Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTEK KERJA

UJI USAP (SMEAR TEST) PADA PERMUKAAN LANTAI DI REACTOR


DAN LABORATORIUM AKTIF DI LINGKUNGAN PUSAT SAINS
TEKNOLOGI NUKLIR TERAPAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL (PSTNT-BATAN) BANDUNG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Mandiri Terpantau

Oleh :
Anis Nursanti Latipah
1127030009

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015

LEMBAR PENGESAHAN

UJI USAP (SMEAR TEST) PADA PERMUKAAN LANTAI DI REACTOR


DAN LABORATORIUM AKTIF DI LINGKUNGAN PUSAT SAINS
TEKNOLOGI NUKLIR TERAPAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL (PSTNT-BATAN) BANDUNG

Oleh :
Anis Nursanti Latipah
1127030009

Bandung,

September 2015

Menyetujui,
Pembimbing 1

Pembimbing 2

Dra. Rini Heroe Oetami, MT


NIP. 196010241983032001

Moch. Nurul Subkhi, M.Si


NIP. 198102012009121603

Ketua Jurusan Fisika

Drs. Yudha Satya Perkasa


NIP. 19711170211011005

ABSTRAK
UJI USAP (SMEAR TEST) PADA PERMUKAAN LANTAI DI REACTOR DAN
LABORATORIUM AKTIF DI LINGKUNGAN PUSAT SAINS TEKNOLOGI
NUKLIR TERAPAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (PSTNT-BATAN)
BANDUNG. Pemantauan tingkat kontaminasi zat radioaktif pada daerah kerja adalah
salah satu parameter pemantauan keselamatan pekerja radiasi, masyarakat dan
lingkungan. Selain itu, pemantauan kontaminasi bertujuan untuk mengetahui nilai tingkat
kontaminasi di Laboratorium aktif dan fasilitas Reactor. Pemantauan dilakukan di
Laboratorium Senyawa Bertanda dan Radiometri (SBR) yang terdiri dari 11
Laboratorium, dengan mengambil cuplikan uji usap pada permukaan yang dicurigai
terkontaminasi dan pencacahan uji usap dilakukan dengan mengunakan pencacah GM
secara gross beta dan apabila terdapat kontaminasi maka akan dilakukan pula pencacahan
dengan MCA untuk mengetahui jenis radionuklida nya. Untuk anggota tubuh yang
terkontaminasi dilakukan pengukuran secara langsung dengan mengunakan, sound
detektor atau Hand and Foot Monitor. Pengambilan cuplikan, pencacahan dan evaluasi
data dilakukan secara rutin (satu bulan sekali) sedangkan uji usap secara insidentil
dilakukan jika terjadi kecelakaan radiasi

misalnya tumpahnya zat radioaktif. Hasil

pemantauan selama bulan Juli 2015 dan Agustus 2015 diperoleh masih dalam kategori
daerah kontaminasi tingkat rendah yaitu lebih kecil dari 0,37 Bq/cm2 untuk pemancar ,
tidak lebih dari 3,7 Bq/cm2 untuk pemancar , secara umum menunjukkan masih dalam
batas yang diperkenankan. Dengan terpantaunya tingkat kontaminasi permukaan di
Reactor dan fasilitas Lab lainnya di harapkan keselamatan kerja terhadap radiasi dapat
terselenggara dengan baik di PSTNT-BATAN Bandung.
Kata kunci: Smear Test, kontaminasi permukaan, radiasi, GM Counter

ABSTRACT
SMEAR TEST (SMEAR TEST) ON THE FLOOR SURFACES IN REACTOR AND
LABORATORY ACTIVE IN THE CENTER OF APPLIED NUCLEAR SCIENCE
TECHNOLOGY NATIONAL NUCLEAR ENERGY AGENCY (PSTNT-BATAN)
BANDUNG. Monitoring the levels of radioactive contamination in the working area is
one of the monitoring parameters of the radiation safety of workers, communities and the
environment. Besides, contamination monitoring aims to determine the value of the level
of contamination in the laboratory of active and Reactor facility. Monitoring carried out
in the Laboratory of Compounds Labelled and Radiometric (SBR), which consists of 11
laboratories, to take footage smear test on the surface of the suspected contaminated and
enumeration smear test is done by using the enumerator GM gross beta and if there is
contamination there will be also the enumeration with MCA to know the type of
radionuclide her. For members of the contaminated body measurements were taken
directly by using sound detectors or Hand and Foot Monitor. Capturing footage,
enumeration and evaluation of data is done on a regular basis (once a month) whereas
incidental smear test done in case of a radiation accident eg spillage of radioactive
substances. The monitoring results for the month of July 2015 and August 2015 obtained
still in the category of low-level contamination area is smaller than 0.37 Bq / cm 2 for
transmitter, no more than 3.7 Bq / cm2 for transmitter , generally show still within the
limits are allowed. With its observed surface contamination levels in the reactor and
other facilities Laboratory expected

safety against radiation can be held either in

PSTNT-BATAN Bandung.

Kata Kunci: Smear Test, surface contamination, radiation, GM Counter

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya,
serta salam dan salawat kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat
melaksanakan kerja praktek dan menyelesaikan laporan kerja praktek selama 2 bulan di Pusat
Sains Teknologi Nuklir Terapan BATAN-Bandung dengan judul " Uji Usap (Smear Test) Pada
Permukaan Lantai Di Reactor dan Laboratorium Aktif Di Lingkungan Pusat Sains Teknologi
Nuklir Terapan (PSTNT) BATAN-Bandung ".
Penulisan laporan Kerja Mandiri Terpantau (KMT) ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat matakuliah Kerja Mandiri Terpantau (KMT) pada Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan membandingkan
teori yang didapatkan dengan penerapannya di lapangan, serta untuk lebih mengenalkan
dunia kerja yang akan diterjuni kelak setelah lulus kuliah.
Laporan Kerja Praktek ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak
yang telah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam membantu penyelesaian
penulisan laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis bermaksud untuk
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Yudha Satya P selaku Ketua Jurusan Fisika.
2. Prof. Dr. Ir. Efrizon Umar, MT. selaku Pimpinan PSTNT-BATAN Bandung atas
kesediaanya memberikan kesempatan kepada penyusun untuk dapat melaksanakan kerja
praktek.
3. Ibu Dra. Rini Heroe Oetami, MT selaku Pembimbing Kerja Praktek yang telah berkenan
mengorbankan waktu, tenaga, pikiran serta nasihat dengan segala kesabarannya dalam
membimbing dan juga pengarahan yang sangat berharga.
4. Moch. Nurul Subkhi, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang selalu memberikan arahan
dan bimbingan selama penyelesaian Laporan Kerja Praktek ini.
5. Bapak Ir. Zaenal Arifin, selaku Pembimbing Lapangan yang telah berkenan membimbing
penulis dalam melakukan kegiatan Kerja Praktek selama kurang lebih 2 bulan.
6. Bapak. Ade Suherman, Bpk. Tri Cahyo Laksono, Bpk. Sofyan, Bpk. Widanda serta
seluruh pegawai yang bekerja di Bidang K3 PSTNT-BATAN Bandung yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
7. Buat kedua orang tua, Bapak Ade Hafid dan Ibu Evi Maspufah, S.Pd yang dengan sabar
dan tulus telah memberikan motivasi, nasehat dan doa yang tak ternilai harganya.
5

8. Buat Adikku, Lina Meilani yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada
penulis dalam melakukan penelitian.
9. Ana Hardianti, Eulis Sofi Rahmawati, Bintu dan Wildan Fakhri yang merupakan teman
rekan KP di BATAN Bandung yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan Kerja
Praktek ini.
10. Fikri Anggara yang setia menemani, memberi semangat serta perhatiannya sampai
sekarang kepada Penulis.
11. Teman teman seperjuangan Fisika 2012 A, Inersia, Himasaifi 2015 terimakasih atas
kerjasama, dukungan, dan semangat kalian.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu. Amiiin YRA.

Bandung,

Agustus 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
6

Halaman Judul........................................................................................................... i
Lembar Pengesahan................................................................................................... ii
Abstrak ......................................................................................................................iii
Kata Pengantar .......................................................................................................... v
Daftar Isi ................................................................................................................... vii
Daftar Gambar .......................................................................................................... x
Daftar Table ............................................................................................................... xi
Daftar Lampiran ........................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.........................................................................................................................

Latar

Belakang ....................................................................................................... 1
1.2......................................................................................................................... Batasan
Masalah ......................................................................................................... 2
1.3.........................................................................................................................

Tujuan

Kerja Praktek ................................................................................................ 3


1.4......................................................................................................................... Manfaat
Kerja Praktek ................................................................................................ 3
1.5.........................................................................................................................

Waktu

Pelaksanaan ................................................................................................... 4
1.5.1. Lokasi pelaksanaa Kerja Praktek ...................................................... 4
1.5.2. Waktu Penelitian ............................................................................... 4
1.6......................................................................................................................... Sistematik
a Penulisan .................................................................................................... 4
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
2.1.........................................................................................................................
Singkat PSTNT-BATAN Bandung ................................................................ 5
2.2.........................................................................................................................Visi
Misi ............................................................................................................... 7
2.3.1. Visi .................................................................................................... 7
2.3.2. Misi ................................................................................................... 8
7

Sejarah
dan

2.3.........................................................................................................................

