Anda di halaman 1dari 64

TEKNIK PELABUHAN

JTS. 1707

PROSES ALAM DI PANTAI

BAB IV
Pertemuan 5, 6, 7
UJIAN TENGAH SEMESTER (8, 9)

UJIAN AKHIR SEMESTER (17, 18)


Definisi
Waves (Gelombang) :
bentuk penjalaran energi melalui suatu media.
Surface Gravity Waves :
gelombang yang terjadi ketika permukaan air dipengaruhi /
terganggu oleh gaya luar (disturbing force) dan gaya tarik
bumi (gravity) berusaha meredamnya sehingga permukaan air
bergerak naik-turun.

Disturbing Force Restoring Force Type of Waves


Gerak kapal (vessel Surface tension Capillary waves
movement), Angin Gravity Wind waves
(wind) Seiches
Aktifitas gerak bumi Gravity Tsunami
(seismic activity), Tanah
longsor (landslide)
Gaya tarik planet Gravity Tides
(gravity)
Sebagian besar gelombang yang terbentuk di permukaan laut
adalah gelombang akibat angin (wind waves).
Wind Waves (Gelombang akibat angin) :
- gelombang lokal yang langsung terbentuk oleh aktifitas angin.
- bentuk gelombang tidak beraturan.
- selanjutnya disebut waves.
Fully Developed Sea :
gelombang lokal yang terbentuk dengan kondisi kecepatan angin (wind speed),
lama hembus angin (wind duration) dan panjang daerah hembus angin (fetch)
adalah maksimal.
Swells (Alun) :
- gelombang yang menjalar di luar daerah pembentukannya.
- bentuk gelombangnya lebih teratur dan lebih panjang gelombangnya dari pada
gelombang angin.
Confused Sea :
perpaduan banyak gelombang yg memiliki perbedaan tinggi,
panjang dan arahnya.
Rogue Waves / Freak Waves :
- perpaduan maksimum gelombang dan dipengaruhi juga oleh adanya
arus laut global.
- dapat mencapai tinggi lebih dari 30 m.
- http://www.deathwaves.com/index.htm
Parameter Gelombang

Amplitude

Depth

Sea bed

Puncak gelombang (Wave crest), Lembah gelombang (Wave through)


Tinggi gelombang (Wave height, H)
Amplitudo gelombang (Wave amplitude, )
Panjang gelombang (Wave length, L)
Periode gelombang (Wave periode, T)
Kedalaman air (Water depth, d)
Kemiringan gelombang (Wave steepnes, H/L)
Kedalaman relatif (Relative depth, d/L)
Small Amplitude Wave Theory / Airy Theory
Gelombang angin yang sebenarnya adalah kompleks (tidak beraturan) karena merupakan
gabungan dari banyak gelombang yang memiliki tinggi, periode dan arah yang berbeda-beda.
Untuk mempermudah analisa, gelombang diasumsikan berbentuk sinusoidal, memiliki tinggi
dan panjang gelombang tertentu (monochromatic).
Teori gelombang yang sederhana adalah Teori Gelombang Linier (Linear Wave Theory) atau
Teori Gelombang Amplitudo Kecil (Small Amplitudo Wave Theory) atau Teori Airy (Airy Theory).

Persamaan permukaan gelombang sinusoidal :

H H 2x 2t
= cos(kx - t) cos (2.1)
2 2 L T
2 2
k= wave number; = wave angular frequency (2.2)
L T
Kecepatan rambat gelombang (wave celerity) :
2
T L (2.3)
C=
k 2 T
L
Small Amplitude Wave Theory / Airy Theory
Panjang dan periode gelombang tergantung kepada kedalaman air dengan persamaan
hubungan dispersi (dispersion relationship equation).

