Anda di halaman 1dari 11

Judul TEKNOLOGI MICROBIAL FUEL CELL (MFC) Paskalina

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TANAH Aprila Tiy


HITAM (HUMUS) DAN TANAMAN KANGKUNG
(IPOMOEAN AQUATICA)

Program Teknik Elektro


1510959001
Studi
Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Abstrak

Sel bahan bakar mikroba (MFC) adalah suatu proses konversi energi
listrik dengan cara dimana kelompok atom melepaskan elektron pada
elektroda (reaksi oksidasi) dan proses menerima elektron (reaksi reduksi) pada
elektroda. Salah satu pengembangan dari sel bahan bakar mikroba yaitu PMFC
(Plant Microbial Fuel Cell), dengan cara menanam sel bahan bakar mikroba
untuk memproduksi bioenergi. Saat proses fotosintesis pada tanaman, maka
akan mengeluarkan material yang tidak terpakai untuk proses fotosintesis.
Material tersebut akan dilepaskan ke tanah dan diambil oleh bakteri C6H12O6
(glukosa) pada tanah kemudian diurai lagi menjadi elektron, proton dan CO2.
Elektron akan dialirkan melalui elektroda ke rangkain, kemudian proton (H+)
akan dialirkan ke bejana katoda melaui jembatan garam (membran). Bejana
Katoda berisi larutan kalium permanganat (KMn04) yang merupakan agen
pengoksidasi yang kuat. PMFC merupakan metoda yang memanfaatkan
bakteri pada akar tanaman untuk menghasilkan listrik yang ramah lingkungan.
Pada hasil pengujian unit PMFC 15 , 20, dan 25 tanaman kangkung
menghasilkan nilai tegangan listrik yang berbeda-beda, yaitu 15 tanaman
kangkung menghasilkan tegangan tanpa beban sebesar 666 mV, kemudian
pada 25 tanaman kangkung menghasilkan tegangan tanpa beban sebesar 620
mV, dan kondisi berbeban bernilai 92,6 mV dengan jumlah arus sebesar 0,38
mA, sedangkan pada 25 tanaman kangkung menhasilka tagangan tanpa beban
sebesar 801 mV, dan kondisi berbeban sebesar 144,2 mV dengan jumlah arus
sebesar 0.85 mA.

Kata Kunci : Tanah Hitam, Tanaman Kangkung, KMnO4, Jembatan Garam,


EM4, Nacl, energi listrik.
Title MICROBIAL FUEL CELL (MFC) TECHNOLOGY Paskalina
USING BLACK MEDIA (HUMAN) AND Aprila Tiy
KANGKUNG PLANT (IPOMOEA AQUATICA)
Electrical Engineering 1510959001
Major

Engineering Faculty
Andalas University

Abstract

Microbial fuel cell (MFC) is a process of converting electrical energy


in a way where groups of atoms release electrons in the electrode (oxidation
reaction) and the process of receiving electrons (oxidation reaction) on the
electrode. One of the developments of microbial fuel cells is PMFC (Plant
Microbial Fuel Cell), by growing microbial fuel cells to produce bioenergy.
When the process of photosynthesis in plants, it will release material that is
not used for photosynthesis. The material will be released to the soil and taken
by the C6H12O6 (glucose) bacteria in the soil then decomposed again into
electrons, protons, and CO2. Electrons will have flowed through the electrodes
to the chain, then protons (H+) will have flowed into the cathode vessel
through the salt bridge (membrane). Cathode vessels contain potassium
permanganate solution (KMn04) which is a strong oxidizing agent. PMFC is a
method that utilizes bacteria at the roots of plants to produce environmentally
friendly electricity. In the test results of PMFC units 15, 20, and 25 spinach
plants produce different voltage values, namely 15 spinach plants produce a
no-load voltage of 666 mV, then on 25 spinach plants produce no-load
stresses of 620 mV, and load conditions valued at 92.6 mV with a total current
of 0.38 mA, whereas in 25 kale plants produce no-load trade of 801 mV and a
loading condition of 144.2 mV with a total current of 0.85 mA.

