Anda di halaman 1dari 12

Pembangkit Biolistrik Sistem Microbial Fuel Cell dari Limbah Cucian Beras

memanfaatkan Saccharomyces cerevisiae

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah


Energi listrik adalah salah satu energi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Berdasarkan data dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia, (2016) Konsumsi listrik dalam kurun waktu tahun 2000-2014
mengalami pertumbuhan rata-rata 6,8% per tahun. Konsumsi listrik yang naik
disebabkan oleh meningkatnya pendapatan masyarakat dan rasio elektrifikasi
sehingga penggunaan peralatan listrik seperti AC, mesin cuci, kulkas, setrika,
lampu, dan lainnya bertambah. Pada tahun 2014, rasio elektrifikasi nasional
sebesar 84,4% atau meningkat 3,9% dari tahun 2013. Meskipun demikian,
konsumsi listrik per kapita di Indonesia masih rendah dibanding beberapa negara
ASEAN. Konsumsi listrik di Indonesia sebesar 798 kWh/kapita, Thailand (2.471
kWh/kapita), Malaysia (4.512 kWh/kapita), Singapura (8.840 kWh/kapita), dan
Brunai Darussalam (9.704 kWh/kapita).
Namun konsumsi energi listrik tersebut masih belum merata dikarenakan
beberapa hal diantaranya adalah penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM)
sebagai pembangkit mengakibatkan biaya per watt menjadi mahal ditambah
sebagian besar wilayah di Indonesia adalah daerah pedesaaan dibawah garis
sejahtera, (Afif, 2015)

Tabel. 1 Pemakaian Bahan Bakar pembangkit listrik


Dilihat dari segi input bahan bakar, pembangkit berbahan bakar batubara
dan gas mempunyai pangsa yang paling tinggi, yaitu masing-masing sebesar 50%
(26 GW) dan 23% (12 GW), diikuti kemudian oleh pembangkit berbahan bakar
minyak dengan pangsa sekitar 14% (7,5 GW). Tingginya pembangkit berbahan
bakar batubara karena digunakan sebagai pembangkit untuk memenuhi beban
dasar, sedangkan pembangkit berbahan bakar gas digunakan sebagai pembangkit
beban menengah dan beban puncak. Adapun masih tingginya pangsa pembangkit
BBM karena untuk memenuhi kebutuhan listrik pada wilayah terpencil di luar
Jawa dan Sumatera, dan sebagai pengganti kekurangan pasokan gas bumi
(Sugiyono, 2016) selain itu juga sumber energi baru terbarukan (EBT) yang
potensial di semua pedesaan juga memerlukan biaya setup yang tidak murah
ditambah kurangnya pengetahuan tentang teknologi tersebut (Afif, 2015).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu adanaya energi baru
terbarukan yang bisa diperbarui dan tidak habis ketika dipakai secara terus-
menerus. Salah satu energi terbarukan yang saat ini dikembangkan microbial fuel
cell. Teknologi ini memanfaatkan senyawa yang mengandung hidrogen atau
senyawa yang menghasilkan elektron sehingga ramah lingkungan.MFC
merupakan salah satu tipe bioelectrochemical systems (BESs) yang mengubah
biomassa secara spontan menjadi energi listrik melalui aktivitas metabolisme
mikroorganisme. Prinsip kerja MFC yaitu terdapat aliran proton dari ruang anoda
menuju ruang katoda melalui membran elektrolit dan aliran elektron yang
bergerak ke arah yang sama melalui kabel konduksi (Ibrahim et al, 2014). Konsep
energi ini jika diterapkan pada pedesaan yang tidak terjangkau listrik maka akan
berdampak positif bagi kehidupan masyarakat pedesaan. Maka dari itu penulis
menawarkan sebuah inovasi pada pemanfaatan air cucian beras yang banyak
terbuang dengan sia-sia dengan microbacteri Saccaromices sereviceae yang
bernama ....................
1.2. Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana inovasi pemanfaatan energi microbial fuel cell dengan
memanfaatkan air bekas cucian beras ?
2. Bagaimana relevansi pemanfaatan energi microbial fuel cell dengan
memanfaatkan air bekas cucian beras dengan microba Saccaromices
sereviceae dalam usaha mengatasi krisis listrik.
1.3. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari karya tulis sebagai berikut ini :
1. Mengetahui inovasi pemanfaatan energi microbial fuel cell dengan
memanfaatkan air bekas cucian beras.
2. Menegetahui relevansi pemanfaatan energi microbial fuel cell dengan
memanfaatkan air bekas cucian beras dengan microba Saccaromices
sereviceae dalam usaha mengatasi krisis listrik.
1.4. Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari karya tulis ini adalah :
1. Mendukung keberhasilan pemerintah dalam menciptakan teknologi
alernatif pembangki tenaga listrik
2. Memenuhi kebutuhan listrik dipedesaan yang tidak terjangkau oleh listrik
3. Menambah wawasan maupun acuan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Microbial Fuel Cell (MFC)
Microbial fuel cell (MFC) merupakan salah satu energi alternatif yang
sedang dikembangkan saat ini. MFC mengubah energi kimia menjadi energi
listrik menggunakan aktifitas katalitik dari mikroorganisme untuk mengoksidasi
senyawa organik . Alat MFC sama seperti fuel cell biasa yaitu tersusun dari
anoda, katoda, dan larutan elektrolit. Namun, pada MFC digunakan kultur
mikroba dalam kompartemen anoda. Mikroba akan melakukan metabolisme
dalam keadaan anaerob dengan menguraikan glukosa menjadi proton, elektron (e)
dan karbon dioksida (CO2). Elektron akan dialirkan menuju katoda melalui sirkuit
luar, sedangkan proton berdifusi melalui jembatan garam menuju katoda (Inayati
et al, 2015).
Kinerja sistem MFC dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis
substrat, jenis larutan elektrolit, jenis elektroda dan luas permukaan elektroda.
Substrat merupakan faktor yang sangat berperan dalam besar kecilnya produksi
listrik pada sistem MFC. Hal ini dikarenakan substrat adalah sumber nutrisi bagi
mikroba untuk melakukan metabolisme. Penggunaan substrat dalam sistem MFC
mengarah pada pemanfaatan produk samping dari industri pengolahan makanan
atau minuman. Beberapa substrat yang telah digunakan diantaranya adalah cheese
whey, limbah cair industri tapioka, paneer whey dan limbah cair industri bir,
whey tahu (Inayati et al, 2015).
Reaksi yang terjadi pada sistem MFC dengan contoh substrat asetat adalah
sebagai berikut :
Reaksi pada anoda : CH3COOH- + 2H2O > 2CO2 + 7H+ + 8e-
Reaksi pada katoda : O2 + 4e- + 4H+ > 2H2O
Keseluruhan reaksi yang terjadi merupakan degradasi substrat menjadi
karbondioksida, air dan pada saat yang bersamaan dihasilkan listrik. Berdasarkan
reaksi pada elektroda, bioreaktor MFC dapat menghasilkan listrik dari aliran
elektron di anoda ke katoda melalui rangkaian eksternal.
Di bawah ini adalah aliran elektron dari microbial fuel cell

