Anda di halaman 1dari 18

MIKRO HARD, IZOD DAN CHARPY

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Kekuatan Bahan Teknik
Yang diampu oleh Bpk. M. Ihwanudin, S.pd M.pd

Disusun oleh :

Imam Syaifudin Romadhani ; 180513626571


Helmi Albar ; 180513626538
Faisal Nur Saifudin ; 180513626549
Ilman Kholidi ; 180513626588
Muhammad Afif Nur Sulthoni ; 180513626592

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Oktober 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah-SWT yang Maha-Pengasih lagi Maha-Panyayang, segala puji
bagi Allah Tuhan semesta-alam. Sehingga makalah yang kami buat ini dapat selesai tanpa
halangan yang berarti. Makalah ini saya beri judul “MIKRO HARD, IZOD DAN CHARPY”.

makalah ini kami buat dan susun dengan usaha maksimal juga atas bantuan dari berbagai pihak
yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
karenanya kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah
ikut serta dalam menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari itu semua kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami
buat. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain yang tidak kami sadari. Oleh
karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai sarana perbaikan makalah yang
lebih baik.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMABAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi sudah sangat pesat. Seiring dengan itu, maka
tuntutan akan komponen- komponen pendukungnya juga bertambah seperti halnya peyediaan
logam, disadari atau tidak unsur logam ini sangatlah penting dalam proses pengembangan
teknologi bahkan hampir menambah semua aspek kehidupan manusia.

Material- material tersebut tentunya harus memenuhi persyaratan-Persyaratan seperti


kekuatan, ketahanan korosi, dan lain- lain Pada kondisi standar, sehingga ketika material-
material tersebut digunakan sebagai bahan dalam pembuatan suatu komponen, aspek keamanan
masih tetap diperhatikan.

Pengujian tumbukan (impact) adalah suatu cara untuk mengetahui sifat- sifat material dengan
hasil produksi yang diseleksi. Pada makalah ini kita ingin mengetahui bagaimana jika suatu
bahan mengalami pembebanan tiba- tiba, apakah dapat ditanggulangi atau tidak. Dalam
kehidupan sehari- hari banyak kita jumpai aplikasi yang dapat dilakukan pada aplikasi
tumbukan, akan tetapi orang yang melakukannya tidak mengetahui bahwa yang dilakukan
merupakan aplikasi dari percobaan tumbukan. Alat tersebut dapat kita jumpai pada perbengkalan
dan pertukangan.

Sering kita jumpai juga berbagai problema dalam perancangan, karena kurangnya data- data
dalam mengetahui sifat suatu specimen. Oleh karena itu untuk menguji ketangguhan suatu
material maka kita melakukan test diantaranya adalah micro hard, izod dan charpy
1.2 Rumusan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
2. Definisi Ketangguhan Bahan ?
3. Bagaimana Pengujian kekerasan bahan menggunakan Metode charpy dan izod?
4. Bagaimana Uji kekerasan Menggunakan Mikro Hardness?
5. Bagaimana Prosedur Penggunaan Micro Hard ?

1.3 Tujuan :
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Definisi Ketangguhan Bahan.
2. Mengetahui Bagaimana Pengujian kekerasan bahan menggunakan Metode charpy dan izod
3. Bagaimana Uji kekerasan Menggunakan Mikro Hardness
4. Mengetahui Prosedur Penggunaan Micro Hard
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ketangguhan Bahan
Ketangguhan bahan adalah suatu ukuran energi yang diperlukan untuk
mematahkan suatu bahan. Bahan yang bersifat ulet akan memerlukan energi perpatahan
yang lebih besar dan mempunyai sifat tangguh yang lebih baik dari pada bahan yang bersifat
getas dengan kekuatan bahan yang sama. Penurunan ketangguhan bahan sangat beresiko dan
dapat berakibat fatal, oleh karena itu ketangguhan perlu diukur atau dikuantifikasi secara
konvensional, hal tersebut dilakukan dengan uji impak atau benturan.

