Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MAKALAH

KONVERSI ENERGI LISTRIK


TEKNOLOGI FUEL CELL

Disusun Oleh :
Fajar Tri Wardana
1206250134

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
BAB I
FUEL CELL

A. Pengertian Fuel Cell


Fuel cell

merupakan suatu pembangkit listrik yang mengubah energi kimia

langsung menjadi listrik dengan menggunakan hidrogen sebagai bahan bakarnya dan
oksigen sebagai oksidannya. Fuel cell berfungsi seperti batere yaitu menghasilkan tegangan
listrik. Tegangan keluaran yang dihasilkan oleh fuel cell adalah tegangan searah. Tegangan
output berbeban dari satu sel fuel cell berkisar antara 0,7V, lebih kecil dari tegangan yang
dikeluarkan batere kering. Gambar dibawah menunjukkan masukan dan keluaran dari blok
fuel cell.

Layaknya sebuah baterai, segala jenis fuel cell memiliki elektroda positif dan
negatif atau disebut juga katoda dan anoda. Reaksi kimia yang menghasilkan listrik terjadi
pada elektroda. Selain elektroda, satu unit fuel cell terdapat elektrolit yang akan membawa
muatan-muatan listrik dari satu elektroda ke elektroda lain, serta katalis yang akan
mempercepat reaksi di elektroda. Umumnya yang membedakan jenis-jenis fuel cell adalah
material elektrolit yang digunakan. Arus listrik serta panas yang dihasilkan setiap jenis fuel
cell merupakan produk samping reaksi kimia yang terjadi di katoda dan anoda.
Karena energi yang diproduksi fuel cell merupakan reaksi kimia pembentukan air,
alat konversi energi elektrokimia ini tidak akan menghasilkan efek samping yang
berbahaya bagi lingkungan seperti alat konversi energi konvensional (misalnya proses
pembakaran pada mesin mobil). Sedangkan dari segi efisiensi energi, penerapan fuel cell
1

pada baterai portable seperti pada handphone atau laptop akan sepuluh kali tahan lebih
lama dibandingkan dengan baterai litium. Dan untuk mengisi kembali energi akan lebih
cepat karena energi yang digunakan bukan listrik, tetapi bahan bakar berbentuk cair atau
gas.
B. Prinsip Kerja

Gambar 1. Topology Fuel Cell


Cara kerja suatu unit fuel cell dapat diilustrasikan dengan jenis PEMFC (proton
exchange membrane fuel cell). Jenis ini adalah jenis fuel cell yang menggunakan reaksi
kimia paling sederhana. PEMFC memiliki empat elemen dasar seperti kebanyakan jenis
fuel cell.

Gambar 2. Prinsip kerja Fuel Cell

Pertama, anoda sebagai kutub negatif fuel cell. Anoda merupakan elektroda yang
akan mengalirkan elektron yang lepas dari molekul hidrogen sehingga elektron tersebut
dapat digunakan di luar sirkuit. Pada materialnya terdapat saluran-saluran agar gas
hidrogen dapat menyebar ke seluruh permukaan katalis.
Kedua, katoda sebagai kutub elektroda positif fuel cell yang juga memiliki
saluran yang akan menyebarkan oksigen ke seluruh permukaan katalis. Katoda juga
berperan dalam mengalirkan elektron dari luar sirkuit ke dalam sirkuit sehingga elektronelektron tersebut dapat bergabung dengan ion hidrogen dan oksigen untuk membentuk air.
Ketiga, elektrolit. Yang digunakan dalam PEMFC adalah membran pertukaran
proton (proton exchange membrane/PEM). Material ini berbentuk seperti plastik
pembungkus yang hanya dapat mengalirkan ion bermuatan positif. Sedangkan elektron

yang bermuatan negaif tidak akan melalui membran ini. Dengan kata lain, membran ini
akan menahan elektron.
Keempat, katalis yang digunakan untuk memfasilitasi reaksi oksigen dan
hidrogen. Katalis umumnya terbuat dari lembaran kertas karbon yang diberi selapis tipis
bubuk platina. Permukaan katalis selalu berpori dan kasar sehingga seluruh area permukaan
platina dapat dicapai hidrogen dan oksigen. Lapisan platina katalis berbatasan langsung
dengan membran penukar ion positif, PEM.
Pada ilustrasi cara kerja PEMFC, diperlihatkan gas hidrogen yang memiliki
tekanan tertentu memasuki fuel cell di kutub anoda. Gas hidrogen ini akan bereaksi dengan
katalis dengan dorongan dari tekanan. Ketika molekul

katalis, molekul akan terpisah menjadi dua ion

H2

kontak dengan platinum pada

H dan dua elektron ( e ). Elektron

akan mengalir melalui anoda, elektron-elektron ini akan membuat jalur di luar sirkuit fuel
cell dan melakukan kerja listrik, kemudian mengalir kembali ke kutub katoda pada fuel
cell.
Di sisi lain, pada kutub katoda fuel cell, gas oksigen (

