Anda di halaman 1dari 31

TEKNOLOGI KENDARAAN BERBAHAN

BAKAR FUEL CELL


TEKNOLOGI MOTOR OTOMOTIF
Dosen: Dr. Ir. Marthen Paloboran, ST. MT. IPM

NAMA: TRI AHMAD AGUNG SAPUTRA (230203500010)


: VICKI ANTAWIRIA (230203502024)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini tidak bisa selesai dengan baik tanpa bantuan dari banyak
pihak Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Ir.Marthen
Paloboran,ST.MT.IPM atas tugas yang telah diberikan.

Dengan tugas ini, ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui tugas
dalam makalah ini. Makalah dengan judul "Bahan bakar motor Fuel Sell" disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Motor Otomotif. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi penulisdan juga bagi para
pembaca. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Teknologi Motor
Otomotif dan manfaat nya bagi pembaca ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 6 Februari 2024

I
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram blok sistem fuel cell


Gambar 2. Proton Exchange Membrane Fuel Cell
Gambar 3. Skema Fuel Cell
Gambar 4. Skema Sistem Pengaturan Panas
Gambar 5. Penempatan Komponen pada Kendaraan

II
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Energi yang Dihasilkan oleh Bahan Bakar

III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARI ................................................................................... I

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... II

DAFTAR TABEL .......................................................................................... III

DAFTAR ISI .................................................................................................. IV

BAB I ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 3

C. Tujuan Makalah ..................................................................................... 3

BAB II ............................................................................................................ 4

A. Sejarah Perkembangan Fuel Cell ........................................................... 4

B. Klasifikasi Fuel Cell .............................................................................. 5

C. Siatem Fuel Cell .................................................................................... 8

D. Fuel Cell Pada Kendaraan ..................................................................... 10

E. Konsep Desain Kendaraan ..................................................................... 18

BAB III........................................................................................................... 24

KESIMPULAN .......................................................................................... 24

SARAN ...................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

IV
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Menurut UU NO. 30 tahun 2007 tentang energi pasal 1, bahwa sumber


energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi
yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi,angin,
bioenergi, sinar matahari, ailiran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu
lapisan, laut.

Energi terbarukan bermanfaat agar manusia tidak tergantung pada minyak


bumi sebagai salah satunya sumber energi. Sampai saat ini minyak bumi masih
digunakan sebagai pemasok energi utama bagi manusia. Padahal persediaan
minyak bumi semakin menurun dan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan
minyak bumi terhadap lingkungan telah mengakibatkan banyak pencemaran dan
pemanasan global.

Energi merupakan salah satu kebutuhan hidup yang harus terpenuhi demi
kelangsungan hidup manusia. Saat ini kebutuhan energi sudah sangat besar seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk terutama energi listrik. Jadi, dalam bidang
energi sudah saatnya kita mengusahakan untuk memproduksi sumber energy
alternatif untuk mengantisipasi ketersediaan energi di masa yang akan datang.
Sumber energi tersebut harus memenuhi parameter keberhasilan suatu sumber
energi alternatif yaitu: dapat diperbarui (renewable energy), ramah lingkungan, dan
biaya yang murah. Salah satunya dengan memanfaatkan sel bahan bakar (Fuel cell).
Fuel cell merupakan konverter dari energi kimia ke energi listrik yang ramah
lingkungan. Fuel cell dirancang untuk dapat diisi reaktannya yang terkonsumsi
dimana fuel cell memproduksi listrik dan penyediaan bahan bakar hidrogen dan
oksigen dari luar. Reaktan yang biasanya digunakan dalam sebuah sel bahan bakar
adalah hidrogen di sisi anoda dan oksigen di sisi katoda. Reaktan mengalir masuk

1
dan produk dari reaktan mengalir keluar. Sehingga operasi jangka panjang
dapat terus menerus dilakukan selama disuplai oleh bahan bakar (hidrogen) dan
oksigen.

Fuel cell atau sel bahan bakar adalah sebuah device elektrokimia yang
mengubah energi kimia ke energi listrik secara kontinyu, pada sel bahan bakar
dipasok terus menerus, hal ini tidak ubahnya dengan sebuah mesin yang
memerlukan bahan bakar untuk mengubah energi

kimia menjadi energi mekanik. Sedangkan pada sel bahan bahan bakar, energi yang
dihasilkan langsung menjadi energi listrik. Kelebihan daripada fuel cell yaitu lebih
efisien, tidak berisik.

Dimulai dari riset Baur Preis dari Swiss pada tahun 1930an, menggunakan
elektrolit keramik atau oksida padat yang dioperasikan pada suhu 500’C keatas, fuel
cell pada tipe SOFC ini dapat menggunakan bahan bakar selain hydrogen misalnya
gas alam

Fuel cell ini di klasifikasikan sebagai pembangkit tenaga karena sel bahan
bakar ini dapat beroperasi secara terus menerus atau selama ada persediaan bahan
bakar (fuel) dan oksidan. Fuel cell diklasifikasikan dalam beberapa jenis tergantung
dari jenis bahan bakar yang digunakan, yaitu Alkaline Fuel Cell (AFC), Molten
Carbonate Fuel Cell (MCFC), Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC), Proton Exchange
Membrane (PEM), Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) (Eileen, 2003). Fuel cell
memiliki karakteristik umum yaitu sangat efisien (>85%), modular (dapat
ditempatkan dimana diperlukan), ramah lingkungan (tidak berisik, emisinya
rendah), panas yang terbuang dapat di simpan (Sri Handayani, 2008).

SOFC dianggap menarik karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan


dengan fuel cell jenis lain. SOFC merupakan fuel cell dengan temperatur tertinggi
pada saat ini yaitu sekitar 600oC - 1000oC dan juga memiliki tingkat efesiensi yang
paling tinggi yaitu sekitar 60%. SOFC berkembang sejak tahun 1950 dan memiliki
dua bentuk yaitu planar dan tubular. Keuntungan dari fuel cell jenis ini yaitu dapat
menggunakan bahan bakar lain selain hidrogen. Sama seperti jenis fuel cell yang

2
lain, SOFC juga memiliki tiga bagian penting yaitu elektrolit, katode, dan anode
(Eileen, 2003).

Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan anode dari keramik Ni-CSZ


dengan penambahan konsetrasi berat polyvinyl alcohol (PVA). CSZ dipilih karena
kekosongan oksigen dalam jumlah besar sehingga sesuai untuk membuat sel bahan
bakar padatan (SOFC). Bahan tersebut merupakan insulator listrik dan konduktor
ionik. Anode harus memiliki pori yang sangat tinggi untuk memungkinkan bahan
bakar mengalir ke elektrolit (G.Matula, T.Jardiel, R.Jimenez, A.Varez, 2008).
Dalam penelitian ini konsentrasi berat PVA akan divariasikan untuk diketahui
pengaruhnya terhadap karakteristik keramik Ni-CSZ yang akan diaplikasikan
sebagai anode dalam SOFC.

B. Rumusan Masalah

1. Sejarah perkembangan Fuel Cell


2. Klasifikasi Fuel Cell
3. Penggunaan Fuel Cell pada kendaraan
4. Bagaimana Konsep Desain Ke

C. Tujuan Makalah

Dapat memahami bagaimana proses terjadinya perubahan energi yang di


mana melibatkan energi kimia yang diubah menjadi energi Listrik, dan dapat
mengaplikasikan penggunaan Fuell Cell pada kendaraan dalam memajukan
perkembangan teknologi terkait Fuel Cell

D. Manfaat Makalah

Memberikan pemahaman mendalam tentang teknologi yang dapat menjadi


alternatif yang lebih bersih dan efisien dalam menghasilkan energi, serta
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan dapat mengembangkan
potensial di berbagai industry.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Fuel Cell

Fuel cell telah didemonstrasikan oleh Sir William Robert Grove, seorang ahli
hukum merangkap sebagai ahli fisika amatir, pada tahun 1839, dengan melakukan
pembalikan elektrolisa air, elektrode yang digunakan adalah platina. Pada tahun
1889, Charles Langer dan Ludwig Mond pertama kali menggunakan istilah fuel
cell, pada saat mencoba membuat mesin generator dengan menggunakan udara dan
gas arang. Pada tahun 1932 Francis Bacon berhasil mengembangkan fuel cell.
Untuk menerapkan fuel cell dalam penggunaan praktis baru dapat dilakukan 27
tahun kemudian, yaitu sebagai penghasil tenaga listrik untuk alat las dengan
kapasitas 5 kW. Mulai tahun 1950 pihak NASA di Amerika Serikat telah
melakukan pemanfaatan untuk program angkasa luar mereka yaitu untuk pesawat
roket Appolo dan Gemini. Selama lebih dari 30 tahun, US Department of
Technology telah melakukan banyak peneliti an dan pengembangan dan pada tahun
1987 mereka mulai menerapkannya pada kendaraan.

Perkembangan teknologi fuel cell di negara-negara industri maju seperti


Amerika dan Eropa dewasa ini semakin terpacu dengan semakin digalakkannya
swastanisasi pembangkit listrik tipe desentralisasi. Hal ini sejalan pula dengan
kesadaran cinta lingkungan sesuai dengan agenda 21, Earth Summit di Rio De
Janairo, Brazil, 2001. Teknologi fuel cell menjanjikan pembangkit listrik yang
bebas polusi udara dan limbah beradiasi. Asal mulanya diaplikasikan pada
teknologi ruang angkasa (Stasiun Ruang Angkasa). Lambat laun teknologi ini akan
dapat bersaing karena ada tendensi yang sangat kuat yaitu harga dan kerapatan
energi yang dihasilkannya dapat bersaing dengan pembangkit listrik BBM ataupun
nuklir sekalipun.

Hal mana amat sukar dicapai oleh tipe energi terbarukan yang lain.
Sebenarnya teknologi fuel cell pertama kali ditemukan oleh Sir William Robert

4
Grove pada tahun 1893, di mana ia mende monstrasikan pemecahan uap menjadi
hidrogen dan oksigen dengan pemanasan katalis seperti platinum. Pada masa
sekarang, proses ini dinamakan teknologi reformer. Perkembangan teknologi fuel
cell baru terasa setelah terjadi semakin pesatnya perkembangan teknologi material.
Perusahaan yang sukses dalam pengembangan aplikasi ini seperti misalnya Pratt &
Whitney telah berhasil mengapli kasikannya untuk misi penerbangan antariksa
Gemini

IV dan suksesnya pendaratan Apolo di bulan. Aplikasi teknologi fuel cell yang
paling mutakhir adalah digunakannya 12 KW fuel cell alkaline di pesawat ulang-
alik NASA. Pada fuel cell ini, hidrogen dan oksigen mumi digunakan untuk proses
konversi listrik. Sejak tahun 1970, Departemen Energi Amerika telah melakukan
riset tipe Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) untuk pembangkit listrik dan sekarang
telah memasuki tahap komersialisasi. Sedangkan di Eropa, perkembangan
teknologi fuel cell didukung oleh negara Uni Masyarakat Eropa dan berbagai pihak
swasta. Demikian pula di Jepang, pengembangan teknologi fuel cell ini didukung
oleh berbagai macam organisasi pemerintah maupun swasta.

B. Klasifikasi Fuel Cell

Fuel cell (sel bahan bakar) sebagai salah satu energi alternatif agaknya dapat
menjadi pembangkit energi pada dunia otomotif dan mungkin akan bersaing bahkan
akan menggeser tiga pilihan energi konvensional yang kini berkompetisi, yaitu:
mesin pembakaran internal, mesin baterai isi ulang (rechargeable), dan mesin
hibrida. Fuel cell adalah suatu sistem elektro kimia yang mengubah energi kimia
dari hidrogen dan oksigen langsung menjadi energi listrik. Keunggulan utama fuel
cell diban dingkan pembangkit listrik konvensional adalah:

 Mempunyai efisiensi tinggi dari 40% sampai 60%, sedangkan untuk


kogenerasi dapat mencapai 80%.
 Tidak menimbulkan suara bising.

5
 Konstruksinya modular sehingga fleksibel dalam menyesuaikan dengan
sumber bahan bakar yang ada.
 Mampu menanggapi dengan cepat terhadap perubahan bahan bakar atau
oksigen.