Persamaan hubungan dispersi :

2 = gk tanh kd (2.4)

dari persamaan 2.3 :


atau :
2
g
C 2 = 2 tanh kd L 2
gL 2d
k k C2 = 2 tanh
T 2 L
g gL 2d
C= tanh kd tanh
k 2 L
Kecepatan rambat gelombang (wave celerity) :
gT 2d
C= tanh (2.5)
2 L
Panjang gelombang (wave length) :

gT 2 2d (2.6)
L= tanh
2 L
Persamaan panjang gelombang :

gT 2 2 d Whoops !
L tanh
2 L

panjang gelombang tergantung kepada periode (kuadrat) dan kedalaman air.


komponen panjang gelombang (L) muncul pada kedua sisi.
1. Metode Iterasi (Trial-Error)
Misalkan kita tulis persamaan 2.6 sbb:

gT 2 2 d (2.7)
L2 tanh
2 L1
gT 2
awalnya hitung L1
2
masukkan L1 ke persamaan 2.7, bandingkan hasil L2 dengan L1
apabila L2 L1 , hitung (L1+L2)/2, masukkan hasilnya ke persamaan 2.7 lagi
bandingkan hasilnya, apabila masih belum sama ulangi lagi proses di atas sampai L2L1
2. Metode Tabel Gelombang (Wave Table)

Diketahui H, T dan d
Hitung d
gT 2 hitung
Lo
2 Lo
Cari pada Tabel Gelombang kolom :

d lihat d
Lo nilai pada kolom L
Maka nilai L pada kedalaman d dapat dihitung sbb:

L = d / nilai pada kolom tsb.


Contoh Tabel Gelombang (Wave Table)
Contoh :
Diketahui gelombang di laut dalam dengan periode T = 7 detik dan tinggi H =1.5 m.
Hitung panjang dan kecepatannya di kedalaman d = 4 m !

gT 2
Lo 1.56 T 2 1.56 x 49 76.4 m
2
d 4
0.0523
Lo 76.4
lihat
Tabel Gelombang dan interpolasi

d
= 0.0966 ; tanh kd = 0.542 ;
L
sinh kd = 0.644 ; cosh kd 1.19 ; n = 0.896
Contoh :
Contoh :
d
= 0.0966 ; tanhkd = 0.542 ;
L
sinhkd = 0.644 ; coshkd 1.19 ; n = 0.896

d 2
L 41.4 m; k 0.152 m 1
0.0966 L

L
C = = 5.9 m/s; CG nC 0.896(5.9) 5.3 m/s
T
3. Metode Pendekatan (Approximation)

Persamaan pendekatan dari Eckart (1952) dengan kesalahan sampai


maksimum 10% :

gT 2 4 2 d
L tanh (2.8)
2 2
T g

Persamaan pendekatan dari Fenton & Mc Key (1989) dengan kesalahan


sampai maksimum 1.7% :

d / g /T
2/3
L L0 tanh 2
3/ 2


(2.9)

Klasifikasi Gelombang Berdasarkan
Kedalaman Relatif (d/L)
Sifat tanh kd membuat gelombang dapat diklasifikasikan/dikelompokkan
berdasarkan kedalaman relatif (d/L)

2d
Deep water : tanh kd = tanh 1
L
gT 2
L0 (2.10)
2
2d 2d
Intermediate water : tanh kd = tanh tanh
L L
gT 2 2 d
L tanh (2.11)
2 L
2d 2d
Shallow water : tanh kd = tanh
L L

L gd T (2.12)
Resume Karakteristik Gelombang
Resume Karakteristik Gelombang
Apa yang akan terjadi pada gelombang setelah
merambat keluar dari daerah pembangkitannya ??

Gelombang akan mengecil dan permukaan air


menjadi tenang kembali karena peredaman
oleh gaya gravitasi bumi.
Apa yang akan terjadi pada gelombang setelah
merambat keluar dari daerah pembangkitannya jika
bertemu dengan pulau atau daerah yang dangkal ??
Gelombang akan
terpengaruh oleh kedalaman
air dan mengalami
perubahan karakteristik
(deformasi).
(catt. Dalam analisa
deformasi gelombang ini
hanya periode gelombang
yang diasumsikan tetap/tidak
berubah.)
Deformasi akan dialami dalam bentuk :