O2

) didorong gaya tekan

kemudian bereaksi dengan katalis membentuk dua atom oksigen. Setiap atom oksigen ini
memiliki muatan negatif yang sangat besar. Muatan negatif ini akan menarik dua ion

+
H

keluar dari membran PEM, lalu ion-ion ini bergabung dengan satu atom oksigen dan
elektron-elektron dari luar sirkuit untuk membentuk molekul air (H2O).
Pada satu unit fuel cell terjadi reaksi kimia yang terjadi di anoda dan katoda. Reaksi

yang terjadi pada anoda adalah

2 H 2 4 H + 4 e Sementara reaksi yang terjadi pada

2 H 2 O
++ 4 e
katoda adalah
. Sehingga keseluruhan reaksi pada fuel cell adalah
O 2+ 4 H
2 H 2 +O2 2 H 2 O

. Hasil samping reaksi kimia ini adalah aliran elektron yang

menghasilkan arus listrik serta energi panas dari reaksi.


Satu unit fuel cell ini menghasilkan energi kurang lebih 0,7 volt. Karena itu untuk
memenuhi energi satu baterai handphone atau menggerakkan turbin gas dan mesin mobil,
dibutuhkan berlapis-lapis unit fuel cell dikumpulkan menjadi satu unit besar yang disebut
sebagai fuel cell stack.

C. Kelebihan Fuel Cell


1. Tidak Mengeluarkan Emisi Berbahaya (Zero Emission)
Sebuah sistem fuel cell hanya akan mengeluarkan uap air apabila memakai hidrogen murni.
Tetapi ketika memakai hidrogen hasil dari reforming hidrokarbon/fosil (misal: batu bara,
gas alam, dll) maka harus dilakukan uji emisi untuk menentukan apakah sistem tersebut
masih dapat dikategorikan zero emission. Menurut standar yang dikeluarkan United
Technologies Corporation (UTC) pada tahun 2002, maka sebuah sistem fuel cell dapat
dikategorikan zero emission ketika mengeluarkan emisi pencemar udara yang sangat
rendah, dengan kriteria sbb: NOx =< 1 ppm, SO2 =< 1 ppm, CO2 =< 2 ppm.
Tabel 1. Emisi Pencemar Udara dari Jenis-Jenis Fuel Cell (Bluestein, 2002)

Catatan: PEM (Polimer Electrolyte Membrane), PAFC (Posporic Acid Fuel Cell), SOFC
(Solid Oxide Fuel Cell), MCFC (Molten Carbonate Fuel Cell), 1 lb (pon) = 0,45 kg). Selain
itu, sistem ini juga tidak mengeluarkan suara (tidak berisik), kecuali suara dari beberapa
peralatan pendukung seperti pompa, kipas, kompresor, dll.
2. Efisiensi Tinggi (High efficiency)
Oleh sebab fuel cell tidak menggunakan proses pembakaran dalam konversi energi, maka
efisiensinya tidak dibatasi oleh batas maksimum temperatur operasional (tidak dibatasi oleh
efisiensi siklus Carnot). Hasilnya, efisiensi konversi energi pada fuel cell melalui reaksi
elektrokimia lebih tinggi dibandingkan efisiensi konversi energi pada mesin kalor
(konvensional) yang melalui reaksi pembakaran.

Gambar 3. Perbandingan Efisiensi Fuel Cell dengan Mesin Konvensional (micro-vett.it,


09/10/2006)
3. Cepat Mengikuti Perubahan Pembebanan (Rapid load following)

Fuel cell memperlihatkan karakteristik yang baik dalam mengikuti perubahan beban.
Sistem Fuel cell yang menggunakan hidrogen murni dan digunakan pada sebagian besar
peralatan mekanik (misal: motor listrik) memiliki kemampuan untuk merespon perubahan
pembebanan dengan cepat.
4. Temperatur Operasional Rendah
Sistem fuel cell sangat baik diaplikasikan pada industri otomotif yang beroperasi pada
temperatur rendah. Keuntungannya adalah fuel cell hanya memerlukan sedikit waktu
pemanasan (warmup time), resiko operasional pada temperatur tinggi dikurangi, dan
efisiensi termodinamik dari reaksi elektrokimia lebih baik.

5. Reduksi Transformasi Energi


Ketika fuel cell digunakan untuk menghasilkan energi listrik maka fuel cell hanya
membutuhkan sedikit transformasi energi, yaitu dari energi kimia menjadi energi listrik.
Bandingkan dengan mesin kalor yang harus mengubah energi kimia menjadi energi panas
kemudian menjadi energi mekanik yang akan memutar generator untuk menghasilkan
energi listrik. Fuel cell yang diaplikasikan untuk menggerakkan motor listrik memiliki
jumlah transformasi energi yang sama dengan mesin kalor, tetapi transformasi energi pada
fuel cell memiliki efisiensi yang lebih tinggi.

