Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini tidak bisa selesai dengan baik tanpa bantuan dari banyak
pihak Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Ir.Marthen
Paloboran,ST.MT.IPM atas tugas yang telah diberikan.
Dengan tugas ini, ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui tugas
dalam makalah ini. Makalah dengan judul "Bahan bakar motor Fuel Sell" disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Motor Otomotif. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi penulisdan juga bagi para
pembaca. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Teknologi Motor
Otomotif dan manfaat nya bagi pembaca ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
I
DAFTAR GAMBAR
II
DAFTAR TABEL
III
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................ 1
BAB II ............................................................................................................ 4
BAB III........................................................................................................... 24
KESIMPULAN .......................................................................................... 24
SARAN ...................................................................................................... 25
IV
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Energi merupakan salah satu kebutuhan hidup yang harus terpenuhi demi
kelangsungan hidup manusia. Saat ini kebutuhan energi sudah sangat besar seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk terutama energi listrik. Jadi, dalam bidang
energi sudah saatnya kita mengusahakan untuk memproduksi sumber energy
alternatif untuk mengantisipasi ketersediaan energi di masa yang akan datang.
Sumber energi tersebut harus memenuhi parameter keberhasilan suatu sumber
energi alternatif yaitu: dapat diperbarui (renewable energy), ramah lingkungan, dan
biaya yang murah. Salah satunya dengan memanfaatkan sel bahan bakar (Fuel cell).
Fuel cell merupakan konverter dari energi kimia ke energi listrik yang ramah
lingkungan. Fuel cell dirancang untuk dapat diisi reaktannya yang terkonsumsi
dimana fuel cell memproduksi listrik dan penyediaan bahan bakar hidrogen dan
oksigen dari luar. Reaktan yang biasanya digunakan dalam sebuah sel bahan bakar
adalah hidrogen di sisi anoda dan oksigen di sisi katoda. Reaktan mengalir masuk
1
dan produk dari reaktan mengalir keluar. Sehingga operasi jangka panjang
dapat terus menerus dilakukan selama disuplai oleh bahan bakar (hidrogen) dan
oksigen.
Fuel cell atau sel bahan bakar adalah sebuah device elektrokimia yang
mengubah energi kimia ke energi listrik secara kontinyu, pada sel bahan bakar
dipasok terus menerus, hal ini tidak ubahnya dengan sebuah mesin yang
memerlukan bahan bakar untuk mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik. Sedangkan pada sel bahan bahan bakar, energi yang
dihasilkan langsung menjadi energi listrik. Kelebihan daripada fuel cell yaitu lebih
efisien, tidak berisik.
Dimulai dari riset Baur Preis dari Swiss pada tahun 1930an, menggunakan
elektrolit keramik atau oksida padat yang dioperasikan pada suhu 500’C keatas, fuel
cell pada tipe SOFC ini dapat menggunakan bahan bakar selain hydrogen misalnya
gas alam
Fuel cell ini di klasifikasikan sebagai pembangkit tenaga karena sel bahan
bakar ini dapat beroperasi secara terus menerus atau selama ada persediaan bahan
bakar (fuel) dan oksidan. Fuel cell diklasifikasikan dalam beberapa jenis tergantung
dari jenis bahan bakar yang digunakan, yaitu Alkaline Fuel Cell (AFC), Molten
Carbonate Fuel Cell (MCFC), Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC), Proton Exchange
Membrane (PEM), Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) (Eileen, 2003). Fuel cell
memiliki karakteristik umum yaitu sangat efisien (>85%), modular (dapat
ditempatkan dimana diperlukan), ramah lingkungan (tidak berisik, emisinya
rendah), panas yang terbuang dapat di simpan (Sri Handayani, 2008).
2
lain, SOFC juga memiliki tiga bagian penting yaitu elektrolit, katode, dan anode
(Eileen, 2003).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Makalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
Fuel cell telah didemonstrasikan oleh Sir William Robert Grove, seorang ahli
hukum merangkap sebagai ahli fisika amatir, pada tahun 1839, dengan melakukan
pembalikan elektrolisa air, elektrode yang digunakan adalah platina. Pada tahun
1889, Charles Langer dan Ludwig Mond pertama kali menggunakan istilah fuel
cell, pada saat mencoba membuat mesin generator dengan menggunakan udara dan
gas arang. Pada tahun 1932 Francis Bacon berhasil mengembangkan fuel cell.