Berdasarkan elektrolitnya, secara umum fuel cell dapat diklasifikasikan menjadi 4


tipe (jenis), yaitu :

 Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC)


Pada sell bahan bakar asam fosfat , asam fosfat digunakan sebagai
elektrolik dan emas putih sebagai anoda dan katoda, bahan bakarnya
menggunkan hydrogen dan oksigen, suhu operasinya 120oC-200oC. Sel
bahan bakar jenis ini memiliki efisiensi 40-50%
Prinsip kerjanya adalah hydrogen pada sisi anodan dioksidasi menjadi
proton dan electron, melalui elektrolik, proton berpindah dari anoda ke
katoda. Elektrolik
keluar dari sell melalui eksternal circuit sebagai energi Listrik kemudian
Kembali ke katoda, electron, proton, dan oksigen bereaksi menghasilkan air.
 Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)
Molten Carbonate Fuel cell, menggunakan garam natriumkarbonat
sebagai elektrolit. :aram karbonat dipanaskan 650oC sehinggameleleh.
2elehan garam dapat menghantarkan ion karbonat melalui elektrolit dari
katoda ke anoda. &i sisi anoda ion karbonat bereaksi dengan hidrogen
menghasilkan air, karbondioksida, dan eletron MCFC eletron ini sebagai
tenaga listrik dan kembali ke katoda. oksigen dari udara dan karbondioksida
bereaksi dengan elektron membentuk ion karbonium yang dihantar oleh
elektrolit menuju ke sisi anoda kembali. eaksi berlangsung pada suhu 650o C
ini menggunakan katalis nikel yang lebih murahdari pada platina. "ada suhu
operasi 650oC batu bara lebih sesuai untuk bahan bakar sel. MCFC telah
dibuat untuk memproduksi energi listrik sebesar 2MW.
 Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)

6
Elektrolit SOFC menggunakan bahan keramik seperti kalsiumoksida
atau ziernium oksida. Suhu operasi 700oC-1000oC pada suhutinggi ion
oksigen bermuatan negati- bergerak melalui kristal menujuanoda.
Sementara itu, molekul hidrogen di anoda dioksidasi oleh ionoksigen
menghasilkan ion hidrogen dan membebaskan elektron. Electron keluar dari
sistem melalui external circuit untuk listrik dan masuk ke sisi katoda
 Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)
adalah Sel bahan bakar yang menggunakan membran penukar proton
sebagai penghubung antara reaksi di katoda dan anoda. membran ini
menggunakan metanol sebagai sumber energi. Maksud dari kata direct pada

direct methanol fuel cell


adalah sel bahan bakar ini langsung memanfaatkan metanol untuk
menghasilkan energi. Komponen dasar CMFC adalah satu set elektroda
(katoda dan anoda) yang dipsahkan oleh sebuah membran. Katoda disini
juga berfungsi sebagai katalis. Katoda yang biasa digunakan
adalah "platina (Pt).

Untuk jenis PAFC sebagai pembangkit tenaga listrik, status teknologinya


telah mencapai tahap semi komersial terutama di Jepang, Eropa dan Amerika,
dengan kapasitas 50 kW sampai

11 MW. Beberapa kendala yang masih dihadapi dalam komersialisasi adalah


ketahanan cell stack dan biaya perawatan yang tinggi. Untuk jenis SOFC, status
teknologinya baru pada tahap

percontohan dengan kapasitas 1 kW sampai dengan 25 kW yang dilakukan oleh


NEDO Jepang, Enireche Italy, Westinghouse USA. Kendala yang muncul dalam
percontohan tersebut adalah cell material sintering dan densitas tenaga yang rendah.
Untuk jenis MCFC, status teknologinya baru pada tahap percontohan dengan
kapasitas 30 kW sampai dengan 1 MW (Jepang, Amerika dan Italia). Di samping
untuk pembangkit tenaga listrik, jenis ini dapat berfungsi sebagai kogenerasi.
Permasalahan yang dihadapi dalam percontohan adalah penurunan tegangan,

7
pelarutan katoda dalam elektrolit, dan stabilitas material pada suhu tinggi. Untuk
jenis SOFC, sudah diaplikasikan untuk transportasi (bus kota, mobil, boat). Status
teknologi jenis ini baru pada tahap percontohan dengan kapasitas 21 kW sampai
105 kW (Italia, USA, Kanada). SOFC ini dapat dikembangkan untuk sistem hibrida
dengan pembakaran hidrogen. Masalah yang timbul selama percontohan adalah
material, sistem hibrida, dan penyimpanan hidrogen. Karena efisiensi fuel cell yang
cukup tinggi maka penggunaan gas dapat lebih hemat, sehingga umur penggunaan
gas diperkirakan dapat diperpanjang hingga tahun 2060.

Selain itu, Indonesia memiliki bahan baku yang cukup besar jumlahnya serta
cukup lengkap untuk digunakan dalam membangun dan mengembangkan teknologi
fuel cell. Seperti diketahui bahwa harga fuel cell terus menurun sesuai dengan
peningkatan perkembangan teknologi. Dalam 15 tahun belakangan ini nilai
investasi telah menurun dari US$ 100.000/kW menjadi US$ 3.000/ kW.
Diproyeksikan dalam waktu 10 tahun yang akan datang hanya menjadi US$ 500/
kW. Umur fuel cell diproyeksikan hingga 10 tahun, dapat bekerja selama 24 jam
terus menerus dengan pemadaman untuk perawatan hanya 1 atau 2 kali per tahun.

C. Siatem Fuel Cell

Pada dasarnya pembangkit listrik fuel cell terdiri atas 4 sub-sistem utama yaitu :

 Fuel processing
 Pembangkit fuel cell
 Pengkondisian daya (DC-AC inverter)
 Pemulihan panas (heat recovery)

Fuel processing berfungsi mengkon versikan fuel (gas alam, propane,


methanol, batubara, dan lain-lain) ke dalam hidrogen. Dan fuel cell stack di mana
proses elektrokimia akan terjadi pada sub-sistem ini, akan menghasilkan listrik.
Sedangkan unit power conditioning

berfungsi mengkonversikan listrik DC menjadi listrik AC. Proses penting yang


terjadi pada sub sistem fuel cell adalah proses elektrokimia di mana reduksi-

8
oksidasi gas hidrogen akan menentukan efisiensi listrik yang dihasilkan. Tentunya
hal ini dikaitkan dengan beberapa komponen pokok sehingga aliran gas, reduksi-
oksidasi gas, aliran proton dan elektron dapat berjalan sehingga efisiensi sistem
pembangkit listrik dapat dicapai. Untuk mendapatkan gambaran secara jelas dari
sistem fuel cell ini, dapat dilihat pada Gambar.