Gambar 4. Transformasi Energi Untuk Keluaran Energi Mekanik (micro-vett.it,


09/10/2006)
6. Waktu Pengisian Hidrogen Singkat
Sistem fuel cell tidak perlu penyetruman (recharge) layaknya baterai. Tetapi sistem fuel cell
harus diisi ulang dengan hidrogen, dimana prosesnya lebih cepat dibandingkan
penyetruman baterai. Selain itu, baterai tidak dapat dipasang dalam jumlah besar pada
mesin otomotif untuk meningkatkan performance karena akan semakin menambah beban
pada kendaraan tersebut.

Gambar 5. Stasiun Pengisian Hidrogen (Stefan Geiger, 2004)

D. Kekurangan Fuel Cell


1. Hidrogen
Hidrogen sulit untuk diproduksi dan disimpan. Saat ini proses produksi hidrogen masih
sangat mahal dan membutuhkan input energi yang besar (artinya: efisiensi produksi
hidrogen masih rendah). Untuk mengatasi kesulitan ini, banyak negara menggunakan
teknologi reforming hidrokarbon/fosil untuk memperoleh hidrogen. Tetapi cara ini hanya
digunakan dalam masa transisi untuk menuju produksi hidrogen dari air yang efisien.
2. Sensitif pada Kontaminasi Zat-asing
Fuel cell membutuhkan hidrogen murni, bebas dari kontaminasi zat-asing. Zat-asing yang
meliputi sulfur, campuran senyawa karbon, dll dapat menonaktifkan katalisator dalam fuel
cell dan secara efektif akan menghancurkannya. Pada mesin kalor pembakaran dalam
(internal combustion engine), masuknya zat-asing tersebut tidak menghalangi konversi
energi melalui proses pembakaran.
3. Harga Katalisator Platinum Mahal
Fuel cell yang diaplikasikan pada industri otomotif memerlukan katalisator yang berupa
Platinum untuk membantu reaksi pembangkitan listrik. Platinum adalah logam yang jarang
ditemui dan sangat mahal. Berdasarkan survei geologis ahli USA, total cadangan logam
platinum di dunia hanya sekitar 100 juta kg (Bruce Tonn and Das Sujit, 2001). Dan pada
saat ini, diperkirakan teknologi fuel cell berkapasitas 50 kW memerlukan 100 gram
platinum sebagai katalisator (DEO, 2000). Misalkan penerapan teknologi fuel cell berjalan
baik (meliputi: penghematan pemakaian platinum pada fuel cell, pertumbuhan pasar fuel
cell rendah, dan permintaan platinum rendah) maka sebelum tahun 2030 diperkirakan sudah
tidak ada lagi logam platinum (Anna Monis Shipley and R. Neal Elliott, 2004). Untuk
itulah diperlukan penelitian untuk menemukan jenis katalisator alternatif yang memiliki
kemampuan mirip katalisator dari platinum.

4. Pembekuan
Selama beroperasi, sistem fuel cell menghasilkan panas yang dapat berguna untuk
mencegah pembekuan pada temperatur normal lingkungan. Tetapi jika temperatur
lingkungan terlampau sangat dingin (-10 s/d -20 C) maka air murni yang dihasilkan akan
membeku di dalam fuel cell dan kondisi ini akan dapat merusak membran fuel cell (David
Keenan, 10/01/2004). Untuk itu harus didesain sebuah sistem yang dapat menjaga fuel cell
tetap berada dalam kondisi temperatur normal operasi.

Gambar 6. Tes Mobil Bermesin Fuel Cell pada Kondisi Bersalju

5. Teknologi Tinggi & Baru


Perlu dikembangkan beberapa material alternatif dan metode konstruksi yang baru sehingga
dapat mereduksi biaya pembuatan sistem fuel cell (harga komersial saat ini untuk
pembangkit listrik dengan fuel cell ~$4000/kW) (Javit Drake, 29/03/2005).

10

Diharapkan dimasa depan dapat dihasilkan sebuah sistem fuel cell yang lebih kompetitif
dibandingkan mesin bakar/otomotif konvensional (harga saat ini: $20/kW) dan sistem
pembangkit listrik konvensional (harga saat ini: $1000/kW) (Matthew M. Mench,
24/05/2001). Teknologi baru tersebut akan mampu menghasilkan reduksi biaya, reduksi
berat dan ukuran, sejalan dengan meningkatnya kehandalan dan umur operasi (lifetime)
sistem fuel cell. Penggunaan sistem fuel cell dalam industri otomotif minimal harus
memiliki umur operasi 4.000 jam (ekivalen 100.000 mil pada kecepatan 25 mil per jam)
dan dalam industri pembangkit listrik minimal harus memiliki umur operasi 40.000 jam
(Matthew M. Mench, 24/05/2001).
6. Ketiadaan Infrastruktur
Infrastruktur produksi hidrogen yang efektif belum tersedia. Tersedianya teknologi
manufaktur dan produksi massal yang handal merupakan kunci penting usaha
komersialisasi sistem fuel cell.

E. Macam Fuel Cell berdasarkan elektrolitnya


Fuel cell dapat dibedakan berdasarkan zat elektrolit yan digunakannya. Berikut
adalah beberapa jenis elektrolit yang digunakan.
1. AFC (Alkaline Fuel Cell), menggunakan KOH sebagai elektrolit.