Untuk menerapkan fuel cell dalam penggunaan praktis baru dapat dilakukan 27
tahun kemudian, yaitu sebagai penghasil tenaga listrik untuk alat las dengan
kapasitas 5 kW. Mulai tahun 1950 pihak NASA di Amerika Serikat telah
melakukan pemanfaatan untuk program angkasa luar mereka yaitu untuk pesawat
roket Appolo dan Gemini. Selama lebih dari 30 tahun, US Department of
Technology telah melakukan banyak peneliti an dan pengembangan dan pada tahun
1987 mereka mulai menerapkannya pada kendaraan.
Hal mana amat sukar dicapai oleh tipe energi terbarukan yang lain.
Sebenarnya teknologi fuel cell pertama kali ditemukan oleh Sir William Robert
4
Grove pada tahun 1893, di mana ia mende monstrasikan pemecahan uap menjadi
hidrogen dan oksigen dengan pemanasan katalis seperti platinum. Pada masa
sekarang, proses ini dinamakan teknologi reformer. Perkembangan teknologi fuel
cell baru terasa setelah terjadi semakin pesatnya perkembangan teknologi material.
Perusahaan yang sukses dalam pengembangan aplikasi ini seperti misalnya Pratt &
Whitney telah berhasil mengapli kasikannya untuk misi penerbangan antariksa
Gemini
IV dan suksesnya pendaratan Apolo di bulan. Aplikasi teknologi fuel cell yang
paling mutakhir adalah digunakannya 12 KW fuel cell alkaline di pesawat ulang-
alik NASA. Pada fuel cell ini, hidrogen dan oksigen mumi digunakan untuk proses
konversi listrik. Sejak tahun 1970, Departemen Energi Amerika telah melakukan
riset tipe Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) untuk pembangkit listrik dan sekarang
telah memasuki tahap komersialisasi. Sedangkan di Eropa, perkembangan
teknologi fuel cell didukung oleh negara Uni Masyarakat Eropa dan berbagai pihak
swasta. Demikian pula di Jepang, pengembangan teknologi fuel cell ini didukung
oleh berbagai macam organisasi pemerintah maupun swasta.
Fuel cell (sel bahan bakar) sebagai salah satu energi alternatif agaknya dapat
menjadi pembangkit energi pada dunia otomotif dan mungkin akan bersaing bahkan
akan menggeser tiga pilihan energi konvensional yang kini berkompetisi, yaitu:
mesin pembakaran internal, mesin baterai isi ulang (rechargeable), dan mesin
hibrida. Fuel cell adalah suatu sistem elektro kimia yang mengubah energi kimia
dari hidrogen dan oksigen langsung menjadi energi listrik. Keunggulan utama fuel
cell diban dingkan pembangkit listrik konvensional adalah:
5
Konstruksinya modular sehingga fleksibel dalam menyesuaikan dengan
sumber bahan bakar yang ada.
Mampu menanggapi dengan cepat terhadap perubahan bahan bakar atau
oksigen.
6
Elektrolit SOFC menggunakan bahan keramik seperti kalsiumoksida
atau ziernium oksida. Suhu operasi 700oC-1000oC pada suhutinggi ion
oksigen bermuatan negati- bergerak melalui kristal menujuanoda.
Sementara itu, molekul hidrogen di anoda dioksidasi oleh ionoksigen
menghasilkan ion hidrogen dan membebaskan elektron. Electron keluar dari
sistem melalui external circuit untuk listrik dan masuk ke sisi katoda
Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)
adalah Sel bahan bakar yang menggunakan membran penukar proton
sebagai penghubung antara reaksi di katoda dan anoda. membran ini
menggunakan metanol sebagai sumber energi. Maksud dari kata direct pada
7
pelarutan katoda dalam elektrolit, dan stabilitas material pada suhu tinggi. Untuk
jenis SOFC, sudah diaplikasikan untuk transportasi (bus kota, mobil, boat). Status
teknologi jenis ini baru pada tahap percontohan dengan kapasitas 21 kW sampai
105 kW (Italia, USA, Kanada). SOFC ini dapat dikembangkan untuk sistem hibrida
dengan pembakaran hidrogen. Masalah yang timbul selama percontohan adalah
material, sistem hibrida, dan penyimpanan hidrogen. Karena efisiensi fuel cell yang
cukup tinggi maka penggunaan gas dapat lebih hemat, sehingga umur penggunaan
gas diperkirakan dapat diperpanjang hingga tahun 2060.