Pengujian impak bertujuan untuk mengukur berapa energi yang dapat diserap
suatu material sampai material tersebut patah. Pengujian impak merupakan respon terhadap
beban kejut atau beban tiba-tiba (beban impak). Dalam pengujian impak terdiri dari dua
teknik pengujian standar yaitu Charp, Izod dan micro hardness. Pada pengujian standar
Charpy dan Izod, dirancang dan masih digunakan untuk mengukur energi impak yang juga
dikenal dengan ketangguhan takik

Pada micro hardness tester terdapat Karakteristik yang akan menunjukkan


perbedaan yang cukup berarti ketika beban indentor yang digunakan makin berat. Sifat
elastisitas wax seakan mengakibatkan peningkatan kekerasan material jika wax yang
digunakan makin tebal. Penggunaan wax sedapat-mungkin dihindari karena memberikan
pengaruh pada saat berlangsungnya indentasi. Penggunaan wax hanya diperkenankan jika
permukaan sampel tidak rata/ miring. Bahan yang akan diuji kekerasannya harus memenuhi
syarat tertentu yaitu dapat diletakkan dimeja uji dengan posisi rata (horizontal). Seringkali
dijumpai beberapa sampel yang tidak rata sehingga perlu dipreparasi ulang khususnya
grinding. Dapat dijelaskan beberapa kondisi bahan uji sebagai berikut :

a. Kondisi bahan uji buram karena permukaannya ter-oksidasi baik oleh bahan kimia
etsa maupun udara sekitar, bahan uji tak memenuhi keberterimaan.
b. Kondisi bahan uji mengkilap dengan permukaan yang halus, memenuhi
keberterimaan.
c. Kondisi bahan uji dengan permukaan yang rata (horizontal), memenuhi
keberterimaan.
d. Kondisi bahan uji yang miring (kegagalan proses grinda), bahan uji tak memenuhi
keberterimaan.
e. Kondisi bahan uji yang bulat (sebelum di grinda), bahan uji tak memenuhi
keberterimaan.
f. Kondisi bahan uji bulat tetapi telah diratakan, memenuhi keberterimaan
(Zuchry, 2012)
2.2 Pengujian kekerasan bahan menggunakan Metode charpy dan izod
Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahanterhadap
beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarikdan kekerasan
dimana pembebab dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impakmerupakan suatu upaya
untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemuidalam perlengkapan
transportasi atau kondisi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-
lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadi
tumbukan kecelakaan

Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum bebanyang
berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami
deformasi.
Gambar 1. Proses Pengujian impak (sumber :
https://www.academia.edu/31377937/Laporan_Praktikum_Pengujian_Material)

Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang di serap oleh bahan untuk terjadinya
perpatahan merupakan ukuran kerahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut. Pada gambar
di atas dapat dilihat bahwa setelah benda uji patah akibat deformasi, bandul pendulum
melanjutkan ayunan hingga posisi h’. Bila bahan tersebut tangguh yaitu makin mampu menyerap
energi lebih besar maka makin rendah posisi h’. Suatu material dikatakan tangguh bila memiliki
kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa terjadinya retak atau deformasi dengan
mudah. Pada pengujian impak, energi yang di serapoleh benda uji biasanya dinyatakan dalam
satuan joule dan dibaca langsung pada skala (dial) penunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat
pada mesin penguji. Harga impak (HI) suatu bahan yang diuji dengan metode Charpy diberikan
oleh :
𝑯𝑰 = 𝑬 𝑨
Dimana E adalah energi yang diserap dalam satuan joule dan A luas penampang di bawah takik
dalam satuan mm2 . Secara umum benda uji impak dikelompikkan ke dalam dua golongan
sampel standar yaitu :
Batang uji Charpy sebagaimana telah ditunjukkan pada Gambar 5.1, banyak digunakan di
Amerika Serikat dan batang uji Izod yang lazim digunakan di inggris dan Eropa. Benda uji
Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10 x 10mm) dan memiliki takikan
(notch) terbentuk V dengan sudut 450 , dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm.
Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban
impak dari ayunan bandul, sebagaimana telah ditunjukkan oleh gambar di atas.
Benda uji Izod mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dengan takikan V di
dekat ujung yang dijepit. Perbedaan cara pembebanan antara metode Charpy dan Izod
ditunjukkan oleh Gambar di bawah ini :
Gambar 2 Perbedaan cara pembebanan antara metode Charpy dan Izod (Sumber :
https://mirfandaniputra.wordpress.com/2017/01/07/uji-impact-charpy/)
Serangkaian uji Charpy pada suatu material umumnya dilakukan pada berbagai
temperature sebagai upaysa untuk mengetahui teperatur transisi. Sementara uji impak dengan
metode izod umumnya dilakukan hanya pada temperatur ruang dan ditunjukkan untuk material-
material yang didisain berfungsi untuk sebagai cantilever.