Struktur

Organisasi ..................................................................................................... 8
2.4.........................................................................................................................Tugas dan
Fungsi ............................................................................................................ 9
2.5.........................................................................................................................Logo
Instansi .......................................................................................................... 9
BAB III LANDASAN TEORI
3.1......................................................................................................................... Radiasi
........................................................................................................................ 10
3.1.1.
Jenis Jenis Radiasi ............................................................................. 11
3.1.2.
Sifat Radiasi ...................................................................................... 12
3.1.3.
Radiasi interna .................................................................................. 12
3.1.4.
Radiasi Eksterna ................................................................................ 13
3.1.5.
Prinsip Proteksi Radiasi .................................................................... 13
3.2.........................................................................................................................Kontamina
si .................................................................................................................... 14
3.3......................................................................................................................... Dekontam
inasi ............................................................................................................... 15
3.4......................................................................................................................... Aktivitas
Bahan Radioaktif .......................................................................................... 16
3.4.1. Hukum Peluruhan Radioaktif ........................................................... 16
3.4.2. Aktivitas Radioaktif .......................................................................... 17
3.5......................................................................................................................... Detektor
Geiger Muller ................................................................................................ 17
3.5.1. Bagian-Bagian Detektor Geiger Muller............................................. 17
3.5.2. Prinsip Kerja Detektor Geiger Muller ............................................... 18
3.5.3. Cara Kerja Detektor Geiger Muller .................................................. 18
3.5.4. Kurva Plataeu Detektor Geiger Muller ............................................ 19
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1......................................................................................................................... Tujuan
........................................................................................................................ 20
4.2......................................................................................................................... Pengambil
an Dengan Metode Tes Usap (Smear Test) ................................................... 20
4.3......................................................................................................................... Alat dan
Bahan ............................................................................................................ 21
4.4......................................................................................................................... Prosedur
Uji Usap (Smear Test) ................................................................................... 22
4.4.1. Rencana Kegiatan ............................................................................. 22

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 24

BAB VI PENUTUP
6.1......................................................................................................................... Kesimpula
n ..................................................................................................................... 40
6.2......................................................................................................................... Saran 40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 41

LAMPIRAN ............................................................................................................. 42

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1. Struktur Organisasi PSTNT-BATAN Bandung .................................................. 8


2.2. Logo BATAN ..................................................................................................... 9
3.1. Daya Tembus Partikel ........................................................................................ 12
3.2. Skema Detektor GM .......................................................................................... 17
3.3. Detektor GM-Ortec 430 ..................................................................................... 18
3.4. Kurva Plataeu ..................................................................................................... 19
4.1. Skema alur uji usap (smear test) ........................................................................ 22
5.1. Kurva Plataeu Hasil Cacahan Terhadap Tegangan ............................................ 24
5.2. Grafik Hubungan Tingkat Kontaminasi Terhadap Tempat Uji Usap Bulan
Juli 2015............................................................................................................. 38
5.3. Grafik Hubungan Tingkat Kontaminasi Terhadap Tempat Uji Usap Bulan
Agustus 2015 ...................................................................................................... 38

10

DAFTAR TABLE

Table

Halaman

2.1. Sejarah Singkat Pusat Sains Teknologi Nuklir Terapan ..................................... 5


4.1. Jadwal Pengambilan Data .................................................................................. 20
4.2. Nama Laboratorium yang di uji usap ................................................................. 21
5.1. Hasil Uji Usap di Laboratorium Biodistribusi ................................................... 25
5.2. Hasil Uji Usap di Laboratorium Limbah Radioaktif ......................................... 26
5.3. Hasil Uji Usap di Laboratorium Sintesis Senyawa Bertanda I .......................... 27
5.4. Hasil Uji Usap di Laboratorium Sintesis Senyawa Bertanda II ......................... 28
5.5. Hasil Uji Usap di Koridor Sintesis Senyawa Bertanda ...................................... 29
5.6. Hasil Uji Usap di Laboratorium Quality Control .............................................. 30
5.7. Hasil Uji Usap di Laboratorium Hot Cell .......................................................... 31
5.8. Hasil Uji Usap di Laboratorium Teknologi Proses Radioisotop ........................ 32
5.9. Hasil Uji Usap di Laboratorium Kimia Atas ...................................................... 33
5.10. Hasil Uji Usap di Laboratorium Pneumatik ..................................................... 34
5.11. Hasil Uji Usap di Reactor ................................................................................ 35
5.12. Hasil Tingkat Kontaminasi Maksimum dan Minimum ................................... 37

11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
A.
B.
C.
D.

Halaman

Alat dan Bahan .................................................................................................... 42


Persiapan dan Proses Uji Usap ........................................................................... 43
Uji Usap dan Proses Cacahan GM Counter ........................................................ 44
Hasil Olah Data Cacah Sampel Dengan Program Kompurter Kontaminasi ....... 45

12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran pasal
16, Setiap kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir wajib
memperhatikan keselamatan, keamanan, dan ketentraman, kesehatan pekerja dan
anggota masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup, dan Peraturan Kepala
Badan Pengawas Tenaga Nuklir No.4 tahun 2013 atau Safety Series IAEA No.115
tentang proteksi dan keselamatan radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir. Masalah
keselamatan radiasi dalam suatu instalasi nuklir merupakan bagian yang harus mendapat
prioritas utama sesuai dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh International Atomic
Energy Agency (IAEA) maupun International Commission on Radiation Protection
(ICRP) (BAPETEN, Peraturan Pemerintah Bapeten No.4 Tahun 2013 tentang
Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir, 2013).
Salah satu aspek pendukung keselamatan radiasi, baik bagi personil maupun instalasi
nuklir adalah melalui pengawasan keselamatan melalui survei radiasi atau pemantauan
tingkat kontaminasi di daerah kerja. Terpantau dan terkendalinya tingkat dan penyebaran
kontaminasi di Reactor dan fasilitas Lab lainnya dengan sasaran akhir terselenggaranya
keselamatan kerja radiasi yang baik di PSTNT-BATAN Bandung.
Kontaminasi merupakan suatu masalah yang sangat berbahaya, apalagi jika sampai
terjadi di dalam tubuh. Kontaminasi sangat mudah terjadi jika bekerja dengan sumber
radiasi terbuka, misalnya berbentuk cair, serbuk, atau gas. Adapun yang terkontaminasi
biasanya adalah peralatan, meja kerja, lantai, tangan, sepatu (Latif, 2011).
Sesuatu dikatakan terkontaminasi jika terdapat material yang tidak diinginkan pada
tempat yang tidak seharusnya baik di luar (eksternal) maupun di dalam (internal) tubuh
seseorang. Kontaminasi eksternal biasanya lebih mudah ditangani untuk menghilangkan
atau meminimalkan dengan berbagai cara menggunakan air, sabun atau radiax wash.
Sedangkan kontaminasi internal terjadi di dalam tubuh. Sehingga, lebih sulit untuk
ditangani jika sudah masuk dalam sistem metabolisme (Kurniawan, 2007).
Pada tahun 2014 dan tahun sebelumnya telah dilakukan pemantauan tingkat
kontaminasi pada permukaan lantai dengan metode smear test di PSTNT BATAN
Bandung, ada 14 tempat yang dilakukan uji usap (smear test) diantaranya Lab
1

Biodistribusi, Lab Limbah Radioaktif, Lab SSB 1, Lab SSB II, Koridor SSB, LQC, Lab
Hot Cell, Lab TPR, Lab Kimia Atas, Lab Pneumatik, Reactor, R. Aseptik Aktif, Lab
Metalurgi dan Pengeupakan. Tetapi pada tahun 2015 Laboratorium menjadi 10 Lab dan
Reactor, kerena 3 Lab yang lainnya sudah tidak aktif atau tidak digunakan lagi. Maka
penulis melakukan pemantauan kembali di masing-masing Laboratorium diantaranya
Lab Biodistribusi, Lab Limbah Radioaktif, Lab SSB 1, Lab SSB II, Koridor SSB, LQC,
Lab Hot Cell, Lab TPR, Lab Kimia Atas, Lab Pneumatik dan Reactor. Pelaksanaan
smear test dilakukan secara rutin (satu bulan sekali) untuk mengetahui tingkat
kontaminasi permukaan daerah kerja dengan mengambil cuplikan di beberapa titik,
untuk tujuan keselamatan pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan.
Alat cacah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Geiger Muller Counter merk
Ortec-430, tipe analisis Gross beta dengan sumber standar KCl digunakan untuk
menghitung hasil cacah radioaktivitas yang terdapat pada kertas usap, mendeteksi dan
mengukur tingkat kontaminasi permukaan dari suatu pemancar radiasi. Alat ini terdiri
dari detektor yang dilengkapi dengan kabel penghubung, ratemeter dan power suplay,
terdapat display untuk pembacaan hasilnya secara langsung.
Pengukuran radiasi di permukaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara
pengukuran langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan
meletakan alat pencacah langsung di atas bahan permukaan terkontaminasi, sedangkan
pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan uji usap menggunakan kertas filter
kemudian kertas filter tersebut dilakukan pencacahan menggunakan GM Counter (R.
Budi Santosa, 2012).
Pada tulisan ini akan dibahas tentang uji usap ( smear test ) pada permukaan lantai
secara tidak langsung di 11 Laboratorium yang ada di PSTNT-BATAN Bandung,
bertujuan untuk mengetahui tingkat kontaminasi pada Laboratorium tersebut.
1.2.

Batasan Masalah
Batasan masalah dalam kasus kontaminasi ini antara lain :
1. Pengukuran kontaminasi hanya dilakukan pada permukaan lantai
2. Pengukuran kontaminasi dilakukan secara tidak langsung
3. Daerah kerja yang dipilih yaitu Laboratorium Senyawa Bertanda dan Radiometri
(SBR) yang terdiri dari 11 Laboratorium diantaranya: Lab Biodistribusi, Lab Limbah
Radioaktif, Lab SSB 1, Lab SSB II, Koridor SSB, LQC, Lab Hot Cell, Lab TPR, Lab
Kimia Atas, Lab Pneumatik dan Reactor.

1.3.

Tujuan Praktek Kerja

1. Untuk memperoleh pengalaman kerja yang praktis dan mengenal lebih jauh relevansi
ilmu yang diterima selama kuliah, di mana teori dan praktek yang diperoleh dapat
diterapkan dalam situasi yang sesungguhnya di lapangan/industri. Khususnya pada
bidang keahlian Fisika Nuklir Medis.
2. Untuk mengaplikasikan disiplin ilmu yang diperoleh dan dimiliki baik di dalam
maupun di luar kampus.
3. Untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan pendalaman sebelum terjun ke dunia
kerja yang sesungguhnya, serta dapat mengukur kemampuan diri dalam menghadapi
masalah teknis.
4. Memenuhi beban Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai
persyaratan akademis di program studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung khususnya dalam bidang
minat Fisika Nuklir dan Medis.
1.4.