Gambar 1. Aliran elektron microbial fuel cell


Gambar di atas adalah skema aliran elektron yang terjadi pada MFC, nomor 1
adalah limbah organik cair (air bekas cucian air) sebagai sumber elektron dan
energi dari bakteri. Nomor 2 Exocelectrogen adalah tipe bakteri yang memiliki
kemampuan untuk mengirimkan elektron ke luar cellnya secara umum sebagai
fungsi dari respirasi anaerob. Nomor 3 siklus krab, sebuah siklus dari limbah
organik yang dipecah dan elektron diekstrak dan ditransfer ke rantai elektron.
Nomor 4 anoda, elektroda yang memiliki potensial elektron negatif lebih pada
bakteri yang tumbuh dan transfer elektron juga. Nomor 5 resistor dan nomor 6
katoda sebagai elektroda yang memiliki potensial listrik positif dengan reaksi
oksigen dengan elektron menjadi terminal penerima elektron.
2.2. Air Cucian Beras

Beras (Oryza sativa) merupakan hasil olahan tanaman padi yang mengalami
pelepasan tangkai serta kulit biji dengan cara digiling maupun ditumbuk. Dalam
penggilingan padi proses pertama adalah pemisahan sekam dari biji beras yang
tersusun atas pembungkus biji dan endospe rm. Biji beras ini dikenal sebagai
beras pecah kulit akan tetapi jarang untuk langsung dikonsumsi. Komponen
terbesar beras adalah karbohidrat yang sebagaian besar terdiri dari pati yang
berjumlah 85-90%. Kandungan yang lain selain karbohidrat adalah selulosa,
hemiselulosa dan pentosan. Zat pati tertinggi terdapat pada bagian endosperm,
makin ke tengah kandungan patinya makin menipis (Darmadjati, 1988).
Air cucian beras adalah limbah yang berasal dari proses pembersihan beras
yang akan dimasak. Limbah cair ini biasanya dibuang percuma, padahal kandungan
senyawa organik dan mineral yang memiliki sangat beragam. Kandungannya antara

lain karbohidrat, nitrogen, fodfor, kalium, magnesium, sulfur, besi, dan vitamin (B1
G,M dkk, dalam Wardiah, 2014).
Gambar 2. Air cucian beras
Tabel di berikut ini menunjukkan komposisi kimia yang terkandung dalam air
cucian beras. Dapat dilihat bahwa kandungan terbesar adalah karbohidrat (41,3%)
Tabel 1. Komposisi Kimia Air cucian beras