Gambar 1. Diagram blok sistem fuel cell

 Membran Elektrolit
Komponen ini mempunyai pori yang sangat kecil sehingga tidak mengijinkan
atom hidrogen untuk melewati pori membran. Membran elektrolit ini bersifat
proton exchange (H+) di mana dalam strukturnya akan terjadi suatu
mekanisme pertukaran ion sehingga konduktifitas proton yang diharapkan
pada kondisi humidified membrane 2 x 10-2 S/cm (ketahanan 0,05ohm cm2
untuk membran dengan ketebalan 50 mikrometer). Selain itu ketahanan dan
kestabilan terhadap zat kimia dan termal (300OC) sangatlah menentukan
performance arus yang dihasilkan.
 Katalis
Pada komponen ini akan terjadi proses reduksi-oksidasi gas di mana proton
dan elektron akan dihasilkan. Dengan ketebalan yang cukup kecil (5 – 50
mikrometer) diharapkan mempunyai kontak yang cukup baik dengan
membran, sehingga akan terjadi mekanisme transfer proton yang cukup baik.
Berkaitan dengan reduksi oksidasi dan air yang dihasilkan sebagai hasil reaksi
(katoda) maka hal lain yang dipersyaratkan adalah komponen ini
mengandung bahan yang bersifat konduktif terhadap proton, konduktif

9
terhadap elektron dan bersifat hidropobik terhadap air. Oleh karena itu proses
penggabungan antara
ketiga bahan tersebut diperlukan teknologi dan ilmu yang tidak mudah.
 Gas Diffuser (Backing Electrode)
Komponen dengan ketebalan (100 – 300 mikrometer) adalah komponen yang
berhubungan langsung dengan lapisan katalis, dibuat dari bahan yang berpori,
bersifat konduktif terhadap elektron dan bersifat hidropobik, sehingga mampu
mendistribusikan gas dan air sekaligus sebagai transfer elektron.
 Current Collector
Komponen ini terdapat pada bagian luar satu unit sel yang merupakan plate
current collector yang mengandung machine gas flow field. Karakteristik
penting dari current collector ini adalah bersifat konduktif terhadap elektron,
mampu mendistribusikan gas, dan impermeable terhadap gas.

D. Fuel Cell Pada Kendaraan


Ada beberapa jenis fuel cell yang telah dicoba pada kendaraan, salah satu
jenis yang paling sesuai adalah Proton Exchange Membrane (PEM).

Gambar 2. Proton Exchange Membrane Fuel Cell


Jenis ini beroperasi pada temperatur yang rendah: 60 – 100oC, dapat segera
menghasilkan energi tanpa harus menunggu pemanasan, bentuknya tidak terlalu
besar karena memiliki kepadatan energi yang tinggi(high density energy). Fuel cell
adalah alat yang mampu menghasilkan listrik arus searah. Alat ini terdiri dari dua
buah elektroda, yaitu anoda dan katoda yang dipisahkan oleh sebuah membran
polymer yang berfungsi sebagai elektrolit. Membran ini sangat tipis, ketebalannya

10
hanya beberapa mikrometer saja. Hidrogen dialirkan ke dalam fuel cell yaitu ke
bagian anoda, sedang oksigen atau udara dialirkan ke bagian katoda, dengan adanya
membran, maka gas hidrogen tidak akan bercampur dengan oksigen. Membran
dilapisi oleh platina tipis yang berfungsi sebagai katalisator yang mampu memecah
atom hidrogen menjadi elektron dan proton. Proton mengalir melalui membran,
sedang elektron tidak dapat menembus membran, sehingga elektron akan
menumpuk pada anoda, sedang pada katoda terjadi penumpukan ion bermuatan
positif.

Apabila anoda dan katoda dihubungkan dengan sebuah penghantar listrik,


maka akan terjadi pengaliran elektron dari anoda ke katoda, sehingga terdapat arus
listrik. Elektron yang mengalir ke katoda akan bereaksi dengan proton dan oksigen
pada sisi katoda dan membentuk air. Reaksi kimia yang terjadi pada fuel cell
Anoda: 2H2 ⇒ 4H+ +4e
Katoda: 4e- + 4H+ + O2 ⇒ 2H2O
Untuk mengalirkan hidrogen, oksigen atau udara ke dalam fuel cell, maka
lapisan luar dari cell ini dibuat dari lembaran bipolar yang diberi kanal-kanal untuk
lewatnya gas maupun air pendingin agar temperatur fuel cell dapat selalu
terkendali. Satu unit fuel cell tidak terlalu besar, tebalnya ada yang hanya 2 mm,
untuk menghasilkan energi yang cukup, maka beberapa fuel cell harus ditumpuk
menjadi satu disebut fuel cell stack.

1. Elektrolisis Air

Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan


mengalirinya arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua
molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2
dan ion hidroksida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai
menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke
katoda. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali
beberapa molekul air. Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini
membentuk gelembung pada elektroda dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini

11
kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida
(H2O2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen.
Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimia. Komponen terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektroda dan larutan
elektrolit. Pada proses elektrolisis diperlukan dua buah kutub yaitu katoda sebagai
kutub negative dan anoda sebagai kutub positif.
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes:
membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan
nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak
berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang
sangat mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur
teringan di dunia. Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada
konsentrasi serendah 4% H2 di udara bebas.[8] Entalpi pembakaran hidrogen
adalah - 286 kJ/mol. Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)

Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen


meledak seketika disulut dengan api dan akan meledak sendiri pada temperatur 560
°C. Lidah api hasil pembakaran hidrogen-oksigen murni memancarkan gelombang
ultraviolet dan hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. H2 bereaksi secara
langsung dengan unsur-unsur oksidator lainnya. Ia bereaksi dengan spontan dan
hebat pada suhu kamar dengan klorin dan fluorin, menghasilkan hidrogen halida
berupa hidrogen klorida dan hidrogen fluorida. Kekuatan air ini tidak terlepas dari
peran masing-masing unsur penyusunnya. Yaitu molekul O2 dan H 2. kedua unsur
ini bereaksi secara bolak-balik menjadi molekul senyawa H 2O. Artinya H2O bisa
dipisah menjadi H2 dan O2 atau sebaliknya. Secara kimia persamaan reaksinya
digambarkan menjadi:

12
Dari persamaan tersebut tampak terjadinya reaksi pembakaran sempurna.
Dimana molekul-molekul tersebut terbakar menjadi H2O dan tanpa menghasilkan
zat polutan seperti CO2. Selain itu juga ada keterlibatan energi di dalamnya. Yakni
energi yang dibutuhkan untuk memisahkan H2O ataupun energi yang dihasilkan
dari pembakaran H2 dan O2.

