Anda di halaman 1dari 12

DEGRADASI FUNGSI SISTEM INDUSTRI AKIBAT KOROSI MIKROBIOLOGI

Gadang Priyotomo dan Teguh

Puslit Metalurgi LIPI

Kawasan PUSPIPTEK Serpong Tangerang

Abstract

The identification microbiological corrosion on metal of industrial tools is needed through observation with looking
characteristic of bacterial microbe in reduction or oxidation environment. Variables, which influence corrosion is
temperature, flow velocity, pH and oxygen concentration. Its give conditional limitation of microbiological corrosion.

Keyword : Microbiology corrosion, corrosion microbe, sulphate reduction bacteria, biofilm

Abstrak

Identifikasi terjadinya korosi mikrobiologi pada material logam peralatan – perlatan industri diperlukan melalaui
pengamatan dengan melihat cirri khas jenis-jenis berpengaruh terjadinya korosi tersebut yaitu temperatur, kecepatan
alir, pH dan kadar oksigen memberikan batasan kondisi korosi microbiological yang terjadi.

Kata kunci : Korosi mikrobiologi, Mikroba korosi, bakteri reduksi sulfat, biofilm

PENDAHULUAN

Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat aktifitas mikroba

dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934.

bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian sistem

industri modern hingga pertengahan tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai

contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan

sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah

satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi

dan industri kertas pulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut

dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena

tersebut, banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk

mengurangi bahaya korosi tersebut.

Penulisan ini ditujukan untuk sebagai bahan perhatian kembali kepada pelaku indutriawan, dosen dan

pendidik secara khususnya dan orang-orang yang berkompeten terhadap bidang, kimia, korosi dan ilmu
pengetahuan alam pada umumnya, bagaimana bahayanya korosi bakteri di lingkungan bebas baik air, udara dan

tanah di sekitar kita.

MIKROBA KOROSI

Mikroba merupakan suatu mikrooranisme yang hidup di lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya

dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan

pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan

nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya.

Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini

bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area,

mikroorganisme umumnya berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam

dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4

jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di

permukaan.

Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan,

namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan

deposit mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau logam/deposit

tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte.

Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu :

1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen.

2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.

3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.

4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen.

Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-jenis bakteri yang

berkembang yaitu :
1. Bakteri reduksi sulfat

Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen atau lingkungan

reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga

mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini

tumbuh pada daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.

Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H 2S atau Besi

sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter menggunakan campuran

organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen dan CO 2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim

hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.

2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida

Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit atau sulfur.

Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. bakteri

Thiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.

3 Bakteri besi mangan oksida

Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit berhubungan dengan bakteri korosi.

Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada

permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang.

Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa variabel-variabel yaitu :

1. Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi tergantung karakteristik

mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum untuk tumbuh yang berlainan.

2. Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah akan mudah terganggu sedangkan kecepatan alir tinggi

menyebabkan lapisan lebih tipis dan padat.

3. pH, umumnya pH bulk air dapat mempengaruhi metabolisme mikroorganisme.


4. Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O 2 untuk tumbuh, namun pada Organisme fakultatif jika

O2 berkurang maka dengan cepat bakteri ini mengubah metabolismenya menjadi bakteri anaerob.

5. Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan ini menciptakan keadaan di

permukaan untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.

Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan pengembangan sel diferensial oksigen,

konsentrasi klorida dibawah deposit sulfida, larutan produk korosi dan depolarisasi katodik lapisan proteksi

hidrogen.

Biofilm bakteri merupakan agen dari proses inisiasi dan propagasi pertumbuhan korosi bakteri terlihat pada

Gambar 1, sehingga korosi mikroba tidak terjadi dengan absennya bioflim. Biofilm menyediakan kondisi

kondisi local lingkungan misalnya pH yang rendah, sel difernsial oksigen untuk inisiasi atau propagasi aktifitas

korosi.

Meskipun beberapa literaratur menerangkan faktor fisik dan elektrokimia yang dihubungkan dengan korosi di

lingkungan berair, namun relatif sedikit diketahui tentang mekanisme mikroorganisme saat inisiasi dan

propagasi aktifitas korosi.

material SS 316, umumnya mekanisme terjadinya korosi bakteri kurang dipahami, hanya melihat inidikasi

produksi asam atau serangan sulfida terlihat pada Gambar 2.


MASALAH –MASALAH DI LAPANGAN

Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi disebabkan oleh fenomena

biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut yaitu :

a. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi

Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation (KOGAS) menggunakan pipa-pipa

gas yang dilapis dengan polyethylene (APL 5L X-65). Selama instalasi, pipa dilas tiap 12 meter dan diproteksi

dengan impressed current proteksi katodik dengan potensial proteksi –850 mV (vs saturated Cu/CuSO 4).

Kemudian beberapa tahun dicek kondisi lapis lindung maupun korosi aktif menggunakan pengujian potensial

gardien5, hasilnya berupa letak-letak coating defect di sepanjang pipa. Kegagalan selanjutnya yaitu adanya

disbonded coating area di permukaan pipa yang disebabkan adanya arus proteksi katodik yang berlebihan

terekspos.

Coating defect dan daerah disbonded coating sangat baik untuk perkembangan mikroba anaerob. Pada

disbonded coating area terjadi korosi local (pitting), lubang pit berbentuk hemisspherikal dalam tiap-tiap

kelompok. Kedalaman pit 5-7 mm (0,22 – 0,47 mm/year) 4, bentuk pit ini menindikasikan karakter bakteri

reduksi sulfat terlihat pada Gambar 3

LUBANG KOROSI
KERUSAKAN PADA PIPA AKIBAT KOROSI (KARAT) SECARA
MIKROBIOLOGIS
b. Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran.

Di kota Kalifornia Amerika serikat, departemen pemadam kebakaran mengalami masalah cukup sulit

dimana debit air alat system penyemprot turun walau tekanan cukup besar, setelah diselidiki maka di dalam alat

penyemprot terjadi suatu korosi yang disebabkan oleh aktifitas mikroba dipermukaan dinding bagian dalam

yang terbuat dari baja karbon dan tembaga saat beberapa bulan pembelian.

Ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di di dinding bagian dalam, kemudian di dalam

biodeposit tersebut terjadi aktifitas degradasi lokal berupa korosi pitting sehingga mengurangi tebal pipa dan

aktifitas ini menghasilkan senyawa H2S di lubang pit yang mengakibatkan keadaan asam dan mempercepat

kelarutan logam.
KESIMPULAN

Aktivitas mikroba khususnya bakteri reduksi ,oksida sulfat dan mangan oksidasi mengakibatkan

degradasi fungsi peralatan yang memakai bahan dasar logam dengan kondisi lingkungan kritis dan temperatur

tertentu. Maka pencegahan dengan pemilihan lingkungan kerja material yang tidak memberikan nutrisi dan

temperatur untuk berkembang dan perlindungan korosi berupa pengecatan dan proteksi katodik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hill, E.C, “Microbial Aspects of Metallurgy”, New York, American Elsevier, 1970

2. Tatnall,R E., Introduction part I- Biofilm formation, Houston, NACE International,1993.

3. Gessy,G.G., Introduction part II-Biofilm Formation, Houston, Nace International, 1993.

4. Seon Yeob, Li dkk., Microbiologically influenced Corrosion of underground pipelines under the

disbonded coating, KOGAS, Korea.

5. Toat Nur Salam, Memprediksi kondisi pipa baja dalam tanah dengan metode uji arus secara kompterisasi,

P2M LIPI, Serpong, 1999

6. Mars W Mittleman,Ph.D, Microbial influenced corrosion of sprinkler piping, PM Engineer, San Jose.

Korosi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi.

Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi
adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.

O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)

atau

O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana
dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,
bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa
korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida,
setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja
atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang
menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).

Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap
elektroda lainnya yang akan sangat berbeda

Korosi
Kata Kunci: karat besi, korosi logam
Ditulis oleh Zulfikar pada 03-06-2010

Korosi atau perkaratan logam merupakan proses oksidasi sebuah logam dengan udara atau
elektrolit lainnya, dimana udara atau elektrolit akan mengami reduksi, sehingga proses korosi
merupakan proses elektrokimia, lihat Gambar 7.11.
Gambar 7.11. Korosi logam Fe dan berubah menjadi oksidanya

Korosi dapat terjadi oleh air yang mengandung garam, karena logam akan bereaksi secara
elektrokimia dalam larutan garam (elektrolit). Pada proses elektrokimianya akan terbentuk
anoda dan katoda pada sebatang logam.

Untuk itu, kita bahas bagaimana proses korosi pada logam besi. Pertama-tama besi
mengalami oksidasi;

Fe → Fe2+ + 2e E0 = 0.44 V

dilanjutkan dengan reduksi gas Oksigen;

O2 + 2 H2O + 4e → 4OH- E0 = 0.40 V

Kedua reaksi menghasilkan potensial reaksi yang positif (E = 0.84 V) menunjukan bahwa
reaksi ini dapat terjadi. Jika proses ini dalam suasana asam maka, proses oksidasinya adalah

O2 + 4 H+ + 4e → 2 H2O E0 = 1.23 V

dan potensial reaksinya semakin besar yaitu:

E = (0.44 + 1.23) = 1.63 Volt.

Dengan kata lain proses korosi besi akan lebih mudah terjadi dalam suasana asam.

Faktor yang mempengaruhi proses korosi meliputi potensial reduksi yang negatif, logam
dengan potensial elektrodanya yang negatif lebih mudah mengalami korosi. Demikian pula
untuk dengan logam yang potensial elektrodanya positif sukar mengalami korosi.

Untuk mencegah terjadinya korosi, beberapa teknik atau cara diusahakan. Dalam industri
logam, biasanya zat pengisi (campuran) atau impurities diusahakan tersebar merata didalam
logam. Logam diusahakan agar tidak kontak langsung dengan oksigen atau air, dengan cara
mengecat permukaan logam dan dapat pula dengan melapisi permukaan logam tersebut
dengan logam lain yang lebih mudah mengalami oksidasi.
Cara lain yang juga sering dipergunakan adalah galvanisasi atau perlindungan katoda. Proses
ini digunakan pada pelapisan besi dengan seng. Seng amat mudah teroksidasi membentuk
lapisan ZnO. Lapisan inilah yang akan melindungi besi dari oksidator.

Terbentuknya Anoda Dan Katoda


Kata Kunci: khrom, nikel, perak
Ditulis oleh Suparni Setyowati Rahayu pada 21-07-2009

Daerah anoda dan katoda pada prinsipnya dapat terbentuk bila pada permukaan logam atau
paduan terdapat perbedaan potensial atau energi bebas dari titik yang satu terhadap yang lain
disekitarnya. Perbedaan potensial ini dapat dihasilkan misalnya oleh dua jenis logam yang
berhubungan secara listrik, perbedaan rasa,perbedaan suhu, perbedaan tegangan, perbedaan
besar butiran,daerah pinggir dan tengah butiran dan juga pengaruh konsentrasi dari
lingkungan.

Kondisi-kondisi yang dapat membentuk daerah anoda dan katoda dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :

Jenis-jenis Korosi

Serangan korosi pada logam-logam oleh lingkungannya dapat menghasilkan berbagai bentuk
kerusakan. Jenis kerusakan yang terjadi tidak hanya tergantung pada jenis logam, keadaan
fisik logam dan keadaan penggunaan-penggunaannya, tetapi juga tergantung pada
lingkungannya.Ditinjau dari bentuk produk atau prosesnya, korosi dapat dibedakan dalam
beberapa jenis, di antaranya :

a. Korosi merata : Serangan korosi yang merata diseluruh permukaan logam. Korosi merata
umumnya terjadi pada permukaan – permukaan logam yang memiliki komposisi kimia
sejenis atau memiliki mikro struktur sejenis.Korosi merata merupakan bentuk kerusakan yang
paling umum dijumpai.
b. Korosi lubang (pitting) : Serangan korosi yang membentuk lubang. Korosi lubang
biasanya merupakan hasil dari aksi sel korosi autokatalitik setempat. Dengan demikian
kondisi kondisi korosi yang dihasilkan di dalam lubang cenderung mempercepat proses
korosi. Korosi lubang sangat membahayakan karena biasanya hanya berbentuk lubang kecil
bahkan kadang-kadang dari luar tertutup dan hanya merupakan permukaan yang kasar.
c. Korosi celah (crevice corrosion) : Serangan korosi pada celah celah yang umumnya
terjadi karena adanya jebakan air atau elektrolit diantara celah, sambungan dan sebagainya.
Korosi celah ini juga dapat autokatalitik karena hidrolisa ion – ion logam yang terjadi di
dalam celah dan juga penimbunan muatan positif larutan di dalam celah
d. Korosi galbani (galvanic corrosion) : Serangan korosi yang terjadi apabila dua logam
yang berbeda dihubungkan satu dengan yang lain. Logam yang kurang mulia akan bertindak
sebagai anoda dan yang lebih mulia sebagai katoda.Kecenderungan terkorosi tergantung pada
jenis logam yang berkontak dan luas permukaan daerah katoda dan anodanya.
e. Korosi selektif : Serangan korosi yang bersifat selektif. Paduan yang terdiri dari unsur-
unsur yang memiliki aktifitas elektrokimia jauh berbeda akan mudah terpengarah oleh korosi
selektif.
f. Korosi antar kristal (intergranular corrosion) : Serangan korosi yang terjadi pada batas
kristal (butir) dari suatu logam/paduan karena paduan yang kurang sempurna (ada kotoran
yang masuk) atau adanya gas hidrogen atau oksigen yang masuk pada batas kristal/butir.
g. Korosi lelah : kegagalan logam oleh aksi gabungan beban dinamik dan lingkungan
korosif.
h. Korosi tegang : Peretakan logam karena aksi gabungan beban statik dan lingkungan
korosif.
i. Korosi erosi : Kerusakan logam karena gabungan aksi lingkungan korosif dan erosi
permukaan logam oleh pergerakan lingkungan fluida yang korosif.

Pengendalian Korosi
Prinsip dasar pengendalian korosi sebenarnya sangat sederhana. Faktor-faktor yang
mempengaruhi korosi dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu faktor logam (faktor dalam) dan
faktor lingkungan (faktor luar).Jumlah paduan logam maupun variasi lingkungan sangat
banyak,sehingga dapat diperkirakan bahwa persoalan korosi tampaknya sangat kompleks.

Tetapi dasar-dasar pengendaliannya dapat kita bagi kedalam 4 metode seperti berikut ini :
a) Membuat logam tahan korosi
b) Membuat lingkungan menjadi tidak korosif
c) Membalikkan arah arus korois
d) Memisahkan logam dari lingkungan.

Memisahkan logam dari lingkungan


Memisahkan logam dari lingkungan adalah cara yang sangat populer dan banyak dilakukan.
Cara ini meliputi pelapisan dengan lapis lindung organik atau inorganik (logam dan bukan
logam). Teknik pelindungan dapat dengan pengecatan,semprot, lapis listrik, celup dan
sebagainya. Untuk proses lapis listrik (electroplating) logam yang umum digunakan untuk
melapis antara lain kadmium, khrom,tembaga, emas, timah putih, timah hitam, nikel, perak
dan seng. Sedangkan dalam bentuk paduannya antara lain : kuningan, perunggu, nikel- besi
dan lain-lain.
Dilihat dari fungsi proteksinya jenis-jensi logam pelindung tersebut dapat kita kelompokkan
dalam dua golongan. Golongan yang pertama adalah bersifat “sacrificial” yaitu logam logam
yang lebih anodis dari logam yang dilindungi, sehingga logam pelindung tersebut akan habis
lebih dahulu dari pada logam yang dilindungi.Golongan kedua adalah logam-logam yang
betul-betul melindung dalam arti bersifat mengisolasi permukaan bahan 81 dasar terpisah dari
lingkungan, dan yang bersifat katodis Sebagai contoh untuk perlindungan baja, logam yang
termasuk dalam golongan pertama adalah:seng, aluminium, kadmium dan sebagainya; dan
yang termasuk golongan kedua adalah nikel, khrom, perak, dan sebagainya

Anda mungkin juga menyukai