Manfaat Kerja Praktek


Selain mempunyai tujuan-tujuan, kerja praktek juga mempunyai manfaat-manfaat
yang berguna bagi mahasiswa, antara lain :
1. Memberikan pengalaman yang sangat berharga mengenai cara membina hubungan
kerja yang profesional terhadap seluruh karyawan yang ada di lingkungan
perusahaan.
2. Memberikan pengalaman yang sebenarnya mengenai sistem kerja.
3. Sebagai media untuk mengenal lingkungan yang tentu saja berbeda dengan
lingkungan perkuliahan.
4. Merupakan evaluasi bagi mahasiswa sehingga dapat diketahui tentang segala
permasalahan dan kekurangan.
5. Mahasiswa dapat mengerti teori dan praktek secara konkret terhadap matakuliah
tersebut.

1.5.

Waktu pelaksanaan
1.5.1. Lokasi Pelaksanaan Kerja Praktek
Lokasi Kerja Praktek penulis berada di Pusat Sains Teknologi Nuklir Terapan
(PSTNT) BATAN Bandung yang berada di: Jl. Tamansari No.71, Bandung 40132.
1.5.2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan KP mulai dari tanggal 29 Juli sampai dengan 28 Agustus
2015, dalam waktu 5 hari kerja yaitu hari Senin sampai hari Jumat dimana setiap
hari dan kerjanya dimulai dari pukul 08.30-14.00 WIB.

1.6.

Sistematika Penilisan
3

Pembahasan Pokok dari penelitian ini untuk setiap bab diuraikan secara singkat. BAB
I Pendahuluan, mendeskripsikan latar belakang yang menunjang Uji kontaminasi di
permukaan lantai, latar belakang melaksanakan kerja praktek , batasan masalah, tujuan
kerja praktek, manfaat kerja praktek, tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktek dan
sistematika penulisan. BAB II Profil Perusahaan, mendeskripsikan gambaran umun
Instansi. BAB III Tinjauan Pustaka, berisi tentang tinjauan pustaka uji usap permukaan
lantai dan teori penunjang yang berhubungan dengan penelitian. BAB IV Metode
Penelitian, berisi tentang tujuan dilakukannya uji usap, alat dan bahan yang digunakan
serta cara kerja uji usap pada permukaan lantai. BAB V Hasil dan Pembahasan, berisi
tentang hasil dari eksperimen uji usap pada permukaan berikut dengan pembahasan dan
analisanya. BAB VI Penutup, berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran untuk
pengembangan selanjutnya.

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1...............................................................................................................................

Sejarah

Singkat PSTNT-BATAN Bandung


Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga atom
bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1958,
pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga
Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom Nasional
(BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
4

Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5 Desember yang merupakan tanggal bersejarah
bagi perkembangan teknologi nuklir di Indonesia dan ditetapkan sebagai hari jadi
BATAN.
Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di bidang
iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian Reactor atom pertama (Triga
Mark II) di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula beberapa fasilitas
litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat penelitian, antara lain Pusat Penelitian
Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta (1966), Pusat Penelitian Tenaga Atom GAMA,
Yogyakarta (1967), dan Reactor Serba Guna 30 MW (1987) disertai fasilitas
penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian bahan bakar, uji keselamatan Reactor,
pengelolaan limbah radioaktif dan fasilitas nuklir lainnya.
Sementara itu dengan perubahan paradigma pada tahun 1997 ditetapkan UU No. 10
tentang Ketenaganukliran yang diantaranya mengatur pemisahan unsur pelaksana
kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir(BATAN) dengan unsur pengawas tenaga nuklir
(BAPETEN).
Table 2.1. Sejarah singkat PSTNT-Batan Bandung (Batan, 2015)
Tahun

Sejarah

1954

Pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet

1958

Pembentukan Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (PP No.65 Tahun 1958)

1964

Penetapan UU No.31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom

1965

Peresmian Pusat Reactor Atom Bandung dan Pengoperasian Reactor Triga Mark II berdaya
250 kW oleh Presiden RI serta perubahan nama Lembaga Tenaga Atom menjadi Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN)

1966

Pembentukan Pusat Penelitian Tenaga Atom (PPTA) Pasar Jumat, Jakarta

1967

Pembentukan Pusat Penelitian GAMA Yogyakarta

1968

Peresmian penggunaan Iradiator Gamma Cell Co-60 PPTA Pasar Jumat oleh Presiden RI

1970

Peresmian Klinik Kedokteran Nuklir di PPTA Bandung

1971

Reactor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1 MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN)

1984

Pengoperasian Mesin Berkas Elektron 300 keV di PPTA Pasar Jumat oleh Presiden RI
5

1987

Peresmian pengoperasian Reactor Serba Guna GA. Siwabessy dengan daya 30 MW dan
Instalasi Elemen Bakar Nuklir di PPTA Serpong - Tanggerang oleh Presiden RI

1988

Peresmian pengoperasian Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif di PPTA Serpong oleh


Presiden RI

1989

Peresmian pengoperasian Instalasi Radioisotop dan Radiofarmaka, Instalasi Elemen Bakar


Eksperimental di PPTA Serpong oleh Presiden RI

1990

Peresmian Instalasi Radiometalurgi, Instalasi Keselamatan dan Keteknikan Nuklir,


Laboratorium Mekano Elektronik Nuklir di PPTA Serpong - Tangerang oleh Presiden RI

1992

Peresmian pengoperasian Instalasi Spektrometri Neutron, Instalasi Penyimpanan Elemen


Bakar Bekas dan Pemindahan Bahan Terkontaminasi di PPTA Serpong - Tangerang oleh
Presiden RI

1994

Peresmian pengoperasian Mesin Berkas Elektron 2 MeV di PPTA Pasar Jumat oleh
Presiden RI

1995

Dalam memperingati HUT RI ke 50, BATAN berhasil melaksanakan Whole Indonesian


Core untuk Reactor Serba Guna GA. Siwabessy

1996

Pembentukan PT Batan Teknologi (persero), Divisi : Produksi Elemen Bakar Reactor,


Produksi Radioisotop, Produksi Instrumentasi dan Rekayasa Nuklir

1997

Penetapan UU No.10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran yang memisahkan Badan


Pelaksana dan Badan Pengawas penggunaan tenaga nuklir

1998

Perubahan Badan Tenaga Atom Nasional menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Keppres
No.197 Tahun 1998)

2000

Peresmian peningkatan daya Reactor Triga 2 MW di Pusat Penelitian Tenaga Nuklir


Bandung oleh Wakil Presiden RI

2001

Peningkatan status Pendidikan Ahli Teknik Nuklir (PATN) menjadi Sekolah Tinggi
Teknologi Nuklir

2003

Penyerahan hasil Comprehensive Assessment of Different Energy Sources for Electricity


Generation in Indonesia kepada Presiden RI; Pencapaian 10% jumlah varietas unggul
tanaman pangan nasional; Pengoperasian Mesin Berkas Elektron 350 keV, 10 mA di PPTN
Yogyakarta: Pengoperasian Pusat Pelatihan dan Diseminasi Teknologi Peternakan Pertanian Terpadu di Kalsel

2005

Terwujudnya perpustakaan digital di bidang nuklir

2006

Pencapaian 1 juta hektar penyebaran varietas padi unggul BATAN di seluruh Indonesia

2008

50 tahun BATAN Berkarya.


6

2012

Pencapaian 20 varietas unggul padi, 6 varietas unggul kedelai, 1 varietas unggul kacang
hijau, dan 1 varietas kapas 54 tahun. Pemberian penghargaan berupa G.A. Siwabessy
Award kepada tokoh atau figure yang dianggap berjasa dalam pengembangan teknologi
nuklir di Indonesia. Penghargaan G.A. Siwabessy Award diberikan kepada Ir. Sutaryo
Supadi, M.Sc untuk kategori Nuclear Lifetime Achievement.

2013

Peringatan 55 tahun BATAN Tetap Berkarya dan Penggantian logo BATAN yang memiliki
makna BATAN adalah sebuah lembaga yang melakukan penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan tentang nuklir yang jujur, terbuka, disiplin, kreatif, inovatif,
mengutamakan keselamatan dan keamanan untuk kesejahteraan bangsa.

2014

Indonesia meraih penghargaan tertinggi di bidang nuklir (Outstanding Achievment Award)


dunia, atas peran serta mendukung ketahanan pangan melalui radiasi dengan
mengembangkan varietas benih unggul. Penghargaan disampaikan langsung oleh Direktur
Jenderal International Atomic Energy Agency (IAEA) Yukiya Amano kepada Duta Besar
Indonesia Rachmat Budiman disaksikan oleh Kepala BATAN Prof. Dr. Djarot Sulistio
Wisnubroto

2.2............................................................................................................................... Visi dan


Misi
2.2.1. Visi
BATAN Unggul di Tingkat Regional, Berperan dalam Percepatan
Kesejahteraan Menuju Kemandirian Bangsa.
2.2.2. Misi
1. Merumuskan kebijakan dan strategi nasional iptek nuklir,
2. Mengembangkan iptek nuklir yang handal, berkelanjutan dan bermanfaat bagi
masyarakat,
3. Memperkuat peran BATAN sebagai pemimpin di tingkat regional, dan
berperan aktif secara internasional,
4. Melaksanakan layanan prima pemanfaatan iptek nuklir demi kepuasan
pemangku kepentingan,
5. Melaksanakan diseminasi iptek nuklir dengan menekankan pada asas
kemanfaatan, keselamatan dan keamanan.
2.3............................................................................................................................... Struktur
Organisasi

Gambar 2.1. Struktur organisasi PSTNT-BATAN Bandung


2.4.

Tugas dan Fungsi


Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pembinaan dan
bimbingan dibidang penelitian dan pengembangan senyawa bertanda dan radiometri,
pemanfaatan teknofisika, dan pengelolaan Reactor riset. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud, Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan menyelenggarakan
fungsi:
1. Pelaksanaan urusan perencanaan, persuratan dan kearsipan, kepegawaian, keuangan,
perlengkapan dan rumah tangga, dokumentasi ilmiah dan publikasi serta pelaporan;
2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang senyawa bertanda dan teknik
3.
4.
5.
6.
7.
8.

analisis radiometri;
Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemanfaatan teknofisika;
Pelaksanaan pengelolaan Reactor riset;
Pelaksanaan pemantauan keselamatan kerja dan pengelolaan keteknikan;
Pelaksanaan jaminan mutu;
Pelaksanaan pengamanan nuklir; dan
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Sains dan Aplikasi
Teknologi Nuklir.
8

2.5...............................................................................................................................