11

2. PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell), bekerja pada range suhu 50 100 C. menggunakan membrane polimer elektrolit.
3. PEFC (Polimer Electrolyte Fuel Cell), bekerja pada suhu dibawah 100 C, membran
polimer sebagai elektrolitnya. Karena menggunakan lapisan tipis membran polimer,
ukuran secara kesulurahan sangatlah kecil.
4. PAFC (Posporic Acid Fuel Cell), bekerja pada suhu 200 C, dan asam fosfat
(H3PO4) sebagai elektrolitnya.
5. MCFC (Molten Carbonate Fuel Cell), bekerja pada suhu 650 C, dan elektrolit yang
digunakan adalah garam karbonat(Li2CO3, K2CO3, dll) dalam bentuk larutan.
6. SOFC (Solid Oxide Fuel Cell), bekerja pada suhu 1000C, dengan keramik padat
(misal, ZrO2 ) sebagai elektrolitnya.

F. Aplikasi penggunaan fuel cell


Saat ini, penerapan fuel cell sebagai sumber energi sudah banyak digunakan di
seluruh belahan dunia, antara lain pada mesin mobil, bus, baterai portable untuk
handphone, laptop, PDA, pembangkit energi listrik, atau generator-generator pada gedunggedung, rumah sakit, bandara, dan rumah tangga.
Di Amerika Serikat sudah digunakan sebagai bahan bakar kapal selam militer laut
(Navy USA). Di Jepang digunakan oleh salah satu perusahaan otomotif ternama sebagai
teknologi pada mobil hybrid terbarunya. Sementara di Indonesia, pengembangan fuel cell
baru memasuki tahap pengembangan pembangkit listrik skala kecil atau sekira 2 kW.

BAB II
BATERAI

A. Pengertian baterai dan sejarahnya

12

Baterai merupakan alat elektro kimia yang dibuat untuk mensuplai listrik ke sistem
starter mesin, sistem pengapian, lampu-lampu dan komponen kelistrikan lainnya. Alat ini
menyimpan listrik dalam bentuk energi kimia, yang dikeluarkannya bila dierlukan dan
mensuplainya ke masing-masing sistem kelistrikan atau alat yang memerlukannya.
Di Baghdad pada tahun 1930, dari penemuan artifak kuno yang menemukan baterai
dalam bentuk sangat sederhana sederhana. Hal ini menarik para penemuan untuk
pengembangan baterai serta cara pembuatan baterai. Penemuan artifak di Baghdad tersebut
menunjukkan bahwa awal mula ditemukannya baterai adalah di Baghdad di mana ilmuwan
Islamlah yang mempunyai kontribusi terbesar pada sejarah awal perkembangan baterai.
Namun, yang tercatat secara pasti dalam sejarah adalah yakni jenis-jenis baterai awal yang
dibuat oleh manusia yakni sel Daniell, sel Leclanche, dan sel aki.
Kajian-kajian mendalam mengenai konsep dasar yang dikembangkan dengan
penelitian berkelanjutan akhirnya menuju pada suatu hal yang semakin maju seperti yang
kita rasakan sekarang. Konsep-konsep dasar itu antara lain hantaran elektrolit, oksidasireduksi, dan sel elektrokimia. Hantaran elektrolit mencakup kemampuan suatu larutan
untuk menghantarkan listrik akibat dicelupnya dua buah elektroda (katoda dan anoda).
Oksidasi-reduksi adalah suatu konsep untuk menyatakan kemampuan suatu sel elektrokimia
untuk mengadakan serah-tertima elektron. Adapun sel elektrokimia adalah sel yang mampu
mengubah energi listrik menjadi energi kimia atau sebaliknya serta terdiri dari dua buah
elektroda (katoda dan anoda) yang dicelupkan pada suatu larutan elektrolit dengan atau
tanpa jembatan garam.
Dalam mengembangkan suatu penelitian khususnya dalam hal baterai, sangat perlu
untuk menengok akan sejarah penemuan dan pembuatan baterai karena dengan berbekal
sejarahlah seseorang dapat mengembangkan sesuatu yang lebih maju dan inovatif. Sejarah
menjadi sebuah modal penting dalam perkembangan zaman. Dalam makalah ini, akan
dibahas mengenai sejarah baterai (awal mula ditemukannya baterai) serta dalam makalah
ini pula akan dibahas mengenai tiga jenis baterai yang lebih awal ditemukan yakni sel
Daniell, sel Leclanche, dan sel timbal-asam. (google,artikel kimia)
Baterai ada dua tipe yaitu baterai kering dan baterai basah. Baterai yang digunakan
untuk motor, mobil maupun truk adalah baterai jenis basah. Pada kendaraan secara umum

13

baterai berfungsi sebagai sumber energi listrik pada kendaraan, namun bila kita amati lebih
detail maka fungsi baterai adalah:
1. Saat mesin mati sebagai sumber energi untuk menghidupkan asessoris, penerangan,
dsb.
2. Saat starter untuk mengidupkan sistem starter
3. Saat mesin hidup sebagai stabiliser suplai listrik pada kendaraan, dimana pada saat
hidup energi listrik bersumber dari alternator.

