A. Pengantar
Irigasi dan Bangunan Air merupakan mata kuliah keahlian
keterampilan yang merupakan mata kuliah yang mengenalkan
dasar-dasar analisis dan perhitungan bangunan air terapan dalam
proyek dan desain teknis (engineering design and project).
B. Perkuliahan
Irigasi dan Bangunan air diberikan 3 sks per minggu, 2 x 60 menit
tatap muka, dengan rincian :
- tatap muka 2 x 60 menit
- tugas mandiri 2 x 60 menit
- kerja kelompok 2 x 60 menit
Perkuliahan terdiri dari ± 14 – 16 kali tatap muka per semester
termasuk evaluasi, dengan rincian :
- tatap muka ± 12 – 14 kali
- mid semester /ujian tengah smester (UTS) 1 kali
- ujian utama/ujian akhir smester (UAS) 1 kali
C. Hak dan Kewajiban mahasiswa
Hak mahasiswa :
1. Mendapatkan materi yang sudah ditetapkan dalam GBPP dan SAP mata
kuliah.
2. Dosen yang bersangkutan harus hadir minimal 75 % dari jadwal yang telah
ditetapkan.
3. Mahasiswa berhak meminta tambahan mata kuliah jika perkuliahan kurang
dari 75 % atau jika dirasa materi yang diberikan masih kurang.
4. Mahasiswa yang menghadiri perkuliahan ≤ 75 % tidak boleh mengikuti ujian
akhir semester.
5. MID/UTS dan UAS akan diberitahu kemudian, dengan sifat ujian BUKU
TERBUKA (OPEN BOOK)
6. Ujian susulan dapat dilakukan dengan lampiran surat keterangan sakit atau
dengan alasan yang dapat diterima.
7. Ujian susulan dilakukan paling lambat 6 hari setelah ujian berlangung
Kewajiban Mahasiswa :
1. Tugas utama mahasiswa adalah mempelajari tiap sub pokok bahasan dan
merangkum ( sebagai tugas) materi kuliah tiap kali tatap muka untuk dinilai
2. Untuk dapat mengikuti MID dan UAS, harus hadiri kuliah ≥ 75 % tatap muka
3. Mahasiswa wajib menyelesaikan 100% tugas dan kuis yang diberikan dan
menyerahkannya pada waktu yang telah disepakati, setiap tugas yang terlambat
akan diberi nilai kurang, dan mahasiswa harus mengikuti semua ujian, UAS
tidak dievaluasi/tidak dinilai bila belum/tidak mengikuti ujian MID/UTS
4. Mahasiswa wajib mengikuti kuliah tepat waktu / penuh : terlambat > 10 menit
setelah kuliah berlangsung tidak diperkenakan masuk ikut kuliah dan yang
keluar/meninggalkan perkuliahan sebelum waktu kuliah selesai dianggap
tidak hadir kuliah/alpa (kecuali ada izin dozen)
5. Selama kuliah berlangsung, harus menjaga ketenangan / ketertiban (tidak
membuat kegaduhan , ngobrol dengan teman), handphone tidak diaktifkan.
6. Berpakaian sopan dan rapi sesuai peraturan akademik Universitas.
7. Tidak ada ujian perbaikan nilai dalam bentuk apapun
D. Penilaian Hasil Studi
- Proses pemberian nilai studi adalah proses menetapkan taraf penguasaan
/ kemampuan mahasiswa atas suatu materi yang telah dikuliahkan
- Taraf penguasaan kemampuan mahasiswa diukur dengan suatu instrumen
pengukuran yang dinyatakan dengan skor.
- Hasil penilaian akhir mata kuliah dinyatakan dengan nilai huruf ,
A, B, C, D (lulus) dan E (Error) / tdk lulus (mengulang pada smester
genap tahun ajaran berikut)
- Penentuan nilai akhir suatu mata kuliah adalah sbb:
Kehadiran = 10%, Tugas = 15%, Ujian MID/UTS = 30%, UAS = 45%
- Besaran nilai kelulusan
86 - 100 = A
76 - 85 = B
66 - 75 = C
56 - 65 = D
< 56 = E
Pertemuan I
Pokok Bahasan
Pendahuluan
2. Beberapa pengertian
3. Maksud dan Tujuan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
baik di Indonesia maupun di belahan dunia yang lain, sebagian besar muncul
dan berkembang dari tepi sungai (kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Mesir,
Mesopotamia dll)
● Kenyataan sejarah membuktikan bahwa manusia yang tidak bisa bersahabat
dan melestarikan keberadaan sumber daya air akan surut dan runtuh
kejayaannya, yang disebabkan tidak hanya semata-mata karena bencana
yang ditimbulkan oleh perilaku sungai, namun kebanyakan akibat
menurunnya fungsi sumber daya air sungai sehingga mematikan beberapa
sarana dan prasarana yang penting bagi kehidupan manusia
● Beberapa hal penting yang menyebabkan eratnya hubungan manusia dengan sumber
a. Irigasi :
adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak, untuk
mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi
pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan
kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang diwujudkan
melalui keberlanjutan sistem irigasi.