Logo

Instansi

Gambar 2.2. Logo BATAN


Logo Badan Teknologi Nuklir Nasional ( BATAN ) terdiri dari 3 lingkaran yaitu
lingkaran biru, lingkaran kuning dan lingkaran hijau. Makna warna yang terdapat pada
logo BATAN adalah :
1. Warna lingkaran biru melambangkan kejujuran
2. Warna lingkaran kuning melambangkan energi dan inivasi
3. Warna lingkaran hijau melambangkan kemakmuran.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1.

Radiasi
Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang karena energi
yang demikiannya mampu mengionisasi media yang dilaluinya. Radiasi dapat
didefinisikan sebagai proses dimana energi dilepaskan oleh atom-atom. Radiasi ini
biasanya diklasifikasikan menjadi dua kelompok yakni Radiasi korpuskuler (corpuscular
radiation), adalah suatu pancaran atau aliran dari atom-atom dan atau partikel-partikel
sub-atom, yang mempunyai kemampuan untuk memindahkan energi geraknya atau energi
kinetiknya ke bahan-bahan yang mereka tumbuk/bentuk. Radiasi Elektromagnetis adalah
suatu pancaran gelombang (gangguan medan elektris dan magnetis) yang bisa
menyebabkan perubahan struktur dalam atom dari bahan-bahan yang dilaluinya (W.E,
1963).
Radiasi adalah energi yang dihantarkan, dipancarkan dan diserap dalam bentuk
partikel atau gelombang. Berdasarkan sumbernya radiasi secara garis besar dapat
dibedakan menjadi :
1. Radiasi alam
Radiasi alam adalah sumber radiasi yang ada di alam dan terbentuk bersamasama dengan terjadinya alam semesta. Beberapa diantaranya adalah uranium, thorium,
9

dan radium yang berada di dalam lapisan bumi dan matahari serta planet-planet lain
yang memancarkan radiasi kosmik.
2. Radiasi buatan
Radiasi buatan adalah sumber radiasi yang ada karena dibuat oleh manusia.
Sumber radiasi buatan dpaat berupa rekator nuklir, pesawat radioterapi, pesawat
rontgent, jaringan listrik tegangan tinggi, dan lain-lain. sumber radiasi dalam bentuk
unsur dpaat dibuat di dalam suatu instalasi nuklir dengan mereaksikan unsur-unsur
netral (tidak memancarkan radiasi) dengan radiasi gelombang elektromagnetik atau
partikel melalui suatu mekanisme reaksi nuklir. Unsur-unsur netral tersebut kemudian
menjadi bersifat memancarkan radiasi atau disebut sebagai unsur radioaktif. Beberapa
contoh sumber radiasi buatan adalah kobal (Co), sesium (Cs), thalium (Tl), Teknisium
(Tc), iodium (I), dan lain-lain (BATAN, Dasar Fisika Radiasi, 2008).

3.1.1. Jenis-Jenis Radiasi


Apabila ditinjau berdasarkan jenisnya maka radiasi terdiri dari alpha (), beta
(), gamma (), sinar-X, dan neutron (n). Setiap jenis radiasi memiliki
karakteristik khusus (J.R., 1966).
1. Radiasi adalah jenis radiasi yang mempunyai ukuran (volume) dan muatan
listrik yang besar. Jika dibandingkan dengan radiasi lainnya maka volume
maupun muatannya merupakan jenis radiasi yang paling besar. Karena
mempunyai muatan listrik yang besar, maka radiasi mudah dipengaruhi
medan listrik di sekitarnya dan setelah terlepas dari sumbernya hanya mampu
menjangkau jarak 4-5 cm di media udara, untuk selanjutnya dibelokkan oleh
medan listrik di sekitarnya. Oleh karena ukurannya yang besar maka radiasi
tidak mampu menembus pori-pori kulit kita pada lapisan terluar sekalipun,
sehingga radiasi tersebut tidak berbahaya apabila berada di luar tubuh.
2. Radiasi adalah jenis radiasi yang mempunyai ukuran dan muatan listrik yang
lebih kecil dari radiasi . Dengan ukurannya yang kecil, radiasi mempunyai
daya tembus yang lebih besar dari . Karena muatannya yang kecil, radiasi
bisa menjangkau 9 cm, Radiasi dan adalah jenis radiasi partikel karena
mempunyai besaran volume dan muatan listrik.
3. Radiasi adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai besaran volume dan
muatan listrik sehingga dikelompokkan ke dalam gelombang elektromagnetik.
Karena tidak mempunyai besaran volume dan muatan maka radiasi gamma
10

mempunyai jangkauan yang jauh di media udara dan tidak terbelokkan oleh
medan listrik yang ada di sekitarnya.
4. Radiasi sinar-X, jenis radiasi ini mempunyai kemiripan dangan radiasi yaitu
dalam hal daya jangkau pada suatu media dan tidak terpengaruh oleh medan
listrik. Sinar-X dihasilkan pada waktu elektron berenergi tinggi menumbuk
suatu target logam. Sinar dipancarkan terus menerus oleh sumber radioaktif
selama sumber tersebut bersifat tidak stabil, sedangkan sinar-X dapat setiap
saat dihentikan pancarannya apabila pesawat sinar-X tidak diberikan daya
(tenaga listrik).
5. Radiasi neutron adalah jenis radiasi yang mempunyai ukuran kecil dan tidak
mempunyai muatan listrik. Radiasi neutron mempunyai daya tembus tinggi
dan tidak terpengaruh oleh medan listrik yang ada di sekitarnya. Radiasi
neutron termasuk dalam kategori partikel dan dapat dihasilkan dari reaksi
nuklir antara satu unsur tertentu dengan unsur lainnya.

Gambar 3.1. Daya tembus partikel (Batan, Proteksi Radiasi_Pengenalan Radiasi,


2005)
3.1.2. Sifat Radiasi
Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut .
1. Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indera manusia, sehingga diperlukan suatu
alat bantu pendeteksi yang disebut detektor radiasi. Ada beberapa jenis
detektor yang secara spesifik mampu melacak keberadaan radiasi tertentu
yaitu detektor , detektor , detektor , dan detektor neutron, dan lain-lain.
2. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses
ionisasi, eksitasi, dan lain-lain. Sifat-sifat tersebut kemudian digunakan
sebagai dasar pembuatan detektor radiasi.
3.1.3. Radiasi Interna
Radiasi Interna adalah penyinaran yang berasal dari sumber radiasi yang
terletak di dalam tubuh manusia, sedang radiasi eksterna berasal dari sumber
11

yang terletak di luar tubuh manusia. Radiasi interna terjadi karena masuknya
radionuklida ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, saluran pencernaan,
luka terbuka di kulit maupun menembus kulit dan juga melalui sirkulasi darah
(suntikan). Radiasi interna yang lebih berbahaya adalah radiasi yang lebih
banyak menimbulkan ionisasi di dalam jaringan tubuh, sehingga sinar alpha
lebih berbahaya dari pada sinar-X dan sinar gamma sebagai sumber radiasi
interna (yosainto, 2011).
3.1.4. Radiasi Eksterna
Bahaya radiasi eksterna berasal dari sumber radiasi yang terdapat di luar
tubuh. Partikel alpha umumnya tidak dianggap sebagai sumber berbahaya
eksterna yang potensial karena daya tembusnya sangat kecil dengan demikian
mudah tertahan pada lapisan luar dari kulit. Bahaya eksterna mungkin
ditimbulkan oleh pancaran beta, sinar-x, gamma atau neutron yang dapat
menembus lebih dalam kebagian dalam tubuh. Bahaya eksterna dikendalikan
dengan

mempergunakan

tiga

prinsip

dasar

proteksi

radiasi

yaitu

memperhitungkan waktu, jarak dan penahan radiasi (Wanaguna, 2008).


3.1.5. Prinsip Proteksi Radiasi
1. Faktor Waktu
Besar dosis radiasi yang diterima oleh seorang yang sedang bekerja
dengan laju dosis tertentu berbanding langsung dengan lama waktu ia
berada di tempat itu. Lama waktu seorang pekerja radiasi dalam suatu
ruangan yang mengandung radiasi pengion itu sering kali bergantung pada
pekerjaan yang dilakukannya.
2. Faktor Jarak
Radiasi dipancarkan dari sumber radiasi ke segala arah. Semakin dekat
tubuh kita dengan sumer radiasi maka paparan radiasi yang kita terima akan
semakin besar. Pancaran radiasi sebagian akan menjadi pancaran hamburan
saat mengenahi materi. Radiasi hamburan ini akan menambah jumlah dosis
radiasi yang diterima. Untuk mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat
menjaga jarak pada tingkat yang aman dari sumber radiasi.
3. Faktor Penahan Radiasi
Dalam praktik, pemakaian sumber radiasi harus dilengkapi dengan
penahan radiasi dalam jumlah yang cukup untuk melemahkan pancaran
yang kuat. Berbagai jenis radiasi mempunyai daya tembus yang berbeda.
Sedang sifat serap bahan terhadap macam radiasi yang dihadapi juga
12

berbeda, maka jumlah dan jenis bahan penahan radiasi yang diperlukan
bergantung pada jenis sumber yang dihadapi.
3.2. Kontaminasi
Kontaminasi adalah keberadaan substansi radioaktif (sumber terbuka) yang
mempunyai potensi bahaya radiasi interna. Pengawasan terhadap kontaminasi radioaktif
sangat diperlukan untuk keselamatan kerja dilingkungan yang menangani bahan
radioaktif, pengukuran tingkat kontaminasi radioaktif permukaan dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung
dilakukan dengan meletakan alat pencacah langsung di atas bahan permukaan
terkontaminasi, sedangkan pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan uji usap
menggunakan kertas saring kemudian kertas saring tersebut dilakukan pencacahan
menggunakan sistem pencacah.
Tingkat Kontaminasi (TK) zat radioaktif pada suatu permukaan bahanadalah
besarnya aktifitas zat radioaktif yang mengkontaminasi permukaan bahan persatuan
luas, dinyatakan sebagai:
Aktivitas( A)
TK=
Luas PermukaanTerkontaminasi(L)

(3.1)

Sebelum melakukan pengukuran Tingkat Kontaminasi (TK) suatu pemukaan bahan,


harus ditentuka efesiensi alat, yaitu suatu parameter yang berkaitan antara nilai yang
ditumjukan oleh suatu sistem pencacah dengan aktivitas zat radioaktif yang sedang
diukur.
R Rb
a = a
A. p

