Anda di halaman 1dari 21

Karya Salemba Empat

Proposal
Technology for
Indonesia
Pemanfaatan Kitosan dari Cangkang Kerang (Achatina
fulica) sebagai Membran Polimer Elektrolit (MPE) Sel Bahan
Bakar (Fuel Cell)

Nurlatifah
1
ii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat Program.......................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Kerang.......................................................................................................4
2.2 Kitin...........................................................................................................4
2.3 Kitosan.......................................................................................................4
BAB 3. METODE PENELITIAN...........................................................................6
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN.....................................................11
4.1 Anggaran Biaya.......................................................................................11
4.2 Jadwal Kegiatan......................................................................................11
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Kegiatan...........................................................15
Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup........................................................................16
iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Kitin (Pudjaatmaka, A.H., 1991)..............................................4
Gambar 2 Struktur Kitosan (Sakkayawong, dkk., 2001).........................................5
Gambar 3 Diagram Alir Pelaksanaan.......................................................................6
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis energi merupakan masalah global dan salah satu tantangan terberat
yang dihadapi manusia abad ini. Energi fosil sebagai sumber energi tak terbarukan
merupakan sumber energi utama di dunia. Ketergantungan pada energi fosil
menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh banyak negara berkembang saat
ini, mengingat kebutuhan energi yang terus meningkat sementara jumlah bahan
bakar fosil sangat terbatas (Budi et al., 2009).
Di Indonesia sendiri, Kebutuhan akan energi terus menerus meningkat.
berdasarkan Outlook energi Indonesia tahun 2011 yang dikeluarkan BPPT,
konsumsi kebutuhan energi berdasarkan kebutuhan rumah tangga, transportasi
dan industri menunjukkan bahwa konsumsi energi pada kurun waktu 2000 – 2009
meningkat dari 709,1 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 865,4 juta SBM pada
tahun 2009 atau meningkat rata-rata 2,2% pertahun. Sumber energi yang
digunakan tersebut sebagian besar masih bergantung dari energi yang berasal dari
fosil (Statistik Minyak Bumi, 2011).
Kondisi tersebut telah mendorong peneliti di berbagai negara di dunia untuk
mengembangkan beragam sumber energi alternatif, salah satunya adalah sel bahan
bakar (Fuel Cell) (Prater,1994; Bossel, 2000). Fuel cell bersifat ramah
lingkungan, sebab dalam proses kerjanya tidak menimbulkan polusi. Piranti sel
bahan bakar dapat menghasilkan listrik secara langsung melalui proses
elektrokimia dengan mengkombinasikan gas hidrogen (H2) dan oksigen (O2).
Struktur fisik dasarnya terdiri atas lapisan elektrolit yang salah satu sisinya
merupakan daerah kontak anoda berpori dengan katoda berpori pada sisi lainnya.
Sel bahan bakar dibagi atas beberapa kategori berdasarkan kombinasi tipe bahan
bakar dan oksidan, tipe elektrolit yang digunakan, temperatur operasi, dan lain-
lain(William, 2000).
Jenis fuel cell yang marak digunakan saat ini adalah PEMFC. PEMFC
(Polymer electrolyte membrane fuel cell), disebut juga proton exchange
membrane fuel cell, mempunyai struktur berupa lapisan tipis padat yang berfungsi
sebagai elektrolit pemisah katoda dan anoda. Membran ini bekerja secara selektif
mengontrol transport proton dari anoda ke katoda dalam fuel cell. PEMFC
mengandung katalis platina yang dapat memberikan densitas daya yang tinggi dan
mempunyai kelebihan dalam hal berat dan volume dibandingkan dengan sel bahan
bakar jenis lain(Savadogo, 2004).
Membran yang digunakan untuk PEMFC selama ini adalah Nafion. Nafion
merupakan suatu membran polimer yang memiliki repeating unit seperti Teflon.
Nafion memiliki perfoma kerja yang baik sebagai membran penukar ion. Namun
memiliki kekurangan pada aspek ekonomi dan lingkungan, yaitu mahal dan tidak
ramah lingkungan(Dupont, 1996).
2