Selain itu, Indonesia memiliki bahan baku yang cukup besar jumlahnya serta
cukup lengkap untuk digunakan dalam membangun dan mengembangkan teknologi
fuel cell. Seperti diketahui bahwa harga fuel cell terus menurun sesuai dengan
peningkatan perkembangan teknologi. Dalam 15 tahun belakangan ini nilai
investasi telah menurun dari US$ 100.000/kW menjadi US$ 3.000/ kW.
Diproyeksikan dalam waktu 10 tahun yang akan datang hanya menjadi US$ 500/
kW. Umur fuel cell diproyeksikan hingga 10 tahun, dapat bekerja selama 24 jam
terus menerus dengan pemadaman untuk perawatan hanya 1 atau 2 kali per tahun.
Pada dasarnya pembangkit listrik fuel cell terdiri atas 4 sub-sistem utama yaitu :
Fuel processing
Pembangkit fuel cell
Pengkondisian daya (DC-AC inverter)
Pemulihan panas (heat recovery)
8
oksidasi gas hidrogen akan menentukan efisiensi listrik yang dihasilkan. Tentunya
hal ini dikaitkan dengan beberapa komponen pokok sehingga aliran gas, reduksi-
oksidasi gas, aliran proton dan elektron dapat berjalan sehingga efisiensi sistem
pembangkit listrik dapat dicapai. Untuk mendapatkan gambaran secara jelas dari
sistem fuel cell ini, dapat dilihat pada Gambar.
Membran Elektrolit
Komponen ini mempunyai pori yang sangat kecil sehingga tidak mengijinkan
atom hidrogen untuk melewati pori membran. Membran elektrolit ini bersifat
proton exchange (H+) di mana dalam strukturnya akan terjadi suatu
mekanisme pertukaran ion sehingga konduktifitas proton yang diharapkan
pada kondisi humidified membrane 2 x 10-2 S/cm (ketahanan 0,05ohm cm2
untuk membran dengan ketebalan 50 mikrometer). Selain itu ketahanan dan
kestabilan terhadap zat kimia dan termal (300OC) sangatlah menentukan
performance arus yang dihasilkan.
Katalis
Pada komponen ini akan terjadi proses reduksi-oksidasi gas di mana proton
dan elektron akan dihasilkan. Dengan ketebalan yang cukup kecil (5 – 50
mikrometer) diharapkan mempunyai kontak yang cukup baik dengan
membran, sehingga akan terjadi mekanisme transfer proton yang cukup baik.
Berkaitan dengan reduksi oksidasi dan air yang dihasilkan sebagai hasil reaksi
(katoda) maka hal lain yang dipersyaratkan adalah komponen ini
mengandung bahan yang bersifat konduktif terhadap proton, konduktif
9
terhadap elektron dan bersifat hidropobik terhadap air. Oleh karena itu proses
penggabungan antara
ketiga bahan tersebut diperlukan teknologi dan ilmu yang tidak mudah.
Gas Diffuser (Backing Electrode)
Komponen dengan ketebalan (100 – 300 mikrometer) adalah komponen yang
berhubungan langsung dengan lapisan katalis, dibuat dari bahan yang berpori,
bersifat konduktif terhadap elektron dan bersifat hidropobik, sehingga mampu
mendistribusikan gas dan air sekaligus sebagai transfer elektron.
Current Collector
Komponen ini terdapat pada bagian luar satu unit sel yang merupakan plate
current collector yang mengandung machine gas flow field. Karakteristik
penting dari current collector ini adalah bersifat konduktif terhadap elektron,
mampu mendistribusikan gas, dan impermeable terhadap gas.