B.

Komponen Baterai
Di dalam baterai mobil terdapat elektrolit asam sulfat, elektroda positif dan negatif

dalam bentuk plat. Plat-plat dibuat dari timah atau berasa dari timah. Karena itu baterai
tipe ini sering disebut baterai timah. Ruangan dalamnya dibagi menjadi beberapa sel
(biasanya 6 sel, untuk baterai mobil) dan di dalam masing-masing sel terdapat beberapa
elemen yang terendam dalam elektrolit.

1.

Elemen Baterai
Antara plat-plat positif dan plat-plat negatif masing-masing dihubungkan
oleh plate strap (pengikat plat) terpisah. Ikatan plat-plat positif dan negatif ini
dipasangkan secara berselang-seling yang dibatasi oleh separator dan fiberglass.
Jadi satu kesatuan dari plat, separator dan fiberglass disebut elemen baterai.
Penyusunan plat-plat seperti ini tujuannya memperbesar luas singgungan antara
bahan aktif dan elektrolit, agar listrik yang dihasilkan besar. Dengan kata lain
kapasitas baterai menjadi besar.
Gaya elektromotif (EMP) yang dihasilkan satu sel kira-kira 2,1 V, pada
segala ukuran plat. Karena baterai mobil mempunyai 6 sel yang dihubungkan secara
seri, EMP output yang dihasilkan ialah kira-kira 12 Volt.

2.

Elektrolit
Elektrolit baterai ialah arutan asam sulfat dengan air sulingan. Berat jenis
elektrolit pada baterai saat ini dalam keadaan pnuh ialah 1,260 atau 1,280 (pada
temperatur 20 C). Perbedaan ini disebabkan perbandingan antara air sulingan
dengan asam sulfat pada masing-masing tipe berbeda. Elektrolit yang berat jenisnya

14

1,260 mengandung 65% air sulingan dan 35% asam sulfat, sedangkan elektrolit
yang berat jenisnya 1,380 mengandung 63% air sulingan dan 37% asam sulfat.
Elektolit baterai adalah asam yang kuat, sehingga dapat membakar kulit,
mata dan merusak pakaian. Bila elektrolit mengenai kulit atau pakaian, basuhlah
segera dengan air, dan netralkan asam dengan campuran soda (sodium bicarbonate
[NaHCO3]) dan air. Bila asam mengenai mata, bilaslah dengan air beberapa menit,
kemudian hubungilah dokter.

3.

Kotak Baterai
Wadah yang menampung elektrolit dan elemen baterai disebut kotak baterai.
Ruangan dalamnya dibagi menjadi 6 ruangan atau sel. Pada kotak baterai terdapat
garis tanda permukaan atas dan bawah (upper level dan lower level).
Plat-plat posisinya ditinggikan dari dasar dan diberi penyekat, tujuannya
agar tidak terjadi hubungan singkat apabila ada bahan aktif (timah dan lain-lain)

terjatuh dari plat.


4. Sumbat Ventilasi
Sumbat ventilasi adalah tutup untuk lubang pengisian elektrolit. Di samping
itu untuk memisahkan gas hidrogen (yang terbentuk saat pengisian) dan uap asam
sulfat di dalam baterai dengan cara membiarkan gas hidrogen keluar lewat lubang
ventilasi sedangkan uap asam sulfat mengembun pada tepian ventilasi dan menetes
kembali ke bawah.
C. Jenis-Jenis Baterai
1. NiCD (nickel-cadmium battery / Nicad )
Baterai jenis ini merupakan generasi pertama. Berkapasitas besar, baterai ini
cocok untuk ponsel lama yang bertenaga besar. Sesuai dengan ukuran dan
kapasitasnya. Proses pengisian ulang pun cukup merepotkan, misalnya pengisian
ulang harus dilakukan pada saat daya baterai benar-benar habis. Karena baterai
NiCD memiliki memory effect, semakin lama kapasitasnya akan menurun jika
pengisian belum benar-benar kosong.
Singkatan NiCad adalah merek dagang terdaftar dari SAFT Corporation,
meski produk ini umumnya digunakan untuk menjelaskan seluruh baterai nikelkadmium. Di sisi lain, singkatan NiCd berasal dari simbol kimia dari nikel (Ni) dan

15

kadmium (Cd), oleh karena itu jangan menjadi bingung dengan rumus kimia .
Ada dua jenis baterai NiCd: disegel dan diberi ventilasi

Gambar 7. Contoh baterai NiCD (nickel-cadmium battery / Nicad )


2. NiMH (Nickel Metal Hydride)
Generasi selanjutnya dari baterai adalah NiMH. Baterai isi ulang ini masih
memiliki memory effect namun hanya bersifat sementara. Jadi lebih fleksibel
dibanding dengan NiCD. Untuk pengisian ulang baterai ini tidak perlu menunggu
benar-benar habis, namun dengan konsekuensi akan terasa cepat habis. Namun hal
ini hanya berlangsung sementara, saat habis isi kembali dan kemampuannya akan
kembali normal lagi.
Pembuangan baterai NiMH yang tidak benar menimbulkan bahaya
lingkungan kurang dari baterai NiCd karena tidak adanya kadmium.