Keywords: Black Soil, Water spinach, KMnO4, Salt Bridge, EM4, Nacl,
electrical energy.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi listrik sudah menjadi kebutuhan primer di Indonesia. Indonesia


mempunyai berbagai sumber energi yang dapat diperbaharui seperti, energi air,
matahari, angin, biomassa, panas bumi dan energi laut. Adapun energi yang tidak
dapat diperbaharui yaitu minyak bumi, gas alam, batu bara dan kandungan energi
nuklir dari uranium dan thorium. Energi listrik yang dapat diperbaharui
(renewable energy) ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh energi yang
tidak dapat diperbaharui (non renewable energy), yaitu energi tersebut tidak akan
pernah berhenti atau habis selama siklus alam ini berlangsung, kemudian bersifat
ramah lingkungan karena dapat mengurangi polusi lingkungan. Sedangkan non
renewable energy merupakan energi yang akan habis jika dipakai terus menerus
dan menghasilkan polusi jika digunakan [1].
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang berkaitan dengan
bertambahnya peralatan-peralatan elektronik yang telah menjadi keharusan untuk
tetap menyediakan pasokan energi listrik karena merupakan satu-satunya sumber
energi yang utama untuk menghidupkan peralatan elektronik tersebut. PLN
(Perusahaan Listrik Negara) sebagai penyedia daya utama sangat berpengaruh
bagi penyediaan energi listrik untuk layanan publik baik itu daya yang besar
maupun daya yang kecil. Oleh karena itu PLN harus tetap menyuplai listrik
secara terus menerus (kontinyu). Namun suatu saat pasti terjadi pemandaman total
yang disebabkan oleh gangguan pada sistem pembangkit listrik, atau gangguan
pada jaringan transmisi dan sistem distribusi. Sedangkan energi listrik sangat
diperlukan dalam bidang komersial, industri, transportasi dan rumah tangga.
Berdasarkan beberapa hal ini maka diperlukan sumber energi alternatif yang
dapat dibuat sendiri dan yang relatif murah yang dapat membantu mengatasi
permasalahan suplai energi listrik untuk perangkat elektronik
(Handphone,Notebook,i-pade) apabila sumber listrik dari PLN terputus [2].
Berbagai jenis energi listrik alternatif yang di kembangkan seperti
pemanfaatan energi listrik dari sel surya dan energi angin. Energi listrik dari sel
surya dan energi angin telah banyak dimanfaatkan diberbagai bidang. Namun,
tidak semua lapisan masyarakat dapat menikmati energi surya dan energi angin,
ini karena biaya yang harus dikeluarkan untuk memperolehnya relatif mahal.
Maka dari itu dibutuhkan energi alternatif yang efisisen dan mudah dimanfaatkan
oleh semua kalangan masyarakat terutama para pengguna perangkat elektronik.
Salah satunya yaitu pemanfaatan dari proses pembakaran sel bahan bakar mikroba
(microbial fuel cell) sebagai penghasil energi listrik yang murah [3].
Sel bahan bakar mikroba (microbial fuel cell) adalah suatu proses konversi
energi yang menghasilkan listrik secara elektrokimia, yaitu dengan cara
menggabungkan bahan bakar gas (hidrogen) dan gas oksigen dari udara (oksidan)
menggunakan platinum elektroda dengan penambahan penghubung elektron
untuk meningkatkan daya output karena, bagian terluar dari spesies mikroba
terdiri dari membran lipid non-konduktif, peptididoglikan dan lipopolisakarida
yang menghambat proses transfer elektron ke anoda, maka perlu digunakan
penghubung agar mempercepat transfer elektron supaya spsies mikroba dapat
teroksidasi dalam larutan di ruang anodik. Sel bahan bakar tidak habis atau tidak
perlu adanya pengisian ulang, sel bahan bakar ini tetap menghasilkan energi
selama bahan bakar selalu disuplai. Prinsip utama dari sel bahan bakar mikroba
adalah kemampuannya untuk mengubah energi kimia secara langsung menjadi
energi listrik yang memberikan efisiensi konversi yang jauh lebih tinggi daripada
sistem termo-mekanis konvensional sehingga dapat menghasilkan listrik yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Melalui unit microbial fuel cell ini ada
beberapa medium untuk dapat menghasilkan energi listrik, antara lain; endapan
air laut, tanah, air limbah, endapan air tawar, lumpur aktif dan semua sumber yang
kaya akan mikroorganisme [4], [5].
Di Australia tepatnya di Universitas Queensland St. Lucia ada tujuh
mahasiswa diantaranya Nico Boon, Willy Verstraete dan beberapa teman lainya
telah membuktikan tumbuh-tumbuhan juga mengandung bahan organik dalam
tanah yang cukup banyak. Proses ini, yang disebut pengendapan rhizo (rhizo
deposition), endapan ini menyediakan tempat untuk kumpulan mikroba rizosfer.
Dikatakan bahwa dalam uji coba di lab (Laboratory of Microbial Ecology and
Technology /LabMET and Laboratory of Phytopathology), bahwa sel bahan bakar
mikroba berskala kecil, yang mana kutup negatif (anode) dianggap sebagai
rhizosfer pada tanaman padi dapat mengoksidasikan mikroba organik yang
berasal dari tanaman padi tersebut. Arus listrik dihasilkan yaitu melalui oksidasi
rhizosfer tanaman padi yang hidup pada endapan sel bahan bakar mikroba di dasar
bejana. Menggunakan tanah dalam MFC adalah cara yang baik untuk
menghasilkan listrik. Dengan bantuan tanaman sistem MFC akan menjadi lebih
baik lagi serta akan menjadi sistem P-MFC, teknologi yang akan menghasilkan
energi yang ramah lingkungan [6].
Dari pemikiran inilah, judul tugas akhir yang penulis angkat disini adalah
“Teknologi Microbial Fuel Cell (MFC) dengan Menggunakan Media Tanah
Hitam (Humus) dan Tanaman Kangkung (Ipomea Aquatica) “.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah terbagi atas beberapa bagian, yaitu :