10
hanya beberapa mikrometer saja. Hidrogen dialirkan ke dalam fuel cell yaitu ke
bagian anoda, sedang oksigen atau udara dialirkan ke bagian katoda, dengan adanya
membran, maka gas hidrogen tidak akan bercampur dengan oksigen. Membran
dilapisi oleh platina tipis yang berfungsi sebagai katalisator yang mampu memecah
atom hidrogen menjadi elektron dan proton. Proton mengalir melalui membran,
sedang elektron tidak dapat menembus membran, sehingga elektron akan
menumpuk pada anoda, sedang pada katoda terjadi penumpukan ion bermuatan
positif.
1. Elektrolisis Air
11
kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida
(H2O2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen.
Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimia. Komponen terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektroda dan larutan
elektrolit. Pada proses elektrolisis diperlukan dua buah kutub yaitu katoda sebagai
kutub negative dan anoda sebagai kutub positif.
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes:
membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan
nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak
berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang
sangat mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur
teringan di dunia. Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada
konsentrasi serendah 4% H2 di udara bebas.[8] Entalpi pembakaran hidrogen
adalah - 286 kJ/mol. Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)
12
Dari persamaan tersebut tampak terjadinya reaksi pembakaran sempurna.
Dimana molekul-molekul tersebut terbakar menjadi H2O dan tanpa menghasilkan
zat polutan seperti CO2. Selain itu juga ada keterlibatan energi di dalamnya. Yakni
energi yang dibutuhkan untuk memisahkan H2O ataupun energi yang dihasilkan
dari pembakaran H2 dan O2.
Fuel cell bekerja berdasar prinsip pem bakaran listrik-kimiawi, cell ini akan
mem produk-si energi listrik arus searah. Fuel cell ini terdiri dari elektrolit yang
memisahkan katoda dari anoda, elektrolit hanya dapat menghantar ion saja,
sedangkan elektron tidak dapat melewati elektrolit, jadi elektrolit ini bukan
penghantar listrik dan juga menghindarkan terjadinya reaksi kimia. Pada anoda
akan dialirkan secara berkesinambungan bahan bakar dan pada kattode dialirkan
oksigen,
pengaliran ini dilakukan secara terpisah. Karena pengaruh katalisator pada
elektroda, maka molekul-molekul dari gas yang dialirkan akan berubah menjadi
ion. Reaksi pada anoda menghasilkan elektron yang bebas, sedang pada katoda
elektron yang bebas akan diikat. Elektron-elektron bebas yang terjadi harus
dialirkan keluar melalui penghantar menuju ke anoda, agar proses listrik-kimiawi
dapat berlangsung. Panas yang timbul dari hasil reaksi kimia harus terus menerus
dibuang, agar energi listrik dapat terbentuk secara kontinyu.
13
Gambar 3. Skema Fuel Cell
3. Bahan Bakar
Untuk mendapatkan energi yang diolah oleh fuel cell, yaitu dari bahan baku
gas hidrogen, maka perlu diketahui berapa banyak gas hidrogen yang harus dibawa
agar kendaraan dapat beroperasi sesuai dengan standar apabila menggunakan bahan
bakar bensin atau solar.
14
Dari tabel 1 dapat dihitung berapa kebutuhan hidrogen untuk mendapatkan
energi setara dengan energi yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil. Pada kondisi
normal gas hidrogen mempu nyai berat jenis sangat rendah: γH2: 9.10-5kg/l. Untuk
memperoleh energi yang setara dengan bahan bakar bensin dibutuhkan gas
hidrogen dengan volume sebesar 3000 kali lebih banyak, tetapi dari segi berat,
hidrogen yang dibutuh kan hanya ¼ dari berat bens
Permasalahan yang dihadapi pada ken daraan adalah menyangkut tangki bahan
bakar. Apabila bahan bakarnya berupa gas hidrogen, maka harus disediakan jumlah
yang sangat besar. Ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan tangki
bertekanan, yang tentunya akan mempunyai dinding yang tebal dan katup
pengaman. Selain itu juga perlu adanya kompressor untuk memasukkan ke dalam
tangki. Apabila yang dibawa hidrogen cair, maka akan timbul kesulitan karena
harus diper tahankan pada temperatur -253,15oC pada tekanan 105Pa.