b. Daerah pengaliran :
adalah Daerah pada pengaliran sungai(DPS), diamana apabila
terjadi peristiwa-peristiwa alam dan perubahan hidro-klimatologi,
akan mempengaruhi pengaliran pada sungai tersebut
c. Daerah Irigasi (DI) atau daerah pengaliran :
adalah kesatuan wilayah kesatuan wilayah atau daerah yang
mendapat air dari dari satu jaringan irigasi
d. Daerah Potensial :
adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk
dikembangkan
e. Daerah Fungsional :
adalah bagian dari daerah potensial yang telah memiliki jaringan
irigasi yang telah dikembangkan, luas derah fumgsional ini sama
atau lebih kecil dari daerah potensial
e. Jaringan irigasi :
adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan, dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan,
pengambilan, pemberian dan penggunaannya
f. Petak Irigasi :
adalah petak lahan yang memperoleh pemberia air irigasi dari satu jaringan
irigasi
g. Penyediaan irigasi :
adalah penentuan banyaknya air yang dapat dipergunakan untuk
menunjang pertanian
● Tujuan irigasi :
adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat
persedian air tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan
tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal.
Pokok Bahasan
Teknik Irigasi
● Air irigasi yang baik adalah air yang dapat memenuhi segala fungsi air tanpa
menimbulkan efek samping yang dapat mengganggu
pertumbuhantanaman dan merusak struktur serta kesuburan tanah.
● Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ( Pasal 1
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003).
● Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air yang meliputi
parameter fisik, kimia dan mikrobiologis
● Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang
dapat diamati secara visual/kasat mata
● Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan
partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu dan sebagainya
● Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air,
seperti kandungan oksigen, bahan organik, mineral atau logam, derajat
keasaman, nutrient/hara, kesodahan dan sebagainya.
● Parameter mikrobiologis menyatakan kandungan mikro organisme dalam air
seperti bakteri, virus dan mikroba pathogen lainnya.
● Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian air sungai dapat dinyatakan
dalam kondisi baik atau cemar
● Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
(Kementrian Lingkungan Hidup 2002).
● Tidak semua air cocok untuk digunakan bagi kebutuhan air irigasi
Air yang dinyatakan kurang baik untuk air irigasi adalah yang
mengandung :
a. bahan kimia yang beracun bagi tumbuhan atau manusia yang memakan
tanam itu
b. bahan kimia yang bereaksi dengan tanah yang kurang baik
c. tingkat keasaman air (Ph)
d. tingkat kegaraman air
e. bakteri yang membahayakan manusia atau binatang yang memakan
tanaman yang diairi dengan air tersebut
Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi
1. Sistem Irigasi
Sistem irigasi terbagi menjadi 3 (tiga) type :
a. Irigasi Sistem Gravitasi
Irigasi sistem gravitasi merupakan sistem irigasi dimana sumber air
diambil dari air yang ada dipermukaan bumi yaitu dari sungai, waduk
dan danau di dataran tinggi dengan pengaturan dan pembagian air irigasi
ke petak-petak yang membutuhkan dilakukan secara gravitasi.
b. Irigasi Sistem Pompa
Irigasi sisstem pompa merupakan sistem irigasi dimana air irigasi
diambil dengan cara dipompa dari air sungai seperti Stsiun Pompa
Gambarsari dan Pasangrahan (sebelum ada Bendung Gerak Serayu) atau
dari air tanah (seperti pompa air suplesi di D.I Simo kabupaten Gunung
Kidul, Yogyakarta)
c. Irigasi Pasang-surut
● Yang dimaksud dengan sistem Irigasi Pasang-surut adalah suatu sistem
irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa
pasang-surut air laut
● Areal yang yang direncanakan untuk sistem irigasi ini adalah areal yang
mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut
● Di dalam jaringan irigasi ini pembagian air tidak diukur atau diatur
sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang.
● Persediaan air biasanya berlimpah
● Kemiringan berkisar antara sedang dan curam, sehingga hampir-
hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air.
● Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisir namun memiliki kelemahan
Tabel 1
Sumber dan Cara Pemberian Air Irigasi
pemberian airpemberian
melalui bawah permukaan tanah
air melalui
/ resapan,
bawah permukaan tanah / resapan
4 CARA
PEMBERIAN
AIR IRIGASI
pemberian air dengan pancaran / penyiraman
Pokok Bahasan
Kebutuhan Air Irigasi
1. Beberapa Pengertian
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman
3. Kebutuhan air tanaman
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Beberapa Pengertian
a. Penyiapan lahan
b. Penggunaan konsumtif
c. Perkolasi dan rembesan
d. Pergantian lapisan air
e. Curah hujan efektif
● Kebutuhan air di sawah dinyatakan dalam mm/hari atau lt/dt/ha
● Kebutuhan air belum termasuk di jaringan tersie dan utama
● Efisiensi dihitung dalam kebutuhan pengambilan air irigasi
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi
1. Topografi
Keadaan topografi mempengaruhi kebutuhan air tanaman :
Lahan yang miring membutuhkan air yang lebih banyak dari pada lahan
yang datar karena air akan cepat mengalir menjadi aliran permukaan
(run-off) dan sedikit yang mengalami infiltrasi artinya kehilangan air lebih
banyak di lahan miring)
2. Hidrologi
● Jumlah curah hujan mempengaruhi kebutuhan air tanaman :
● Makin banyak curah hujan, makin sedikit kebutuhan air tanaman
dikarenakan hujan efektif akan lebih besar membasahi tanaman
3. Klimatologi
● Keadaan cuaca adalah salah satu syarat penting untuk pengelolaan pertanian
karena tanaman tanaman tidak dapat bertahan dalam keadaan buruk
● Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya, maka
dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat
dan sesuai dengan keadaan tanah
● Cuaca dapat digunakan untuk rasionalisasi penentuan laju evaporasi dan
evapotranspirasi ( sangat bergantung pada jumlah jam penyinaran matahari
dan radiasi matahari)
● Untuk penentuan tahun / periode dasar bagi rancangan irigasi harus
dikumpulkan data curah hujan dengan jangka waktu sepanjang mungkin
● Selain data curah hujan diperlukan pula penyelidikan evaporasi, kecepatan
angin, arah angin, suhu udara, jumlah jam penyinaran matahari, dan
kelembaban
4. Tekstur Tanah
● Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tanah tempat
untuk tumbuh
● Tanah yang baik untuk usaha pertanian adalah tanah yang mudah
dikerjakan dan bersifat produktif serta subur.
● Tanah yang baik memberi kesempatan pada akar tanaman untuk
tumbuh dengan muda, menjamin sirkulasi air dan udara, baik pada
zona perakaran dan secara relatif memiliki persediaan hara serta
kelembaban tanah yang cukup
● Kelembaban tanah perlu dipelihara, air yang diberikan tidak boleh
berlebihan
● Pemberian air harus sesuai dengan kebutuhan dan sifat tanah serta
tanaman
● Faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air irigasi untuk tanaman
adalah sebagai berikut :
1. Jenis tanaman
Jenis tanaman sangat menentukan jumlah kebutuhan airnya, misalnya
tanaman padi, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan tanaman lainnya
seperti palawija.
2. Jenis Tanah
Jenis Tanah sangat mempengaruhi pemakaian air bagi tumbuhan , misal
tanah berpasir pasti berbeda dengan jenis tanah lempung atau lumpur.
3. Kehilangan Air
Maksud dari kehilangan air disini adalah saluran kadang kadang bisa menjadi
besar dari perkiraan dari perhitungan karena adanya kebocoran bukan hanya
penguapan.
4. Pemakaian Air
Adapun cara pemakaian sangat mempengaruhi kebutuhan air,sehingga dalam
hal cara pemakaian air, harus dipilih agar cara yang dilakukan hemat.
● Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi (NFR) didekati dengan metode Water Balance dengan
parameter :
1. Kebutuhan air untuk tanaman (ETc)
2. Kebutuhan air akibat perkolasi dan rembesan (P)
3. Kebutuhan air untuk pergantian lapisan air (WLR)
4. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PL)
5. Curah hujan efektif (Ref)
6. Kebutuhan air bersih di sawah untuk padi : NFR = Etc + P – Re + WLR
7. Kebutuhan air bersih untuk palawija : NFR = Etc + P – Re
8. Kebutuhan bersih air dipintu pengambilan ( intake) ( DR )
● Hubungan Kebutuhan Air Irigasi dengan Kebutuhan Air Tanaman
• Tanaman membutuhkan air agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
• Air tersebut dapat berasal dari air hujan maupun air irigasi.
• Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau waduk
dan dialirkan melalui system jaringan irigasi, guna menjaga
keseimbangan jumlah air di sawah.
• Keseimbangan air yang masuk dan keluar dari suatu lahan digambarkan seperti
berikut :
Lahan
Air Irigasi
Pertanian
(IR)
1. Evaporasi
○ Evaporasi adalah perubahan air dari bentuk cair ke bantuk gas dan
menguap dari permukaan tanah, air atau daun tanaman ke udara
○ Laju evaporasi dipengaruhi oleh faktor lamanya penyinaran matahari, udara
yang bertiup (angin), kelembaban udara
○ Beberapa metode untuk menghitung besarnya evaporasi, diantaranya
adalah metode Penman
Dimana :
Eo = Penguapan /evaporasi ( mm/hari )
Pa = Tekana uap jenuh pada suhu rata-rata harian (mmHg)
Pu = Tekanan uap sebenarnya (mmHg)
U2 = Kecepatan angin pad ketinggian 2m (mile/hari), sehingga untuk
mendapatkaan bentuk U2 dalam m/det harus dikali dengan 24 x 60
x 60 x 1600
Contoh soal :
Diketahui : suhu bola kering 30⁰C, suhu bola basah 26⁰C dan kecepatan
angin 1m/det ,
Ditanyakan : Berapa besar evaporasi yang terjadi
Penyelesaian :
Evaporasi dihitung dengan rumus : Eo = 0,35 (Pa - Pu) (1 + U2/ 100)
○ Pa = tekanan uap jenuh pada suhu 30⁰C = 31, 86 mmHg (Tabel 1)
○ Selisih suhu bola kering dan bola basah : 30⁰C - 26⁰C = 4,0 maka dari Tabel 2
diperoleh Kelembaban trelatif = 68% ,
○ Pu = tekanan uap = 31,86 mmHg x 68% = 21,65 mmHg
○ U2 = Tekanan angin 1m/det = 1m/det x 24jam x 60 menit x 60 det = 86400m/hr
= 58 mile/hari
○ Evaporasi Eo = 0,35 (31,86-21,65)(1 + 58/100) = 4 mm/hari
0⁰C P (mm/Hg)
20 17,55
30 31,86
40 55,40
Tabel tekanan uap jenuh
0⁰C P(mm/Hg)
- 60 0,008
- 40 0,096
-20 0,783
-10 1,964
- 1 4,220
-0(air+es+uap) 4,580
10 9,210
20 17,55
30 31,86
40 55,40
50 92,60
60 149,60
80 355,40
100 760,0(1atm)
110 1,074
125 1,740
200 11,650
250 29,770
300 64,300
350 123,710
Tabel 2. Kelembaban
25 100 95 90 86 82 78 74 71 67 64 61 58 56 53 50
26 100 95 91 86 82 78 75 71 68 65 62 59 52 54 51
27 100 95 91 87 83 79 75 72 68 65 62 59 57 54 52
2. Transpirasi
○ Transpirasi adalah suatu proses pada peristiwa uap air meninggalkan tubuh
tanaman dan memasuki atmosfir
○ Laju transpirasi dipengaruhi oleh: intensitas penyinaran matahari, tekanan uap
air diudara, suhu dan kecepatan angin
○ Transpirasi dari tubuh tanaman pada siang hari dapat melampaui evaporasi dari
permukaan air atau permukaan tanah basah, dan sebaliknya pada malam hari
lebih kecil bahkan tidak ada transpirasi
3. Evapotranspirasi
○ Evapotranspirasi Evapotranspirasi sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif
tanaman yang merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal
tanaman dengan air untuk transpirasi dari tubuh tanaman
○ Untuk menghitung kebutuhan air tanaman berupa evapotranspirasi
dipergunakan persamaan :
ETc = Kc × ETo
Keterangan :
ETc = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari)
Kc = koefisien konsumtif tanaman
○ Beberapa metode pendugaan evapotranspirasi acuan :
a. Metode Blaney – Cridle
b. Metode Thornthwaite
c. Metode Panci Evaporasi
d. Metode Penman
a. Metode Blaney – Cridle
Metode ini untuk memperkirakan besarnya evapotranspirasi potensial (ETo)
pada awalnya dikembangkan untuk memprakirakan besarnya konsumsi air
irigasi di Amerika Serikat. Dengan persamaan :
ETo = c [P ( 0,46 T + 8)] mm/hari.
Keterangan :
c p T = Koefisien Tanaman Bulanan = Presentase Bulanan jam-jam Hari Terang
dalam Tahun = Suhu Udara (0C)
b. Metode Thornthwaite
Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas
untuk berlangsungnya proses ET, dengan asumsi suhu udara berkorelasi
dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang mengendalikan proses ET.
ETo = 1,6 [(10 T/I)]a a = 0,49 + 0,0179 I – 0,0000771 I2 + 0,000000675 I3
Keterangan :
Ti = Suhu Rata-rata Bulanan
(0C) = Indeks Panas Tahunan
c. Metode Panci Evaporasi
○ Teknik pengukuran ET paling sederhana adalah dengan menggunakan Panci
untuk mendapatkan angka indeks potensial evapotranspirasi.
○ Cara perhitungan ini memerlukan satu angka koefisien yang harus dievaluasi
tingkat ketepatannya.
○ Besarnya evapotranspirasi ditentukan dengan menggunakan persamaan :
ETo = Kp × Ep
Keterangan :
Kp = Koefisien Panci
Ep = Evaporasi Panci (mm/hari)
d. Metode Penman
○ Metoda ini dikembangkan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi
potensial (PET)
○ Besarnya evapotransipirasi ditetapkan dengan menggunakan persamaan :
Pokok Bahasan
Kebutuhan Air Irigasi
● Air yang diambil dari sumber air (sungai atau waduk) yang dialirkan ke areal
irigasi tidak semua dimanfaatkan oleh tanaman karena terjadi kehilangan air
berupa penguapan disaluran irigasi, rembesan dari saluran atau keperluan lain
(rumah tangga)
● Yang termasuk efisiensi irigasi adalah meliputi efisiensi pengaliran, efisiensi
pemakaian dan efisiensi penyimpanan
1. Efisiensi Pengaliran
○ Efisiensi pengaliran adalah besarnya efisiensi yang ditentukan oleh
kehilangan air yang dialami selama pengaliran sejumlah air yang
dilepaskan dari bengunan sadap ke areal irigasi
○ Besarnya efisiensi pengaliran dihitung berdasarkan persamaan :
EPNG = ( Asa / Adb ) x 100%
dimana :
NPNG = Efisiensi pengairan
Asa = Air yang sampai di irigasi
Adb = Air yang diambil dari bangunan sadap
2. Efisiensi Pemakaian
○ Efisiensi pemakaian adalah perbandingan antara air yang dapat ditahan pada
zone perakaran dalam periode pemberian air, dengan air yang diberikan pada
areal irigasi
○ Besarnya efisiensi pemakaian dihitung berdasarkan persamaan :
○ Nilai efisiensi dapat pula terjadi pada saluran primer, bangunan bagi, saluran
sekunder dsb.
○ Pada prinsipnya Nilai efisiensi EF = [( Adbk – Ahl)/Adbk] x 100%
dimana :
EF = Efisiensi
Adbk = Air yang diberikan
Ahl = Air yang hilang
Pola Tanam dan Sistem Golongan
1. Pola Tanam
○ Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan
dalam satu tahun,
○ Pola tanam ni diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara
optimal untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dan menghindari resiko
kegagalan.
○ Pola tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu tahun dengan
memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang
sepernuhnya tergantung dari hujan sehinga pemilihan jenis / varietas yang
ditamanpun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun
curah hujan.
○ Pola tanam terbagi dua yaitu pola tanam monokultur dan pola tanam
polikultur.
a. Pola tanam monokultur adalah pola tanam dengan menanam tanaman
sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja
b. Pola tanam polikultur ialah pola pertanian dengan banyak jenis
tanaman pada satu bidang lahan yang terusun dan terencana dengan
menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik.
○ Untuk itu penentuan pola tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan
○ Contoh Pola tanam yang dapat dibakai adalah seperti pada Tabel 3
Ketersediaan air untuk j aringan irigasi Pola Tanam dalam satu tahun
● Sumber air tidak selalu dapat mnyediakan air irigasi yang dibutuhkan,
shingga harus dibuat rencana pembagian air yang baik
● Kebutuhan air tertinggi dalam petak tersier adalah Qmax yang didapat
sewaktu merencanakan seluruh sistem irigasi
● Pada saat air tidak memenuhi kebuituhan air tanaman dengan pengaliran
menerus, maka pemberian air tanaman diberikan secara bergilir
● Dalam musim kemarau dimana keadaan air mengalami kritis, maka
pemberian air tanaman akan diberikan/dprioritaskan kepada tanaman yang
telah direncanakan
● Dalam pemberian air secara bergilir ini, permulaan tanam tidak serentak,
tetapi bergilir menurut jadwal yang ditentukan dengan maksud aga supaya
penggunaan air lebih efisien
● Sawah dibagi menjadi golongan-golongan, dan saat permulaan pekerjaan
sawah bergili menurut golongan masing-masing
● Keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem giliran :
- berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak
- kebutuhan pengambilan bertambah secara berangsur-angsur pada awal
waktu pemberian air irigasi (pada periode penyiapan lahan)
● Contoh Soal
Petak tersier seluas 135,65 ha terdiri dari 3 petak sub tersier dengan
masing-masing luas sbb :
● Contoh Soal
Petak tersier seluas 135,65 ha terdiri dari 3 petak sub tersier dengan masing -
masing luas dan kebutuhan air sbb :
- Sub tersier a luas 53,10 ha dengan kebutuhan air 2,84 lt/det/ha
- Sub tersier b luas 47,55 ha dengan kebutuhan air 2,95 lt/det/ha
- Sub tersier c luas 35,00 ha dengan kebutuhan air 3,26 lt/det/ha
Pemberian air secara terus menerus dapat dilakukan selama Q > 65 Qmaks
Bila Q < 65 Qmaks maka pemberian air dilakukan secara bergiliran.
Air sebanyak 121 lt/det tidak dapat diberikan secara porporsional dalam waktu
bersamaan dan dipakai hanya untuk mengairi satu petak sawah tersier secara
bergiliran
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa debit yang terbesar tidak
selalu didapat dari Q = Qmaks, sehingga Q rencana tidak dapat begitu saja
ditemukan dari pembagian debit pada 100% Qmaks
B. Perhitungan Jam Rotasi
● Rotasi I
Semua petak mendapat air secara terus menerus
● Rotasi II
2 golongan dibuka 1 golongan ditutup
A + B = (53,10 + 47,55/(53,10 + 47,55 + 35) x 336/2 = 124 jam = 5 hari 5 jam
B + C = (47,55 + 35,00/(53,10 + 47,55 + 35) x 336/2 = 102 jam = 4 hari 6 jam
A + C = (53,10 + 35,00/(53,10 + 47,55 + 35) x 336/2 = 109 jam = 4 hari 13 jam
● Rotasi III
1 golongan dibuka 2 golongan ditutup
A = 53,10 /(53,10 + 47,55 + 35) x 168/2 = 65 jam = 2 hari 18 jam
B = 47,55 /(53,10 + 47,55 + 35) x 168/2 = 58 jam = 2 hari 11 jam
C = 35,00 /(53,10 + 47,55 + 35) x 168/2 = 43 jam = 1 hari 19 jam
Pemberian air
Rotasi I Rotasi II
terus menerus
Hari Q = 30 – 65% Q = < 35%
Q = 65 – 100%
Jam Petak yang diairi Jam Petak yang diairi Jam Petak yang diairi
Senin 6:00 6:00 6:00
Selasa B
Rabu A+B 17:00
Kamis B
Jumat 12:00
Sabtu 11:00 A
Minggu A+B+C
Senin B+C 6:00
Selasa B
Rabu 17:00 17:00
Kamis C
Jumat A+C 12:00
Sabtu A
Mingg
Senin 6:00 6:00 6:00
Pertemuan V
Pokok Bahasan
Kebutuhan Air Irigasi
● Faktor-faktor tersebut diatas saling berkaitan dan kondisi sosial budaya yang ada
didaerah penanaman padai akan mempengaruhi pula lamanya waktu yang diperlukan
untuk penyiapan lahan
● Sebagai pedoman :diambil jangka waktu 1,5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan
lahan dipetak tersier dan bilamana akan menggunakan peralatan mesin secara luas
maka jangka waktu penyiapan lahan diambil 1 bulan
a. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
● Jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan
berdasarkan kedalaman serta porositas tanah disawah
● Kebutuhan air untuk penyiapan lahan diperkirakan berdasar rumus :
(Sa – Sb)N.d
PWR = + Pd + Fl …………………………………….(1)
1000
dimana :
PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa = derajat kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)
Sb = derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)
N = porositas tanah dalam (%) pada rata-rata untuk kedalaman tanah
d = asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
Pd = kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
Fl = kehilangan air disawah selama 1 hari
● Pada tanah bertekstur berat tanpa retak- retak, kebutuhan air untuk
penyiapan lahan diambil 20mm , termasuk air untuk penjenuhan dan
pengolahan tanah
b. Kebutuhan air selama penyiapan lahan
● Untuk perhitungan kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan, digunakan
metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zajlstra (1968) yang
didasarkan pada lajur air konstan dalam lt/dt selama penyiapan lahan
dengan rumus :
k k
IR = Me /(e - T) …………………………………(2)
dimana :
IR = kebutuhan air irigasi ditengkat persawahan (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi
disawah yang sudah dijenuhkan M = Eo + P (mm/hari)
Eo = evaporasi yang diambil 1,1 Eto selama penyiapan lahan (mm/hari)
P = perkolasi
k = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50mm (50+
200=250mm)
e = bilangan eksponen : 2,7182
2. Penggunaan Konsumtif (consumtive use)
Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk
proses fotosintetis dari tanaman yang dihitung dengan rumus :
Etc = Kc . Eto ……………………………………………(3)
dimana :
Etc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Eto = evapotranspirasi acuan (mm/hari)
Kc = koefisien tanaman
3. Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh yang terletak diantara
permukaan tanah ke permukaan air tanah (zona jenuh).
Daya perkolasi adalah laju maksimum yang dimungkinkan, yang besarnya
dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh yang terletak diantara
permukaan tanah dengan permukaan air tanah (Soemarto, 1995).
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah daerah tinjauan yang dipengaruhi
oleh karakteristik geomorfologis dan pola pemanfaatan lahannya
Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik laju perkolasi
dapat mencapai 1-3mm/hari
Di daerah dengan kemiringan diatas 5 %, paling tidak akan terjadi kehilangan 5
mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.
Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan genangan berkisar
antara 1 - 3 mm/hari.
Berdasarkan tekstur tanah lempung berliat dengan permeabilitas sedang, maka laju
perkolasi dapat dipakai berkisar 1 - 3 mm/hari. Dengan perhitungan ini nilai perkolasi
diambil sebesar 2 mm/hari, mengikuti kondisi eksisting di lapangan
Perkolasi yang biasa disebut peresapan kedalam tanah sangat dipengaruhi oleh sifat-
sifat fisik tanah antara lain permeabilitas dan tekstur tanah.
Pada tanah bertekstur liat laju perkolasi mencapai 13 mm/hari, pada tanah bertekstur
pasir mencapai 26,9 mm/hari, pada tanah bertekstur lempung berpasir laju perkolasi
mencapai 3-6 mm/hari, pada tanah bertekstur lempung laju perkolasi mencapai 2-3
mm/hari, pada tanah lempung berliat mencapai 1-2 mm/hari.
4. Penggantian Lapisan Air (Water Layer Requirment )
● Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan sesuai
kebutuhan.
● Jika tidak ada penjadwalan penggantian dilakukan sebanyak 2 kali
masing-masing 50mm selama 0,5 bulan atau sekali pemberian
100mm selama 1 bulan (atau 3,3mm/hari) atau 2 bulan setelah
transplantasi.
3). Perkolasi
● Pada tanaman ladang, perkolasi air kedalam tanah bawah hanya akan terjadi setelah
pemberian air irigasi.
● Dalam mempertimbangkan efisiensi, perkolasi harus dipertimbangkan
4). Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif dapat dihitung dengan rumus yang diperkenalkan
oleh USD Soil Conservation Service.
Pokok Bahasan
Sistem Jaringan Irigasi
● Sistem jaringan irigasi adalah satu kesatuan bangunan dan saluran yang
dipergunakan untuk mengatur jalannya air irigasi, dimulai dari penyediaan,
pengambilan, pembagian, pemberian hingga pemanfaatannya.
● Secara umum jaringan irigasi di bagi jadi jaringan utama, sekunder dan tersier.
● Dalam suatu sistem jaringan irigasi dibedakan 4 (empat) unsur fungsional pokok
yaitu :
- Bangunan utama ( head works) dimana air diambil dari sumbernya (sungai atau
waduk
- Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air kepetak-petak tersier
- Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif : air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air
ditampung di dalam suatu sistem pembuangan dalam petak tersier.
- Sistem pembuangan yang ada diluar daerah irigasi untuk membuang kelebihan
air ke sungai atau saluran-saluran alam.
Petak Irigasi
● Petak irigasi adalah petak lahan yang memperoleh air irigasi dari satu jaringan
irigasi yang sama
● Untuk menghubungkan bagian-bagian dari suatu jaringan irigasi dibuat suatu peta
yang disebut peta petak dilengkapi garis-garis kontur dengan skala 1:2500
● Peta petak memperlihatkan :
- Bangunan-bangunan utama
- Jaringan dan trase saluran irigasi
- Petak-petak primer, sekunder dan tersier
- Lokasi bangunan
- Batas-batas daerah irigasi
- Jaringan dan trase jalan
- Daerah-daerah yang tidak diairi (misal : desa-desa)
- Daerah-daerah yang tidak dapat diairi (misal : tanah jelek, terlalu tinggi)
● Petak irigasi umumnya terbagi atas 3(tiga) agian yaitu petak primer, petak
sekunder dan petak tersier
1. Petak Primer
● Petak primer dilayani oleh saluran primer yang mengambil airnya langsung
dari sumber air (biasanya sungai)
● Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air
langsung dari saluran primer
2. Petak Sekunder
● Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di
saluran primer atau sekunder.
● Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder
● Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi
yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang.
● Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah.
● Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mengairi kedua sisi
saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya.
3. Petak Tersier
● Petak tersier menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan
sadap (off take) tersier.
● Petak tersier harus terletak berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau
saluran primer, terkecuali bila petak-petak tersier tidak secara langsung terletak
disepanjang jaringan saluran irigasi utama
● Petak tersier mempunyai batas-batas yang jelas misal : parit, jalan, batas desa
● Pada petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi
tanggung jawab para petani yang bersangkutan, di bimbingan pemerintah.
● Petak tersier yang terlalu besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi
tidak efisien.
● Untuk menentukan layout, perlu dipertimbangkan aspek-aspek berikut :
- Luas petak tersier
- Batas-batas petak tersier
- Bentuk petak tersier yang optimal
- Kondisi medan
a. Petak Tersier Yang Ideal
● Petak tersier dikatan ideal jika masing-masing pemilik sawah memiliki
pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air langsung ke
jaringan pembuang, serta dapat mengangkut hasil pertanian dan
peralatan mesin atau ternak mereka ke dan dari sawah melalui jalan
petani yang ada.
● Untuk mencapai pola pemilikan sawah yangt ideal di dalam petak
tersier, petani harus dapat membentuk petak-petak sawah mereka
dengan cara saling menukar bagian-bagian tertentu dari sawah
mereka atau dengan cara- cara lain (seperti Gambar 4.1)
6. Batas Petak
Batas-batas petak tersier dan kuarter didasarkan pada kondisi topografi karena itu maka :
- Diatur sedemikian rupa sehingga 1 petak tersier terletrak dalam 1 daerah administrasi
desa agar E & P jaringan lebih baik.
- Jika ada 2 desa di petak tersier yang sangat luas, maka dianjurkan agar membagi petak
tersier tsb. menjadi 2 petak sub tersier yang berdampingan sesuai dengan daerah
masing-masing
- Batas petak kuarter adalah berupa saluran irigasi pembuang kuarter yang memotong
kemiringan medan medan dan saluran irigasi tersier serta pembuang tersier atau primer
yang mengikuti kemiringan medan
- Jika memungkinkan batas-batas petak bertepatan dengan batas-batas milik
Saluran tersier
40m
40m
Jalan petani
Saluran kuarter
Pembuang kuarter
100m 100m
Medan terjal ˃ 2
Medan bergelombang 0,25 – 2
Medan berombak 0,25 – 2,
pada umumnya kurang dari 1 dan
ditempat tertentu mungkin lebih besar
Medan sangat datar ˂ 0,25
Q ( m³/det) m n k
0,15 – 0,30 1,0 1,0 35
0,30 – 0,50 1,0 1,0 – 1,2 35
0,50 – 0,75 1,0 1,2 – 1,3 35
0,75 – 1,00 1,0 1,3 – 1,5 35
1,00 – 1,50 1,0 1,5 – 1,8 40
1,50 – 3,00 1,5 1,8 – 2,3 40
3,00 – 4,50 1,5 2,3 – 2,7 40
4,50 – 5,00 1,5 2,7 – 2,9 40
5,00 – 6,00 1,5 2,9 – 3,1 42,5
6,00 – 7,50 1,5 3,1 – 3,5 42,5
7,50 – 9,00 1,5 3,5 – 3,7 42,5
9,00 – 10,00 1,5 3,7 – 3,9 42,5
10,00 – 11,00 2,0 3,9 – 4,2 45
11,00 – 15,00 2,0 4,2 – 4,9 45
15,00 – 25,00 2,0 4,9 – 6,5 45
25,00 – 40,00 2,0 6,5 – 9,6 45
○ Lebar tanggul (w) tergantung dari jenis saluran seperti pada tabel dibawah
Saluran W
Diketahui :
A = 27.00 Ha
Q = 27.00 x 1.20 = 32.4 l/dt = 0.0324 m3/det
Perhitungan :
b = 0.35 m (ditetapkan)
m=0
k = 60
n = 1.00 b / h = 1.00
h = 0.35 m
A = ( 0.35 + 0 x 0.35 ) 0.35 = 0.1225 m2
P = 0.35 + 2 x 0.35 √ (1 + 02) = 1.050 m
V = Q/A = 0,0324/0,1225 = 0,264 m/dt
R = A/P = 0,1225/1,050 = 0,116 m, R⅔ = 0,238
2
I = V
k . R⅔
= ( 0,264
) = 0,000341
60 . 0,238
Kesimpulan :
A = 27.00 Ha.
Q = 0.032 m3/det
b = 0.35 m
h = 0.35 m
n =1
m =0
k = 60
3. Standar Perencanaan Saluran
● Standar perencanaan yang digunakan dalam merencanakan saluran irigasi
adalah :
○ Standar irigasi yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pengairan
Kementerian Pekerjaan Umum, dalam buku Pedoman Kriteria
Perencanaan Teknis Irigasi, edisi Agustus 1980.
○ Selain dari pada itu juga digunakan kriteria dari sumber-sumber lain yang
terdapat dalam literaturliteratur.
● Kriteria perencanaan untuk saluran primer, skunder, tersier dan kuarter
berdasarkan buku standar diatas.
a. Saluran Primer dan Sekunder
(1) Bentuk Penampang
○ Bentuk penampang saluran umumnya direncanakan sebagai saluran
terbuka (open channel) yang berbentuk trapesium, tanpa lapisan
pelindung
○ Bentuk penampang melintang saluran dipilih sebagai berikut.