(3.2)

(3.2)
Dengan:
= Efesiensi alat
Ra= Laju cacah pengukuran (cps)
Rb= Laju cacah latar (cps)
A= Aktivitas sumber (Bq)
P= Probabilitas pancaran radiasi
Rumusan tigkat kontaminasi, dinyatakan dengan:
R R b
TK= a
. p.L

(3.3)

Dengan: TK= Tingkat kontaminasi (Bq/cm2)


L= Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm2)
Untuk pengukuran tingkat kontaminasi zat radioaktif pada permukaan bahan dengan
uji usap, kontaminan yang terambil pada pengusapan tergantung jenis permukaan bahan
13

kontaminan, bahan pengusap dan teknik pengusapan sehingga diperlukan nilai efesiensi
usap yang dinyatakan dengan:
Aktivitas kontaminan terambil
u =
Aktivitas kontaminan

(3.4)

Rumusan kontamianan menjadi :


Ra Rb
TK=
a . p . u . L

(3.5)

Dengan: u= Efesiensi usap


Untuk pembagian daerah kontaminasi di permukaan daerah kerja terbagi atas tiga
bagian yaitu: kontaminasi rendah, sedang dan tinggi. Daerah kontaminasi rendah, lebih
kecil dari 0,37 Bq/cm2 untuk pemancar , untuk lebih kecil dari 3,7 Bq/cm 2. Daerah
kontaminasi sedang, untuk pemancar 0,37 Bq/cm2 tetapi < 3,7 Bq/cm2 , untuk
pemancar > 3,7 Bq/cm2 tetapi < 37 Bq/cm2. Daerah kontaminasi tinggi, batasan untuk
3,7 Bq/cm2 dan untuk > 37 Bq/cm2 (Prayitno, 2009).
3.3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses untuk mereduksi/mengurangi atau menghilangkan
suatu kontaminasi zat radioaktif dari suatu bahan yang bernilai ekonomis ke suatu
bahan yang kurang ekonomis, kemudian memperlakukan bahan yang kurang ekonomis
tersebut sebagai limbah radioaktif (BATAN, Petunjuk Praktikum Pengukuran Tingkat
Kontaminasi Dan Dekontaminasi, 2015).
Tujuan dekontaminasi (menurut IAEA Technical Report Series No. 18 1982) adalah:
1. Pertimbangan keselamatan dan kesehatan
2. Mengurangi interferensi pencacahan peralatan tertentu sehingga diperoleh hasil
pencacahan yang baik
3. Memperkecil tingkat kontaminasi suatu alat sehingga layak dipakai kembali.
Faktor dekontaminasi merupakan perbandingan TK sebelum dan sesuah
dekontaminasi, yang berarti menunjukan perubahan tingkat kontaminasinya.
TK sebelum dekontaminasi
FD=
TK sesudah dekontaminasi

(3.6)

Faktor yang mempengaruhi faktor dekontaminasi adalah bahan kontaminan,


permukaan benda, cara dekontaminasi dan bahan dekontaminan.
3.4. Aktivitas Bahan Radioaktif
Laju peluruhan radioaktif dalam suatu bahan radioaktif disebut aktivitas (lambang
A). Aktivitas hanya ditentukan oleh banyaknya inti yang meluruh per sekon. Jika
peluang untuk meluruh disebut tetapan peluruhan (lambang ),maka aktivitas bahan
bergantung pada banyak inti radioaktif dalam bahan (N) dan . Secara matematis ditulis
(Khan, 2003):
14

A= N

(3.7)

Tetapan peluruhan memiliki harga berbeda untuk inti yang berbeda tetapi konstan
terhadap waktu. Makin banyak inti yang meluruh per satuan waktu,makin besar A.
Secara matematis pernyataan ini dinyatakan oleh :
A=

dN
dt

(3.8)

Tanda negative kita berikan karena Neutron berkurang terhadap waktu, sedang kita
menginginkan Atom berharga positif.

3.4.1. Hukum Peluruhan Radioaktif


N=E 0t

(3.9)

Dengan
N0 = banyak inti radioaktif pada saat t=0,
N = banyak inti radioaktif setelah selang waktu t,
e = bilangan natural = 2,718,
= tetapan peluruhan (satuan s-1).
Secara nyata kits tidak dapat mengukur banyaknya inti radioaktif
Neutron,tetapi kita dapat menyatakan dalam persamaan aktivitas, yaitu dengsn
mengalikan kedua ruasnya dengan sehingga memberikan:
t

N=N 0 e

(3.10)

3.4.2. Aktivitas Radioaktif


A= A 0t

(3.12)

Dengan
A0 = aktivitas awal pada t=0 (satuan Becquerel atau Bq)
A = aktivitas setelah selang waktu t (dalam Bq)
15

Dalam SI, satuan aktivitas radiasi dinyatakan dalam Becquerel (Bq) sesuai
dengan nama penemu radioaktivitas,dimana,
1 Bq = 1 peluruhan/sekon.
Satuan yang paling sering digunakan oleh alat pengukur aktivitas radiasi
adalah curie (disingkat Ci).Satu Curie didefinisikan sebagai banyaknya peluruhan
yang dilakukan oleh satu gram radium dalam waktu satu sekon.Ternyata
diperoleh 3,7 x 1010 peluruhan dalam waktu satu sekon,sehingga didapat
hubungan:
1 curie = 3,7 x 1010 peluruhan/s = 3,7 x 1010 Bq.

3.5.

Detektor Geiger Muller (GM)


Pencacah Geiger-Muller (GM) adalah detektor yang paling banyak digunakan untuk
mendeteksiradiasi. Detektor ini terdiri dari sebuah tabung aluminium yang diisi dengan
gas argon bertekanan rendah (10cmHg) dan seutas kawat yang membentang pada pusat
tabung (M. Azam, 2007).
3.5.1. Bagian-Bagian Detektor Geiger Muller

Gambar 3.2. Skema bagian detektor GM (Irawati Manglumpun, 2011)


1. Katoda yaitu dinding tabung logam yang merupakan elektroda negatif. Jika
tabung terbuat dari gelas maka dinding tabung harus dilapisi logam tipis.
2. Anoda yaitu kawat tipis atau wolfram yang terbentang di tengah - tengah
tabung. Anoda sebagai elektroda positif.
3. Isi tabung yaitu gas bertekanan rendah, biasanya gas beratom tunggal
dicampur gas poliatom (gas yang banyak digunakan Ar dan He).
3.5.2. Prinsip Kerja Detektor Geiger Muller
Detektor Geiger Muller meupakan salah satu detektor yang berisi gas. Selain
Geiger muller masih ada detektor lain yang merupakan detektor isian gas yaitu
detektor ionisasi dan detektor proporsional. Ketiga macam detektor tersebut
secara garis besar prinsip kerjanya sama, yaitu sama-sama menggunakan medium
16

gas. Perbedaannya hanya terletak pada tegangan yang diberikan pada masingmasing detektor tersebut.
3.5.3. Cara Kerja Detektor Geiger Muller
Pencacah Geiger, atau disebut juga Pencacah Geiger-Mller adalah sebuah alat
pengukur radiasi ionisasi. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi
radiasi beta. Sensornya adalah sebuah tabung Geiger-Mller, sebuah tabung yang
diisi oleh gas yang akan bersifat konduktor ketika partikel atau foton radiasi
menyebabkan gas (umumnya Argon) menjadi konduktif. Pencacah Geiger dapat
digunakan untuk mendeteksi radiasi gamma, walaupun tingkat reliabilitasnya
kurang. Pencacah geiger tidak bisa digunakan untuk mendeteksi neutron. Geiger
Muller yang digunakan dalam penelitian ini yaitu GM Counter Ortec-430 dengan
tipe analisis Gross Beta.

Gambar 3.3. Detektor GM-Ortec 430


3.5.4. Kurva Plataeu Geiger Muller Counter

Gambar 3.4. Kurva Plataeu

17

Bagian kurva potensial yang hampir datar jumlah cacahannya disebut


plateau. Atau daerah plateau adalah daerah yang mendekati nilai konstan dan
pada grafik ditunjukkan dengan garis mendatar/hampir datar. Tegangan ambang
adalah tegangan saat mulai terjadi nilai cacahan. Tegangan operasi adalah
tegangan yang diperlukan untuk terjadinya pencacahan pada daerah plateau.
Tegangan high ketika tejadi ionisasi tingkat tinggi. Pada potensial yang lebih
tinggi akan terjadi penaikkan pulsa radiasi yang cepat meningkat. Hal ini akibat
sudah terjadi efek lucutan, dimana electron dari katoda dapat langsung sampai ke
anoda dalam jumlah yang besar. Apabila potensial terus dinaikkan, lucutan akan
semakin cepat meningkat dan dapat menyebabkan detektor rusak. Untuk
menghindari

kerusakan detektor variasi tegangan untuk

percobaan

ini

dioperasikan tidak melebihi 550 V.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.

TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kontaminasi zat radioaktif pada
daerah kerja di lingkungan PSTNT BATAN Bandung, yaitu di Laboratorium SBR:
dengan fasilitas pendukungnya terdiri dari berbagai fasilitas Laboratorium diantaranya
Lab Teknologi Proses Radioisotop, Lab Pnematik, Lab Sintesis Senyawa Bertanda dan
Lab lainnya. Dalam rangka menjamin keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan

4.2.