Dengan demikian membawa hidrogen dalam kendaraan untuk saat ini masih
sangat problematis, tetapi sebagai gantinya dapat digunakan bahan bakar lain
misalnya metha nol. Methanol cair mempunyai kepadatan energi dan berat jenis
yang mendekati bensin, merupakan alternatif yang lebih baik untuk bahan bakar
kendaraan, walaupun methanol masih menghasilkan CO2 yang sama dengan motor
bakar yang menggunakan bensin menurut standar Ultra-Low Emission Vehicle
(ULEV), tetapi untuk kandungan gas beracun lainnya jauh lebih kecil (Grafik 2).
Untuk mendapatkan gas hidrogen dari methanol dibutuhkan suatu proses melalui
sebuah alat yang disebut reformer, dengan proses ini dibutuhkan panas dan uap air
dan hal ini akan menyebabkan menurunnya efisiensi bahan bakar.
15
4. Proses Pengolahan Gas Hidrogen untuk Fuel Cell
Dari bahan bakar awal ini dapat diperoleh hidrogen yang diperlukan oleh fuel
cell, dengan cara melakukan reaksi dengan uap air. Perubahan terjadinya gas
hidrogen ini disebut gasification pada material awal seperti batu bara atau minyak
berat, sedang pada methanol atau bahan gas adalah reforming.
Pada saat pembersihan gas, bagian-bagian yang terdapat pada bahan bakar awal
seperti debu, komponen belerang dan chlor yang masih ada dibersihkan, sedang
pada conditioning terjadi pengubahan gas yang tidak dikehendaki seperti gas CO.
Setelah melalui proses ini bahan bakar disebut feed gas yang siap untuk dikonsumsi
oleh fuel cell. Reaksi yang terjadi antara bahan bakar seperti methan(gas bumi),
methanol dan naphtha yang diberi uap air pada proses reforming, sehingga terdapat
feed gas atau hidrogen adalah sbb:
Untuk mendapatkan hidrogen dari metha nol, maka campuran methanol dan air
dimasukkan kedalam reformer untuk dialiri dengan panas, sehingga terjadi reaksi
kimia: CH3OH + H2O ⇒ CO2 + 3H2
16
selain itu terjadi juga reaksi yang tidak dikehendaki sbb.:
CO2 + H2 ⇒ CO + H2O dan CH3OH ⇒ CO + 2H2
maupun reaksi yang diinginkan, yaitu meng ubah CO menjadi CO2
CO + H2O ⇒ CO2 + H2
Untuk mendapatkan hidrogen yang bersih dari sisa gas yang tidak dikehendaki,
maka gas CO yang masih ada harus dihilangkan atau diproses, reaksi yang terjadi
adalah sbb.
CO + 3H2 ⇒ CH4 + H2O
17
E. Konsep Desain Kendaraan
Pada desain kendaraan yang sangat menen tukan adalah berat awal kendaraan,
jarak tempuh, kecepatan dan percepatan. Berat awal kendaraan merupakan penentu
untuk daya angkut. Kemampuan menempuh jarak tertentu tanpa harus mengisi
bahan bakar juga merupakan kriteria. Kecepatan dan percepatan kendaraan akan
menentukan daya yang dimiliki oleh kendaraan. Penghematan energi dan zero
emission merupakan trend yang tidak dapat diabaikan lagi. Hal-hal di atas ini
merupakan kriteria yang sangat menentukan dalam memilih mesin penggerak
kendaraan.
18
Dengan diterapkannya sistem yang baru ini, maka beberapa komponen
kendaraan masih harus diganti atau dikembangkan. Beberapa komponen yang
mutlak diganti adalah komponen pada sistem bahan bakar, sistem motor, sistem
pelengkapan penggerak(drive train), sistem kontrol, sistem pembuangan gas dan
yang sangat menentukan adalah infra struktur penunjang sistem ini.
Kendaraan seperti bis dan truk, memung kinan membawa bahan bakar
sebanyak itu, tetapi harus diingat akan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.
Apabila ada kebocoran, dapat terjadi ledakan karena adanya listrik static. Untuk
mencegah hal ini, sistem harus dilengkapi dengan katup pengaman pada saat
pengisian.