Unsur Kandungan (g)


Karbohidrat 41.3
Protein 26.6
Lemak 18.3
Fosfor 0.029
Kalsium 0.019
Besi 0.004
Vitamin B 0.0002
Tabel 1. Komposisi Kimia Air cucian beras (Eni, 2015)
2.3. Microbakteri Saccharomyces cerevisiae
Microba yang telah digunakan dalam micobakterial fuel cell, diantaranya
adalah Geobacter sulfurreducens, Escherechia coli, Saccharomyces cerevisiae,
dan Shewanella oneidensis (Inayati, 2015). Saccharomyces cerevisiae sebagai
biokatalisator, elektron berpindah dari cell ke anoda. Saccharomyces cereviceae
dapat melakukan respirasi aerob menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron
dan dapat melakukan respirasi dibawah kondisi aerob. Bakteri ini menggunakan
glukosa sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya, dimana proses perubahan
glukosa menjadi sumber elektron yang dimanfaatkan dalam aplikasi MFC melalui
serangkaian tahap metabolisme.
Gambar. 3 diagram skematik dari microbial fuel cell yang menggunakan
Saccaromyces cerevisiae sebagai katalisator (Pierucci dan Jiri, 2015)
Pada tahap awal metabolisme glukosa akan melalui jalur glikolisis yang
terjadi dalam sitoplasma dan menghasilkan 2 mol asam pirufat dan beberapa ATP.
Pada kondisi anaerob, asam piruvat akan masuk ke siklus Krebs di dalam
mitokondria dan menghasilkan ATP, NADH dan FADH2. Tahap selanjutnya
adalah rantai transfer elektron yang menghasilkan ATP. NADH dan FAH 2 yang
dihasilkan dari siklus asam sitrat akan dioksidasi menjadi NAD + dan FAD+
dengan melepaskan elektron dan proton. Elektron dan proton ini masuk kedapam
rantai pernapasan melalui beberapa kompleks : NADH-dehidrogenase,
Ubiquinone, dan Sitokrom b-c. Pada tahap akhir, bila tersedia oksigen (aerob)
maka O2 sebagai aseptor elektron terakhir akan bereaksi dengan proton
membentuk air. Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh sistem MFC. Bila keadaan
tidak tersedia oksigen (aerob), maka mediatorlah sebagai akseptor elektron yang
akan menangkap dan mengalirkan elektron ke elektroda menghasilkan listrik.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Teknik pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yaitu berupa data primer yang yang berupa teori-
teori diperoleh dengan metode telaah pustaka merupakan metode penulisan
dengan menggunakan objek kajian penelitian yang berfokus pada pustaka-
pustaka. Pustaka tersebut dapat berupa media cetak maupun elektronik yang valid
berupa artikel, jurnal, buku dan lain-lain yang berhubungan satu sama lain,
relevan dengan permasalahan kajian tulisan serta mendukung uraian atau analisis
pembahasan, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jenis data yang
digunakan dalam karya tulis ini menggunakan data sekunder yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif.
3.2. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Setelah data terkumpul disusun secara sistemastis dan logis, kemudian
dianalisis secara eksploratif dan deskriptif kualitatif dengan sumber data yang
didapat melalui study literatur. Pada pembahasan dilakukan pendekatan teoritis
berdasarkan hasil studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan 4 tahapan, yairu
pengumpulan data reduksi data, penggabungan data, dan kesimpulan. Reduksi
dilakukan dengan menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan dan
mengabstraksi data-data yang diperoleh. Selanjutnya sajian data dilakukan dengan
menyusun informasi hasil dari tahap reduksi data kemudian menyajikan secara
lengkap baik data yang diperoleh dari studi pustaka. Selain itu, data-data
penunjang lainnya juga di dapat dari media cetak dan media elektronik yang
kesemuanya diterapkan dengan interpretasi dalam metode analisis data. Hal ini
dilakukan untuk menunjang dan mempertajam analisis dalam pembahasan.
3.3. Penarikan kesimpulan
Pada tahap penarikan kesimpulan dan saran penulis menggunakan teknik
induksi berdasarkan uraian pada pembahasan. Selain itu, penulsan rumusan
beberapa saran untuk menyempuranakan gagasan juga berdasarkan pembahasan.
Penarikan simpulan dan saran dilakukan dengan cara yang sistematis, sihangga
diperoleh hasil yang lengkap dan terstruktur, dibawah ini adalah skema
penyusunan karya tulis
Memahami masalah

