Disusun oleh :
Sony Adyatama (I0717039)
1. BAB I (Pendahuluan)
1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................. 3
1.2. Maksud dan Tujuan .................................................................................................................... 4
2. BAB II (Pembahasan)
2.1. PLTBm ......................................................................................................................................... 5
2.2. Pembentukan Biokerosen dari Minyak Kelapa Sawit ................................................................. 5
2.3. Proses pembangkitan listrik dari Biokerosen ............................................................................. 8
2.4. Studi analisis potensi PLT Biomassa Biokerosen di daerah sekitar ............................................ 8
Daftar Pustaka............................................................................................................................................ 10
2
BAB I (Pendahuluan)
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah Negara yang besar dengan segala potensi yang
terkandung didalamnya. Indonesia berada pada pertemuan antara 2 benua besar yaitu Asia
dan Australia dan berlokasi diantara 2 samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Hal tersebut menjadikan indonesia memiliki keanekaragaman baik nabati maupun hewani,
bahkan Indonesia disebut-sebut sebagai Negara dengan keanekaragaman makhluk hidup
(Mega Biodiversity) terbesar ke-3 setelah Brazil dan Kongo. Indonesia juga berada dilokasi
yang sangat strategis dimana Indonesia dilewati oleh garis Khatulistiwa sehingga matahari
akan senantiasa mengorbit dan menyinari seluruh wilayah indonesia dengan durasi antara
waktu antara siang dan malam yang sama (sekitar 12 jam). Dan Indonesia juga dilalui oleh
jalur cincin api (Ring of Fire) yang menyebabkan Indonesia memiliki gunung api aktif yang
sangat banyak (sekitar 127 gunung) dan memiliki 4 lempeng aktif yaitu Sesar Sumatra,
Sesar Mentawai, Sesar Lembang, dan Sesar Palu Koro, hal ini menyebabkan Indonesia
sering mengalami bencana alam berupa Gempa bumi (tektonik maupun vulkanik) dan
Erupsi Gunung berapi (meletus). Namun, dibalik bencana tersebut mampu mendatangkan
berbagai keuntungan, diantaranya tanah yang subur dan memiliki banyak blok minyak.
Sudah sejak abad ke-18, dunia telah banyak menggantungkan sumber energi pada
sumber daya tidak terbarukan (non-renewable). Termasuk Indonesia juga telah banyak
menggantungkan energinya pada sumber energi tidak terbarukan yaitu batu bara dan
minyak bumi. Berdasarkan data yang dihimpun dari Indonesian Coal Mining Association
(APBI) & Ministry of Energy and Mineral Resources, pada tahun 2018 Indonesia telah
memproduksi batu bara sebanyak 425 Juta Ton dan berdasarkan data yang dihimpun dari
BP Statistical Review of World Energy 2016 and SKKMigas pada tahun 2015 Indonesia telah
memproduksi minyak bumi sebanyak 1,6 Juta Barrel/hari (setara 584 Juta Barrel/tahun).
Dengan nilai produksi energi yang sangat besar menjadikan Indonesia hingga saat ini masih
banyak memperoleh energi listrik yang dibangkitkan oleh generator bertenaga uap (batu
bara) dan generator bertenaga diesel (minyak bumi). Namun, tuntutan Pemerintah bahwa
Indonesia mampu menghasilkan energi listrik dari sumber daya terbarukan yang jauh lebih
tinggi dari sebelumnya. Hal ini karena Indonesia dikaruniai oleh beragam kelebihan yang
menunjang pembangkitan energi terbarukan seperti tanah yang subur, cahaya matahari,
curah hujan tinggi, dan lain-lain.
Fokus pembahasan kali ini yaitu pada suburnya tanah di Indonesia. Indonesia
memiliki pulau yang sejak lama dikenal dengan “paru-parunya Indonesia” yaitu Pulau
Kalimantan. Kalimantan memiliki luas sekitar 539.460 km² dan dilalui oleh garis
khatulistiwa. Di pulau tersebut sudah banyak lahan yang digunakan sebagai perkebunan
kelapa sawit. Walaupun banyak sekali pro dan kontra mengenai pembukaan lahan menjadi
perkebunan kelapa sawit namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa kelapa sawit juga
menghasilkan banyak keuntungan, baik dari segi devisa negara hingga energi terbarukan.
