelolaan Energi Nasional (PEN) 2005-2025
- Arah Kebijakan dan Prioritas Utama
- Target Capaian Tahun 2009 2.5 KW dan Sasaran Tahun 2025 250 MW
- Aplikasi fuel cell untuk remote area [2]

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini mengetahui lebih jauh mengenai energi
hidrogen sebagai seumber energi terbarukan.

1.3 Tujuan
- Untuk mengenal lebih jauh tentang fuel cell sebagai energi listrik yang ramah lingkungan
- Untuk mengetahui proses kerja fuel cell
- Untuk mengetahui aplikasi penggunaan fuel cell.

1.4 Manfaat
- Mengetahui tentang fuel cell
- Memahami proses kerja dari fuel cell
- Mengetahui aplikasi penggunaan fuel cell
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hidrogen
Salah satu jenis bahan bakar alternatif yang banyak dicermati saat ini adalah
hidrogen. Seperti diketahui bahwa hydrogen dapat berfungsi sebagai energi untuk semua
kegunaan sebagaimana layaknya minyak bumi dan gas alam. Hidrogen tersedia dalam air
dan senyawa organik dalam bentuk senyawa hidrokarbon. Pemotongan ikatan-ikatan kimia
di dalam air akan menghasilkan hydrogen yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar.
Hidrogen dapat dihasilkan melalui beberapa proses seperti : elektrolisa, fotoelektrokimia,
steam reforming, fotobiologi, dan lain-lain. Hidrogen dapat pula dihasilkan dengan
menggandeng sumber-sumber energi terbarukan, seperti : energi air, energi surya, energi
angin, dan energi panas bumi. Hidrogen yang dihasilkan dapat disimpan dalam bentuk gas
atau cair, sedangkan transportasi dan distribusinya dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Karena hidrogen hanya ditemukan di alam dalam bentuk senyawa, maka hidrogen harus
diproduksi melalui penggunaan energi, sebelum hidrogen tersebut tersedia sebagai sumber
energi. Dalam hal ini dapat dibedakan antara produksi dengan pembawa energi primer dan
produksi dengan pembawa energi sekunder. Produksi energi primer saat ini berarti produksi
hidrogen dari bahan bakar fosil melalui pembentukan gas alam danbatubara. Proses lebih
lanjut dari produksi ini masih dalam penelitian dan pengembangan.
Teknologi produksi hidrogen yang saat ini unggul adalah gasifikasi dari biomassa,
serta produksi langsung hidrogen dari algae dengan radiasi surya.Salah satu produksi
hidrogen yang saat ini dikenal adalah dari listrik melalui elektrolisa. Produksi hidrogen
langsung dengan elektrolisa air, terutama dihubungkan dengan pembangkit listrik tenaga air,
sedangkan produksi hidrogen secara tidak langsung melalui listrik pembawa energi.
Dekomposisi air dengan elektrolisa terdiri dari dua reaksi yang terjadi pada dua elektroda.
Kedua elektroda ini dipisahkan oleh elektrolit yang konduktif ion. Hidrogen diproduksi pada
elektroda negatif (katoda) dan oksigen pada elektroda positif (anoda). Pertukaran muatan
terjadi melalui aliran ion. Untuk menjaga gas yang diproduksi terpisah, dua area reaksi
dipisahkan oleh separator konduktif ion, sedangkan energi untuk pemisahan air didapatkan
dari listrik. Untuk proses elektrolisa air konvensional, area anoda dan katoda dipisahkan oleh
mikro-poros diafragma untuk mencegah tercampurnya produk gas. Dengan tekanan keluaran
0,2 – 0,5 Mpa, proses ini dapat mencapai efisiensi sekitar 65%. Pada proses elektrolisa air
tekanan tinggi digunakan material khusus, dan hydrogen yang dihasilkan menggunakan
tekanan di atas 5 Mpa. Sedangkan pada proses elektrolisa air suhu tinggi, dibutuhkan
sebagian energi untuk memisahkan air bersuhu tinggi dan mengurangi konsumsi listrik.
Sistem produksi hidrogen dengan menggunakan elektrolisa air seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.