1. Apakah tanah hitam (humus) mampu menghasilkan energi listrik bebasis


microbial fuel cell ?
2. Apakah tanaman kangkung mampu menghasilkan energi listrik berbasis
plant microbial fuel cell ?
3. Bagaimana proses untuk menghasilkan microbial fuel cell dari tanah
hitam (humus) dan tanaman kangkung ?
4. Bagaimana cara membuat unit plant microbial fuel cell yang optimal

terhadap bahan yang tersedia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :


1. Membuat microbial fuel cell dengan menggunakan tanah hitam (humus)
dan tanaman kangkung sebagai sumber energi listrik
2. Melihat besar tegangan yang dihasilkan pada unit plant microbial fuel cell
3. Melihat besar rapat arus yang dihasilkan pada unit plant microbial fuel cell
1.4 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang mungkin bisa didapat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
microbial fuel cell
2. Dapat digunakan sebagai standar acuan untuk membuat plant microbial

fuel cell dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan dan tanah organik

sebagai energi alternatif

1.5 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :


1. Tanah yang di gunakan adalah tanah hitam (humus) dan tanaman yang
digunakan hanya tanaman kangkung ditambah air (H2O), larutan EM4,
larutan permanganat, dan larutan NaCl
2. Sistem microbial fuel cell adalah elektroda dengan sistem 2 bejana (anoda
dan katoda)
3. Elektroda yang digunakan adalah elektroda karbon (C) batangan, sebagai
acceptor elektron pada katoda dan anoda
4. Beban yang digunakan adalah LED dan resistor (Ω)

1.6 Sistematika Penulisan

1. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi teori dasar yang mendukung penelitian Tugas Akhir ini.
3. Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi metode yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini.
4. Bab IV Hasil Dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil dan pembahasan dari penelitian Tugas Akhir ini.
5. Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari peneitian Tugas Akhir ini.
BAB V
PENUTUP

5.1 . Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti telah


mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tanah hitam (humus) dan tanaman kangkung dapat dimanfaatkan sebagai


microbial fuel cell karena melalui proses fotosintesis oleh akar tanaman
kangkung dalam tanah hitam ini terdapat bahan organik berupa
mikroorganisme-mikroorganisme hidup pada akar tanaman kangkung
yang dapat dimanfaatkan agar terus ada dan terus menghasilkan elektron
2. Aktifitas mikroorganisme-mikroorganisme pada akar tanaman kangkung
dalam tanah hitam menghasilkan tegangan listrik sebesar 801 mV
3. Perbandingan 15, 20 dan 25 tanaman kangkung menghasilkan tegangan
dan arus yang berbeda.
4. Pada unit PMFC menggunakan 15 tanaman kangkung dihasilkan tegangan
666 mV untuk kondisi tanpa beban
5. Pada unit PMFC menggunakan 20 tanaman kangkung dihasilkan tegangan
620 mV untuk kondisi tanpa beban dan untuk kondisi berbeban dihasilkan
tegangan sebesar 92,6 mV dan arusnya 0,38 mA
6. Pada unit PMFC menggunakan 25 tanaman kangkung dihasilkan tegangan
801 mV untuk kondisi tanpa beban dan untuk kondisi berbeban dihasilkan
tegangan sebesar 144,2 mV dan arusnya 0,85 mA
7. Lamanya waktu elektroda dalam bejana mempengaruhi besarnya tegangan
dan arus yang dihasilkan oleh unit PMFC
5.2. Saran