2. Prinsip Dasar Fuel Cell

Fuel cell bekerja berdasar prinsip pem bakaran listrik-kimiawi, cell ini akan
mem produk-si energi listrik arus searah. Fuel cell ini terdiri dari elektrolit yang
memisahkan katoda dari anoda, elektrolit hanya dapat menghantar ion saja,
sedangkan elektron tidak dapat melewati elektrolit, jadi elektrolit ini bukan
penghantar listrik dan juga menghindarkan terjadinya reaksi kimia. Pada anoda
akan dialirkan secara berkesinambungan bahan bakar dan pada kattode dialirkan
oksigen,
pengaliran ini dilakukan secara terpisah. Karena pengaruh katalisator pada
elektroda, maka molekul-molekul dari gas yang dialirkan akan berubah menjadi
ion. Reaksi pada anoda menghasilkan elektron yang bebas, sedang pada katoda
elektron yang bebas akan diikat. Elektron-elektron bebas yang terjadi harus
dialirkan keluar melalui penghantar menuju ke anoda, agar proses listrik-kimiawi
dapat berlangsung. Panas yang timbul dari hasil reaksi kimia harus terus menerus
dibuang, agar energi listrik dapat terbentuk secara kontinyu.

13
Gambar 3. Skema Fuel Cell

Reaksi kimia pada fuel cell.


2H2 + O2 ⇒ 2H2O
Pada anoda hidrogen di oksidasi menjadi proton:
2H2 ⇒ 4H+ + 4 e
Setiap molekul H2 terpecah menjadi dua atom H+(proton), sedang setiap
atom hidrogen melepaskan elektronnya. Proton ini akan ber gerak menuju katoda
melewati membran. Elektron yang terbentuk akan menghasilkan arus listrik kalau
dihubungkan dengan peng hantar listrik menuju katoda. Pada katoda oksigen
dirubah:
O2 + 4H+ + 4 e-⇒ 2H2O
Molekul oksigen akan bergabung dengan empat elektron, menjadi ion
oksigen yang bermuatan negatif untuk selanjutnya ber gabung lagi dengan proton
yang mengalir dari anoda. Setiap ion oksigen akan melepaskan kedua muatan
negatifnya dan bergabung dengan dua proton, sehingga terjadi oxidasi menjadi air.

3. Bahan Bakar

Untuk mendapatkan energi yang diolah oleh fuel cell, yaitu dari bahan baku
gas hidrogen, maka perlu diketahui berapa banyak gas hidrogen yang harus dibawa
agar kendaraan dapat beroperasi sesuai dengan standar apabila menggunakan bahan
bakar bensin atau solar.

14
Dari tabel 1 dapat dihitung berapa kebutuhan hidrogen untuk mendapatkan
energi setara dengan energi yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil. Pada kondisi
normal gas hidrogen mempu nyai berat jenis sangat rendah: γH2: 9.10-5kg/l. Untuk
memperoleh energi yang setara dengan bahan bakar bensin dibutuhkan gas
hidrogen dengan volume sebesar 3000 kali lebih banyak, tetapi dari segi berat,
hidrogen yang dibutuh kan hanya ¼ dari berat bens

Tabel 1. Energi yang Dihasilkan oleh Bahan Bakar

Permasalahan yang dihadapi pada ken daraan adalah menyangkut tangki bahan
bakar. Apabila bahan bakarnya berupa gas hidrogen, maka harus disediakan jumlah
yang sangat besar. Ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan tangki
bertekanan, yang tentunya akan mempunyai dinding yang tebal dan katup
pengaman. Selain itu juga perlu adanya kompressor untuk memasukkan ke dalam
tangki. Apabila yang dibawa hidrogen cair, maka akan timbul kesulitan karena
harus diper tahankan pada temperatur -253,15oC pada tekanan 105Pa.

Dengan demikian membawa hidrogen dalam kendaraan untuk saat ini masih
sangat problematis, tetapi sebagai gantinya dapat digunakan bahan bakar lain
misalnya metha nol. Methanol cair mempunyai kepadatan energi dan berat jenis
yang mendekati bensin, merupakan alternatif yang lebih baik untuk bahan bakar
kendaraan, walaupun methanol masih menghasilkan CO2 yang sama dengan motor
bakar yang menggunakan bensin menurut standar Ultra-Low Emission Vehicle
(ULEV), tetapi untuk kandungan gas beracun lainnya jauh lebih kecil (Grafik 2).
Untuk mendapatkan gas hidrogen dari methanol dibutuhkan suatu proses melalui
sebuah alat yang disebut reformer, dengan proses ini dibutuhkan panas dan uap air
dan hal ini akan menyebabkan menurunnya efisiensi bahan bakar.

15
4. Proses Pengolahan Gas Hidrogen untuk Fuel Cell

Dari bahan bakar awal ini dapat diperoleh hidrogen yang diperlukan oleh fuel
cell, dengan cara melakukan reaksi dengan uap air. Perubahan terjadinya gas
hidrogen ini disebut gasification pada material awal seperti batu bara atau minyak
berat, sedang pada methanol atau bahan gas adalah reforming.