Gambar 2.1. Sistem produksi hydrogen dengan elektrolisa air

2.2 Pengertian Fuel Cell


Fuel cell adalah alat konversi energi elektrokimia yang akan mengubah hidrogen dan
oksigen untuk menghasilkan energi listrik dan panas dalam prosesnya. fuel cell merupakan
suatu bentuk teknologi sederhana seperti baterai yang dapat diisi bahan bakar untuk
mendapatkan energinya kembali, dalam hal ini yang menjadi bahan bakar adalah oksigen
dan hidrogen.
Dalam fuel cell, penggunaan hidrogen, sebagai sumber bahan bakar, menghasilkan
lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar fosil. Fuel cell
mengkonversikan energi secara efisien, yang mana membantu konservasi sumber energi.
Dan produk samping yang dihasilkan dari proses elektrokimia yang berlangsung adalah air
murni yang merupakan suatu keuntungan yang jelas bagi alam.
Layaknya sebuah baterai, segala jenis fuel cell memiliki elektroda positif dan negatif
atau disebut juga katoda dan anoda. Reaksi kimia yang menghasilkan listrik terjadi pada
elektroda. Selain elektroda, satu unit fuel cell terdapat elektrolit yang akan membawa
muatan-muatan listrik dari satu elektroda ke elektroda lain, serta katalis yang akan
mempercepat reaksi di elektroda. Umumnya yang membedakan jenis-jenis fuel cell adalah
material elektrolit yang digunakan. Arus listrik serta panas yang dihasilkan setiap jenis fuel
cell merupakan produk samping reaksi kimia yang terjadi di katoda dan anoda.
Karena energi yang diproduksi fuel cell merupakan reaksi kimia pembentukan air,
alat konversi energi elektrokimia ini tidak akan menghasilkan efek samping yang berbahaya
bagi lingkungan seperti alat konversi energi konvensional (misalnya proses pembakaran
pada mesin mobil). Sedangkan dari segi efisiensi energi, penerapan fuel cell pada baterai
portable seperti pada handphone atau laptop akan sepuluh kali tahan lebih lama
dibandingkan dengan baterai litium. Dan untuk mengisi kembali energi akan lebih cepat
karena energi yang digunakan bukan listrik, tetapi bahan bakar berbentuk cair atau gas.
Ada banyak keuntungan dari penggunaan teknologi fuel cell untuk kendaraan
bermotor, antara lain ramah lingkungan, bersih, lebih aman, dan resiko yang relatif kecil.
FCVs sangat kecil melepaskan COx dan NOx ke lingkugan dan mempunyai resiko kebakaran
yang cukup kecil dibandingkan dengan mobil mesin bakar internal ICE (internal combustion
engine). Satu hal yang cukup mengesankan adalah unjuk kerja FCVs sangat baik saat
berjalan dan berhenti. Hal ini tidak dimiliki oleh mobil dengan sistem mesin konvensional
ICE. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Argonne National Laboratory diperkirakan
bahwa mobil fuel cell mempunyai efisiensi energi 2,1 – 2,6 kali lebih besar dari mobil ICE
sedangkan data menurut The Pembina Institute diperkirakan 1,76 kali lebih besar dari sistem
ICE.
Gambar 2.2. Skema Fuel Cell

Pada fuel cells berbahan bakar hidrogen, ketika molekul hidrogen melakukan kontak
dengan anoda, molekul tersebut terpisah menjadi ion hidrogen dan elektron. Elektron
mengalir melalui sirkuit luar menuju katoda dan menimbulkan aliran listrik. Ion hidrogen
melewati elektrolit (membran) menuju katoda, lalu bergabung dengan elektron dan oksigen
dari udara kemudian membentuk molekul air.

2.3 Prinsip Kerja Fuel Cell


Fuel cell menggunakan reaksi kimia, lebih baik daripada mesin pembakaran, untuk
memproduksi energi listrik. Istilah Fuel cell sering dikhususkan untuk hidrogen-oksigen fuel
cell. Prosesnya merupakan kebalikan dari elektrolisis. Pada elektrolisis, arus listrik
digunakan untuk menguraikan air menjadi hidrogen dan oksigen. Dengan membalik proses
ini, hidrogen dan oksigen direalisasikan dalam fuel cell untuk memproduksi air dan arus
listrik.
Konversi energi fuel cell biasanya lebih efisien daripada jenis pengubah energi
lainnya. Efisiensi konversi energi dapat dicapai hingga 60-80%. Keuntungan lain fuel cell
adalah mampu menyuplai energi listrik dalam waktu yang cukup lama. Tidak seperti baterai
yang hanya mampu mengandung material bahan bakar yang terbatas, Fuel cell dapat secara
kontinyu diisi bahan bakar (hidrogen) dan oksigen dari sumber luar. Fuel cell merupakan
sumber energi ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polutan dan dapat digunakan
terus-menerus jika suplai hidrogen yang berasal dari sumber daya alam yang dapat
diperbarui.
Cara kerja suatu unit fuel cell dapat diilustrasikan dengan jenis PEMFC (proton
exchange membrane fuel cell). Jenis ini adalah jenis fuel cell yang menggunakan reaksi
kimia paling sederhana. PEMFC memiliki empat elemen dasar seperti kebanyakan jenis fuel
cell.

Gambar 2.3. Proton Exchange Membrane Fuel Cell

Pertama, anoda sebagai kutub negatif fuel cell. Anoda merupakan elektroda yang
akan mengalirkan elektron yang lepas dari molekul hidrogen sehingga elektron tersebut
dapat digunakan di luar sirkuit. Pada materialnya terdapat saluran-saluran agar gas hidrogen
dapat menyebar ke seluruh permukaan katalis.
Kedua, katoda sebagai kutub elektroda positif fuel cell yang juga memiliki saluran
yang akan menyebarkan oksigen ke seluruh permukaan katalis. Katoda juga berperan dalam
mengalirkan elektron dari luar sirkuit ke dalam sirkuit sehingga elektron-elektron tersebut
dapat bergabung dengan ion hidrogen dan oksigen untuk membentuk air.
Ketiga, elektrolit. Yang digunakan dalam PEMFC adalah membran pertukaran
proton (proton exchange membrane/PEM). Material ini berbentuk seperti plastik
pembungkus yang hanya dapat mengalirkan ion bermuatan positif. Sedangkan elektron yang
bermuatan negaif tidak akan melalui membran ini. Dengan kata lain, membran ini akan
menahan elektron.
Keempat, katalis yang digunakan untuk memfasilitasi reaksi oksigen dan hidrogen.
Katalis umumnya terbuat dari lembaran kertas karbon yang diberi selapis tipis bubuk platina.
Permukaan katalis selalu berpori dan kasar sehingga seluruh area permukaan platina dapat
dicapai hidrogen dan oksigen. Lapisan platina katalis berbatasan langsung dengan membran
penukar ion positif, PEM.
Pada ilustrasi cara kerja PEMFC, diperlihatkan gas hidrogen yang memiliki tekanan
tertentu memasuki fuel cell di kutub anoda. Gas hidrogen ini akan bereaksi dengan katalis
dengan dorongan dari tekanan. Ketika molekul kontak dengan platinum pada katalis,
molekul akan terpisah menjadi dua ion H+ dan dua elektron (e-). Elektron akan mengalir
melalui anoda, elektron-elektron ini akan membuat jalur di luar sirkuit fuel cell dan
melakukan kerja listrik, kemudian mengalir kembali ke kutub katoda pada fuel cell.
Di sisi lain, pada kutub katoda fuel cell, gas oksigen (O2) didorong gaya tekan
kemudian bereaksi dengan katalis membentuk dua atom oksigen. Setiap atom oksigen ini
memiliki muatan negatif yang sangat besar. Muatan negatif ini akan menarik dua ion keluar
dari membran PEM, lalu ion-ion ini bergabung dengan satu atom oksigen dan elektron-
elektron dari luar sirkuit untuk membentuk molekul air (H2O).
Pada satu unit fuel cell terjadi reaksi kimia yang terjadi di anoda dan katoda. Reaksi
yang terjadi pada anoda adalah 2H2→ 4H+ + 4e-. Sementara reaksi yang terjadi pada katoda
adalah O2 + 4H+ + 4e-→ 2H2O. Sehingga keseluruhan reaksi adalah 2H2 + O2 → 2H2O. Hasil
samping reaksi kimia ini adalah aliran elektron yang menghasilkan arus listrik serta energi
panas dari reaksi.
Satu unit fuel cell ini menghasilkan energi kurang lebih 0,7 volt. Karena itu untuk
memenuhi energi satu baterai handphone atau menggerakkan turbin gas dan mesin mobil,
dibutuhkan berlapis-lapis unit fuel cell dikumpulkan menjadi satu unit besar yang disebut
sebagai fuel cell stack.