2 Reformer
Untuk menghindari kendala yang ditimbul kan oleh hidrogen, maka dapat
diganti dengan methanol (methyl alcohol), yang mempunyai sifat cair pada kondisi
lingkungan yang normal (<64, 5oC). Methanol di campur dengan uap air di dalam
reformer dan dengan adanya katalisator akan terbentuk gas hydrogen yang
diperlukan.
19
Reaksi kimia dari methanol:
Tekanan hidrogen yang masuk ke fuel cell diatur sebesar 69 kPa(10 psi),
dengan meng gunakan pressure regulator kedua, diubahlah tekanan 1 MPa menjadi
69 kPa. Kelembaban hidrogen sebelum masuk fuel cell harus dikendalikan, karena
air yang masuk ke dalam cell dapat merusaknya. Hidrogen sendiri harus memiliki
kadar kelembaban tertentu pada saat masuk ke dalam cell. Hal ini dilakukan di
dalam humidification chamber yaitu dengan menyemprotkan kabut air pada aliran
hidrogen. Berdasar percobaan pada fuel cell, kelem baban yang diharapkan adalah
60% untuk temperatur operasi 60oC. Untuk mencegah masuknya air ke dalam fuel
cell, maka sebelum nya dipasangi water separator yang mampu mengambil air dari
aliran gas hidrogen.
20
Selain sistem bahan bakar ini, masih ada beberapa sub sistem yang juga
berperan dalam mengendalikan agar fuel cell selalu dalam keadaan yang baik. Sub
sistem tersebut adalah sistem udara, sistem air yang deionisasi, sistem pendingin
fuel cell, dan sistem kelembaban hidrogen. Udara yang akan dipakai untuk bereaksi
dengan proton dan membentuk air, harus mem punyai kelembaban dan temperatur
tertentu. Gambar 3 menunjukkan skema proses suplai hidrogen, udara dan air,
sebelum memasuki fuel cell. Selanjutnya ditampilkan pula pengaturan temperatur
pada fuel cell.
Air yang di “de-ionized” dipompa masuk ke dalam fuel cell dan mengambil
kelebihan panas yang terbentuk kemudian menuju ke heat exchanger dan
membuang panas tersebut. Selanjutnya air yang dingin masuk ke dalam reservoir.
Karena reservoir selalu berisi air maka pompa tidak akan kosong, sebagian air yang
tidak masuk ke dalam fuel cell akan dialirkan ke de-ionizer untuk dibersihkan dan
kembali ke reservoir.
21
Hal ini diperlukan untuk menjaga kondisi fuel cell tetap prima dan tidak mudah
rusak. Selain kondisi air yang perlu diperhatikan, temperatur dan kualitas bahan
bakar maupun udara juga harus selalu dikontrol. Selain energi listrik, fuel cell juga
mengeluarkan air dan panas. Kedua komponen ini harus selalu dikeluarkan dari fuel
cell sebagai hasil pembuangan, sedang gas buang yang lain seperti halnya pada
motor bakar biasa tidak ada.
Berbeda dengan motor bakar yang meng hasilkan energi mekanik, hasil energi
dari fuel cell adalah listrik, sehingga bentuk keleng kapan penerus energi akan
mengalami perubahan yang sangat drastis. Pada kendara an konventional ada
kopling dan gear box yang memindahkan energi mekanik dari motor bakar ke poros
roda, pada sistem yang baru ini digunakan jenis komponen yang berbeda, sistem
fuel cell dan sistem kelengkapan penerus (drive train) pada sebuah truk Chevrolet
Suburban yang dimodifikasi. Kendaraan Chevrolet yang telah dimodifikasi menjadi
fuel cell hybrid electric truck, mem punyai dua sistem penggerak yang menghasil
kan energi listrik yaitu fuel cell dan batere. Tabung hidrogen memberikan bahan
bakar untuk fuel cell stack dan bereaksi dengan oksigen yang diperoleh dari
kompresor udara. Energi listrik yang dihasilkan oleh boost converter diteruskan
menuju
inverter motor dan oleh transaxle diubah menjadi energi mekanik yang mampu
memutar poros roda.