Material yang dapat digunakan sebagai membran polimer elektrolit, salah


satunya adalah kitosan. Kitosan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan nafion diantaranya adalah kitosan merupakan turunan utama dari kitin
yang mempunyai struktur kimia yang mengandung pasangan elektron orbital d
pada ion logam. Kitosan sebagai biopolimer mempunyai berbagai keistimewaan
yaitu bersifat ramah lingkungan, mudah didapat, dapat terdegradasi dan tidak
bersifat racun. Sehingga material ini dapat dijadikan membran penukar proton
yang memiliki performa seperti Nafion, murah, dan ramah lingkungan.
Biopolimer alam yang tidak beracun ini dapat diproduksi secara komersial dari
limbah kulit udang dan kepiting (Ramadhani dkk., 2001).
PEMFC yang diaplikasikan pada sel bahan bakar harus memiliki kapasitas
tukar kation dan stabilitas termal yang tinggi (Smith et al., 2003). Kitosan
memiliki stabilitas termal yang tinggi, namun masih perlu dilakukan modifikasi
lagi sehingga dapat menghasilkan material bermuatan yang dapat digunakan
sebagai membran polimer elektrolit (Kenawy et al., 2005)
Bahan lain yang bisa digunakan untuk mendapatkan kitin adalah cangkang
kerang. Berdasarkan data ekspor hasil perikanan Indonesia pada tahun 2003 dan
2004, untuk komoditas koral dan kulit kerang dihasilkan sekitar 3.208 ton dan
2.752 ton. Berkaitan dengan ketentuan CCRF (Code of Conduct forResponsible
Fisheries), maka usaha pengolahan hasil perikanan harus dilakukan lebih optimal
dan ramah lingkungan. Besarnya jumlah limbah padat cangkang kerang yang
dihasilkan memerlukan upaya serius untuk menanganinya agar dapat bermanfaat
dan mengurangi dampak negative terhadap manusia dan lingkungan.
Limbah padat kerang berupa cangkang selama ini lebih banyak
dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan seperti sebagai materi hiasan dinding atau
materi desain interior. Pemanfaatan lain yang sudah dikembangkan adalah
menjadi campuran pakan ternak. Hal yang sama juga terjadi di Thailand.
Berdasarkan hal diatas maka dalam penelitian ini dilakukan pembuatan
membran kitosan dari kitin cangkang kerang yang dimodifikasi sebagai
biopolimer elektrolit yang akan digunakan dalam Polymer Electrolyte Membrane
Fuel Cell (PEMFC) sebagai salah satu upaya mengatasi krisis energi.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengembangkan energi alternatif sel bahan bakar (fuell cell)
2. Mengembangkan penggunaan membran kitosan pada Polymer
Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) sebagai pengganti membran
Nafion

1.3 Tujuan
Tujuan dalam karya tulis ini adalah :
3

1. Mengatasi krisis energi dengan mengganti penggunaan bahan bakar fosil


dengan sel bahan bakar (fuell cell)
2. Memanfaatkan limbah cangkang kerang sebagai bahan baku utama
pembuatan membran kitosan yang ramah lingkungan karena mudah
didapat, dapat terdegradasi dan tidak bersifat racun.

1.4 Manfaat Program


Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari karya tulis ini adalah
sebagai berikut :
1. Data hasil penelitian akan sangat bermanfaat dalam pengembangan fuell
cell yaitu PEMFC (Polymer electrolyte membrane fuel cell) sebagai
sumber energi alternatif.
2. Dapat membantu mengurangi ketergantungan akan penggunaan sumber
energi fosil yang semakin langka dari waktu ke waktu.
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kerang
Kerang merupakan nama sekumpulan moluska dwicangkerang daripada
famili Cardiidae. Kulit kerang banyak dijumpai di pantai-pantai di seluruh dunia.
Kulit kerang ini berbentuk seperti hati, bersimetri dan mempunyai tetulang di luar
yang nyata. Kerang adalah sejenis haiwan bercengkerang (kerang-kerangan) yang
boleh dimakan. Stephen (1995) menjelaskan bahwa senyawa kitin pada cangkang
kerang merupakan bahan organik utama yang terdapat dalam kelompok hewan
mollusca.