Takik (noch) dalam benda uji standar ditunjukkan sebagai suatu konsentrasi tegangan sehingga
perpatahan diharapkan akan terjadi di bagian tersebut. Pengukuran lain yang bisa dilakukan
dalam pengujian impak charpy adalah penelaahan permukaan perpatahan untuk menentukan
jenis perpatahan (fractografi) yang terjadi. Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada
benda hasil uji tarik maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran bidang-bidang
kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan patahan
berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram.
b. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage) pada
butirbutir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). ditandai dengan permukaan patahan yang
datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi (mengkilat).
c. Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis perpatahan
Gambar 3. Perpatahan campuran (sumber :
https://www.academia.edu/31377937/Laporan_Praktikum_Pengujian_Material)

Selain dengan harga impak yang ditunjukkan oleh alat uji, pengukuran ketangguhan suatu
bahan dapat dilakukan dengan memperkirakan berapa persen patahan berserat dan patahan
kristalin yang dihasilkan oleh benda uji yang diuji pada temperatur tertentu. Semakin banyak
persentase patahn berserat maka dapat di nilai semakin tangguh bahan tersebut. Cara ini dapat
dilakukan dengan mengamati permukaan patahan benda uji di bawah mikrosko stereoscan

Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur transisi bahan.
Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan
suatu bahan bila di uji pada temperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan temperatur
yang berbeda –beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur ringgi material kan bersifat ulet
(ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat ra[uh atau getas (brittle).

Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur yang berbeda
darimana pada temperaure kamar vibrasi itu berada dalam kondisi kesetimbangan dan
selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperature dinaikkan (energi panas merupakan suatu
driving force terhadap pergerakan partikel atom bahan.

Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap pergerakan
dislokasi menjadi relatif sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan
benda uji. Sebaliknaya pada temperatur di bawah nol derajat celcius, vibrasi atom relatif sedikit
sehingga pada saat bahan dedeformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan benda uji
menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah.

Informasi mengenai temperatur transisi menjadi demikian penting bila suatu material akan
didisain untuk aplikasi yang melibatkan rentang temperatur yang besar, misalnya dari temperatur
di bawah nol derajat celcius hingga temperatur tinggi di atas misalnya dari temperatur di bawah
nol derajat celcius hingga temperatur tinggi di atas 100 derajat celcius, vibrasi atom relatif
sedikit sehingga pada sat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan
benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang rlatif lebih rendah.
Informasi mengenai temperatur transisi menjadi demikian penting bila suatu material
akan di disain untuk aplikasi yang melibatkan rentang temperatur yang besar, misalnya dari
temperatur di bawah nol derajat celcius hingga temperatur yang besar, contoh sistem penukar
panas (heatexchanger). Hampir semua logam berkekuatan rendah dengan struktur kristal FCC
seperti tembaga dan aluminium bersifat ulet pada semua temperatur sementara bahan dengan
kekuatan luluh yang tinggi bersifat rapuh.