Gambar 8. Contoh baterai NiMH (Nickel Metal Hydride)


3. Li-Ion ( Lithium Ion)

16

Dibanding dengan 2 generasi sebelumnya, type ini tidak lagi memiliki


memory effect. Jadi anda bisa mengisi ulang tanpa menunggu baterai habis. Baterai
Li-Ion memiliki life cycle (siklus hidup) yang lebih pendek. Bahkan apabila
dicharges berlebihan baterai lithium ion akan menurun kemampuannya dibanding
NiCD atau NiMH.
Lithium-ion adalah salah satu jenis yang paling populer, dengan salah satu
yang terbaik energy-to-weight ratios , tidak ada efek memori , dan lambat dalam
penurunan daya jika tidak digunakan. Selain digunakan untuk peralatan elektronik,
baterai lithium-ion yang semakin meningkat popularitasnya juga dipergunakan
untuk pertahanan, otomotif, dan aplikasi ruang angkasa karena kepadatan energi
yang tinggi. Namun, beberapa jenis perlakuan dapat menyebabkan baterai lithiumion konvensional dapat meledak.

Gambar 9. Contoh baterai Li-Ion ( Lithium Ion)


4. Li-po (Lithium polymer)
Polimer ion baterai-Lithium, lithium ion polimer, atau lebih umum baterai
lithium polymer (disingkat Li-poli, Li-Pol, LiPo, LIP, PLI atau LiP) adalah baterai
isi ulang (baterai sel sekunder). Biasanya baterai ini terdiri dari beberapa sel
sekunder yang identik di samping paralel untuk meningkatkan kemampuan debit
saat ini.
Tipe ini telah berevolusi dari teknologi baterai lithium-ion . Perbedaan
utama adalah bahwa lithium salt elektrolit tidak ditempatkan dalam organic

17

solvent tetapi dalam polimer padat komposit misalnya polietilen oxide atau
polyacrylonitrile . Keuntungan dari polimer Li-ion atas desain lithium-ion
berpotensi lebih rendah termasuk biaya pembuatan, kemampuan beradaptasi
terhadap berbagai bentuk kemasan, dan kekasaran. Lithium-ion baterai polimer
mulai muncul dalam peralatan elektronik konsumen sekitar tahun 1996. Ini generasi
paling baru dari baterai isi ulang. Selain ramah lingkungan, keunggulannya diatas
baterai Li-ion, untuk perawatan baterai Lithium Polymer, tak jauh berbeda dengan
Lithium Ion. Namun penanganannya harus ekstra hati-hati mengingat sifatnya yang
cukup liquid dengan tekanan cukup keras bisa menyebabkan bentuk baterai
berubah.
Kelemahan Li-po justru mengharuskan kita mengisi ulang baterai jangan
sampai menunggu ponsel mati dengan sendirinya. Atau sebisa mungkin ketika
ponsel memberikan peringatan baterai lemah. Jika tidak, ponsel akan susah untuk
diaktifkan karena baterai belum pulih.
5.
Gambar 9. Contoh baterai Li-po
(Lithium polymer)
D.

Prinsip Kerja Baterai


Baterai adalah suatu proses kimia
listrik,

dimana

pengisian/cas/charge

pada

saat

energi

listrik

diubah menjadi energi kimia dan saat


pengeluaran/discharge energi kimia
diubah

menjadi

energi

listrik.

Baterai(dalam hal ini adalah aki; aki


mobil/motor/mainan) terdiri dari sel-sel dimana tiap sel memiliki tegangan sebesar 2 V,
artinya aki mobil dan aki motor yang memiliki tegangan 12 V terdiri dari 6 sel yang
dipasang secara seri (12 V = 6 x 2 V) sedangkan aki yang memiliki tegangan 6 V
memiliki 3 sel yang dipasang secara seri (6 V = 3 x 2 V). Antara satu sel dengan sel
lainnya dipisahkan oleh dinding penyekat yang terdapat dalam bak Baterai, artinya tiap

18

ruang pada sel tidak berhubungan karena itu cairan elektrolit pada tiap sel juga tidak
berhubungan (dinding pemisah antar sel tidak boleh bocor atau merembes.
Di dalam satu sel terdapat susunan pelat pelat yaitu beberapa pelat untuk kutub
positif (antar pelat dipisahkan oleh kayu, ebonit atau plastik, tergantung teknologi yang
digunakan) dan beberapa pelat untuk kutub negatif. Bahan aktif dari plat positif terbuat
dari oksida timah coklat (PbO2) sedangkan bahan aktif dari plat negatif ialah timah (Pb)
berpori (seperti bunga karang). Pelat-pelat tersebut terendam oleh cairan elektrolit yaitu
asam sulfat (H2SO4).
E. Rangakain Dalam Pemakaian Dan Pengisian Baterai
Reaksi Kimia pada Baterai
Baterai merupakan pembangkitan listrik secara kimia. Listrik dibangkitkan akibat
reaksi kimia antara plat positip, elektrolit baterai dan plat negatip. Saat baterai
dihubungkan dengan sumber listrik arus searah maka terjadi proses pengisian (charge).
Proses tersebut secara kimia dapat dirumuskan sebagai berikut:
Plat (+) + Elektrolit + Plat (-)
Pb SO4 + 2 H2O + PbSO4

Plat (+) + Elektrolit + Plat (-)


PbO2 + 2H2SO4 + Pb

Saat sistem starter berfungsi maka energi listrik yang tersimpan di baterai akan mengalir
ke beban, proses ini sering disebut proses pengosongan (discharge). Proses pengosongan
secara kimia dapat dirumuskan sebagai berikut:
Plat (+) + Elektrolit + Plat (-)
Pb SO4 + 2H2SO4 + PbSO4

Plat (+) + Elektrolit + Plat (-)


PbO2 + 2 H2O + Pb

Dari reaksi kimia tersebut terdapat perbedaan elektrolit baterai saat kapasitas
baterai penuh dan kosong, dimana saat baterai penuh elektroli terdiri dari 2H2SO4,
sedangkan saat kosong elektrolit batarai adalah 2H2O.
Rangkaian instalasi pemakaian baterai
1. Rangkaian seri
Pada Rangkaian Seri jika dua buah baterai di jumper menjadi satu rangkaian,
maka tegangannya akan bertambah tetapi arusnya tetap

19

2. Rangkaian paralel
Pada Rangkaian Paralel jika dua buah baterai di jumper menjadi satu, maka
tegangannya tidak bertambah (tetap) tetapi arusnya bertambah.
3. Rangkaian seri parallel
Pada Rangkaian Seri-Paralel, jika tiga buah baterai di jumper menjadi satu,
maka tegangannya bertambah, (terakumulasi hanya dua buah baterai) dan arusnya
pun bertambah lebih besar.
Rating Kapasitas Baterai
Energi yang tersimpan dalam baterai harus cukup kuat untuk starter, untuk itu baterai
harus terisi penuh. Kapasitas baterai menunjukkan jumlah listrik yang disimpan baterai
yang dapat dilepaskan sebagai sumber listrik. Kapasitas baterai dipengaruhi oleh ukuran
plat, jumlah plat, jumlah sel dan jumlah elektrolit baterai. Terdapat 3 ukuran yang sering
menunjukkan kapasitas baterai, yaitu:
1. Cranking Current Ampere (CCA)
Kapasitas baterai tergantung pada bahan plat yang bersinggungan dengan
larutan elektrolit, bukan hanya jumlah plat tetapi besar ukuran (luas permukaan
singgung) pada plat yang akan menentukan kapasitasnya. The Internasional
standard memberikan nilai untuk capasitas baterai dengan SAE Cranking Current
atau Cold Cranking Current (CCA Cold Cranking Ampere). Nilai CCA dari suatu
baterai adalah arus (dalam ampere) dari baterai yang diisi penuh sehingga dapat
memberikan arus untuk 30 detik pada 18 derajat Celsius selama itu tetap menjaga
tegangan setiap sel 1.2 volt atau lebih.
2. Reserve Capacity
Kapasitas layanan adalah banyaknya waktu dalam menit pada baterai yang
diisi penuh dapat memberikan arus sebesar 25 ampere pada 27 derajat Celsius
setelah sistim pengisian dilepas. Tegangan tidak boleh turun dibawah 1.75 volt per
sel (10.5 volt total untuk baterai 12 volt). Kapasitas baterai adalah banyaknya arus
pada baterai yang diisi penuh dapat menyediakan arus selama 20 jam pada 27
derajat Celsius, tanpa penurunan tegangan tiap sel dibawah 1.75 volt. Sebagai

20

contoh: Sebuah Baterai yang secara terus menerus mengalirkan 3 ampere untuk 20
jam dinilai memiliki 60 AH. Rumus menentukan kapasitas baterai adalah:
AH = A (amper) x H (Jam)
JIS mendefinisikan kapasitas baterai sebagai jumlah listrik yang dilepaskan
sampai tegangan pengeluaran akhir menjadi 10,5 V dalam 5 jam. Sebagai contoh
baterai dalam keadaan terisi penuh dikeluarkan muatannya secara terus menerus 10
A selama 5 jam sampai mencapai tegangan pengeluaran akhir (10,5 V). Maka
kapasitas baterai ialah 50 AH (10 x 5 jam) 1 Oc.
F. Pemeriksaan Dan Perawatan Baterai
Memeriksa Baterai
Baterai harus diperiksa secara periodik dan diuji kemampuannya. Terdapat 3
kelompok pemeriksaan dan pengujian baterai yang sering dilakukan, yaitu:
1. Pemeriksaan Visual
2. Pemeriksaan elektrolit dan kebocoran
3. Pengujian Beban
Pemeriksaan Visual Baterai
Pemeriksaan visual meliputi :
1. Kotak baterai :
Kotak baterai sering mengalami kerusakan yang dapat didentifikasi secara
visual, jenis kerusakan kotak baterai antara lain: kotak retak akibat benturan,
mengembang akibat over charging, bocor akibat keretakan atau mengembang
2. Sel-sel baterai :
Sel baterai sering mengalami gannguan yaitu sell yang mengembang akibat over
charging maupun mengkristal dan sel yang rontok karena getaran, kualitas yang
kurang baik maupun usia baterai
3. Terminal baterai dan konektor kabel:
Terminal baterai dan konektor merupakan bagian baterai yang sering mengalami
kerusakan, bentuk kerusakan paling banyak adalah korosi yang disebabkan oleh
uap elektrolit baterai maupun panas akibat kenektor kendor atau kotor
4. Jumlah elektrolit:
Jumlah elektrolik perlu diperiksa secara periodic. Bila pengisian berlebihan
(over charging) maka elektrolit cepat berkurang karena penguapan berlebihan.
Pemeriksaan jumlah elektrolit dapat dilakukan dengan cepat karena kotak dibuat