1. Pendangkalan (Shoaling)
2. Perubahan Arah (Refraction)
3. Gelombang Pecah (Breaking)
4. Penguraian Energi (Diffraction)
5. Pemantulan (Reflection)
Efek Pendangkalan (Shoaling)

Berdasarkan persamaan dispersi Energi konstan :


(2.4 ), panjang gelombang
terpengaruh oleh kedalaman air. P ECg
Pada daerah yang lebih dangkal 1 (3.1)
panjang (L) dan kecepatan (C)
P0 E0Cg 0
gelombang akan mengecil. gH 2
Berdasarkan kekekalan energi, jika E
perubahan 2 karakter tersebut akan 8
mengakibatkan tinggi gelombang
(H) bertambah besar.
maka :
P H 2 Cg
1 2
P0 H 0 Cg 0
atau :
H Cg 0 n0C0 L0
Ks
H0 Cg nC 2nL
Efek Pendangkalan (Shoaling)

L0
H Ks H 0 H0 (3.2)
2nL


Efek Perubahan Arah (Refraction)
Ketika satu baris gelombang merambat
dengan arah (orthogonal) membentuk
sudut terhadap garis kontur pantai, maka
bagian gelombang yang mencapai
daerah dangkal lebih dulu akan
berkurang kecepatannya dari pada
bagian yang masih di daerah dalam.

Perbedaan kecepatan dalam satu baris


gelombang ini akan mengakibatkan
gelombang mengalami perubahan arah.
Fenomena ini seperti halnya refraksi di
cahaya yang melalui 2 medium berbeda.

Arah gelombang yang konvergen


(mengumpul di tanjung/headland)
mengakibatkan pengumpulan energi
sehingga tinggi gelombang menjadi
meningkat. Hal sebaliknya yang terjadi di
teluk/bay.
Efek Perubahan Arah (Refraction)

L0 L
sin 0 dan sin
BC BC
maka ( Hukum Snellius ) :
sin L C
tanh kd
sin 0 L0 C0
C
arcsin sin 0 (3.3)
C0
Efek Perubahan Arah (Refraction)

b0 b
cos 0 dan cos
BC BC
maka :
b cos

b0 cos 0
bila disisipkan dalam persamaan energi (3.1) :
P EbCg H 2 Cg b
1 2
P0 E0b0Cg 0 H 0 Cg 0 b0
atau :
H Cg 0 b0 L0 cos 0
Ks Kr
H0 Cg b 2nL cos
Efek Perubahan Arah (Refraction)

Persamaan refraksi
berdasarkan Snellius ini berlaku
pada kontur pantai yang teratur,
lurus dan sejajar.
Pada kontur yang acak, refraksi
gelombang dianalisis dengan
cara digambar atau
menggunakan metode numerik.

L0 cos 0
H Ks Kr H 0 H0 (3.4)
2nL cos
dengan :
C
arcsin sin 0
C0
Contoh :
1. Gelombang di laut dalam memiliki periode 11 detik dan tinggi 2 m mendekati pantai dengan
pucak gelombang membentuk sudut 500 terhadap garis pantai. Pantai memiliki kondisi
kontur dasar laut yang teratur, lurus dan sejajar.
a) Hitung tinggi dan sudut datang gelombang pada kedalaman 8 m !

Diketahui:
T = 11 detik, H0 = 2 m, 0 = 500
gT 2
L0 1.56 T 2 1.56 x 112 188.76 m
2
gT
C0 1.56 T 1.56 x 11 17.16 m / s
2

d 8 Tabel gelombang d
0.0423 = 0.0858 ; tanh kd = 0.492 ; n = 0.915
Lo 188.76 L

d 8
L8 = 93.24 m
0.0858 0.0858
L 93.24
C8 8 8.48 m / s
T 11
Contoh :

Koefisien Pendangkalan:

L0 188.76
Ks 1.052
2nL8 2 x 0.915 x 93.24

Sudut gelombang di kedalaman 8 m:

C8 8.48
8 arcsin sin 0 arcsin sin 500 22.240
C0 17.16

Koefisien Refraksi:

cos 0 cos 500


Kr 0.83
cos 8 cos 22.24 0

Tinggi gelombang di kedalaman 8 m:

H 8 H 0 KsKr 2 x 1.052 x 0.83 1.75 m


Efek Penguraian Energi (Diffraction)

Efek penguraian energi gelombang


di belakang suatu penghalang
(tanjung atau breakwater)
Efek difraksi merupakan fungsi dari
panjang gelombang, arah gelombang
dan dimensi penghalang.
Efek Penguraian Energi (Diffraction)

Kondisi gelombang di sekitar penghalang:


1. Gelombang mengalami difraksi di
belakang penghalang. Energi dan tinggi
gelombang mengecil.
2. Gelombang mengalami refleksi di
depan penghalang. Gelombang refleksi
bertemu dengan gelombang datang
sehingga bisa saling memperkecil atau
memperbesar tinggi gelombang.
3. Gelombang tidak terganggu oleh
penghalang.
Efek Penguraian Energi (Diffraction)

Difraksi (Kd) merupakan fungsi


dari:
1. = sudut datang gelombang
2. L = panjang gelombang
3. = sudut posisi target
4. R = jari2 posisi target
Efek Penguraian Energi (Diffraction)
Tabel Difraksi Gelombang
Efek Penguraian Energi (Diffraction)
Tabel Difraksi Gelombang
Efek Penguraian Energi (Diffraction)
Grafik Difraksi Gelombang
Efek Penguraian Energi (Diffraction)
Grafik Difraksi Gelombang
Efek Pemantulan Gelombang (Reflection)

Kref = Href / Hi

Gelombang mengalami
pemantulan ketika bertemu
dengan suatu penghalang.
Gelombang Pasang Surut
Adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik Matahari dan Bulan
terhadap massa air laut di Bumi. Massa bulan jauh lebih kecil dari Matahari,
namun pengaruh terhadap pasang surut lebih besar dibandingkan Matahari
(2,2 kalinya) , karena jarak bulan dengan Bumi lebih dekat dari pada Matahari.

Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk
perencanaan bangunan pantai dan pelabuhan. Data elevasi muka air pasang
digunakan untuk menentukan elevasi puncak bangunan pemecah gelombang,
perencanaan dermaga, perencanaan bangunan pelindung pantai,
pengamanan daerah pesisir, dll. Sedangkan data muka air surut biasannya
digunakan untuk menentukan kedalaman alur pelayaran di pelabuhan.
Hari Pasut Periode pasut adalah waktu yang
Periode pasut diperlukan posisi muka air dari datum
Periode pasut
(Still Water Level) ke posisi yang sama
berikutnya.
Hari pasut adalah waktu yang diperlukan
selama 1 hari posisi muka air dari datum
Datum
ke posisi yang sama berikutnya
Peralihan dari pasang ke surut atau
sebaliknya (titik balik) disebut Slack, dan
kecepatan arus di saat seperti ini adalah
nol.
Pembangkitan gelombang Pasang
Surut
Gelombang pasut, kejadiannya relatip teratur sesuai dengan pembangkitnya yaitu bulan dan
matahari. Perputaran bulan dan bumi yang teratur menyebabkan gelombang pasut yang teratur
pula, sehingga gelombang ini lebih mudah di prediksi dibandingkan gelombang lain.
Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan akan menyebabkan keduanya menjadi satu sistim
kesatuan yang beredar bersama-sama sekeliling sumbu perputaran bersama (common axis of
revolustion). Sumbu tersebut adalah pusat berat bumi-bulan yang berada di bawah permukaan
bumi (sedalam 1718 km). Selama peredaran tersebut, setiap titik di bumi beredar sekeliling
pusatnya dalam orbit berbentuk lingkaran dengan jari-jari sama dengan jari-jari dari revolusi
pusat massa bumi sekeliling sumbu perputaran bersama. Hal ini menyebabkan gaya sentrifugal
(Fc) yang ditimbulkan oleh peredaran tersebut adalah sama besar. Arah dari gaya sentrifugal
(Fc) tersebut akan berlawanan dengan posisi bulan, sedangkan gaya tarik dari bulan (Fg) akan
mengarah ke pusat massa bulan, dilihat dari kondisi ini maka gaya pembangkit pasang surut
tergantung pada jarak antara titik yang ditinjau dengan pusat massa bulan. Gaya pembangkit
pasang surut adalah resultante dari gaya Fc dan Fg. Pada pusat bumi (sumbu bumi) gaya
sentrifugal (Fc) dan gaya gravitasi bulan (Fg) akan seimbang, sehingga di lokasi tersebut tidak
terjadi pasang surut. Suatu elemen air yang berada pada sisi bumi yang terjauh dari bulan,
maka gaya sentrifugalnya akan lebih besar dari gaya gravitasi bulan (Fc>Fg), hal ini akan
mengakibatkan resultanya (pasang surut) akan mengarah ke luar dan akibatnya permukaan air
akan tertarik ke luar. Demikian sebaliknya pada belahan bumi yang terdekat dengan bulan
gaya Fc<Fg, sehingga resultannya mengarah ke bulan dan air akan tertarik ke arah bulan.
Penjelasan tentang bangkitan gelombang pasut adalah dengan anggapan bahwa bumi
dikelilingi oleh air laut secara merata, namun pada kenyataanya di permukaan bumi terdapat
pulau dan benua, dan juga dasar laut yang tidak rata, sehingga keadaan ini menjadikan
penyimpangan dari kondisi yang ideal dan hal ini dapat dilihat dengan adanya perbedaan ciri-
ciri maupun tinggi pasang surut dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