○ Daerah timbunan
W 2 mH + B W Wr
fb
1 h
m H
B
Gambar 1. Bentuk penampang saluran di daerah timbunan
○ Daerah galian
2 mH + B Wr
Keterangan:
fb B = lebar dasar saluran, m.
H
1 h H = tinggi air, m.
m fb = tinggi jagaan (freeboard), m.
● Bila kedalaman galian lebih dalam dari tinggi saluran, maka diperlukan kemiringan lereng
dalam (Nc) Tabel 3 dan kemiringan lereng luar (Ne) Tabel 4
Tabel 3. Harga kemiringan lereng dalam, Nc Tabel 4. Harga kemiringan lereng luar, Ne
Tinggi timbunan
Ne
Nc Tanpa lapisan
Kedalaman galian, (m)
(m) pelindung
Tanah biasa Batu cadas < 1,0 1,0
dimana:
V = kecepatan rata-rata aliran, m/det
n = nilai koefisien kekasaran Manning
R = jari-jari hidrolis, m
S = kemiringan atau gradien hidrolis
○ Jika kecepatan standar tsb. menghasilkan gradien hidrolis yang tidak mungkin
karena kondisi topografi yang terlalu datar, maka dapat ditentukan kecepatan
aliran yang memenuhi kecepatan minimum dan maksimum seperti di atas.
○ Kecepatan standar yang disarankan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kecepatan aliran standar
Debit (m3/det) Kecepatan aliran standar (m/det)
< 0,15 0,25 – 0,30
0,15 – 0,30 0,25 – 0,35
0,30 – 0,40 0,30 – 0,40
fb
H
h
Catatan:
H adalah tinggi tanggul dari elevasi tanah asli (sawah) yang
disyaratkan, tidak boleh kurang dari 0,30 m, hal ini untuk menjamin
terlayaninya sawah dengan memuaskan.
(2) Disain hidrolis saluran
○ Beberapa perhitungan dan asusmsi adalah sebagai berikut :
(a). Rumus pengaliran dan koefisien pengaliran
Q = A.V = A. 1/n . R⅔ . S½
Nilai koefisien kekasaran Manning (n), untuk saluran tersier dan kuarter
diamnbil n = 0,025 atau Kst = 40.
(b). Perhitungan dimensi saluran
○ Untuk keperluan praktis baik perencanaan maupun pelaksanaan, maka
dibuat 5 (lima) tipe dimensi saluran seperti pada Tabel 11
Tabel 11 Tipe saluran, lebar dasar, tinggi aliran dan tinggi jagaan.
Tipe Lebar dasar B,(m) Tinggi aliran h,(m) Tinggi jagaan fb,(m)
I 0,30 0,30 0,30
II 0,40 0,40 0,30
III 0,50 0,50 0,30
IV 0,60 0,60 0,30
V 0,70 0,70 0,30
○ Dalam memilih tipe saluran tersier dan kuarter yang layak, perlu
diperhatikan kecepatan pengaliran yang menyebabkan pengendapan
maupun erosi.
○ Untuk itu ditetapkan besarnya kecepatan standar, kecepatan minimum
dan kecepatan maksimum seperti pada Tabel 12.
Tabel 12. Kecepatan standar, min. dan maks. pada saluran tersier dan kuater.
(1). Bila debit rencana sudah diketahui, pilih kecepatan standar seperti pada
Tabel 12, kemudian hitung A = Q/V.
(2). Karena perbandingan (B/h) = 1 dan talud m = 1, maka
A= h (B +mh) = 2h² sehingga h = √A/2
(3). Pilih tipe saluran yang sesuai dari Tabel 11.
(4). Hitung gradien hidrolis, dengan rumus:
2 2 4/3
S=n.V /R
dimana :
n = 0,25.
V = kecepatan aliran standar, Tabel 12.
R = jari-jari hidrolis.
S = gradien hidrolis.
Contoh perhitungan dalam perencanaan dimensi saluran irigasi,
1. Saluran Primer
S = n² V²/ R4/3
n = 0,020 ( lihat Tabel 7)
Sehingga A = h (B + m.h)
7,368 = h (3h + 1,5h)
7,368 = 4,5 h2
= 0,0183 %.
4. Saluran Kuarter
Debit rencana, Q = 0,034 m3/det
Kecepatan standar, V = 0,15 m/det (lihat Tabel 12)
Perbandingan B/h = 1 (lihat Tabel 10)
Talud dalam, m = 1 (lihat Tabel 10)
Luas penampang basah, A = Q : V
= 0,034 : 0,15
= 0,2266 m2
Tinggi air , h = √ A/2
= √ 0,2266/2
= 0,3366 = 0,40 m
Dengan h = 0,40 maka dari Tabel 11 didapat tipe saluran adalah tipe II dengan :
B = 0,40 m.
h = 0,40 m.
fb = 0,30 m.
Kemiringan saluran (gradien hidrolis), S.
S = (n ².V ² ) : (R 4/3 )
n = 0,025
V = 0,15 m/det.
R = h (B+mh) : (B+2h √ 1 + m²
= 0,40 (0,40 + 1.0,40) : (0,40 +2.0,40 √1 + 1²
= 0,32 : 1,5313
= 0,2089 m.
Pokok Bahasan
Sistem Jaringan Irigasi
Pokok Bahasan
Bangunan Utama Irigasi