Energi listrik dari fuel cell stack mempunyai tegangan 60 – 110 V sedang
tegangan kendaraan yang lain 336 V, sehingga perlu ada suatu interface, yang
digunakan adalah boost converter, selain itu converter juga berfungsi sebagai beban
dari fuel cell. Variasi beban yang diberikan oleh boost converter sesuai kebutuhan,
dapat memberikan peningkatan efisiensi dari sistem tersebut. Traction inverter
adalah pengubah arus searah(DC) yang dihasilkan fuel cell menjadi arus bolak
balik(AC) yang digunakan untuk menggerakkan motor.
22
Motor listrik ini akan menggerakkan sistem transaxle dan mengubahnya
menjadi tenaga penggerak mekanis yang dapat memutar poros roda. Untuk
mengatur kendaraan, termasuk peng aturan kecepatan, pengereman, posisi jalan,
berhenti, mundur, maju, netral, dilakukan dengan menggunakan Vehicle Interface
Module (VIM), bahkan impuls untuk bermacam-macam sinyal seperti kondisi
tegangan, temperatur, tekanan, speedometer, tachometer, dan sebagainya diberikan
dari VIM. Pada gambar 6 dapat dilihat posisi pengatur kendaraan untuk mengatur
kecepatan dan perlambatan dihubungkan dengan komponen kendaraan yang lain.
Gambar 7 dan 8 menunjukkan penempatan komponen-komponen pada kendaraan
sedan dan truk.
Berhubung kendaraan-kendaraan ini adalah fuel cell hybrid electric car dan –
truk, maka menggunakan batere yang tentunya memakan tempat yang cukup luas.
Pada sedan, berat dari batere itu sangat membebani kendaraan, sehingga kapasitas
angkut akan berkurang. Masalah penting yang dihadapi oleh batere adalah waktu
pengisian yang sangat lama.
23
BAB III
KESIMPULAN
Tuntutan akan ekologi pada lingkungan yang dari waktu ke waktu menjadi
makin ketat mengingat akan keinginan manusia untuk mempertahankan lingkungan
hidupnya secara lebih serius merupakan faktor penentu dari pada penggunaan fuel
cell ini. Pemanfaatan regeneratif energi yaitu angin, udara, matahari akan selalu
menjadi energi yang akan sangat diperhitungkan untuk masa depan, dan energi ini
juga sudah masuk dalam perhitungan penggunaan sistem yang baru walaupun
hasilnya masih belum terlalu dapat diandalkan secara komersial.
Aplikasi sistem fuel cell untuk sektor transportasi perlu diprioritaskan, karena
sarana transportasi merupakan kontributor terbesar, baik dalam penggunaan BBM
secara nasional maupun pencemaran lingkungan. Dimulainya penggunaan sistem
fuel cell merupakan tantangan dalam menghadapi masalah global seperti faktor
pencemaran lingkungan akibat penggunaan energi fosil, dan terbatasnya sumber
daya energi fosil
2. Efisiensi Energi: Fuel cell memiliki efisiensi energi yang tinggi karena prosesnya
tidak melibatkan pembakaran bahan bakar, seperti pada mesin pembakaran
dalam tradisional
24
3. Kekontinuitasan Pasokan Energi: Fuel cell dapat beroperasi tanpa henti selama
pasokan bahan bakar tersedia, sehingga dapat menjadi solusi yang handal untuk
pasokan energi yang konsiste
Saran
Pada saat ini telah banyaknya ketergantungan pada penggunaan bahan bakar
fosil yang menyebabkan banyaknya pencemaran udara, akan tetapi seiring
berkembangnya teknologi terkini yakni Fuel Cell yang dapat membantu
mengurangi pencemaran udara, harapan saya kedepannya teknologi Fuel Cell dapat
berkembang lebih pesat sehingga pencemaran udara dapat di kurangi
25
DAFTAR PUSTAKA
Latifah, Arini, et al. "Desain dan Simulasi Model Predictive Control pada
Sistem Pembagian Daya untuk Kendaraan Listrik Hibrida Fuel Cell–
Baterai." Energy: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik 13.2 (2023): 85-98.
https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jtmt/article/view/4491
26