MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Biologi Dasar
yang dibina oleh Ibu Dra. Tri Ardyati, M.Agr., Ph.D
Oleh
Syifa Syauqiyah
195090800111025
PRODI INSTRUMENTASI
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
NOVEMBER 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya permintaan bahan bakar fosil
dan sumber daya tak terbarukan lainnya telah membayangi keberhasilan upaya
bersih dan hijau yang telah dilakukan di masa lalu. Implementasi teknologi hemat
energi sangat terhalang oleh industrialisasi yang sangat bergantung pada sumber
daya tidak terbarukan (Brown, 2001). Usaha untuk mencari energi terbarukan terus
dilakukan mulai dari pencarian dan pengeboran sumber-sumber energi fosil yang
baru, sampai program penghematan energi oleh pemerintah secara nasional. Selain
itu usaha mengubah energi konvensional (mesin bakar) menjadi energi listrik yang
lebih ramah lingkungan telah banyak dilakukan pula. Sehingga muncul produsen-
produsen listrik baik itu yang dibangun oleh pemerintah ataupun oleh swasta.
Namun, banyak dari produsen listrik itu menggunakan bahan bakar fosil dalarn
operasi memproduksi listrik. Masih banyak juga masyarakat yang menggunakan
mesin bakar dalam kendaraan yang mereka gunakan. Hal ini mengakibatkan
dampak polusi hasil buangan yang mencemari lingkungan baik itu air, tanah dan
udara.
Berbagai macam penelitian dilakukan untuk menemukan sumber energi
baru dalam rangka mengurangi tingkat ketergantungan terhadap sumber energi
fosil. Geothermal, fuelcell, angin, cahaya matahari adalah beberapa contoh
sumber penghasil energi yang sedang dikembangkan untuk pemakaian energi
masal di Indonesia. Pengembangan energi tersebut dikaji lebih dalam dikarenakan
sumber – sumber energi tersebutsangat melimpah di alam Indonesia. Namun
hal ini tidak menutup kemungkinan bagi pengembangan sumber-sumber energi
baru lain seperti contohnya sumber energi yang berasal dari mikroba.
Geobacter adalah sebuah bakteri yang diklasifikasikan dalam genus
proteobacteri. Geobacter memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa
organik dan logam, termasuk besi logam radioaktif dan senyawa minyak bumi
menjadi karbon dioksida yang ramah lingkungan, sekaligus menghasilkan energi
listrik. Untuk itu bukan tidak mungkin apabila Geobacter menjadi salah satu sumber
energi alternatif yang diperhitungkan di masa depan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Geobacter Sulfurreducens
2.1.1 PROFIL UMUM
Geobacter Sulfurreducens merupakan bakteri gram-negatif, berbentuk
koma, dan anaerobik. Geobacter sulfurreducens biasa ditemukan di bawah
permukaan tanah dan merupakan salah satu bakteri pereduksi metal yang paling
sering ditemui. Geobacter sulfurreducens dapat mengoksidasi senyawa organik dan
aktif mereduksi metal. Berikut adalah klasifikasi saintifik dari Geobacter
sulfurreducens:
Klasifikasi Saintifik
Kingdom Bacteria
Phylum Proteobacteria
Class Deltaproteobakteria
Ordo Desulfuromonadales
Family Geobacteraceae
Genus Geobacter
Species Sulfurreducens
Strain PCA Geobacter sulfurreducens pertama kali ditemukan dalam
sebuah sampel tanah yang terkontaminasi oleh senyawa hidrokarbon di Norman,
Oklahoma. Geobacter sulfurreducens mengoksidasi asetat menjadi karbondioksida
dan air. Di saat yang bersamaan Geobacter sulfurreducens mereduksi senyawa
seperti sulfur, fumarat, dan beberapa metal seperti besi (III) oksida. Bakteri
Geobacter sulfurreducens memiliki genom dengan kurang lebih 3,8 juta pasang
basa. Geobacter sulfurreducens mengkodekan hingga 100 jenis sitokrom c.
Bentuk umum bakteri ini adalah memiliki satu flagella pada satu sisi dan
satu pili pendek pada sisi lainnya. Secara umum, Geobacter sulfurreducens
merupakan bakteri yang penting untuk lingkungan karena penggunaannya untuk
bidang bioteknologi sangat banyak, salah satunya adalah kapabilitasnya dalam
bidang bioremediasi (proses menghilangkan polutan tertentu pada lingkungan
tertentu). Selain itu, spesies Geobacter dapat menghancurkan pengotor pada minyak
yang terdapat di air tanah yang tercemar dengan cara mengoksidasi senyawa-
senyawa ini menjadi karbondioksida. Akhir-akhir ini yang cukup sering dibahas
adalah kemampuannya menghasilkan listrik dengan cara yang serupa. Geobacter
sulfurreducens dapat memetabolisme material tak larut seperti besi oksida,
magnesium oksida, uranium oksida, dan lain-lain, yang tidak dapat diuraikan.