Merumuskan
Rumusan masalah hipotesis

Mengumpulkan data
Literatur / pustaka

Analisis data dan Menilai hipotesis


pengolahan data

Simpulan dan saran


Gambar 4. Skema Penyusunan karya tulis ilmiah

3.4. Kerangka Berpikir

Listrik mahal
Kesejahteraan
dan tidak
menurun
merata
Kesejahteraan
Masyarakat Tidak mampu menurun
membayar
listrik Air cucian beras

Bakeri
Saccaromyces
Energi Microbadterial cerevisiae
Potensi energi Fuel Cell (MFC)
baru terbarukan
Nama alatnya

Acumulator

Listrik

Gambar 5. Kerangka Berpikir


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Percobaan Microbial Fuel Cell menggunakan


Terdapat jenis-jenis tenaga pembangkit listrik yang sudah diterapkan,
diantaranya adalah tenaga air, angin, cahaya matahari, dan Diesel yang
menggunakan BBM. Menurut data dari Statistik PLN, (2009).

Bahan

Proses

Gambar percobaan

4.2. Desain ................


4.3. Relevansi pemanfaatan Energi Microbial Fuel cell menggunakan media Air
cucian beras dan saccaromices cerevisiae sebagai bakteri dalam usaha
mengatasi krisis harga listrik pada masyarakat
Seperti yang dijelaskan pada subbab pertama diatas, bahwa inti konsep dari
alat ini adalah pemanfaatan energi Energi Microbial Fuel cell menggunakan
media Air cucian beras dan Saccaromices cerevisiae sebagai bakteri. Sehingga
keluaran dari alat ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga listrik alternatif
yang akan digunakan di masa yang akan datang.
Sistem ini memilki beberapa keunggulan
1. Ramah lingkungan dan tidak memproduksi polusi yang akan menyemari
lingkungan selama proses produksi listrik
2. Lebih ekonomis dalam biaya jika diperhitungkan dalam jangka panjang
3. Dapat menggantikan energi bahan bakar minyak atau BBM yang semakin
lama akan semakin habis dan tidak dapat diproduksi kembali
4. Pengoprsian, pengawasan dan perawatan yang relatif lebih mudah
dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga lainya
5. Anggaran pengoprasian dan perawatan yang lebih rendah dibandingkan
dengan pembangkit listrik tenaga lainya

Hasil
4.4. Keterlibatan Elemen Masyarakat teknologi Microbial Fuel Cell dari
Limbah Cucian Beras memanfaatkan bakteri Saccharomyces cerevisiae
Dalam melaksanakan sistem dan teknologi Microbial Fuel Cell dari Limbah
Cucian Beras memanfaatkan Saccharomyces cerevisiae diperlukan keterlibatan
semua elemen masyarakat yang terdiri dari berbagai pihak diantaranya:
1. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementrian Riset dan
Teknologi, berperan dalam memberikan regulasi dalam pengembangan
teknologi ini pada pengembangan energi baru terbarukan (EBT)
2. Pemprov sebagai pemberi izin dalam melakukan wewenang untuk otonomi
daerah dalam perizinan pelaksanakan implementasi teknologi Microbial Fuel
Cell dari Limbah Cucian Beras memanfaatkan Saccharomyces cerevisiae.
3. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral setempat, berkewenangan untuk
mendukung serta melakukan penerapan teknologi Microbial Fuel Cell dari
Limbah Cucian Beras memanfaatkan Saccharomyces cerevisiae sebagai
upaya alternative penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang semakin
mahal. Selain itu, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan
pengawasan terhadap implementasi teknologi Microbial Fuel Cell dari
Limbah Cucian Beras memanfaatkan Saccharomyces cerevisiae.
4. Masyarakat khususnya pengusaha rumah makan sebagai sumber produksi
limbah air cucian beras, Unit pelaksana Teknik yang dibutuhkan yaitu di
Bidang Teknik Mesin, Teknik Elektro, Biologi dan Kimia. Teknik Mesin
berfungsi guna merakit .................. Teknik Elektro berfungsi untuk perakitan
perangkat elektronik pada perahu nelayan. Bidang kimia dan biologi
berfungsi guna penelitian dan pengembangan tingkat lanjut atas dampak
teknologi ini pada lingkungan dan meningkatkan daya listrik yang hasilkan
4.5. Langkah-langkah Implementasi
Langkah-langkah implementasi yang akan digunakan dalam implementasi
teknologi Microbial Fuel Cell dari Limbah Cucian Beras memanfaatkan
Saccharomyces cerevisiae adalah sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai