Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah

Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik
industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena dapat menurunkan kualitas lingkungan (Zulkifli, 2014).

Berdasarkan sumber atau asal limbah, maka limbah dapat dibagi kedalam beberapa
golongan yaitu :
1. Limbah domestik, yaitu semua limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur, tempat
cuci pakaian, dan lain sebagainya, yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat
organik baik padat maupun cair, bahan berbahaya dan beracun (B-3), garam terlarut,
lemak.
2. Limbah nondomestik, yaitu limbah yang berasal dari pabrik, industri, pertanian,
peternakan, perikanan, dan transportasi serta sumber-sumber lainnya. Limbah
pertanian biasanya terdiri atas pestisida, bahan pupuk dan lainnya (Kristianto, 2002).

2.2 Pepaya

Gambar 2.1 Buah Pepaya (Masvictor, 2013)

Pepaya (Carica papaya) merupakan buah yang berasal dari benua Amerika yang memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan. Namun, kebanyakan orang hanya memanfaatkan daging
buahnya saja. Padahal, bagian lain dari pepaya juga mengandung banyak manfaat, contohnya
kulitnya. Pada dasarnya, kulit pepaya memiliki kandungan gizi yang mirip dengan buahnya.
Hanya saja, kulit pepaya mengandung enzim papain yang lebih dominan terutama pada kulit
pepaya muda karena getahnya yang masih banyak. Pepaya adalah sumber serat yang baik,
folat, vitamin A, karotenoid, lutein, likopen, dan asam amino esensial yang mempengaruhi
fungsi sel yang tepat (Anastasia, 2015).

Pepaya merupakan tanaman buah dari famili caricaceae. Tanaman pepaya banyak
ditanam baik di daerah tropis maupun subtropis, di daerah basah dan kering, atau di daerah
dataran rendah dan pegunungan Pepaya merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di
Indonesia. Masyarakat Indonesia biasa menanam tanaman ini di pekarangan atau di tegalan.
Namun, pada umumnya masyarakat menanam tanaman ini hanya sebatas digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sayur atau buah yang dikonsumsi dalam rumah tangga
(Soedarya,2009).

Pepaya memiliki vitamin E empat kali lebih banyak, 33% vitamin C lebih banyak, 50%
kalium lebih banyak, dan kalori lebih sedikit daripada jeruk. Secara mendetail, kulit maupun
buah pepaya mengandung 46 KKal, protein 0.50 gram, karbohidrat 12.20 gram, kalsium 23
mg, besi 1.7 mg, vitamin A 365 SI, vitamin B1 0.04 mg, vitamin C 78.9 mg, dan air 86.7 mg.
Lebih dari lima puluh jenis asam amino terkandung dalam getah buah pepaya muda, antara
lain asam aspartat, treonin, serin, asam glutamat, prolin, glisin, alanin, valine, isoleusin,
leusin, tirosin, fenilalanin, histidin, lysine, arginin, triptophan, dan sistein (Anastasia, 2015).

2.3 Energi Listrik

Energi didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan kerja. Ada berbagai
jenis energi, misal energi mekanis, energi kimia, energi listrik, juga energi panas maupun
energi cahaya. Energi-energi tersebut tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, namun
sangat mudah untuk berubah bentuk. Hal ini sesuai dengan hukum kekekalan energi. Satuan
energi menurut Satuan Internasional adalah Joule, selain itu energi juga dinyatakan dalam
kalori, BTU, atau Watt hour.

Power x Time = Energy

Dimana : Power merupakan daya peralatan listrik (Watt)


Time merupakan waktu selama peralatan digunakan (jam/hour)
Energy merupakan energi listrik yang dikonsumsi peralatan listrik (Watt hour).

Daya merupakan energi yang diperlukan untuk melakukan usaha/kerja. Daya listrik
biasanya dinyatakan dalam Watt. Secara matematis, besarnya daya listrik dapat dituliskan
sebagai berikut :
P=VI
Dimana : P merupakan daya listrik (Watt)
V merupakan tegangan (volt)
I merupakan arus listrik (ampere)

Energi listrik adalah energi utama yang dibutuhkan bagi peralatan listrik atau energi
yang tersimpan dalam arus listrik dengan satuan amper (A) dan tegangan listrik dengan
satuan Volt (V) dengan ketentuan kebutuhan konsumsi daya listrik dengan satuan
Watt (W)untuk menggerakkan motor, lampu penerangan, memanaskan, mendinginkan
ataupun untuk menggerakkan kembali suatu peralatan mekanik untuk menghasilkan
bentuk energi yang lain (Astu, 2008)

2.4 Fuel Cells

Fuel Cellaaadalah teknologi elektrokimia yang secara berkelanjutan mengkonversiaadari


energi kimiaaamenjadi energi listrik selamaaaterdapat bahan bakar danaapengoksidan. Fuel
cell tersusunaaatas 3 komponen utama yaituaaanoda, katoda dan elektrolit (membran). Anoda
berperanaasebagai tempat terjadinya pemecahan hidrogen (H2) menjadi proton
danaaelektron. Katoda berperanaasebagai tempataaterjadinya reaksi penggabungan antara
proton, elektronaadan oksigen untuk membentukaaair. Elektrolitaaadalah suatu media
untuk mengalirkanaaproton. Padaaafuel cells berbahan bakar hidrogen,aaketika molekul
hidrogen melakukan kontakaadengan anoda, molekul tersebut terpisah menjadi ion hidrogen
dan elektron. Elektronaamengaliraamelalui sirkuit luar menuju katoda dan menimbulkan
aliran listrik. Ionaahidrogen melewatiaaelektrolit (membran) menuju katoda,aalalu
bergabung dengan elektron dan oksigen dari udara kemudian membentukaamolekul air
(Suhada, 2001).aaSecara umum,aaprinsip kerja fuel cell dapat dilihat pada gambar 2.3
berikut ini.

Gambar 2.3 Desain Fuel Cell (Serdiukigor, 2015)

2.5 Microbial Fuel Cells (MFC)

MFCaadalah sistemWbioelekrokimia yang mampu membangkitkan energi listrik dari


oksidasi substrat organik dan anorganik dengan bantuan katalis mikroorganisme.AMicrobial
fuel cell memiliki komponen yang sama seperti fuel cell, yang tersusun dari beberapa
komponen seperti anoda,Akatoda, dan elektrolit. PadaAMFC, komponen anoda yang
digunakanAadalah kultur mikroorganisme. PenggunaanAmikroorganismeSdalam MFC ini
memeiliki tujuan yaitu untuk menggantikan fungsi enzim sehingga dihasilkan substrat
yangAlebih murah.
MFC memiliki keuntungan yang lebih banyak dibandingkan fuel cell. Hal iniAkarena
MFC dapatAmenghasilkan energiAlistrik dari sampah organik dan biomassa
terbarui.ABakteri mampuAmenjadi katalis dan beradaptasi dengan baik terhadap bahan-
bahan organikAberbeda yang terdapat pada limbah lingkungan sehinggaAmenghasilkan
elektron. Penggunaan katalis yang digunakan pada fuel cellAbiasa berupaSplatina merupakan
investasi yang mahal, sedangkan pada MFC dapatAdigantikan oleh pertumbuhan
mikroorganisme didalamnya.
BerbagaiAmacam bentuk bahanAorganik dapat digunakan sebagai substrat dalamA
MFC, sepertiAasam lemak, pati, glukosa, protein dan asam amino, serta air limbah dari
hewan dan manusia.
2.5.1 Prinsip Kerja MFC
Prinsip kerjaAMFC adalah dengan memanfaatkan mikroba yang melakukan
metabolisme terhadapaamedium yang ada di anoda untuk mengkatalis pengubahan
materi organik menjadi energi listrik dengan mentransfer elektron dari anoda melalui
kabel dan menghasilkan arus ke katoda. Transfer elektron dari anoda diterima oleh ion
kompleks di katoda yang memiliki elektron bebas. Dalam MFC, yangadapat digunakan
sebagai donoraelektron adalah zat hasil metabolisme mikroba atau elektron yang
dilepaskan mikroba saat melakukanaametabolismenya.aaZat hasil metabolisme
mikroba umumnya merupakan senyawaaayang mengandung nitrogen, seperti etanol,
metanol, atau gas metana. Senyawaaaini dapat digunakanaasebagai sumber hidrogen
melalui serangkaian proses untuk memproduksi elektron dan menghasilkan arus listrik.
Setiapaaaktivitas metabolisme yang dilakukan mikrobaaaumumnya melibatkan
pelepasan elektron bebas ke medium. Elektron ini dapat dimanfaatkan langsung pada
anoda dalamaaMFC untuk menghasilkan arus listrik. Secaraaaumum mekanisme
prosesnya adalah substrataadioksidasi oleh bakteri menghasilkan elektronaadan proton
pada anoda. Elektronaaditransfer melalui sirkuit eksternal, sedangkanaaproton
didifusikan melalui separator membran menujuaakatoda.aaPada katoda, reaksi
elektronaadan proton terhadap oksigenaakan menghasilkan air.