Pada saat pembersihan gas, bagian-bagian yang terdapat pada bahan bakar awal
seperti debu, komponen belerang dan chlor yang masih ada dibersihkan, sedang
pada conditioning terjadi pengubahan gas yang tidak dikehendaki seperti gas CO.
Setelah melalui proses ini bahan bakar disebut feed gas yang siap untuk dikonsumsi
oleh fuel cell. Reaksi yang terjadi antara bahan bakar seperti methan(gas bumi),
methanol dan naphtha yang diberi uap air pada proses reforming, sehingga terdapat
feed gas atau hidrogen adalah sbb:

 Reforming gas bumi(methan)


CH4 + H2O ⇒ CO + 3H2
 Reforming methanol (methyl alcohol)
CH3OH + H2O ⇒ CO2 + 3H2
 Reforming Naphtha
CnHm + nH2O ⇒ nCO + (n +m/2) H2
 Reaksi sampingan dan reaksi lanjutan
CO + H2O ⇒ CO2 + H2
CO + 3 H2 ⇒ CH4 + H2O
Hidrogen adalah bahan bakar dengan “low density energy”, sehingga untuk
mendapatkan energi yang cukup diperlukan jumlah hidrogen yang cukup besar, dari
tabel di bawah ini, dapat dilihat berapa banyak energi [kJ] yang dapat dihasilkan
oleh masing-masing bahan bakar untuk setiap liter.

5. Proses Reforming Methanol

Untuk mendapatkan hidrogen dari metha nol, maka campuran methanol dan air
dimasukkan kedalam reformer untuk dialiri dengan panas, sehingga terjadi reaksi
kimia: CH3OH + H2O ⇒ CO2 + 3H2

16
selain itu terjadi juga reaksi yang tidak dikehendaki sbb.:
CO2 + H2 ⇒ CO + H2O dan CH3OH ⇒ CO + 2H2
maupun reaksi yang diinginkan, yaitu meng ubah CO menjadi CO2
CO + H2O ⇒ CO2 + H2
Untuk mendapatkan hidrogen yang bersih dari sisa gas yang tidak dikehendaki,
maka gas CO yang masih ada harus dihilangkan atau diproses, reaksi yang terjadi
adalah sbb.
CO + 3H2 ⇒ CH4 + H2O

6. Keunggulan dan kekurangan Fuel Cell


a. keunggulan

 Mampu mengkonversi energi kimia langsung menjadi energi Listrik


dengan efisiensi yang tinggi, bangkan pada kapasitas yang kecil sekalipun
 Tidak melalui proses pembakaran
 Tidak terdapat komponen bergerak dalam Fuel Cell sehingga kendala
teknisnya dapat di sejajarkan dengan baterai
 Efisiensi naik dengan penurunan suhu operasi dan efisiensi tersebut lebih
baik pada suhu rendah
 Fuel Cell beroperasi tanpa bising dan hampir tampa limbah

 Striuktur compect, lebih ringan dan kecil dibandingkan dengan perangkat


system pembangkit Listrik lain kecuali baterai
 Waktu yang diperlukan untuk kontruksi dan istalasi pembangkit Listrik
lebih pendek dibanding dengan pembangkit batu bara dan nuklir
 Biaya trasmisi lebih rendah Karenna fuel cell dapat di tempatkan di
berbagai tempat sesuai kebutuhan
b. kekurangan
 Harga pasaran relatif lebih tinggi dari Listrik yang ada saat ini
 Belum tersedianya infrastruktur yang memadai, atau biaya pengadaanya
tinnggi
 Hydrogen tidak tersedia dengan mudah untuk digunakan sebagai bahan
baku

17
E. Konsep Desain Kendaraan

Pada desain kendaraan yang sangat menen tukan adalah berat awal kendaraan,
jarak tempuh, kecepatan dan percepatan. Berat awal kendaraan merupakan penentu
untuk daya angkut. Kemampuan menempuh jarak tertentu tanpa harus mengisi
bahan bakar juga merupakan kriteria. Kecepatan dan percepatan kendaraan akan
menentukan daya yang dimiliki oleh kendaraan. Penghematan energi dan zero
emission merupakan trend yang tidak dapat diabaikan lagi. Hal-hal di atas ini
merupakan kriteria yang sangat menentukan dalam memilih mesin penggerak
kendaraan.

Adanya kendala-kendala pada motor bakar, mengakibatkan perlunya dicari


suatu sistem yang baru yang lebih baik dan menguntungkan untuk menggantikan
motor bakar yang meng gunakan fossil fuel. Oleh karena suatu sistem yang baru
tidak akan mungkin menggantikan sistem yang telah ada dalam waktu yang singkat,
maka perlu ada suatu masa transisi, yang mampu menjembatani peralihan sistem
tersebut, salah satu sistem yang pada waktu ini banyak diterapkan yaitu sistem
hybrid, yang menggabungkan dua sistem ke dalam sebuah kendaraan, misalnya
motor bakar dan batere sebagai sistem penggerak.

Percobaan dengan menggunakan fuel cell telah dilakukan dengan


menggabungkan fuel cell dengan batere. Kesulitan yang masih ada pada fuel cell
dapat teratasi dengan meng gunakan batere sebagai sistem pengganti. Sistem hybrid
ini walaupun memiliki kelebihan tetapi harganya menjadi mahal, karena sistemnya
lebih kompleks. Untuk menggantikan suatu konsep teknologi yang sudah berjalan
selama lebih dari satu abad dibutuhkan suatu pemikiran dan peren canaan yang
sangat matang dan melalui pengujian-pengujian oleh semua pihak terkait. Desain
pemanfaatan fuel cell untuk kendaraan masih merupakan hal yang tergolong baru.
Walaupun pengenalan teknologi ini bagi kendaraan sudah ada sejak 40 tahun, tetapi
pelaksanaan yang benar-benar diikuti oleh semua pihak, baru berlangsung 8 tahun
ini.

18
Dengan diterapkannya sistem yang baru ini, maka beberapa komponen
kendaraan masih harus diganti atau dikembangkan. Beberapa komponen yang
mutlak diganti adalah komponen pada sistem bahan bakar, sistem motor, sistem
pelengkapan penggerak(drive train), sistem kontrol, sistem pembuangan gas dan
yang sangat menentukan adalah infra struktur penunjang sistem ini.

1 Tangki Bahan Bakar

Seperti telah disinggung sebelumnya untuk mengangkut hidrogen di dalam


kendaraan ada kendalanya. Hidrogen cair menuntut tempera tur yang sangat rendah
(-253oC), sedang gas hidrogen dengan low density energy harus dibawa dalam
kondisi bertekanan agar dapat memberikan volume yang diharapkan. Tabung
hidrogen yang bertekanan tinggi dalam volume yang cukup tentunya membutuhkan
material yang memadai dilihat dari segi kekuatan mau pun berat dan segi
keamanannya. Hidrogen yang dibutuhkan oleh kendaraan sedan umum untuk
menempuh jarak sejauh 560 km diperlukan 350 l dengan tekanan 25 Mpa.
Mengangkut hidrogen sebanyak ini membutuh kan ruang yang cukup besar, ruang
ini sebenarnya dapat digunakan untuk keperluanlain.