Pengambilan Dengan Metode Tes Usap (Smear Test)


Pengambilan sampel lingkungan biasanya dilakukan menggunakan metode tes usap
(smear test). Tes usap ini adalah metode yang biasa digunakan oleh para inspektur
IAEA. Dengan tes usap ini, seorang inspektur bisa mengambil cuplikan di sembarang
tempat sesuai dengan yang dikehendaki / dicurigai. Tes usap merupakan metode yang
sudah sangat familiar di lingkungan fasilitas nuklir. Pelaksanaan tes usap dilakukan
18

secara rutin (satu bulan sekali) untuk pemonitoran tingkat kontaminasi permukaan di
daerah kerja dengan mengambil cuplikan di beberapa titik, untuk tujuan keselamatan.
Table 4.1. Jadwal pengambilan data
Bulan Juli 2015
Nama Lab

Bulan Agustus 2015

Minggu Ke
II III IV

Nama Lab

Biodistribusi

Kimia atas

Limbah Radioaktif

Pneumatik

SSB I

Reactor

SSB II

SSB I

Koridor SSB

SSB II

Kimia atas

Koridor SSB

Pneumatik

LQC

Reactor

Hot Cell

LQC

TPR

Hot Cell

Biodistribusi
Limbah Radioaktif

TPR

Minggu Ke
II III IV

Table 4.2. Nama Lab yang di Uji Usap


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
4.3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nama Laboratoruim
Limbah Radioaktif
Biodistribusi
Sintetis Senyawa Bertanda (SSB) I
Sintetis Senyawa Bertanda (SSB) II
Koridor Sintetis Senyawa Bertanda (SSB)
Teknologi Proses Radioisotop (TPR)
Hot Cell
Pengawasan Kualitas ( LQC)
Reactor
Pneumatik
Kimia Atas
Box pembuatan pelet
Box penyaringan pelet

Alat dan Bahan:


Kertas smear test
Gunting
Sarung tangan
Jas Lab
Sepatu boot
Pinset
19

Titik yang diambil


12
12
12
18
8
22
10
12
24
16
15
12
13

7. Planset
8. Alat tulis (spidol, kertas pengolahan data)
9. Kantong plastik wadah cuplikan
10. Alat pencacah GM Counter Ortec 430
11. Multi Channel Analyzer (MCA)
12. Detektor HPGe 2000

4.4.

Prosedur Uji Usap (Smear Test)

Start
Persiapan Awal

Uji usap d ilokasi

Pencacahan dengan GM

Konsentrasi >0,4 Bq/Cm2

Yes
Identifikasi Radionuklida dengan MCA

No
Laporan Kontaminasi

Dillakukan dekontaminasi

Laporan hasil uji usap

Stop

Gambar 4.1 Skema alur uji usap (smear test)


4.4.1. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan pemantauan tingkat kontaminasi zat radioaktif pada daerah
kerja di suatu instlasi nuklir dibagi atas 3 tahap yaitu : I. Persiapan peralatan dan
20

bahan untuk melaksanakan kegiatan pemantauan, 2. Cara kerja atau pelaksanaan


pemantauan dan 3. Hasil kegiatan, masing masing diuraikan sebagai berikut :

1. Persiapan
1) Siapkan bahan untuk pengukuran kontaminasi radioaktif, terdiri dari : Kertas
uji usap, gunting, sarung tangan karet, pinset, kantong Plastik wadah
cuplikan, alat tulis.
2) Siapkan alat pencacah GM Counter Ortec 430.
3) Siapkan bagan ruang/tempat yang akan di uji usap (denah).
2. Cara kerja
1) Mempersiapkan kertas saring dengan bentuk buat berdiameter 2cm atau
sesuai dengan planset GM, kemudian lakukan penomoran pada kertas saring
yang telah dibentuk dan sesuai dengan banyaknya titik yang akan diambil.
2) Uji usap dilakukan satu bulan sekali kecuali untuk kejadian insidentil.
3) Banyaknya titik pengambilan uji usap masing-masing berbeda tergantung
luas lokasi.
4) Luas permukaan yang diambil tiap titiknya adalah 100 cm 2, dan tiap titik
pengambilan telah ditentukan lalu diberi nomor pada permukaan lantai yang
akan di uji usap.
5) Cuplikan yang telah di uji usap dimasukkan kedalam kantong plastik dan
diberi tanda dengan nama tempat, tanggal dan nama petugas.
6) Cacah dengan GM Ortec 430. Selama 1 menit, minimal 3 kali pencacahan.
7) Catat hasil cacahan yang telah di cacah oleh GM pada kertas pengolahan
data.
8) Hitung hasil pencacahan dengan program komputer Uji Usap.
9) Jika hasil cacahan dan evaluasi datanya menunjukkan tingkat konsentrasi
>0.4 Bq/cm2

maka

selanjutnya akan dilaporkan ke Kabid yang

bersangkutan dengan dilampirkan data hasil cacahan MCA ( untuk


mengetahui jenis nuklidanya) dan denah lab yang terkontaminasi untuk
selanjutnya dilakukan dekontaminasi, kemudian dilakujkan uji usap ulang.
Data cacahan dan hasil evaluasi didokumentasikan dan disimpan sebagai
arsip.
10) Jika hasil cacahan dan evaluasi datanya menunjukkan < 0.4 Bq/cm 2, data
hanya didokumentasikan dan disimpan sebagai arsip.
11) Cuplikan yang telah dicacah disimpan pada tempat yang telah disediakan.

BAB V
21

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengukuran tingkat kontaminasi di permukaan lantai dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan cara pengukuran langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara
langsung sangat praktis karena hasil ukur langsung terbaca di skala bacaan detektor yang
digunakan. Namun adakalanya tidak dapat dilakukan pengukuran secara langsung, hal ini
disebabkan benda/lantai yang terkontaminasi tersebut tidak memungkinkan untuk diukur
radioaktivitas di permukaan secara langsung.

Kurva Plataeu
6000
5000
4000

N cacahan 3000
2000
1000
0
250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750

Tegangan (V)

Pada Kerja Praktek


ini telah dilakukan pengukuran tingkat kontaminasi zat radioaktif pada permukaan lantai
dengan menggunakan metode secara tidak langsung yaitu uji usap (smear test) yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kontaminasi zat radioaktif pada daerah kerja di suatu
PSTNT BATAN Bandung, yaitu di Laboratorium Teknologi Proses Radioisotop, Lab
Pnematik, Lab Sintesis Senyawa Bertanda, Lab Kimia Atas, LQC, Hot Cell, Lab
Biodistribusi, Lab Limbah Radioaktif dan Reactor dalam rangka menunjang keselamatan
pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan. Pengukuran kontaminasi dilakukan dengan
mengambil cuplikan uji usap pada permukaan yang dicurigai terkontaminasi, lokasi
pengukuran berupa permukaan seluas 100 cm2 dan pencacahan uji usap dilakukan dengan
mengunakan pencacah GM Ortec-430 secara Gross beta dengan sumber standar KCl dan
tegangan kerja 550 V. Jika terdapat kontaminasi maka akan dilakukan pula pencacahan
dengan MCA untuk mengetahui jenis radionuklidanya.

22

Gambar 5.1. Kurva plataeu hasil cacahan terhadap tegangan


Pada gambar di atas menunjukan kurva plateu dari hasil cacahan terhadap tegangan
untuk mentukan kalibrasi alat. Daerah plateau adalah daerah yang mendekati nilai konstan
dan pada grafik ditunjukkan dengan garis mendatar/hampir datar, Nilai cacahan pada perc
percobaan kurva plateu ini tidak stabil karena terdapart nilai cacahan yang naik turun,
seharusnya jika tegangan dinaikan maka jumlah cacahan akan terus naik dengan lambat. Hal
ini disebabkan sumber standar yang digunakan dalam pembuatan kurva yaitu Sr-90 yang
seharusnya menggunakan KCl karena pada awal digunakannya detektor GM Counter di
kalibrasi dengan sumber standar KCl, dikarenakan sumber standar KCl tidak ada maka
menggunakan sumber standar Sr-90. Dari tegangan 300 V - 700 V dapat dilihat kurva
plataeunya pada tegangan 510 V- 550 V, untuk menghindari kerusakan detektor variasi
tegangan untuk percobaan ini dioperasikan tidak melebihi 550 V. Dari persamaan (3.2)
diperoleh nilai efesiensi alat dengan menggunakan Sr-90 sebesar 4, 27% sedangkan pada
kalibrasi sebelumnya menggunakan KCl sebesar 14 %.
Table 5.1. Hasil uji usap di Laboratorium Biodistribusi pada bulan Juli dan Agustus 2015
Titik Lokasi
Pemantaua
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Cacah
Cuplikan
(cps)
26
21
22
27
26
15
34
27
29
24
33
25
Rata-rata

Laju Cacah dan Tingkat Kontaminasi


Tingkat
Cacah
Cacah Latar
Cacah Latar
Kontaminasi
Cuplikan
(cps)
(cps)
(Bq/cm2)
(cps)
14,5
0,054945
20
14,5
14,5
0,009157
26
14,5
14,5
0,018315
25
14,5
14,5
0,064102
19
14,5
14,5
0,054945
21
14,5
14,5
0
22
14,5
14.5
0,1282
20
14,5
14,5
0,0641
25
14,5
14,5
0,082417
22
14,5
14,5
0,03663
20
14,5
14,5
0,11904
21
14,5
14,5
0,045787
22
14,5
0,05265
Rata-rata
23

Tingkat
Kontaminasi
(Bq/cm2)
0,050367
0,10531
0,09615
0,0412
0,05952
0,06868
0,05037
0,0915
0,06868
0,05037
0,05952
0,06868
0,06753

Maksimum
Minimum

0,1282
0

Maksimum
Minimum

0,10531
0,0412

Laboratorium Biodistribusi merupakan Lab yang dimiliki oleh Bidang SBR yang
penggunaannnya pada umumnya untuk melaksanakan penelitian Micro Biologi , uji kualitas
radiofarmaka yang pada awalnya menggunakan bahan radioaktif seperti Tc-99m kemudian
disuntikan pada hewan yang akan di uji kualitas radiofarmakanya. Didalam kegiatan
penelitian tersebut terdapat kemungkinan tertumpahnya zat radioaktif , cipratan cairan atau
serbuk yang mengandung bahan radioaktif. Kegiatan tersebut akan menyebabkan
kontaminasi pada permukaan lantai atau daerah kerja, sehingga membahayakan pekerja
radiasi melalui paparan radiasi interna maupun eksterna. Untuk mencegah bahaya tersebut
maka pengukuran tingkat kontaminasi radioaktif di Lab Biodistribusi harus dilaksanakan.
Dapat dilihat pada Table 5.1. Hasil uji usap di Lab Biodistribusi yang diambil pada
tanggal 3 Juli 2015 dan 24 Agustus 2015, diperoleh tingkat kontaminasi maksimum pada
bulan Juli 2015 yaitu 0,1282 Bq/cm2 di lokasi nomor 7 sedangkan pada bulan Agustus tingkat
kontaminasinya 0.105031 di lokasi nomor 5. Dengan batasan kontaminasi adalah lebih besar
dari 0.4 Bq/cm2, lebih dari batasan tersebut maka perlu dilakukan pencacahan dengan
menggunakan MCA untuk mengetahui jenis radionuklidanya.
Table 5.2. Hasil uji usap di Laboratorium Limbah Radioaktif pada bulan Juli dan Agustus
2015
Titik Lokasi
Pemantaua
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Laju Cacah dan Tingkat Kontaminasi