Gambar 2.4 Prinsip Kerja MFC (Liu, 2004)


2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja MFC
Kinerja MFC dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain kecepatan degradasi substrat oleh bakteri, transfer proton
dalam larutan danAkecepatan transfer elektronZdari bakteri keAanoda. Selain
itu,kinerja MFCAjuga dapat dipengaruhi oleh aktivitas mikroba dan substrat yang
digunakan. KinerjaAMFC dapat juga dipengaruhi oleh temperatur karena
berkaitanAlangsung dengan kinetik bakteri, kecepatan reaksi oksigen yang dikatalis
oleh katoda dan kecepatan transfer proton melalui larutan. Faktor lainnya adalah
komponen penyusun MFC, seperti elektroda (anoda dan katoda) dan memberan
penukar proton,Aserta kelengkapan alatApada membran. (Liu, 2004)

2.6 Larutan Elektrolit KMnO4

Kalium permanganat merupakan senyawa kimia anorganik dengan rumus KmnO4.


Garam yang terdiri dari K+ dan MnO4- ion. Kalium permanganat (KMnO4) merupakan alkali
kaustik yang akan tersdisosiasi dalam air membentuk ion permanganat (MnO4-) dan juga
mangan oksida (MnO2) bersamaan dengan terbentuknya molekul oksigen elemental.

2 KMnO4 (s) → 2K+(aq) + MnO4-(aq) + MnO2 + O2(g)

Kalium permanganat, selain bersifat sebagai larutan elektrolit juga merupakan senyawa
oksidator. Elektrolit adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam pelarut (misalnya air)
akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarakan arus listrik. Elektrolit sering
diklasifikasikan berdasrkan kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik. Elektrolit
yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik digolongkan ke dalam elektrolit kuat,
sedangkan elektrolit yang sifat penghantaran listriknya buruk digolongkan ke dalam elektrolit
lemah. Suatu elektrolit dapat berupa larutan asam, basa mapun garam (Syukri, 1999).

Apabila kontak dengan senyawa yang mudah menyala akan menyebabkan kebakaran dan
dijauhkan dari senyawa pereduksi, asam kuat, material organik, peroksida, alkohol dan
senyawa kimia logam aktif. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat. Sifat fisik dari
kalium permangant yaitu berwarna kristal ungu seperti kristal perunggu dan titk leburnya
1050C (terdekomposisi) (Ihsan, 2014).
2.7 Methylene Blue

Methylene blue adalah nama dagang dari senyawa 3,7-bis(dimetilamino)-5-fenotiazinium


klorida yang memiliki rumus kimia C16H18ClN3S, adalah senyawa hidrokarbon aromatik
yang beracun dan merupakan zat warna kationik dengan daya adsorpsi yang sangat kuat.
Pada umumnya methylene blue digunakan sebagai pewarna sutra, wool, tekstil, kertas,
peralatan kantor dan kosmetik. Senyawa ini berupa kristal berwarna hijau gelap. Ketika
dilarutkan, methylene blue dalam air atau alkohol akan menghasilkan larutan berwarna biru.
Methylene blue memiliki berat molekul 319,86 gr/mol, dengan titik lebur di 105°C dan daya
larut sebesar 4,36 x 104 mg/L (Endang Palupi, 2006:6).

Anda mungkin juga menyukai