Kendaraan seperti bis dan truk, memung kinan membawa bahan bakar
sebanyak itu, tetapi harus diingat akan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.
Apabila ada kebocoran, dapat terjadi ledakan karena adanya listrik static. Untuk
mencegah hal ini, sistem harus dilengkapi dengan katup pengaman pada saat
pengisian.

2 Reformer

Untuk menghindari kendala yang ditimbul kan oleh hidrogen, maka dapat
diganti dengan methanol (methyl alcohol), yang mempunyai sifat cair pada kondisi
lingkungan yang normal (<64, 5oC). Methanol di campur dengan uap air di dalam
reformer dan dengan adanya katalisator akan terbentuk gas hydrogen yang
diperlukan.

19
Reaksi kimia dari methanol:

CH3OH + H2O ⇒ CO2 + 3H2

Methanol yang berbentuk cair pada tem peratur udara normal


memungkinkan untuk ditampung di dalam tangki dengan ukuran standar
kendaraan. Methanol bersifat asam, mudah terurai kalau bercampur dengan air
dan mudah menguap, sehingga memerlukan tangki khusus yang rapat. Dengan
digunakannya reformer untuk mendapatkan hidrogen, maka efisiensi menjadi
agak menurun. Apabila methanol dapat langsung digunakan tanpa memakai
reformer, seperti yang sedang dicoba oleh Daimler Chrysler, efisiensi tidak akan
menurun

3. Sistem Penyaluran Bahan Bakar dan Udara ke Fuel Cell

Hidrogen yang terdapat di dalam tangki mempunyai tekanan 25 Mpa. Hidrogen


ini disalurkan keluar melalui pipa dan katup pressure regulator yang akan
menurunkan tekanannya hingga 1 Mpa. Gambar 2 adalah skema sistem suplai
bahan bakar dari tangki ke fuel cell pada Hybrid Electric Future Car yang didesain
oleh Mechanical Engineering Department, Virginia Polytechnic Institute and State
University, di Virginia, USA.

Tekanan hidrogen yang masuk ke fuel cell diatur sebesar 69 kPa(10 psi),
dengan meng gunakan pressure regulator kedua, diubahlah tekanan 1 MPa menjadi
69 kPa. Kelembaban hidrogen sebelum masuk fuel cell harus dikendalikan, karena
air yang masuk ke dalam cell dapat merusaknya. Hidrogen sendiri harus memiliki
kadar kelembaban tertentu pada saat masuk ke dalam cell. Hal ini dilakukan di
dalam humidification chamber yaitu dengan menyemprotkan kabut air pada aliran
hidrogen. Berdasar percobaan pada fuel cell, kelem baban yang diharapkan adalah
60% untuk temperatur operasi 60oC. Untuk mencegah masuknya air ke dalam fuel
cell, maka sebelum nya dipasangi water separator yang mampu mengambil air dari
aliran gas hidrogen.

20
Selain sistem bahan bakar ini, masih ada beberapa sub sistem yang juga
berperan dalam mengendalikan agar fuel cell selalu dalam keadaan yang baik. Sub
sistem tersebut adalah sistem udara, sistem air yang deionisasi, sistem pendingin
fuel cell, dan sistem kelembaban hidrogen. Udara yang akan dipakai untuk bereaksi
dengan proton dan membentuk air, harus mem punyai kelembaban dan temperatur
tertentu. Gambar 3 menunjukkan skema proses suplai hidrogen, udara dan air,
sebelum memasuki fuel cell. Selanjutnya ditampilkan pula pengaturan temperatur
pada fuel cell.

4 Sistem Thermal untuk Mengatur Temperatur Fuel Cell

Berhubung proses pembentukan energi listrik akan menimbulkan panas


sebagai hasil sampingan fuel cell, sedangkan panas yang berlebihan pada fuel cell
dapat merusaknya, maka panas ini harus disalurkan keluar.

Gambar 4. Skema Sistem Pengaturan Panas

Air yang di “de-ionized” dipompa masuk ke dalam fuel cell dan mengambil
kelebihan panas yang terbentuk kemudian menuju ke heat exchanger dan
membuang panas tersebut. Selanjutnya air yang dingin masuk ke dalam reservoir.
Karena reservoir selalu berisi air maka pompa tidak akan kosong, sebagian air yang
tidak masuk ke dalam fuel cell akan dialirkan ke de-ionizer untuk dibersihkan dan
kembali ke reservoir.

21
Hal ini diperlukan untuk menjaga kondisi fuel cell tetap prima dan tidak mudah
rusak. Selain kondisi air yang perlu diperhatikan, temperatur dan kualitas bahan
bakar maupun udara juga harus selalu dikontrol. Selain energi listrik, fuel cell juga
mengeluarkan air dan panas. Kedua komponen ini harus selalu dikeluarkan dari fuel
cell sebagai hasil pembuangan, sedang gas buang yang lain seperti halnya pada
motor bakar biasa tidak ada.

5 Kelengkapan Penerus Energi (Drive Train)

Berbeda dengan motor bakar yang meng hasilkan energi mekanik, hasil energi
dari fuel cell adalah listrik, sehingga bentuk keleng kapan penerus energi akan
mengalami perubahan yang sangat drastis. Pada kendara an konventional ada
kopling dan gear box yang memindahkan energi mekanik dari motor bakar ke poros
roda, pada sistem yang baru ini digunakan jenis komponen yang berbeda, sistem
fuel cell dan sistem kelengkapan penerus (drive train) pada sebuah truk Chevrolet
Suburban yang dimodifikasi. Kendaraan Chevrolet yang telah dimodifikasi menjadi
fuel cell hybrid electric truck, mem punyai dua sistem penggerak yang menghasil
kan energi listrik yaitu fuel cell dan batere. Tabung hidrogen memberikan bahan
bakar untuk fuel cell stack dan bereaksi dengan oksigen yang diperoleh dari
kompresor udara. Energi listrik yang dihasilkan oleh boost converter diteruskan
menuju

inverter motor dan oleh transaxle diubah menjadi energi mekanik yang mampu
memutar poros roda.