bulan

bumi

Gaya pembangkit pasang surut akibat gravitasi bulan


Tipe Pasang Surut Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide),
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
satu hari, dengan ketinggian yang hampir sama
secara berurutan dan teratur, periodenya selama
12 jam 24 menit. Jenis pasut ini terjadi di selat
malaka sampai laut Adaman.
Pasang surut harian Tunggal (diurnal tide),
terjadi satu kali pasang dan surut dalam satu hari,
periodenya selama 24 jam 50 menit. Jenis pasut
ini terjadi di perairan selat Karimata.
Pasang surut campuran condong ke harian ganda
(mixed tide prevailing semidiurnal), terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi dan
periodenya berbeda-beda. Jenis pasut ini terjadi di
perairan Indonesia Bagian Timur.
Pasang surut campuran condong ke harian
tunggal (mixed tide prevailing diurnal), terjadi
satu kali pasang dan surut, tetapi untuk sementara
waktu terkadang terjadi dua kali pasang dan
surut, dengan tinggi dan periode yang sangat
berbeda-beda. Jenis pasut ini terdapat di selat
Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
Pasang Surut Purnama dan Perbani
Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan orbit dari bumi dan bulan, sehingga
posisinya selalu berubah setiap saat. Pada 1 dan 15 bulan kamariah (bulan
muda dan bulan purnama), posisi bumi, bulan dan matahari kira-kira berada
dalam satu garis lurus, sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi
akan saling memperkuat. Dalam Keadaan ini terjadi pasang surut purnama
(pasang besar, spring tide), dimana tinggi pasang surut sangat besar
dibandingkan pada hari-hari lain.

Pengaruh bulan dan matahari


Pengaruh bulan

Bumi Bulan mati


Bulan purnama
Matahari
Pengaruh matahari

Sedangkan pada sekitar tanggal 7 dan 21(seperempat dan tigaperempat


revolusi bulan terhadap bumi) dimana bulan dan matahari membentuk sudut
900 (siku) terhadap bumi maka gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi
akan saling menguragi. Keadaan ini biasa disebut pasang surut perbani
(pasang kecil, neap tide) dimana tinggi pasang surut kecil dibandingkan
dengan hari-hari yang lain.
Posisi bulan seperempat
Pengaruh bulan dan matahari
Pengaruh bulan