2.2 Kitin
Kitin merupakan senyawa karbohidrat polisakarida yang tersusun atas 2000-
3000 satuan monomer N-asetil D-glukosamin yang saling berikatan dengan ikatan
1,4 beta glikosidik membentuk suatu unit polimer linear beta-(1,4)-2-asetamido 2-
deoksi-D-glukosa (Suhardi,1993). Analisis dengan sinar X menunjukkan bahwa
struktur kitin mirip dengan struktur selulosa dengan perbedaan terletak pada
gugus 2-asetil amino pada kitin (Pujiastuti, 2001). Sedangkan analisis
Spektroskopi Infra Merah menunjukkan adanya serapan pada 1671 cm -1 untuk
gugus amina terasilasi (Saraswathy, G., Pal, S., Rose, C., and Sastry, T.P., 2001).
Salah satu bentuk polisakarida stuktural dari kitin yang sangat berlimbah dan
bermanfaat adalah kitosan.

Gambar 1 Struktur Kitin (Pudjaatmaka, A.H., 1991)

2.3 Kitosan
Kitosan merupakan kitin yang terdeasetilasi dengan menggunakan larutan
NaOH 50% sehingga cukup sempurna untuk dinyatakan sebagai poli glukosamin
(Darjito,2001). Kitosan (2-asetamida-deoksi-α-D-glukosa) bersifat polikationik
karena memiliki gugus amina bebas sehingga polimer ini berpotensial untuk
diaplikasikan dalam pengolahan limbah, obat-obatan, pengolahan makanan dan
bioteknologi (Savant dkk., 2000). Muatan gugus amina tersebut ditentukan oleh
derajat deasetilasi dalam polisakarida. Semakin tinggi derajat deasetilasi maka
akan semakin baik kualitas kitosan tersebut (Khan et al 2002).
5

Gambar 2 Struktur Kitosan (Sakkayawong, dkk., 2001)

Penelitian kitosan sebagai adsorben telah banyak dilakukan karena kitosan


memiliki karakteristik sifat seperti: (1) kemampuan cukup tinggi dalam mengikat
ion logam, (2) penukar ion yang relatif cukup mudah dengan pelarut tertentu, dan
(3) regenerasi tinggi sehingga dapat digunakan dalam penanganan limbah secara
berulang-ulang (Muzzarelli, 1997 dalam Darjito, 2001). Kitosan juga memiliki
keunggulan yang lebih tinggi dari kitin dalam hidrofilitas karena kitosan tidak
hanya memiliki gugus amino bebas namun juga gugus hidroksil (Salami, 1998).
Kitosan yang memiliki karakteristik seperti penukar ion yang relatif cukup mudah
dengan pelarut tertentu, memiliki stabilitas termal yang tinggi, ramah lingkungan dan
mudah didapatkan merupakan alasan mengapa kitosan dapat dijadikan membran dalam
PEMFC (Polymer electrolyte membrane fuel cell).
6

BAB 3. METODE PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen.
Pendekatan eksperimen dilakukan untuk membuat membran polimer elektrolit
kitosan yang dimodifikasi yang didapat dari kitin cangkang kerang untuk aplikasi
pada sel bahan bakar.
Secara garis besar, metode yang digunakan dalam penelitian ini
digambarkan dalam diagram alir berikut :

Mulai

Pengkajian Masalah

Studi Literatur

Perancangan Eksperimen

Pemurnian Kitin

Karakterisasi Kitin

Pembuatan Kitosan

Karakterisasi Kitosan

Pembuatan MPE Kitosan

Analisa Hasil

Penarikan Kesimpulan

Pembuatan Laporan

Pembuatan Seminar

Gambar 3 Diagram Alir Pelaksanaan


7

3.1 Pendekatan Eksperimen


3.1.1 Bahan yang digunakan:
a. Cangkang kerang dari Kenjeran
b. NaOCl p.a. Merck
c. Asam asetat p.a. Merck
d. NaOH p.a. Merck
e. HCl p.a. Merck
f. H2SO4 pekat p.a. Merck
g. Akuades

3.1.2 Peralatan Eksperimen:


a. Ayakan ASTM Standar TEST SIEVE 50 mesh
b. Penggoyang ayakan MBT SIEVE SHAKER AG-515 RPM 500
c. Seperangkat alat gelas pyrek
d. Stirer hot plate model 4658 (Cole Parmer Instrument Company)
e. Thermolyne furnace 48000
f. Neraca analitis satorius
g. pH meter (Corning 430)
h. Viskometer kapiler Ostwald
i. FTIR (Fourier Transform Infrared) 8201 PC
j. XRD (X-Ray Diffraction)