Cacah
Tingkat
Cacah
Cacah Latar
Cacah Latar
Cuplikan
Kontaminasi Cuplikan
(cps)
(cps)
(cps)
(Bq/cm2)
(cps)
21
17
0,03663
20
14,5
21
17
0,03663
19
14,5
26
17
0,08241
20
14,5
17
17
0
17
14,5
25
17
0,0326
19
14,5
29
17
0,010989
31
14,5
26
17
0,08241
18
14,5
30
17
0,11904
19
14,5
19
17
0,01831
21
14,5
31
17
0,1282
21
14,5
44
17
0,24725
10
14,5
31
17
0,128205
21
14,5
Rata-rata
0,0768895
Rata-rata
Maksimum
0,24725
Maksimum
Minimum
0
Minimum
24

Tingkat
Kontaminasi
(Bq/cm2)
0,050367
0,412
0,050367
0,02289
0,0412
0,15109
0,03205
0,0412
0,05952
0,05952
0,0412
0,05925
0,0541545
0,15109
0.02289

Laboratorium Limbah Radioaktif (LRA) cair merupakan tempat penyimpanan limbah


cair yang berpotensi terkontaminasi zat radioaktif. Pada Table 5.2. Hasil uji usap di Lab
Limbah Radioaktif yang diambil pada tanggal 3 Juli 2015 dan 24 Agustus 2015, diperoleh
tingkat kontaminasi maksimum pada bulan Juli 2015 sebesar 0,2475 Bq/cm2 di lokasi nomor
11 sedangkan pada bulan Agustus 2015 tingkat kontaminasi maksimum sebesar 0.15109
Bq/Cm2 di lokasi nomor 6. Batasan kontaminasi adalah lebih besar dari 0.4 Bq/cm 2. Karena
tidak melebihi batas kontaminasi, maka Lab tersebut menunjukkan masih dalam batas yang
diperkenankan.
Table 5.3. Hasil uji usap di Laboratorium Sintesis Senyawa Bertanda I pada bulan Juli dan
Agustus 2015
Laju Cacah dan Tingkat Kontaminasi
Titik Lokasi
Cacah
Tingkat
Cacah
Pemantaua
Cacah Latar
Cacah Latar
Cuplikan
Kontaminasi Cuplikan
n
(cps)
(cps)
(cps)
(Bq/cm2)
(cps)
1
25
20
0,0412
21
18
2
22
20
0,01373
20
18
3
26
20
0,05036
25
18
4
24
20
0,03205
20
18
5
32
20
0,10531
21
18
6
42
20
0,19688
21
18
7
39
20
0,16941
27
18
8
35
20
0,13278
20
18
9
24
20
0,03205
22
18
10
43
20
0,20604
21
18
11
38
20
0,16025
20
18
12
34
20
0,1236
24
18
13
30
20
0,08699
21
18
14
27
20
0,05952
24
18
15
39
20
0,16941
19
18
16
39
20
0,16941
23
18
17
31
20
0,09615
27
18
18
42
20
0,19688
19
18
Rata-rata
0,113445722
Rata-rata
Maksimum
0,20604
Maksimum
Minimum
0,01373
Minimum

Tingkat
Kontaminasi
(Bq/cm2)
0,02747
0,01831
0,0641
0,01831
0,02747
0,02747
0,08241
0,01831
0,03663
0,02747
0,01831
0,05494
0,02747
0,05459
0,00915
0,04578
0,08242
0,00915
0,036097778
0,08242
0,00915

Laboraorium Sintesis Senyawa Bertanda I adalah Lab yang dimiliki oleh Bidang SBR
yang penggunaannnya pada umumnya untuk melaksanakan penelitian yang menggunakan
25

bahan radioaktif seperti Re-186 dan Tc-99m, penelitian sediaan Cyprofloksasin, Nanokoloid,
Glukosa nam Phospat, Kanamysin dan jenis radionuklida lainnya. Didalam kegiatan
penelitian tersebut terdapat kemungkinan adanya penguapan sehingga terbentuk aerosol di
udara , tertumpahnya zat radioaktif , cipratan cairan atau serbuk yang mengandung bahan
radioaktif, kegiatan ini akan menyebabkan kontaminasi pada permukaan lantai atau daerah
kerja, sehingga membahayakan pekerja radiasi melalui paparan radiasi interna maupun
eksterna. Untuk mencegah bahaya tersebut maka pemantauan tingkat kontaminasi radioaktif
di Lab SSB I dan tersebut harus dilaksanakan. Dapat dilihat pada Table 5.3. Hasil uji usap di
Lab SSB I yang diambil pada tanggal 06 Juli 2015 dan 11 Agustus 2015, diperoleh tingkat
kontaminasi maksimum pada bulan Juli 2015 sebesar, 20604 Bq/Cm2 di lokasi nomor 10
sedangkan pada bulan Agustus 2015 tingkat kontaminasi maksimum sebesar 0.08242 Bq/cm 2
di lokasi nomor 17. Batasan kontaminasi adalah lebih besar dari 0.4 Bq/cm 2. Karena tidak
melebihi batas kontaminasi, maka Lab tersebut menunjukkan masih dalam batas yang
diperkenankan.
Table 5.4. Hasil uji usap di Laboratorium Sintesis Senyawa bertanda II pada bulan Juli dan
Agustus 2015

26

Laju Cacahan dan Tingkat Kontaminasi


Titik Lokasi
Cacah
Tingkat
Cacah
Pemantaua
Cacah Latar
Cacah Latar
Cuplikan
Kontaminas Cuplikan
n
(cps)
(cps)
(cps)
i (Bq/cm2)
(cps)
1
20
20
0
21
18
2
25
20
0,04579
20
18
3
32
20
0,10989
21
18
4
29
20
0,08241
19
18
5
26
20
0,05495
20
18
6
29
20
0,08242
20
18
7
29
20
0,08242
21
18
8
26
20
0,05495
19
18
9
25
20
0,04579
23
18
10
25
20
0,04579
20
18
11
28
20
0,07236
18
18
12
20
20
0
21
18
Rata-rata
0,0563975
Rata-rata
Maksimum
0,10989
Maksimum
Minimum
0
Minimum

Tingkat
Kontaminasi
(Bq/cm2)
0,02747
0,01831
0,02747
0,00915
0,01831
0,01831
0,02747
0,00915
0,04578
0,01831
0
0,02747
0,0206
0,04578
0

Sama halnya dengan Lab SSB I, Lab SSB II banyak penelitian yang menggunakan bahan zat radioakt

tertumpahnya zat radioaktif , cipratan cairan atau serbuk yang mengandung bahan radioaktif, kegiatan ini a

menyebabkan kontaminasi pada permukaan lantai atau daerah kerja. Dapat dilihat pada Table 5.4. Hasil uji usa

Lab SSB II yang diambil pada tanggal 06 Juli 2015 dan 11 Agustus 2015, diperoleh tingkat kontamin

maksimum pada bulan Juli 2015 sebesar, 10898 Bq/Cm 2 di lokasi nomor 3 sedangkan pada bulan Agustus 2

tingkat kontaminasi maksimum sebesar 0.04578 Bq/cm2 di lokasi nomor 9. Batasan kontaminasi adalah lebih be

dari 0.4 Bq/cm2. Karena tidak melebihi batas kontaminasi, maka Lab tersebut menunjukkan masih dalam b
yang diperkenankan.
Table 5.6. Hasil Uji Usap di Koridor Sintesis Senyawa Bertanda pada bulan Juli dan Agustus 2015
Titik Lokasi
Cacah
Pemantaua
Cacah Latar
Cuplikan
n
(cps)
(cps)
1
36
25
2
33
25
3
29
25
4
34
25
5
31
25
6
33
25
7
40
25
8
29
25
Rata-rata

Laju Cacah dan Tingkat kontaminasi


Tingkat
Cacah
Cacah Latar
Kontaminasi
Cuplikan
(cps)
(Bq/cm2)
(cps)
0,10073
22
18
0,07326
23
18
0,03663
20
18
0,08241
20
18
0,05494
25
18
0,07326
26
18
0,13736
18
18
0,03663
23
18
0,0744025
Rata-rata
27

Tingkat
Kontaminasi
(Bq/cm2)
0,03663
0,04578
0,01831
0,01831
0,0641
0,07326
0
0,04579
0.0377725

Maksimum
Min

0,13736
0,03663

Maksimum
Minimum

0,07326
0

Koridor SSB merupakan salah satu lorong yang sering dilalui oleh pekerja radiasi yang
keluar masuk dari lab. TPR,SSB I,SSB II, Ruang Cacah dan LQC yang termasuk pada daerah
pengendalian

radiasi,

sehingga

memiliki

kemungkinan

permukaan

lantai

tersebut

terkontaminasi, maka pemantauan tingkat kontaminasi di koridor tersebut perlu dilaksanakan.