Matahari

Bumi
Pengaruh matahari

Posisi bulan tigaperempat

seperempat pertama bulan purnama seperempat akhir bulan mati seperempat pertama

Harian ganda

Harian tunggal
Definisi muka air
HWL (High Water Level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang dalam satu siklus pasang surut
LWL (Low Water Level), kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut
MHWL (Mean High Water Level), rerata dari muka air tinggi selama 19 tahun
MLWL (Mean Low Water Level), rerata dari muka air rendah selama 19 tahun
MSL (Mean Sea Level), muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi
ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi daratan.
HHWL (Highest High Water Level), air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati
LLWL (Lowest Low Water Level), air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati

Elevasi muka air pasang surut rencana


Perencanaan bangunan pantai dibatasi oleh waktu (biasanya 6-12 bulan), dan tergantung
dengan volume pekerjaan dan permasalahan dilokasi. Untuk mendapatkan data pasang surut
dilokasi pekerjaan sepanjang 19 tahun, tidaklah mungkin dilakukan, sehingga dalam
menentukan data (MHWL, MLWL, MSL) di dasarkan pada pengukuran pasang surut minimal
selama 15 hari. Pengamatan selama 30 hari (1 bulan) akan memberikan data yang lebih
lengkap. Pengukuran dilakukan dengan sistim topografi lokal, secara manual maupu otomatis
(automatic water level recorder). Hasil dari pengamatan selama 1530 hari dapat digunakan
untuk memprediksi pasang surut periode berikutnya, dengan menggunakan metode Admiralty
atau metode kuadrat terkecil (least square method).
HHWL

MHWL

MSL

MLWL

LLWL

Elevasi muka air laut rencana


Merupakan parameter yang sangat penting dalam perencanaan bangunan pantai maupun
pelabuhan. Elevasi tersebut merupakan penjumlahan dari beberapa parameter antara lain
adalah pasang surut, tsunami, wave set up, wind set up dan kenaikan muka air karena
pemanasan global. Dalam perencanaan semua parameter dianggap terjadi dalam waktu yang
bersamaan, namun kemungkinan kejadian tersebut sangat kecil. Sebagai contoh gempa
didasar laut yang mengakibatkan gelombang tsunami, bisa terjadi pada saat cuaca cerah (tidak
ada badai), sehingga penggabungan tsunami dan gelombang besar (wave set up, wind set up)
serta air pasang sudah tidak relevan lagi. Untuk itu dalam perencanaan, parameter pasang
surut sangat merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan elevasi muka air laut
rencana. Penetapannya berdasarkan MHWL atau HHWL untuk perencanaan suatu bangunan
pantai.
Muka air laut rencana

Pemanasan global

Wind set up Elevasi muka air laut


rencana dengan tsunami
Wave set up

tsunami

MHWL atau HHWL

Muka air laut rencana

Pemanasan global

Wind set up Elevasi muka air laut


rencana tanpa tsunami
Wave set up

MHWL atau HHWL


THE END
of
THIS CHAPTER
Validitas Teori Gelombang
Latihan :
1. Sebuah tanki gelombang (wave flume) memiliki lebar 1 m, kedalaman air 1.9 m dan dasar
miring dimulai dari bagian tengah tanki dengan kemiringan 1:20. Mesin pembangkit
gelombang membangkitkan gelombang monokhromatik dengan tinggi 0.5 m dan periode 2.8
detik yang diukur dengan sensor gelombang sebelum dasar miring.

a) Hitung panjang, kecepatan, kecepatan group dan energi gelombang pada posisi sensor !

b) Ketika puncak gelombang melewati sensor, hitung kecepatan dan percepatan partikel air
pada kedalaman air di posisi sensor !

c) Apakah gelombang yang melewati sensor adalah gelombang laut dalam (deep water
wave) ? Jika tidak, hitung ekuivalen karakteristiknya (panjang, kecepatan, kecepatan group
dan energi gelombang) di laut dalam ! Bandingkan hasilnya dengan jawaban nomor 1.a !