Bahan keramik, polimer dan logam - logam BCC dengan kekuatan luluh rendah dan sedang
memiliki transisi rapuh - ulet bila temperatur dinaikkan. Hampir semua baja karbon yang dipakai
pada jembatan, kapal, jaringan pipa dan sebagainya bersifat rapuh pada temperatur rendah.

Gambar 4 (sumber : https://www.academia.edu/31377937/Laporan_Praktikum_Pengujian_Material)


a. Efek temperatur terhadap ketangguhan impak beberapa material.

Gambar. 5 Efek temperatur terhadap ketangguhan impak beberapa material (sumber :


https://danidwikw.wordpress.com/category/materi-teknik/)
b. Bentuk dan dimensi benda uji impak
Bahan Diketahui :
a. Massa pendulum (m) : 50 kg
b. Jarak titik berat pendulum ke poros : 750 mm
c. Dimensi specimen : 55 x 10 x 10 mm
d. Sudut awal pendulum (α) : 140°
e. Sudut akhir pendulum (β) : 130°
f. Ketersedian alat uji
2.3 Uji kekerasan Menggunakan Mikro Hardness

Uji kekerasan indentasi menggunakan alat model Leitz Micro Hardness.


Perbedaan kekerasan dapat diketahui dari bentuk indentor yang ditekankan pada permukaan
material. Alat penguji kekerasan ini memakai indentor berbentuk piramid yang membuat
jejakan pada material dengan pembebanan tertentu. Masa penjejakan berlangsung 30 detik
dan dapat menghasilkan ketelitian antara 2−3 μm. Panjang diagonal jejakan yang diukur
pada arah horisontal ditandai sebagai d-1 dan panjang diagonal jejakan pada arah vertikal
ditandai sebagai d-2, lalu dihitung d-rerata sebagai panjang diagonal jejakan. Nilai
kekerasan material uji. dicari pada tabel yang tersedia dengan memproyeksikan d-rerata
serta bobot beban yang digunakan atau dapat dihitung berdasarkan rumus Vickers sebagai
berikut :
test force F
HVN = surface area of identation A

HVN = Nilai Kekerasan Vicker’s


F = beban tumbukan dalam Newton
A = luas permukaan identifikasi A

Nilai kekerasan berkaitan dengan kekuatan luluh atau tarik logam. Hal ini disebabkan
selama indentasi (penjejakan) logam mengalami deformasi sehingga terjadi regangan dengan
persentase tertentu. Nilai kekerasan Vickers didefinisikan sama dengan beban dibagi luas jejak
piramida (indentor) dalam kg/mm 2 dan besarnya kurang lebih tiga kali besar tegangan luluh
untuk logam-logam yang tidak mengalami pengerjaan pengerasan. Bahan yang digunakan untuk
indentor adalah Intan. Intan merupakan bahan yang mempunyai tingkat kekerasan paling tinggi.
Dalam menguji kekerasan suatu material, operator Leitz Micro Hardness Tester biasanya
memilih satu di antara sejumlah beban indentasi (5p, 10p, 15p, 25p, 50p, 100p, 200p, 300p atau
500p). Tentu saja ada alasan yang perlu diungkap berkaitan dengan pemilihan satu dari sejumlah
beban tersebut. Kesalahan pemilihan beban akan berdampak pada ketidakakurasian data
kekerasan suatu material dan selanjutnya menimbulkan salah interpretasi terhadap sifat material
yang diuji. Fenomena demikian tentu saja sangat tidak diharapkan.
Pada mikro hardness, indentor yang di gunakan juga sama seperti pada vickers biasa,
juga cara perhitungan angka kekerasannya, hanya saja gaya tekan yang di gunakan kecil sekali ,
1 sampai 1000 garam dan panjang diagonal indentasi diukur dalam mikron.
Angka kekerasan knoop dihitung sebagai berikut :
HK = 14,229 P/ l
Dimana :
P = gaya tekan (kg)
l = panjang diagonal tamapk tekan yang panjang (micron)