3
Baru-baru ini pemerintah memfokuskan peningkatan produksi B20 yaitu pencampuran
bahan bakar dari minyak bumi dan produk nabati (kelapa sawit) untuk menekan
ketergantungan masyarakat terhadap minyak bumi. Namun sebenarnya masih banyak
kelebihan yang terkandung pada minyak kelapa sawit, salah satunya yaitu produksi
biomassa dari produk minyak kelapa sawit.
Biomassa merupakan bahan organik yang dihasilkan melalui berbagai proses dan
berbagai variasi bahan baku, baik berupa produk maupun buangan. pembangkit tenaga
listrik memperoleh energi dari biomassa bisa berasal dari pembakaran, pembusukan,
distilasi vakum, dll. Hal inilah yang disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
(PLTBm). Biomassa sendiri memiliki banyak jenis yaitu bioetanol, biodiesel, biogas,
biobriket, biokerosen, pembangkit listrik tenaga sampah. Pembahasan ini akan mengerucut
pada PLTBm Biokerosen dengan proses distilasi vakum.
4
BAB II (Pembahasan)
2.1 PLTBm
Secara sederhana, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa merupakan pemangkit listrik
yang memanfaatkan sumber energi yang diperoleh dari biomassa. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa biomassa merupakan bahan organik yang diperoleh dari
berbagai proses, diantaranya pembakaran, pembusukan, distilasi vakum, dll. pada PLTBm
yang memanfaatkan biomassa yang menggunakan proses pembakaran seperti pemanfaatan
cangkang kelapa maka metode pembangkitan yang digunakan yaitu dengan uap air seperti
pada PLTU konvensional. Namun ketika memanfaatkan biomassa yang menggunakan
proses pembusukan maka metode pembangkitan yang digunakan yaitu dengan tekanan dan
pembakaran gas seperti pada PLTG konvensional. Namun ketika memanfaatkan biomassa
yang menggunakan proses distilasi vakum maka metode pembangkitan yang digunakan
yaitu dengan pembakaran minyak seperti pada PLTD konvensional.
Kelebihan dari PLTBm yaitu pengguna dapat memanfaatkan energi lebih efisien karena
dapat memanfaatkan bahan yang tersisa masih dapat digunakan untuk membangkitkan
energi listrik, dapat menggunakan lahan yang seadanya dalam pembangkitan skala rumah
tangga, dll. dibalik segala kelebihannya terdapat beberapa kelemahan yaitu pengadaan yang
cukup mahal dan yang terpenting yaitu perlu analisis amdal yang mendalam terkait resiko
kesalahan proses penyimpanan dan produksi gas karena apabila terjadi kebocoran maka gas
metana yang dihasilkan dapat mencemari lapisan atmosfer dan mengganggu masyarakat
sekitar.
5
Minyak kelapa akan melalui proses transesterifikasi terlebih dahulu dan menjadi ester.
Reaksi minyak kelapa dengan alkohol menghasilkan metil ester. Metil ester merupakan ester
asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak dengan metanol.
Pembuatan metil ester ada empat macam cara yaitu pencampuran dan penggunaan langsung,
mikroemulsi, pirolisis (thermal cracking), dan transesterifikasi yang merupakan reaksi antara
trigliserida (lemak atau minyak) dengan metanol untuk menghasilkan metil ester dan
gliserol. Metil ester yang dihasilkan dari proses transesterifikasi kemudian di destilasi untuk
mendapatkan fraksi biokerosin. Menurut Bowyer et al (2006) perlakuan secara fisik maupun
kimiawi pembuatan biokerosin dari biomassa menghasilkan senyawa aromatik yang sedikit
dan bebas kandungan sulfur. Penggunaan biokerosin sebagai bahan bakar memilki beberapa
keunggulan diantaranya dapat mereduksi kadar emisi CO2 yang dihasilkan sangat rendah,
sumber bahan baku dapat diperbaharui, emisi NOx yang dihasilkan sangat rendah sebesar
10dB. Sedangkan menurut sudrajat (2006) kekurangan biokerosin diantaranya densitas
densitas dan viskositas lebih besar dari minyak tanah,minyak bersifat asam,nilai kalor lebih
rendah daripada minyak tanah dan kadaran kotoran cenderung lebih besar dari minyak
tanah. Biokerosin dari minyak kelapa dapat diperoleh dari destilasi metil esternya dengan
suhu antara 47 dan 114oC pada 2 torr (2,67 hPa) atau 273 – 349oC pada tekanan atmosferik
dengan hasil 81,8 wt%. Berdasarkan FAME, kelapa dan meninggalkan produk bawah
sebesar 12,6 wt.%. Rentang titik didih ini 100oC lebih tinggi dibandingkan dengan rentang
titik didih kerosin yang berkisar antara 175-185oC pada tekanan atmosferik.
Metode yang digunakan dalam pembuatan biokerosin ini adalah dengan mendestilasi
metil ester berbahan baku minyak kelapa. Adapun langkah-langkah pengerjaannya yang
pertama memasukkan Larutan metil ester kedalam labu leher dua, lalu mempersiapkan
peralatan destilasi dan menyalakan heater yang sudah dipasang bersama Temperature
Control, dan menyalakan pompa vakum. Setelah peralatan destilasi telah siap, langkah
selanjutnya adalah melakukan proses destilasi vacuum.
Proses destilasi vakum yang dilakukan menggunakan tekanan 50 cmHg dengan kontrol
suhu dimana suhu dijaga konstan setiap interval 10oC selama 10 menit dan dianalisa sampel
destilat yang dihasilkan di setiap rentang suhu. Setelah didapatkan destilat, langkah
selanjutnya adalah melakukan analisa sifat fisik terhadap sampel destilat. Seperti densitas,
viskositas, flash point, uji nyala dan juga analisa kimia berupa analisa komponen melalui
Gas Chromatography.
6
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Metil ester yang diperoleh dari katalis NaOH dengan proses menggunakan microwave
daya 400 W dan waktu 2 menit.
2. Suhu Operasi Destilasi: 110, 120, 130, 140, 150, 160, 170, 180, 190, 200, 210oC
3. Kondisi operasi: 50 cmHg
Distilasi vakum metil ester dengan tekanan 50 cmHg didapatkan distilat berupa campuran
antara biokerosin dan biodiesel dengan data hasil volume distilasi kemudian dihubungkan
suhu distilasi terhadap volume distilat yang dihasilkan, serta grafik hubungan antara suhu
distilasi terhadap akumulasi volume biokerosin yang dihasilkan sebagai berikut :
Selain analisa sifat fisik, selanjutnya juga dilakukan uji bakar terhadap sampel destilat.Uji
bakar dilakukan dengan menggunakan lampu sumbu berukuran kecil yang diisi dengan
biokerosin hasil destilasi lalu dibandingkan dengan jika menggunakan kerosin. Pengujian ini
7
dilakukan pada 100 ml volume sampel. Pada uji ini juga diamati beberapa kriteria seperti
waktu pembakaran, warna nyala api, laju konsumsi dan tinggi nyala api. Dari hasil
Pengujian, terlihat bahwa ketiga sampel menghasilkan warna nyala api yang sama yaitu
kuning kemerahan.
Hal penting yang menentukan besarnya daya yang dibangkitkan yaitu kapasitas generator yang
dihasilkan, besarnya suplai bahan bakar kerosen, dan efisiensi sistem yang digunakan.
Namun pada skala daerah, potensi pengembangan PLT Biokerosen di pulau Jawa terutama
sekitar kota Surakarta masih diragukan karena pada daerah ini sangat sedikit produksi kelapa sawit.
Namun hal lain yang menunjang kemampuan untuk pengembangan PLT Biokerosen yaitu karena
populasi penduduk di pulau Jawa cukup padat dan konsumsi minyak goreng yang berbahan dasar
minyak kelapa sawit sangat tinggi bila dibandingkan dengan pulau-pulau yang lainnya maka dapat
mendukung pembangkitan listrik tenaga biokerosen. Dengan memanfaatkan sisa penggunaan
minyak goreng dapat didistilasi menjadi biokerosen walau dalam praktiknya mengurangi kualitas
biokerosen karena meningkatnya kadar karbon. Namun dengan menggunakan minyak sisa
penggunaan maka dapat menekan biaya modal dengan drastis.
8
BAB III (Penutup)
3.1 Kesimpulan
Pemanfaatan minyak kelapa sawit untuk produksi listrik (Biokerosen) terbukti dapat
dilaksanakan dan dapat membantu suplai energi listrik. Namun bila dianalisis secara ekonomis
maka pembangkitan ini kurang cocok untuk diterapkan dalam skala besar karena bahan yang
digunakan membutuhkan biaya yang mahal agar dapat menghasilkan biokerosen yang
berkualitas baik.
Karena proses produksi dilakukan dengan menggunakan proses distilasi maka biaya produksi
untuk menghasilkan biokerosen sampai saat ini masih jauh lebih tinggi daripada proses
pembakaran dan pembusukan. Itulah alasan mengapa sampai saat ini penggunaan biokerosen
belum banyak dikembangkan bila dibandingkan dengan biobriket dan biogas.
Pengembangan Biokerosen dapat dilakukan lebih besar apabila telah diciptakan generator
berbahan bakar kerosen dengan nilai efisiensi yang jauh lebih tinggi daripada yang sudah ada
saat ini. Karena dengan menekan konsumsi biokerosen, menurunkan standar minimum bahan
bakar yang disyaratkan generator, dan memperbesar daya yang diperoleh maka kemunginan
untuk dikembangkan menjadi lebih besar
Hal lain yang mendukung pengembangan biokerosen yaitu dengan menekan harga minyak
kelapa sawit dan juga regulasi pemerintah mengenai kelapa sawit.
Peluang pengembangan biokerosen didaerah jawa, terutama disekitar kota Surakarta masih
rendah. Karena produksi kelapa sawit disini masih sangat rendah. Namun apabila telah
dikembangkan generator yang berefisiensi tinggi dan tidak memerlukan biokerosen berkualitas
baik maka besar kemungkinan untuk dikembangkan karena dengan menggunakan minyak sisa
penggunaan yang selama ini hanya dibuang begitu saja ternyata dapat menghasilkan energi
listrik.
3.2 Saran
Penetapan regulasi pemerintah terkait produksi kelapa sawit dipermudah dan dipermurah
(dengan memperhatikan lingkungan akibat pembukaan lahan)
Pengembangan generator yang mampu memproduksi energi listrik yang besar dengan konsumsi
bahan bakar yang sedikit dan standar minimum kerosen diturunkan
Pengembangan teknik produksi biokerosen agar hasilnya lebih baik
9
Daftar Pustaka
1. Meireza AP, dkk, 2016, "Pembuatan Biokerosin dari Metil Ester berbahan baku Minyak Kelapa
dengan metode Distilasi Vakum", docplayer, Vol. 2, Tersedia pada : https://docplayer.info
/47815326-Pembuatan-biokerosin-dari-metil-ester-berbahan-baku-minyak-kelapa-dengan-
metode-distilasi-vakum.html [Minggu,9 Juni 2019]
2. https://www.indonesia-investments.com/id [Minggu,9 Juni 2019]
Indonesian Coal Mining Association (APBI) & Ministry of Energy and Mineral Resources
BP Statistical Review of World Energy 2016 and SKKMigas
Indonesian Palm Oil Producers Association (Gapki) & Indonesian Ministry of Agriculture
3. http://jateng.tribunnews.com/2018/10/02/indonesia-berada-di-titik-pertemuan-tiga-lempeng-
aktif [Minggu,9 Juni 2019]
4. http://ebtke.esdm.go.id/post/2019/02/25/2144/yuk.kenali.istilah.b20.b100.biofuel.dalam.bioen
ergi [Minggu,9 Juni 2019]
5. http://konversienergi.eng.unila.ac.id/pembangkit-listrik-tenaga-biomassa/ [Minggu,9 Juni 2019]
6. https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia [Minggu,9 Juni 2019]
10