2.4 Jenis Fuel Cell


Jenis dari pada fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai elektrolit
yang mampu menghantar proton. Pada saat ini ada 6 jenis fuel cell yaitu:
- Alkaline (AFC)
- Proton exchange membrane, juga disebut proton elektrolyt membrane (PEM)
- Phosphoric Acid (PAFC)
- Molten carbonate (MCFC)
- Solid oxide (SOFC)
- Direct methanol fuel cells (DMFC)
- Regenerative fuel cells
Dari tabel 4 dapat dilihat jenis dari pada elektrolit untuk masing-masing fuel cell dan
operasi temperatur, karakteristik dan penggunaannya. Fuel cell mempunyai efisiensi yang
cukup tinggi, dari 40% sampai 70%, tergantung dari jenis fuel cell, yang paling tinggi adalah
alkaline (AFC), solid oxyde (SOFC), direct methanol fuel cell (DMFC) dan regenerative
fuel cell.

Tabel 2.1. Jenis Fuel Cell dan Karakteristik


Fuel cell mempunyai kepekaan terhadap zat-zat tertentu seperti CO2, CO, korosi dan
produkoksidasi. Penggunaan dari pada fuel cell ini terutama untuk menghasilkan energi yang
dipakai pada program angkasa luar, power station penghasil listrik atau energi panas dan
untuk kendaraan.
Alkaline fuel cells(AFC) menggunakan alkaline potassium, hydroxyde sebagai
elektrolit, dapat menghasilkan efisiensi sampai 70%. Banyak digunakan oleh NASA untuk
misi ulang-alik angkasa luar. Biayanya sangat mahal, sehingga tidak dipakai untuk
komersial.
Proton exchange membrane (PEM) memiliki membran yang terbuat dari plastik tipis
yang pada kedua sisinya dilapisi dengan platina. Jenis ini sangat sesuai untuk
kendaraan,karena mampu beroperasi pada temperature yang rendah. Harganya relatif murah,
sehingga dapat digunakan untuk alat listrik, kamera video dan telepon selular.
Phosphoric acid fuel cells (PAFC) sudah banyak digunakan untuk penghasil listrik
di rumah sakit, hotel, perkantoran, sekolah dan stasiun penghasil listrik.
Molten carbonate (MCFC) beroperasi pada temperatur yang tinggi sehingga hanya
dapat digunakan untuk keperluan industri. Jenis ini dapat dipakai untuk menghasilkan energi
yang besar, energi sebesar 10 kW dan 2 MW telah diuji coba di Jepang dan Itali.
Solid oxide (SOFC) ini menggunakan material dari keramik keras, memungkinkan
untuk operasi temperatur tinggi, banyak dicoba untuk keperluan stasiun pembangkit tenaga
listrik. Cell ini berbentuk tabung.
Direct methanol fuel cell (DMFC) mirip dengan proton exchange elektrolyt (PEM),
yaitu sama-sama menggunakan plastik polymer sebagai membran. Pada DMFC hydrogen
diambil secara langsung oleh katalisator anoda dari methanol cair, sehingga tidak diperlukan
sebuah reformer bahan bakar. [3]

