Anda di halaman 1dari 3

Microbial Fuel Cell, Energi Listrik Alternatif dari Bakteri

Muhammad Fikri - Selasa, 22 Februari 2011, 16:22:52

BANDUNG, itb.ac.id - Kebutuhan

akan energi alternatif khususnya energi listrik pada saat ini semakin meningkat. Semakin
berkurangnya jumlah bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi dan gas alam
mendorong para ilmuwan untuk melakukan penelitian dalam menemukan sumber energi alternatif
yang ramah lingkungan.I Nyoman P. Aryantha, Ph.D dan Shinta Asarina, S.Si, kedua peneliti dari
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB mengembangkan sumber energi listrik alternatif
bertenagakan mikroba. Penelitian ini telah dilakukan selama dua tahun sejak tahun 2009. "Microbial
Fuel Cell telah menjadi subjek penelitian yang cukup populer di tahun 2010," ujar Shinta saat
ditemui di Pameran Hasil Penelitian ITB 2010 bertempat di Aula Barat ITB. Kedua peneliti tersebut
mengembangkan Microbial Fuel Cell dengan biokatoda.

Microbial Fuel Cell atau lebih dikenal dengan singkatan MFC adalah sistem pembangkit energi
listrik dengan memanfaatkan interaksi bakteri yang terdapat di alam. Bakteri yang terdapat dalam
medium organik mengubah bahan organik menjadi energi listrik. Sifat bakteri yang dapat
mendegradasi medium organik (enrichment media) pada MFC menghasilkan ion elektron dan
proton. Ion-ion inilah yang menghasilkan perbedaan potensial listrik sehingga dapat dihasilkan
energi.

Umumnya pada sistem konvensional, MFC terdiri dari dua ruang yang terdiri dari ruang anoda dan
katoda. Kedua ruang tersebut dipisahkan oleh sebuah membran tempat terjadinya pertukaran proton (
proton exchange membrane
). Sistem ini belum sepenuhnya bekerja dengan kerja bakteri karena hanya sisi anoda saja yang
mengandung bakteri, sedangkan pada sisi katoda masih bekerja dengan menggunakan senyawa
kimia seperti Polialumunium Chloride (PAC). Namun baru-baru ini telah dikembangkan MFC
dengan menggunakan bakteri pada katoda, atau lebih dikenal dengan biokatoda. Bakteri pada ruang
katoda memiliki fungsi yang sama sebagai mediator elektron yang sebelumnya dilakukan oleh
senyawa kimia.

Dalam banyak penelitian tentang MFC, asetat umum digunakan sebagai substrat untuk bakteri agar
dapat menghasilkan listrik. Senyawa kimia ini lebih mudah diproses oleh bakteri ketimbang
memproses air limbah. Asetat tergolong senyawa kimia sederhana yang berfungsi sebagai sumber
karbon untuk bakteri. Kelebihan lain dari asetat adalah senyawa ini tidak menimbulkan reaksi lain
terhadap bakteri seperti fermentasi dan methanogenesis pada temperatur ruang.

Biokatoda 'versus' Katoda Abiotik

Biokatoda menjadi pilihan yang lebih baik ketimbang dari katoda abiotik karena biaya pembuatan
dan operasinya lebih murah. Selain itu penggunaan katalis, mediator elektron buatan pada MFC bisa
digantikan dengan biokatoda yang lebih murah. Terlebih lagi, beberapa jenis mikroorganisme dapat
menghasilkan gas oksigen melalui reaksi fotosintesis, mengurangi pemakaian oksigen dari luar.

Biokatoda dapat memperpanjang umur MFC karena pada MFC dengan biokatoda masalah
kerusakan platinum oleh sulfur pada mediator elektron dapat dihilangkan. Selain itu, metabolisme
mikroba pada biokatoda dapat dipergunakan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat serta
menghilangkan senyawa kimia yang tidak diperlukan. Beberapa mikroba yang dapat dijadikan
biokatoda di antaranya adalah Acetobacter aceti cathode.
Masih Perlu Penelitian Lebih Lanjut

"Keterbatasan pada penelitian ini masih bergantung pada energi listrik yang dihasilkan, sekitar 793
mili Ampere pada 1,5 volt dan berjalan selama satu minggu," ujar Shinta. Shinta berharap agar hasil
dari penelitian Microbial Fuel Cell ini dapat menghasilkan tegangan hingga 12 volt dan kuat arus
sebesar 1 Ampere.

Disadur dan diterjemahkan dari publikasi penelitian MFC milik I Nyoman P. Aryantha, Ph.D dan
Shinta Asarina, S.Si berjudul Microbial Fuel Cell (MFC) Based on Electrodes - Semisolid
Microbial with 12 Volt and 1 Ampere Scale pada Pameran Hasil Penelitian ITB 2010.

Anda mungkin juga menyukai