Energi listrik dari fuel cell stack mempunyai tegangan 60 – 110 V sedang
tegangan kendaraan yang lain 336 V, sehingga perlu ada suatu interface, yang
digunakan adalah boost converter, selain itu converter juga berfungsi sebagai beban
dari fuel cell. Variasi beban yang diberikan oleh boost converter sesuai kebutuhan,
dapat memberikan peningkatan efisiensi dari sistem tersebut. Traction inverter
adalah pengubah arus searah(DC) yang dihasilkan fuel cell menjadi arus bolak
balik(AC) yang digunakan untuk menggerakkan motor.

22
Motor listrik ini akan menggerakkan sistem transaxle dan mengubahnya
menjadi tenaga penggerak mekanis yang dapat memutar poros roda. Untuk
mengatur kendaraan, termasuk peng aturan kecepatan, pengereman, posisi jalan,
berhenti, mundur, maju, netral, dilakukan dengan menggunakan Vehicle Interface
Module (VIM), bahkan impuls untuk bermacam-macam sinyal seperti kondisi
tegangan, temperatur, tekanan, speedometer, tachometer, dan sebagainya diberikan
dari VIM. Pada gambar 6 dapat dilihat posisi pengatur kendaraan untuk mengatur
kecepatan dan perlambatan dihubungkan dengan komponen kendaraan yang lain.
Gambar 7 dan 8 menunjukkan penempatan komponen-komponen pada kendaraan
sedan dan truk.

Berhubung kendaraan-kendaraan ini adalah fuel cell hybrid electric car dan –
truk, maka menggunakan batere yang tentunya memakan tempat yang cukup luas.
Pada sedan, berat dari batere itu sangat membebani kendaraan, sehingga kapasitas
angkut akan berkurang. Masalah penting yang dihadapi oleh batere adalah waktu
pengisian yang sangat lama.

Gambar 5. Penempatan Komponen pada Kendaraan

23
BAB III
KESIMPULAN

Telah banyak percobaan-percobaan dan perkembangan yang dilakukan untuk


meng gunakan fuel cell sebagai penghasil energi dan hasilnya adalah sangat
memuaskan, karena beberapa kelebihan yang sudah jelas-jelas dimiliki oleh fuel
cell ini dibandingkan motor penggerak konvensional yaitu motor bakar, beberapa
hasil yang menguntungkan seperti polusi yang lebih rendah, efisiensi lebih tinggi,
lebih tidak bising, umur lebih panjang, perawatan lebih ringan dan mudah dsb.

Tuntutan akan ekologi pada lingkungan yang dari waktu ke waktu menjadi
makin ketat mengingat akan keinginan manusia untuk mempertahankan lingkungan
hidupnya secara lebih serius merupakan faktor penentu dari pada penggunaan fuel
cell ini. Pemanfaatan regeneratif energi yaitu angin, udara, matahari akan selalu
menjadi energi yang akan sangat diperhitungkan untuk masa depan, dan energi ini
juga sudah masuk dalam perhitungan penggunaan sistem yang baru walaupun
hasilnya masih belum terlalu dapat diandalkan secara komersial.

Aplikasi sistem fuel cell untuk sektor transportasi perlu diprioritaskan, karena
sarana transportasi merupakan kontributor terbesar, baik dalam penggunaan BBM
secara nasional maupun pencemaran lingkungan. Dimulainya penggunaan sistem
fuel cell merupakan tantangan dalam menghadapi masalah global seperti faktor
pencemaran lingkungan akibat penggunaan energi fosil, dan terbatasnya sumber
daya energi fosil

Manfaat dari penggunaan Fuel Cell:


1. Pengurangan Emisi: Fuel cell menghasilkan listrik dengan menggunakan
hidrogen dan oksigen, menghasilkan air sebagai satu-satunya produk sampingan,
sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca dan polutan udara.

2. Efisiensi Energi: Fuel cell memiliki efisiensi energi yang tinggi karena prosesnya
tidak melibatkan pembakaran bahan bakar, seperti pada mesin pembakaran
dalam tradisional

24
3. Kekontinuitasan Pasokan Energi: Fuel cell dapat beroperasi tanpa henti selama
pasokan bahan bakar tersedia, sehingga dapat menjadi solusi yang handal untuk
pasokan energi yang konsiste

4. Keanekaragaman Bahan Bakar: Fuel cell dapat menggunakan berbagai jenis


bahan bakar, termasuk hidrogen, metanol, etanol, dan gas alam, meningkatkan
fleksibilitasnya dalam berbagai aplikasi.

5. Pengurangan Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil: Dengan kemampuannya


menggunakan bahan bakar alternatif, fuel cell dapat membantu mengurangi
ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendukung transisi ke sumber energi
yang lebih berkelanjutan.

Saran

Pada saat ini telah banyaknya ketergantungan pada penggunaan bahan bakar
fosil yang menyebabkan banyaknya pencemaran udara, akan tetapi seiring
berkembangnya teknologi terkini yakni Fuel Cell yang dapat membantu
mengurangi pencemaran udara, harapan saya kedepannya teknologi Fuel Cell dapat
berkembang lebih pesat sehingga pencemaran udara dapat di kurangi

25
DAFTAR PUSTAKA

Safrijal, Muhammad, Hadi Prasutiyon, and Urip Prayogi.


"PENGEMBANGAN FUEL CELL SEBAGAI TEKNOLOGI PENGHASIL
ENERGI RAMAH

Raharjo, Jarot. "Pengembangan Keramik Maju Berbasis Logam Tanah


Jarang untuk Fuel Cell dan Baterai sebagai Energi yang Ramah
Lingkungan." (2022).

Saputra, Hendry, and Muhamad Maulana Yusuf. "SISTEM FUEL CELL


PENGAPLIKASIAN PADA MODA TRANSPORTASI (PORTABLE
DEVICE)." Prosiding Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
(SENTRINOV). Vol. 6. No. 1. 2020.

Latifah, Arini, et al. "Desain dan Simulasi Model Predictive Control pada
Sistem Pembagian Daya untuk Kendaraan Listrik Hibrida Fuel Cell–
Baterai." Energy: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik 13.2 (2023): 85-98.

https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jtmt/article/view/4491

26

Anda mungkin juga menyukai