3.1.3 Prosedur:
1. Pemurnian Kitin
Pemurnian kitin dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan Metode Hong (Salami, 1998). Prosesnya sebagai
berikut:
1.1 Persiapan (pencucian)
a.Cangkang kerang dibersihkan dengan air hingga bersih,
selanjutnya dikeringkan di bawah sinar matahari
b. Cangkang yang telah bersih digerus hingga halus dan
diayak untuk mendapatkan ukuran sebesar 50 mesh.
1.2 Deproteinasi
a. Serbuk cangkang kerang dimasukkan ke dalam labu alas bulat
250 ml. Kemudian ditambah larutan NaOH 3,5% dengan
perbandingan 10:1 (v/b)
b. Campuran dipanaskan selama 2 jam pada suhu 65oC sambil
diaduk dengan magnetic
c. Setelah dingin, campuran disaring dan ditambah akuades agar
netral. Padatan yang didapat dikeringkan dalam oven pada suhu
60oC hingga kering.
8

2. Demineralisasi
a. Serbuk yang telah dideproteinasi dalam labu alas bulat 500 ml
dan ditambah larutan HCl 1 N dengan perbandingan 15:1 (v/b).
Setelah itu direfluks pada suhu 40oC selama 30 menit, kemudian
didinginkan
b. Setelah dingin, campuran disaring dan padatan dinetralkan
dengan akuades, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
60o.
3. Depigmentasi
a. Serbuk hasil demineralisasi dimnasukkan ke dalam dalam labu
alas bulat 250 ml dan ditambah larutan NaOCl 0,315% dengan
perbandingan 10:1 (v/b)
b. Kemudian, campuran direfluks dilakukan selama 1 jam pada
suhu 40oC. Setelah itu padatan disaring dan dinetralkan dengan
akuades.
c. Padatan tersebut dikeringkan dengan oven pada suhu 80 oC
hingga berat konstan. Kitin yang telah diperoleh diidentifikasi
menggunakan instrumen spektrofotometer inframerah
4. Pembuatan Kitosan
Pembuatan kitosan dilakukan melalui proses deasetilasi kitin
dengan menggunakan Metode Knorr (Salami, 1998). Prosedurnya
sebagai berikut:
a. Kitin yang telah diisolasi ditambah NaOH 60% dengan
perbandingan 20:1 (v/b) dan direffluks pada suhu 100-140oC
selama 1 jam.
b. Setelah dingin, campuran disaring dan padatan yang diperoleh
dinetralkan dengan menambahkan akuades.
c. Padatan dikeringkan dengan oven pada suhu 80oC selama 24 jam.
Kitosan diidentifikasi dengan menggunakan instrumen
spektrofotometer inframerah dan difraksi sinar x.
9

3.1.4 Diagram alir

Cangkang kerang

- dibersihkan
- didestruksi
- diayak dengan ayakan mesh
Hasil 1 (ukuran 50 mesh) NaOH (10:1) v/b

- dipanaskan 2 jam pada suhu 65oC


- diaduk dengan magnetic stirrer
- didinginkan disaring

Filtrat Residu

Residu Aquadest

- dicuci

Hasil 2 HCl 1 N (15:1) v/b

- direfluks pada suhu 300c selama 30 menit


- didinginkan
- disaring

Filtrat Residu Aquadest

- dicuci
- dioven pada suhu 600C
NaOCl 0,315%(10:1) v/b Hasil 2

- direfluks pada 400C selama 1 jam


- disaring

Filtrat Residu Aquadest

- dicuci
- dioven pada 800C
Hasil 4

- ditimbang hingga konstan


10

- dikarakterisasi dengan FTIR


NaOCl 0,315%(10:1) v/b Hasil 5

- direfluks pada 100-1400C selama 1 jam


- disaring

Filtrat Residu Aquadest

- dicuci

- dioven pada 800C selama 24 jam


- ditimbang hingga konstan
- diuji dengan FTIR & difraksi sinar X
Hasil akhir

Gambar 3.2 Diagram alir prosedur


11

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Anggaran Biaya
Biaya yang dibutuhkan selama pelaksanaan pembuatan dan analisa
pupuk hayati adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Anggaran Biaya Analisa Pupuk Hayati
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
.
1 Peralatan Penunjang 4.140.000
2 Bahan Habis Pakai 13.377.000
3 Perjalanan 975.000
4 Lain-lain 500.000
Jumlah 18.992.000

4.2 Jadwal Kegiatan


Tabel 2 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Program
Bulan
No. Jadwal Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Studi Literatur
2. Pembuatan Membran PEMFC
3. Uji Efektifitas Membran PEMFC
4. Pembuatan Laporan
12

KESIMPULAN
Berdasarkan studi literatur dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Selain sebagai sumber protein, kerang dapat dimanfaatkan sebagai energi
alternatif mengurangi penggunaan energi fosil yang selama ini digunakan.
2. Kitosan dari limbah cangkang kerang dapat dimanfaatkan sebagai
Membran Polimer Elektrolit (MPE) sel bahan bakar (fuel cell) yang
mampu menjadi pengganti dari membran Nafion yang mahal dan tidak
ramah lingkungan.
13

DAFTAR PUSTAKA
Antonucci , P. L. , Ari co, A. S. , Creti , P. , Ramunni, E. & Antonucci, V. 1999.
Investigation of a direct methanol fuelcell based on a composite nafion-
Silika Electrolyte for High Temperature Operation. Solid State Ionics 125:
431-439.
Apriliasti, Hertina. 2013. “Membran Penukar Proton Kitosan/Abu Batu Bara
Termodifikasi serta Analisis Sifat Kapabilitas Penukar Proton,
Penggembungan, Penyerapan Air dan Metanol”. Jurusan Kimia FMIPA
ITS. Surabaya.
Bossel, U. 2000. The birth of the Fuel Cell; European Fuel Cell Forum:
Oberrohrdorf.
Chris, R. and S. Scott, Introduction to Fuel Cell Technology. 2003, Notre Dame.
Dewi, E.L. 2007, Development of local components for fuel cell Technology,
Jurnal Sains Materi Indonesia 9: 57-66.
Dupont. 1996. Nafion, Technical information data sheet, Globalcustomer
service.Energy, U.D.o., Fuel Cell Handbook. 7th Edittion ed. 2004,
Morgantown, West Virginia: EG & G Technical Inc.
Fisher, S., and Kunin, R., 1955, Routine Exchange Capacity Determinations of
Ion Exchange Resins, Analytical chemistry,vol. 27, pp. 1191-1194.
Handayani, S., Dewi, E. L., Purwanto, W. W. & Roekmijati, W. S. 2007.
Membran komposit polyeter Eter Keton yangTersulfonasi-Zeolite untuk
Aplikasi Sel Bahan Bakar Metanol Lansung. Jurnal Sains Materi
Indonesia 9: 52-56.
Indriyani, sunit H., Sri P.,2004. Karakterisasi Membran Polisterena Tersulfonasi.
Prosidding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan,
BATAN, Serpong.92-96.
Iojoiu, C.P., Dimitrova, G., Marechal, M., and Sanchez, J.Y., 2006. Chemical and
Physicochemical Characterizations of Ionomers, Electrochi. Acta,vol. 51,
pp. 4789–4801.
Kenawy, E.R., Hay F.I.A., A. El-Magd A., and Mahmoud Y., 2005, Biologically
Active Polymers: Modification and Anti-Microbial Activity of Chitosan
Derivatives. Journal of Bioactive and Compatible Polymers, vol. 20(45),
pp. 96-111.
Rahayu, L. H., dan Purnavita, S., 2004. Optimasi Proses Deproteinasi dan
Demineralisasi padaIsolasi Kitin dari Limbah Cangkang Rajungan
(Portunu spelagicus), Prosiding: Teori Aplikasi Teknologi Kelautan, ITS
Surabaya, hal. III.8 – III.11.
Rahmadani,dkk.2001.Pemanfaatan Kitosan dari Limbah Cangkang Bekicot
sebagai Adsorban Logam Tembaga.Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Negeri Medan.Roberts, G. A. F. 1992. Chitin Chemistry. The Macmillan
Press Ltd., London.
14