Geobacter dapat melangsungkan respirasi anaerobik menggunakan oksida tersebut
sebagai akseptor elektron yang utama. Dengan demikian, Geobacter sulfurreducens
dapat digunakan untuk menghasilkan listrik apabila bakteri tersebut menempel pada
sebuah elektroda. Berikut adalah gambar Geobacter sulfurreducens:
Dan berikutnya adalah contoh MFC yang digunakan untuk sumber energi
kalkulator:
Contoh persamaan reaksi yang terjadi di dalam Microbial Fuel Cell adalah :
C12H22O11 + 13H2O 12CO2 + 48 H + + 48e - Senyawa organik + air karbon
dioksida + ion hidrogen + electron
Terdapat beberapa jenis Microbial Fuel Cell, yaitu:
1. Mediator microbial fuel cell Sebagian besar microbial cell tidak aktif secara
elektrokimia. Transfer elektron dari mircobial cell ke elektroda difasilitasi oleh
mediator seperti thionine, metil viologen, metil blue, humic acid, neutral red dll.
Sebagian besar dari mediator mahal dan beracun.
2. Mediator-free microbial fuel cell
Soil-based microbial fuel cells memiliki prinsip dan deskripsi yang sama
seperti MFC diatas, dengan tanah sebgai nutrisi utama untuk media anoda,
inokulum, dan membran pertukaran proton. Anoda ditempatkan pada kedalaman
tertentu di dalam tanah, katoda berada diatas tanah dan terkena langsung dengan
oksigen dari udara disekitarnya.
2.2.2 METODE PENGEFEKTIFAN MFC
Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan efektifitas
sebuah MFC adalah memperhatikan jenis material anoda nya. Jenis anoda yang
dipakai sangat berpengaruh terhadap kuat arus listrik yang dihasilkan MFC
tersebut. Akhir-akhir ini, bahan anoda yang sangat sering digunakan adalah grafit.
Grafit memiliki permukaan yang relatif kasar, sehingga lebih banyak sel/bakteri
yang dapat hinggap di anoda. Percobaan telah membuktikan bahwa anoda dengan
tingkat kekasaran yang lebih tinggi memiliki kecenderungan mengikat bakteri
dengan jumlah yang lebih banyak. Dalam kasus MFC Geobacter sulfurreducens,
grafit memiliki kekasaran yang cukup tinggi untuk bakteri/sel dapat menempel di
anoda. Biofilm yang terbentuk akan terikat secara kuat pada anoda dan
kemungkinannya untuk lepas dari akseptor elektron, bahkan saat medium organik
sedang dalam proses pengadukan. Material anoda yang lain juga telah dites untuk
mengukur energi listrik yang dihasilkan. Selain grafit, material yang telah dicoba
sebagai anoda adalah aurum (gold). Pada awalnya aurum dianggap sebagai material
yang baik sebagai bahan anoda karena aurum merupakan konduktor yang baik dan
dapat terikat dengan permukaan lain. Namun ternyata percobaan membuktikan
bahwa listrik yang dihasilkan MFC dengan anoda aurum tidak sebanyak listrik yang
dihasilkan MFC dengan anoda grafit. Hal ini dikarenakan kekasaran permukaan
aurum tidak setinggi grafit. Sehingga tidak banyak biofilm yang dapat terikat ke
aurum, sehingga biofilm dapat terlepas dari anoda saat terjadi pengadukan medium
organik. Namun, karena aurum dikatakan dapat terikat pada hampir semua jenis
permukaan, anoda aurum dapat dimanfaatkan untuk MFC dalam skala yang lebih
kecil, misalnya skala mikro atau nano. Pada sisi lain, grafit tidak dapat digunakan
untuk MFC skala kecil (mikro/nano).
2.2.3 PEMBATASAN DAN APLIKASI MFC
MFC harus dikembangkan secara intensif agar dapat digunakan dalam
skala industri. MFC memiliki masa depan cerah untuk menjadi salah satu alternatif
energi listrik di masa depan. Untuk saat ini, yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana caranya agar MFC dapat menghasilkan energi listrik yang lebih banyak
yang dapat digunakan untuk barang-barang elektronik yang lebih kompleks.
Hingga saat ini, kuat arus listrik yang dihasilkan masih sekitar 14 mA. Hal ini
berarti MFC hanya dapat digunakan untuk sumber listrik barang- barang elektronik
yang tidak kompleks.