Sensor
gelombang
T = 2.8 detik

0.5 m

1.9 m
1:20
Latihan :
2. Sensor gelombang di laut dalam mencatat rambatan gelombang dengan tinggi 2.0 m dan
periode 7.5 detik. Gelombang merambat menuju pantai dalam arah tegak lurus pantai
dengan kemiringan dasar laut 1:40. Gelombang melalui ujung sebuah pier pada kedalaman
4.5 m.

a) Hitung panjang, kecepatan, kecepatan group dan energi gelombang pada posisi laut
dalam !

b) Hitung panjang, kecepatan, kecepatan group dan energi gelombang pada posisi ujung
pier ! Apakah posisi ini laut dalam, transisi atau dangkal ?

c) Ketika puncak gelombang melewati ujung pier, hitung tekanan (pressure) air pada
kedalaman 2 m dibawah muka air diam !

d) Hitung komponen horisontal kecepatan dan percepatan partikel air di ujung pier pada
kedalaman 2 m dan 1 detik sebelum puncak gelombang melalui ujung pier !

Pier
T = 7.5 detik

2.0 m

4.5 m

1:40
Efek Gelombang Pecah (Breaking Wave)
Efek pendangkalan (shoaling) mengakibatkan peningkatan tinggi
gelombang (H) dan pemendekan panjang gelombang (L).
Rasio kemiringan gelombang meningkat (wave steepnes = H/L) meningkat
sampai mencapai batas maksimum dan kemudian gelombang pecah (wave
breaking) serta terjadi pengurangan energi (dissipation).
Kriteria Gelombang Pecah
Miche (1944) menyatakan kriteria gelombang pecah
untuk berbagai kedalaman sbb.:

H 1 2d Kriteria Miche tidak memperhitungkan


tanh kemiringan dasar laut (m = tan).
L max 7 L
Kriteria Miche sesuai untuk Laut
Dalam. Untuk Laut Dangkal hanya
Gelombang Laut Dalam (d/L > 0.5): sebagai perkiraan awal.
H/d = biasa disebut breaking index.
H 1

L max 7
Gelombang Laut Dangkal (d/L < 0.05): Munk (1949) berdasarkan
Teori Gelombang Solitary
H 1 2d
menyatakan:
L max 7 L
2 H
H 0.78
0.89 d
d max 7 max
Kriteria Gelombang Pecah
Kriteria gelombang pecah yang mempertimbangkan
kemiringan dasar laut adalah sbb.:

Goda,1970

Hb
1.5d

115 tan 4 / 3


L0
0.17 1 e

L0
CERC, 1984

Hb Hb Persamaan CERC harus


c1 c2 2

db gT diselesaikan dengan trial-error.

dengan :


c1 43.75 1 e 19 tan ; c2

1.56
1 e 19.5 tan
Kriteria Gelombang Pecah
Berdasarkan persamaan CERC (1984), perkiraan
gelombang pecah dapat dilakukan dengan grafik sbb.:

H 0' KrH 0
Kriteria Gelombang Pecah
Jenis Gelombang Pecah
Kemiringan gelombang menyebabkan bentuk gelombang pecah yang
berbeda-beda.
Jenis gelombang pecah dibedakan berdasarkan surf similarity number
atau Irribaren number sbb.:
b < 0.4
tan
b
H b Lb
0.4 b 2.0

b > 2.0
Latihan :
1. Sensor gelombang di laut dalam mencatat rambatan gelombang dengan tinggi 2.0 m dan
periode 7.5 detik. Gelombang merambat menuju pantai dalam arah tegak lurus pantai
dengan kemiringan dasar laut 1:40. Gelombang melalui ujung sebuah pier pada kedalaman
4.5 m.

a) Hitung tinggi gelombang pada posisi ujung pier !

b) Hitung tinggi dan kedalaman gelombang pecah !

d) Hitung lebar daerah surf zone bila diukur dari posisi gelombang pecah sampai garis
pantai !

Pier
T = 7.5 detik

2.0 m

4.5 m

1:40

Anda mungkin juga menyukai