Anda di halaman 1dari 5

DISAIN MATERIAL MAGNETO KALORIK SENYAWA DASAR

(La. Ba-Ca)(Mn. Ti)O3 MELALUI PROSES SOLID STATE REACTION

1.Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Material Manganat doping hole Ln1-xAxMnO3 (Ln : La hingga Tb, dan
A : Sr, Ba, Ca, Pb) menjadi topik menarik bagi para ilmuwan dikarenakan sifat
magnetik serta sifat transport yang tidak biasa, ditambah dengan adanya fenomena
colossal magnetoresistance (CMR) yang memiliki banyak aplikasi di masa yang
akan datang[1,2], material ini menjadi fokus utama di berbagai negara maju di
dunia. Selain memiliki sifat CMR, material ini juga memiliki sifat magneto
caloric effect (MCE) saat diberikan medan magnet yang sesuai, hal ini
menunjukkan bahwa material ini juga memiliki kemungkinan untuk diaplikasikan
pada sistem Magnetic Refrigeration (MR) [3]. Pada material manganat,
pemberian medan magnet luar akan mengubah arah dari spin - spin material
tersebut sesuai dengan arah medan magnet eksternal yang diberikan, hal ini akan
menyebabkan berkurangnya entropi (keteraturan) magnet pada sistem tersebut.
Berkurangnya entropi pada material akan disertai dengan bertambahnya entropi
pada kisi material tersebut, sehingga material akan mengalami kenaikan
temperatur.
Material MCE yang memiliki kualifikasi untuk dikomersilkan, harus
memiliki perubahan entropi magnetik yang besar, perubahan temperatur adiabatik
yang besar, serta memiliki Refrigerant Capacity yang baik, ketika berada dalam
pengaruh proses magnetisasi serta de-magnetisasi. Untuk mencapai tujuan ini,
banyak riset yang telah dilakukan pada berbagai variasi material. Material Gd
undoped memiliki perubahan entropi magnet terbesar di suhu 293 K ketika
diberikan medan magnet sebesar 8 Tesla [4]. Akhir - akhir ini, bahan perovskite
mangan oksida menjadi fokus utama dari riset MCE[3,5], dikarenakan beberapa
material dari tipe ini memiliki nilai perubahan entropi magnet yang lebih besar
dibandingkan Gd, terutama pada temperatur Curie[6-8]. Selain itu bahan ini juga
jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan material MCE berbasis Gd.

Dalam kegiatan ini pengusul mengusulkan suatu kegiatan penelitian


dengan judul "Disain Material Magnetokalorik Senyawa Dasar (La.Ba-Ca)
(Mn.Ti)O3 Melalui Proses Solid State Reaction".
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut
1. Mensintesa senyawa La0.67Ba0.33Mn1-xTixO3 dan La0.67Ca0.33Mn1-xTixO3
dengan x = 0 - 0.06 dengan ukuran nano partikel
2. Mengetahui struktur kristal senyawa La0.67Ba0.33Mn1-xTixO3

dan

La0.67Ca0.33Mn1-xTixO3 dengan x = 0 - 0.06


3. Mengetahui karakteristik magnetik senyawa La0.67Ba0.33Mn1-xTixO3 dan
La0.67Ca0.33Mn1-xTixO3 dengan x = 0 - 0.06
4. Mengetahui karakteristik thermal senyawa La0.67Ba0.33Mn1-xTixO3 dan
La0.67Ca0.33Mn1-xTixO3 dengan x = 0 - 0.06

2. Tinjauan Pustaka
Ketika bahan magnetik diberikan medan magnet luar yang cukup, momen
magnetik dari atom bahan tersebut akan teralign sesuai dengan arah medan
magnet yang diberikan. Jika medan magnet luar diaplikasikan secara adiabatik,
temperatur dari material ini akan meningkat, dan jika medan magnet luar kita
hilangkan secara tiba - tiba, suhu dari material akan berkurang secara cepat.
Respon magnetik ini disebut juga sebagai fenomenena Magnetokalorik. Karena
fenomena ini berhubungan langsung dengan perubahan entropi magnetik dan
perubahan temperatur secara adiabatik, maka penting untuk kita memahami
hubungan antara 2 hal tersebut.
2.1 Hubungan antara entropi magnetik dan perubahan suhu adiabatik
Perubahan entropi (S) dari bahan magnetik ketika diberikan medan magnet
luar (H) berhubungan dengan magnetisasi (M) serta temperatur (T), menggunakan
hubungan termodinamika Maxwell.

( HS ) =( MT )
T

(1)
Perubahan entropi magnetik SM(T,H), dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan
S M ( T , H ) =S M ( T , H )S M ( T , 0 )

( S ( TT , H ) ) d H
M

(2)
Untuk perhitungan magnetisasi pada medan yang diskrit dan pada interval
temperatur tertentu, nilai perubahan entropi magnet didapatkan dengan
menggunakan ekspresi sebagai berikut
S M ( T , H ) =
i

M i +1 ( T i+1 , H ) M i ( T i , H )
H
T i+1T i

(3)
Selain itu, nilai perubahan entropi magnet dapat dihitung dari ketergantungan
medan magnet terhadap kapasitas panas yang kemudian di integralkan
T

S M ( T , H ) =
0

C (T , H )C ( T , 0 )
dT
T

(4)
Dimana C(T,H) dan C(T,0) adalah nilai kapasitas panas pada medan magnet H
dan pada medan magnet H = 0. Sehingga perubahan temperatur adiabatik dapat
diperoleh dengan cara mengintegralkan persamaan tersebut terhadap medan
magnet.
H

T ad =
0

(5)
3

T M
Cp, H T

( ) dH
H

Dari persamaan 2 dan 5, dapat diketahui bahwa efek magnetokalorik akan


besar (SM dan Tad), ketika

( M /T )H

temperatur yang sama [9,10] . Karena nilai

besar dan C(T,H) kecil untuk

( M / T )H

biasanya maksimal

pada temperatur magnetic ordering, maka fenomena MCE terbesar dari suatu
material biasanya terjadi pada saat transisi fasa magnetik. Meskipun metode
perhitungan

SM

dengan menggunakan persamaan 3, terbukti cukup baik

untuk menentukan potensial suatu bahan menjadi bahan magnetokalorik,


komparasi akurat antara material yang berbeda harus menggunakan perhitungan
Tad. [9,10]. Hal ini dikarenakan nilai kapasitas panas berbeda beda untuk setiap
bahan material magnetik. Sebagai contoh, nilai kapasitas panas untuk bahan alloy
basis Gd lebih kecil dibandingkan bahan material manganat[9].
2.2 Perilaku Magnetokalorik serta Transisi Magnetik
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa besarnya perubahan entropi magnetik
dan hubungannya dengan temperatur serta medan magnet tergantung dari jenis
transisi fasa magnetiknya. Transisi fasa first order (paramagnetik-feromagnetik)
dapat menyebabkan meningkatnya fenomena magnetokalorik. Contohnya pada
bahan Gd- Si-Ge dan Mn-Fe-P-As [9,10].
Sebagian besar bahan feromagnetik memiliki transisi fasa second order,
kedua jenis transisi fasa ini memiliki perbedaan pada range temperatur
magnetokalorik. Dimana untuk transisi first order memiliki range temperatur yang
kecil sedangkan transisi second order umumnya memiliki range temperatur yang
cukup besar.
Besarnya magnetokalorik tidak hanya tergantung pada momen magnetnya
naum perubahan magnetisasi terhadap waktu juga. Semakin besar nilai perubahan
ini, maka semakin besar pula fenomena magnetokalorik. Pada bahan manganat,
cepatnya perubahan magnetisasi terhadap temperatur (pada saat transisi fasa
magnetik) yang menuebabkan besarnya perubahan entropi magnetik [11].
2.3 Kriteria pemilihan bahan pendingin magnetik

Perubahan entropi magnetik serta perubahan temperatur adiabatik

yang besar
Hysterisis magnetik sekecil mungkin (hal ini berhubungan dengan

efisiensi dari kerja bahan pendingin magnetik)


Hysterisis thermal yang sangat kecil (berhubungan dengan
reversibilitas dari fenomena magnetokalorik pada bahan pendingin

magnetik)
Konduktivitas thermal yang besar
Metode pembuatan yang simple juga dibutuhkan untuk bahan
pendingin magnetik yang akan dikomersialkan.

Daftar Acuan
[1]

J.M.D. Coey, M. Viret, S. Von Molnar, Adv. Phys.48 (1999)167.

[2]

M.B. Salamon, M. Jaime, Rev. Mod. Phys. 73 (2001) 583.

[3]

M.H. Phan, S.C. Yu, J. Magn. Mater. 308 (2007) 325.

[4]

S.Y. Dan'kov, A.M. Tishin, V.K. Pecharsky, K.A. Gschneider, Phys.


Rev. B.57, 3478(1998).

[5]

P. Sarkar, P. Mandal, P.Choudhury, Appl.Phys.Lett.92, 182506(2008).

[6]

S.B. Tian, M.H. Phan, S.C. Yu, N.H.Hur, Physica B 327,221 (2003).

[7]

Z.M. Wang, G. Ni, Q.Y.Xu, H. Sang, Y.W. Du, J. Appl.Phys. 90,5689


(2001).

[8]

L.Si, Y.L.Chang, J. Ding, C.K. Ong, B. Yao, Appl.Phys. A. 77,641 (2003).

[9]

V.K. Pecharsky, K.A. Gschneidner, A.O. Tsokol, Rep. Prog. Phys.


68(2005)1479.

[10]

E. Bruck, J.Phys. D: Appl. Phys. 38 (2005) R381.

[11]

M.H. Phan, S.C. Yu, N.H. Hur, Appl. Phys. Lett. 86(2005)072504.

Anda mungkin juga menyukai