Salami L. 1998. Pemilihan Metode Isolasi Khitin daEkstraksi Khitosan dari


Limbah Kulit Udang Wind (Phenaus monodon) dan Aplikasinya
sebagBahan Koagulasi Limbah Cair Industri Teks [Skripsi]. Jakarta:
Jurusan Kimia FMIPA UI.
Santoso H.B. 1989. Budidaya Kerang. Yogyakarta.Kanisius Savadogo, O. 2004.
Emerging membranes for electrochemical systems Part II. high
Temperature Composite Membranes for Polymer Electrolyte Fuel Cell
(PEFC) Aplications. Journal ofPower Source 127: 135-161.
Srijanto, B., (2003), Kajian Pengembangan Teknologi Proses Produksi Kitin dan
Kitosan SecaraKimiawi, Prosiding seminar Nasional Teknik Kimia
Indonesia 2003, Volume I, hal. F01-1– F01-5.
http://nasional.kompas.com/ diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014 pukul 06:35
WIB
15

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Peralatan Penunjang
Material Kuantitas Jumlah (Rp)
Ayakan ASTM Standar TEST SIEVE 50 mesh 1 550.000
Penggoyang ayakan MBT SIEVE SHAKER
1 5.000.000
AG-515 RPM 500
Seperangkat alat gelas pyrek 1 500.000
Stirer hot plate model 4658 (Cole Parmer
1 3.500.000
Instrument Company)
Thermolyne furnace 48000 1 18.000.000
Neraca analitis satorius 1 5.000.000
pH meter (Corning 430) 1 200.000
Viskometer kapiler Ostwald 1 200.000
XRD (X-Ray Diffraction) 1 30.000.000
FTIR (Fourier Transform Infrared) 8201 PC 1 50.000.000
SUB TOTAL (Rp) 112.950.000

2. Bahan Habis Pakai


Material Kuantitas Jumlah (Rp)
Akuades 20 L 100.000
H2SO4 5N 1L 1.000.000
NaOH 1 Kg 500.000
NaOCl 400.000
CH3COOH 1L 300.000
HCl 1L 400.000
SUB TOTAL (Rp) 2.700.000

3. Perjalanan
Harga
Justifikasi
Material Kuantitas Satuan Jumlah (Rp)
Perjalanan
(Rp)
Transportasi proses
Bensin pembuatan pupuk 15 L 65.000 975.000
s/d analisa
SUB TOTAL (Rp) 975.000

4. Lain - lain
Justifikasi Harga
Material Kuantitas Jumlah (Rp)
Pemakaian Satuan (Rp)
Biaya Tak
- - 500.000
Terduga
SUB TOTAL (Rp) 500.000
Total (Keseluruhan) 117.125.000
Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup
Nama : Nurlatifah
Jenis Kelamin : Perempuan
16

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 20 September 1994


Kebangsaan : WNI
Status Perkawinan : Belum Kawin
Tinggi Badan : 154 cm
Berat Badan : 60 kg
Agama : Islam
Alamat : Bumi Menteng Asri
Jl. Kurasi BR No. 14 Bogor 16111
No. HP : 085890357814
E-mail : t.fah14@gmail.com

Latar Belakang Pendidikan


2013-sekarang Sarjana Kimia, FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2009-2013 SMK-Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor
2006-2009 SMP Negeri 1 Bogor
2000-2006 SD Negeri Polisi 5 Bogor

Kursus dan Pelatihan


2006-2009 Kursus Bahasa Inggris di LBPP Lia Bogor
2013 Mengikuti Pelatihan “Achievement Motivation
Training”
2013 Mengikuti Pelatihan “Career Development Centre”
2013 Kursus TOEFL di ILP Bogor
2013 LKMM Pra-TD
2013 DIKSAR Kopma
2013 LKMM TD

Kualifikasi
Juni 2013 – Sertifikasi Kompetensi Profesi dalam Bidang Spektrofotometri
Juni 2013 – Sertifikasi Kompetensi Profesi dalam Bidang Volumetri
Dapat mengoperasikan komputer dan internet
Dapat berbahasa Inggris
Analis Kimia

Pengalaman Organisasi
Volunteer of ITS International Office
Staf Paguyuban PRC
Sekretaris II UKM Karate-Do ITS

Pengalaman Bekerja
November 2012 – Februari 2013 Praktik Kerja Lapangan di PT Equilab
Laboratory
17

Anda mungkin juga menyukai