Setelah dianalisa kerja dan keluaran sistem, untuk penelitian dan


pengembangan sistem plant microbial fuel cell selanjutnya, penulis menyarankan
beberapa hal, yakni:
1. Perlu dilakukan penelitian variasi ukuran bejana untuk mendapatkan data
analisa pada tegangan yang dihasilkan
2. Perlu dilakukan penelitian variasi ukuran elektroda karbon untuk
mendapatkan data analisa pada tegangan yang dihasilkan
3. Perlu dilakukan penelitian terhadap variasi jembatan garam, pengaruh
besar dan panjangnya jembatan garam terhadap daya yang dihasilkan
4. Untuk penghasil listrik oleh mikroba tanaman, maka perlu dilakukan
penelitian menggunakan jenis tanaman lain selain tanaman kangkung dan
tanaman padi
5. Untuk memaksimalkan energi yang dihasilkan maka pembuatan dan
pemasangan bejana katoda dana anoda harus benar dan tidak ada
gangguan atau kebocoran pada salah satu bejana
6. Perlu dilakukan penelitian perbandingan ukuran bejana Plant Microbial
Fuel Cell ini terhadap energi yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Fikri, N. Didik and S. Dede, “Strategi Pengembangan Energi Terbarukan


Di Indonesia,” Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik - Universitas
Pakuan, vol. 1, pp. 1-13, 2017.
[2] Baharuddin and Y. Ferdinansyah , “Sistem Kontrol Automatic Transfer
Switch Berbasis Arduino UNO,” Kajian Teknik Elektro, vol. II, no. 1, pp.
2406-9655, 2014.
[3] W. P. Angky, S. Yusron, K. Novalia, W. Tiara and N. Lisa, “The Effect of
Urea Fertilizer and Electrode Gaps Toward The Voltage of Plant,” Jurnal
Teknologi Pertanian, vol. 19, no. 1, pp. 43-50, 2018.
[4] S. A. Boudghene and E. Traversa, “Fuel cells, an alternative to standard
sources of energy,” University of Roma, ‘Tor Vergata’, Department of
Chemical Science and Technology, Via della, vol. 6, pp. 297-306, 2001.
[5] D. Zhuwei, L. Haoran and G. Tingyue, “A state of the art review on
microbial fuel cells: A promising technology for wastewater treatment and
bioenergy,” Biotechnology Advances 25 , pp. 464-482, 2007.
[6] Liesje, L. Deschamphelaire, B. H. Vanden, M. Sondang, K. Boon, W.
Rabaey and Verstraete, “Microbial Fuel Cells Generating Electricity from
Rhizodeposits of Rice Plants,” Laboratory of Microbial Ecology and
Technology (LabMET) and Laboratory of Phytopathology, Ghent
University, Coupure Links 653, B-9000 Ghent, Belgium, and The Advanced
Water Management Centre, University of Queensland St Lucia QLD 4072,
Australia, vol. 42, no. 8, pp. 3053-3058, 2008.
[7] S. Carlo, . A. Catia, E. Benjamin and I. Ioannis, “Microbial fuel cells: From
fundamentals to applications. A review,” Journal of Power Sources, pp.
225-244, 2017.
[8] A. Nurkholis , A. Mela , B. M. Karina and S. Umi , “Potensi Syzygium
oleina Sebagai Penghasil Listrik Alternatif Dengan Metode Plant-Microbial
Fuel Cell,” Industrial Research Workshop and National Seminar, 2018.
[9] W. Rifaldi, “Studi Pemanfaatan Sampah Sayur Untuk Produksi Listrik
Berbasis Microbial Fuel Cell,” Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro
Universitas Andalas, 2019.
[10] D. D. Prof and A. Ferdous , “Tracking Energy Harvesting System,”
Depertement Of Electronic And Telecommunication, 2019.
[11] P. S. Prof. Crovetti , “Automatic Test Equipment for Plant Microbial Fuel
Cells for Energy Harvesting,” Master’s Degree Thesis Politecnico Di
Torino, 2019.
[12] N. Tejoyuwono, “Ilmu Tanah,” Universitas Gadjah Mada, 2006.
[13] S. A. Dr.Ir and D. T. S. Dr.Ir, “Dasar-Dasar Ilmu Tanah,” Jakarta, 2014, pp.
1-51.
[14] E. Widyati, “Memahami Interaksi Tanaman Mikroba,” Understanding on
Plants-Microbes Interaction, vol. VI, no. 1, pp. 13-20, 2013.
[15] D. M. Rizky, Jamilah and S. Mariani, “Karakteristik Beberapa Sifat Fisik,
Kimia, dan Biologi Tanah Pada Sistem Pertanian Organik,” Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan, vol. III, no. 2, pp. 717
- 723, 2015.
[16] S. Edi and B. Julistia, Budidaya Tanaman Sayuran, Jambi, 2010.
[17] G. G. Sai Prasann and S. K. Naga , “A Novel Electricity Generation with
Green Technology by Plant-e from Living Plants and Bacteria,” A Natural
Solar Power from Living Power Plant, pp. 146-151, 2017.
[18] J. Wira Dian, “Analisis Kelistrikan Yang Dihasilkan Limbah Buah Dan
Sayuran Sebagai Energi Alternatif Bio-Baterai,” Skripsi, 2013.

Anda mungkin juga menyukai