21

dari plastic yang tembus pandang. Jumlah elektrolit harus berada diantara garis
Upper Level dan Lower Level.
5. Kabel Baterai:
Kabel baterai dialiri arus yang sangat besar, saat mesin distarter besar arus
dapat mencapai 250 500 A, tergantung dari daya motor starter, dengan arus
sebesar itu kabel akan panas. Panas pada kabel menyebabkan elasitas kabel
menurun, isolator muda pecah dan terkupas, hal ini terjadi terutama pada
isolator dekat dengan terminal baterai.
6. Pemegang Baterai:
Pemengang baterai harus dapat mengikat baterai dengan kuat agar goncangan
baterai dapat dihindari, sehingga usia baterai dapat lebih lama. Gangguan pada
pemegang baterai antara lain kendor akibat mur pengikat karat untuk itu
lindungi mur dengan mengoleskan vaselin/ grease.

BAB III
PENUTUP
22

Dalam fuel cell terdapat proses elektrokimia yang merubah hidrogen menjadi air.
Proses yang terjadi adalah hidrogen masuk ke dalam fuel cell lalu berdifusi, menghilangkan
elektron dengan katalis dan melewati mebran agar dapat bereaksi dengan oksigen yang
berasal di alam, sehingga akan membentuk air murni (

H2O

).

Aplikasi fuel cell sebagai sumber energi dapat digunakan pada mesin mobil, bus,
baterai portable untuk handphone, laptop, PDA, pembangkit energi listrik, atau generatorgenerator pada gedung-gedung, rumah sakit, bandara, dan rumah tangga.
Baik baterai maupun fuel cell memiliki kelebihan dan kekurangannya masingmasing menurut aplikasinya pada bidang tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

23

Batan.2012. Prospek Metanol untuk Bahan Bakar. Diakses dari


http://www.batan.go.id/mediakita/current/mediakita.php?group=Artikel
%20Lepas&artikel=tk1&hlm=1 pada tanggal 19 Mei 2013
Chevron. 2013. Fuel Cells. Diakses dari
http://www.chevron.com/deliveringenergy/fuelcells/pada tanggal 19 Mei 2013
ESDM. 2011. Handbook of Energy& Economics Statistics of Indonesia. Diakses dari
www.esdm.go.id pada tanggal 19 Mei 2013
Martaningtyas, Dewi. 2005.Energi Hijau Berlimbah Uap Air. diakses dari
http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1111012997&6 pada tanggal 19 Mei 2013
Tempo. 2012. Mengapa Emisi Karbon Dunia Harus Ditekan?. Diakses dari
http://www.tempo.co/read/news/2012/11/26/061444129/Mengapa-Emisi-Karbon-DuniaHarus-Ditekan pada tanggal 19 Mei 2013
Matthew M. Mench, Chao-Yang Wang and Stefan T. Thynell., An Introduction to Fuel
Cells and Related Transport Phenomena, Dept of Mechanical and Nuclear Engineering,
Pennsylvania State University, USA, pp: 3 4, 24/05/2001
David Keenan, Fuel Cell Companies, Minnesota Futurists Financial Futures SIG, USA,
10/01/2004.
Javit Drake, Fuel Cells: Concept Today, Practical Tomorrow?, Gillette Technical Center
Needham, 29/03/2005.
Anna Monis Shipley and R. Neal Elliott, Stationary Fuel Cells: Future Promise, Current
Hype, American Council for an Energy-Efficient Economy, Washington D.C, March 2004.
Bruce Tonn and Das Sujit, An Assessment of Platinum Availability for Advanced Fuel Cell
Vehicles, Oak Ridge, Tenn.: Oak Ridge National Laboratory, 2001.
United Technologies Corporation, Benefits of the PC 25 Fuel Cell Power Plant, South
Windsor Conn.: United Technologies Corporation, 2002.

24

Bluestein, Joel (Energy and Environmental Analysis, Inc.), Personal Communication,


October 2002.
Stefan Geiger, Fuel Cells in Austria, Italy and Switzerland A Survey of current
Developments, 2004.

25

Anda mungkin juga menyukai