mengingat bentuk identornya maka knoopakan menghasilkan identitas yang sangat


dangkal jika dibandingkan dengan vickers, sehiingga sangat cocok untuk pengujian kekerasan
pada lapisan yang sangat tipis
pemilihan masing-masing skala metode pengujian bergantung pada :
 Permukaan material
 Jenis dan dimensi material
 Jenis data yang diinginkan
 Ketersedian alat uji

2.4 Prosedur Penggunaan Micro Hard


Pelaksanaan Pengujian:
1. Power supply dihubungkan ke 15nstrument.
2. Pembangkit beban dihidupkan melalui tombol (14) dan intensitas cahaya diatur melalui
tombol (16). Lampu hijau (6) menyala, 15nstrument siap dioperasikan (lihat Gambar 1).
3. Level air (10 a) diperiksa apakah berada pada posisi yang tepat. Jika belum tepat, posisinya
diatur dengan memutar naik-turun kaki-kaki 15nstrument.
4. Satu beban pemberat yang dikehendaki (10p, 15p atau 25p, dst) ditempatkan.
5. Sampel (material) yang akan diuji ditempatkan pada landasannya.
6. Mikroskop difokuskan melalui pengatur kasar (23).
7. Area penjejakan pada sampel ditentukan dengan memutar 15nstrum 15nstrument (13).
8. Pemfokusan diulangi melalui pengatur kasar (23).
9. Penjejak atau diamond diarahkan pada posisi penjejakan dengan memutar grip (7) kearah
kiri. 10. Penjejak diturunkan dengan menekan ujung kabel (8) secara full lalu dilepaskan.
Penjejak akan turun menuju objek (material uji) dengan indikasi lampu merah menyala.
10. Setelah 15 detik berlalu, penjejakan berakhir dengan indikasi lampu kuning menyala.
11. Penjejak dinaikkan dengan memutar knurled (18) searah jarum jam dengan indikasi lampu
kuning padam, lampu hijau kembali menyala.
12. Lensa objektif (10) diarahkan untuk mengukur diameter jejakan dengan menarik grip (7) ke
kanan.
13. Pandangan mata dipusatkan pada garis intersection (sebagai contoh 80 μm, lihat Gambar.2)
dan garis 16nstrume dengan mengatur area sampel terjejak dan memutar pengatur
halus (4 & 5).

14. Gambar Skala pengukuran diagonal jejakan, d = 87.5 μm


15. Skala pada lensa di-nolkan dengan memutar skrup (3) sampai tepat garis nol.
16. 16. Diagonal jejakan diukur dengan menggerakkan skrup (3) mulai dari garis nol sampai
pada batas akhir diagonal.
17. 17. Diameter jejakan akan terbaca, dalam hal ini, d-1 sebagai diameter jejakan arah 16
instrument, dan d-2 sebagai diameter jejakan arah 16nstrume. D-1 dan d-2 dijum-lahkan lalu
dibagi 2 sehingga diperoleh harga d-rerata. Untuk menghitung nilai kekerasan (HVN)
secara cepat, 16nstr yang tersedia dapat digunakan.
18. 18. Setelah proses uji kekerasan berakhir, 16nstrument dimatikan dengan menarik tombol
(14) dan kabel yang berhubungan dengan sumber daya listrik dilepaskan.
19. Beban pemberat yang telah digunakan diturunkan dan disimpan kedalam box.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2019.https://indo-digital.com/metode-pengujian-kekerasan.html. Metode Pengujian
Kekerasan.(online).Diakses pada 22 september 2019

Anda mungkin juga menyukai