2.4 Aplikasi Penggunaan Fuel Cell


Saat ini, penerapan fuel cell sebagai sumber energi sudah banyak digunakan di
seluruh belahan dunia, antara lain pada mesin mobil, bus, baterai portable untuk handphone,
laptop, pembangkit energi listrik, atau generator-generator pada gedung-gedung, rumah
sakit, bandara, dan rumah tangga.
Di Amerika Serikat sudah digunakan sebagai bahan bakar kapal selam militer laut
(Navy USA). Di Jepang digunakan oleh salah satu perusahaan otomotif ternama sebagai
teknologi pada mobil hybrid terbarunya. Sementara di Indonesia, pengembangan fuel cell
baru memasuki tahap pengembangan pembangkit listrik skala kecil atau sekira 2 kW.
Fuel cell diharapkan menekan ketergantungan terhadap bahan bakar minyak fosil
dan akan mengurangi bahkan menghilangkan daya rusak emisi-emisi terhadap atmosfir.
Dengan menggunakan gas murni,fuel cell hanya menghasilkan air. Selain itu fuel cell
memiliki beberapa keunggulan antara lain yaitu :
1. Mampu mengkonversi energi kimia langsung menjadi energi listrik dengan
efisiensi yang tinggi, bahkan pada kapasitas yang kecil sekalipun
2. Tidak melalui proses pembakaran
3. Tidak terdapat komponen bergerak dalam fuel cell, sehingga kehandalan teknisnya
dapat disejajarkan dengan baterai
4. Efisiensi naik dengan penurunan suhu operasi dan efisiensi tersebut lebih baikpada
beban rendah
5. Fuel cell beroperasi tanpa bising dan hampir tanpa limbah
6. Strukturnya compact, lebih ringan dan kecil dibanding dengan perangkat sistem
pembangkit listrik lain, kecuali baterai
7. Waktu yang diperlukan untuk konstruksi dan instalasi pembangkit listrik lebih
pendek dibanding sistem pembangkit batu bara dan nuklir
8. Biaya transimisi lebih rendah karena fuel cell dapat ditempatkan di berbagailokasi
sesuai kebutuhan
Namun ada juga beberapa kekurangan fuel cell secara umum, yaitu:
1. Harga pasaran yang relatif lebih tinggi dari listrik yang ada saat ini
2. Belum tersedianya infrastruktur yang memadai, atau biaya pengadaannya tinggi
3. Hidrogen tidak tersedia dengan mudah untuk digunakan sebagai bahan baku. [4]
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Hidrogen sebagai bahan bakar sekaligus untuk kelistrikan, sangat diperlukan sebagai
alternatif energi. Namun lebih diinginkan lagi sebagai energi baru yang mampu
dikembangkan menjadi suatu energi yang mendasari perkembangan perekonomian bangsa.
Hidrogen yang merupakan energi bersih sangat mungkin untuk dikembangkan di Indonesia
yang mempunyai sumber daya alam berlimpah.
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Hasan, "Aplikasi Sistem Fuel Cell Sebagai Energi Ramah Lingkungan Di Sektor
Transportasi dan Pembangkit," vol. 8, pp. 277-286, 2007.

[2] E. L. Dewi, "Potensi Hidrogen sebagai Bahan Bakar untuk Kelistrikan Nasional," 2011.

[3] H. Suhada, "Fuel Cell Sebagai Penghasil Energi Abad 21," Jurnal Teknik Mesin, vol. 3, pp.
92-100, 2001.

[4] B. R. A. N. B. H. Icmi Alif Safitri, "Uji Kinerja Smart Grid Fuel Cell Tipe Proton Exchange
Membrane (Pem) Dengan Penambahan Hidrogen," Jurnal Ilmiah INOVASI, vol. 1, pp. 11-
16, 2016.

Anda mungkin juga menyukai