Pada Table 5.5. Hasil uji usap di Koridor SSB yang diambil pada tanggal 06 Juli 2015 dan 11
Agustus 2015, diperoleh tingkat kontaminasi maksimum pada bulan Juli 2015 sebesar 0,13736
Bq/Cm2 di lokasi nomor 7 sedangkan pada bulan Agustus 2015 tingkat kontaminasi maksimum
sebesar 0.07236 Bq/cm2 di lokasi nomor 6. Batasan kontaminasi adalah lebih besar dari 0.4
Bq/cm2. Karena tidak melebihi batas kontaminasi, maka Lab tersebut menunjukkan masih
dalam batas yang diperkenankan.
Table 5.6. Hasil Uji Usap di Laboratorium Quality Control pada bulan Juli dan Agustus
2015
Laju Cacah dan Tingkat Kontaminasi
Titik Lokasi
Cacah
Tingkat
Cacah
Pemantaua
Cacah Latar
Cacah Latar
Cuplikan
Kontaminasi Cuplikan
n
(cps)
(cps)
(cps)
(Bq/cm2)
(cps)
1
30
23
0,05952
24
14,5
2
30
23
0,05952
19
14,5
3
27
23
0,03205
19
14,5
4
26
23
0,02289
20
14,5
5
26
23
0,02289
23
14,5
6
21
23
0
23
14,5
7
24
23
0,00457
54
14,5
8
24
23
0.00457
26
14,5
9
22
23
0
25
14,5
10
29
23
0,05037
29
14,5
11
31
23
0,06868
29
14,5
12
23
23
0
20
14,5
Rata-rata
0,02022
Rata-rata
Maksimum
0,06868
Maksimum
Minimum
0
Minimum

Tingkat
Kontaminasi
(Bq/cm2)
0,08699
0,0412
0,0412
0,05037
0,07783
0,07783
0,36172
0,10531
0,09615
0,13278
0,13278
0,05037
0,104544167
0,36172
0,0412

Lab Pengawasan Kualitas (LQC) adalah Lab yang digunakan untuk menindak lanjuti
hasil penelitian yang dilakukan di Lab SB I, SB II atau Lab TPR untuk diperiksa kualitas dari
sediaan yang dihasilkan. Lab LQC penggunaan pada umumnya untuk menguji kualitas zat
28

radioaktif dari hasil proses radioisotop antara lain : uji kualitas I-131, uji kualitas Tc-99m
ethambutol cair, uji kualitas Tc-99m-Sulfur Koloid, Sc-46, Gd-161 dan lain-lain. Didalam
kegiatan uji kualitas hasil penelitian tersebut terdapat kemungkinan adanya penguapan
sehingga terbentuk aerosol di udara atau tertumpahnya zat radioaktif serta cipratan cairan
atau serbuk yang mengandung bahan radioaktif , kegiatan ini akan menyebabkan kontaminasi
pada permukaan lantai atau daerah kerja, sehingga membahayakan pekerja radiasi melalui
paparan radiasi interna maupun eksterna. Untuk mencegah bahaya tersebut maka pemantauan
tingkat kontaminasi radioaktif

di Lab Pengawasan Kualitas (LQC)

tersebut harus

dilaksanakan.
Pada Table 5.6. Hasil uji usap di LQC yang diambil pada tanggal 09 Juli 2015 dan
19 Agustus 2015, diperoleh tingkat kontaminasi maksimum pada bulan Juli 2015 sebesar
0,06868 Bq/Cm2 di lokasi nomor 11 sedangkan pada bulan Agustus 2015 tingkat kontaminasi
maksimum sebesar 0.36172 Bq/cm2 di lokasi nomor 7. Hasil pengukuran di lokasi nomor 7
apabila dibandingkan dengan daerah lainnya lebih besar namun masih berada di bawah NAB
(Nilai Ambang Batas). Batasan kontaminasi adalah lebih besar dari 0.4 Bq/cm 2. Karena tidak
melebihi batas kontaminasi, maka Lab tersebut menunjukkan masih dalam batas yang
diperkenankan.

Table 5.7. Hasil Uji Usap di Laboratorium Hot Cell pada bulan Juli dan Agustus 2015
Laju Cacah dan Tingkat Kontaminasi
Titik Lokasi
Cacah
Tingkat
Cacah
Tingkat
Pemantaua
Cacah Latar
Cacah Latar
Cuplikan
Kontaminasi Cuplika
Kontaminasi
n
(cps)
(cps)
(cps)
(Bq/cm2)
n (cps)
(Bq/cm2)
1
25
22,5
0,02289
24
14,5
0,08699
2
21
22,5
0
19
14,5
0,0412
3
23
22,5
0,004579
21
14,5
0,05952
4
26
22,5
0,03205
20
14,5
0,0503
5
22
22,5
0
29
14,5
0,1327
6
27
22,5
0,0412
19
14,5
0,0412
7
23
22,5
0,00457
19
14,5
0,0412
8
23
22,5
0,00457
25
14,5
0,09615
9
26
22,5
0,032
21
14,5
0,05952
10
24
22,5
0,1373
23
14,5
0,07783
Rata-rata
0,0260849
Rata-rata
0,068661
Maksimum
0,1373
Maksimum
0,1327
Minimum
0
Minimum
0,0412
29

Laboratorium Hot Cell merupakan daerah pengendalian radiasi dan mensyaratkan


dipenuhinya keselamatan radiasi baik bagi pekerja radiasi maupun lingkungan disekitar lab
tersebut. Dalam proses penanganan bahan radioaktivitas tinggi yang menggunakan sumber
radiasi terbuka, berpotensi bahaya radiasi bagi pekerja radiasi yang bekerja Lab tersebut.
Salah satu upaya pengendalian radiasi di Lab Hot Cell adalah pemantauan tingkat radiasi
secara rutin, dengan diketahuinya tingkat paparan radiasi maka potensi bahaya radiasi di Lab
Hot Cell dapat dihindarkan.
Pada Table 5.7. Hasil uji usap di Lab Hot Cell yang diambil pada tanggal 09 Juli
2015 dan 19 Agustus 2015, diperoleh tingkat kontaminasi maksimum pada bulan Juli 2015
sebesar 0,1373 Bq/Cm2 di lokasi nomor 10 sedangkan pada bulan Agustus 2015 tingkat
kontaminasi maksimum sebesar 0.1327 Bq/cm2 di lokasi nomor 5. Batasan kontaminasi
adalah lebih besar dari 0.4 Bq/cm2. Karena tidak melebihi batas kontaminasi, maka Lab
tersebut menunjukkan masih dalam batas yang diperkenankan.

Table 5.8. Hasil Uji Usap di Laboratorium Teknologi Proses Radioisotop pada bulan Juli dan
Agustus 2015
Titik Lokasi
Cacah
Pemantaua
Cuplikan
n
(cps)
1
32
2
25
3
30
4
30
5
29
6
20
7
23
8
25
9
27
10
24
11
35
12
24
13
29
14
24
15
20
16
20
17
20
18
20

Laju Cacah dan Tingkat Kontaminasi


Tingkat
Cacah
Cacah Latar
Cacah Latar
Kontaminas Cuplikan
(cps)
(cps)
i (Bq/cm2)
(cps)
16
0,1465
26
14,5
16
0,08242
22
14,5
16
0,1282
25
14,5
16
0,1282
21
14,5
16
0,11904
22
14,5
16
0,03663
25
14,5
16
0,0641
28
14,5
16
0,08241
27
14,5
16
0,1007
24
14,5
16
0,07326
22
14,5
16
0,17399
23
14,5
16
0,07327
22
14,5
16
0,11904
24
14,5
16
0,07326
19
14,5
16
0,03663
32
14,5
16
0,03663
23
14,5
16
0,03663
21
14,5
16
0,03663
27
14,5
30

Tingkat
Kontaminasi
(Bq/cm2)
0,10531
0,06868
0,09615
0,0595
0,06868
0,09615
0,1236
0,11446
0,08699
0,06868
0,07783
0,06868
0,08699
0,0412
0,16025
0,07783
0,05952
0,11447

19
20
21
22

24
27
25
29
Rata-rata
Maksimum
Minimum

16
16
16
16

0,07326
0,10073
0,08242
0,11904
0,08708636
0,17399
0,03663

24
20
22
23

14,5
14,5
14,5
14,5
Rata-rata
Maksimum
Minimum

0,08699
0,05037
0,06868
0,07783
0.08449
0,16025
0,0412

Laboratorium TPR merupakan Lab yang dimiliki oleh Bidang SBR yang
penggunaannnya pada umumnya untuk proses pembuatan radioisotop antara lain : Pembuatan
radioisotop I-131, Yb-175, Rhenium-186, Mo-99, Sulfur-32, Gd-161, Tb-161, Chrom-51 dan
Sc-46. Didalam kegiatan penelitian tersebut terdapat kemungkinan adanya penguapan
sehingga terbentuk aerosol di udara, tertumpahnya zat radioaktif, cipratan cairan atau serbuk
yang mengandung zat radioaktif,

kegiatan ini akan menyebabkan kontaminasi pada

permukaan lantai atau daerah kerja, sehingga membahayakan pekerja radiasi melalui paparan
radiasi interna maupun eksterna. Untuk mencegah bahaya tersebut maka pemantauan tingkat
kontaminasi radioaktif di Lab TPR tersebut harus dilaksanakan. Pada Table 5.8. Hasil uji
usap di Lab TPR yang diambil pada tanggal 09 Juli 2015 dan 19 Agustus 2015, diperoleh
tingkat kontaminasi maksimum pada bulan Juli 2015 sebesar 0,17399 Bq/Cm2 di lokasi
nomor 11 sedangkan pada bulan Agustus 2015 tingkat kontaminasi maksimum sebesar
0.16025 Bq/cm2 di lokasi nomor 15. Batasan kontaminasi adalah lebih besar dari 0.4 Bq/cm 2.
Karena tidak melebihi batas kontaminasi, maka Lab tersebut menunjukkan masih dalam batas
yang diperkenankan.
Table 5.9. Hasil Uji Usap di Laboratorium Kimia Atas pada bulan Juli dan Agustus 2015
Titik
Lokasi
Pemantua
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Cacah
Cuplikan
(cps)
21
19
21
20
34
21
24
19
22
22

Laju Cacah dan Tingkat Kontaminasi


Tingkat
Cacah
Cacah Latar
Cacah Latar
Kontaminas Cuplika
(cps)
(cps)
i (Bq/cm2)
n (cps)
20
0,00915
23
19,5
20
0
18
19,5
20
0,00915
25
19,5
20
0
20
19,5
20
0,1282
24
19,5
20
0,00915
19
19,5
20
0,03663
23
19,5
20
0
17
19,5
20
0,01832
21
19,5
20
0,01832
29
19,5
31

Tingkat
Kontaminasi
(Bq/cm2)
0,03205
0
0,05037
0,00457
0,0412
0
0,0317
0
0,01374
0,08699

11
12
13
14
15

22
20
0,01832
23
20
0,0274
17
20
0
21
20
0,0915
20
20
0
Rata-rata
0,02136
Maksimum
01282
Minimum
0
Laboratorium Kimia Atas merupakan salah satu

23
26
27
18
24

19,5
0,03205
19,5
0,05952
19,5
0,06869
19,5
0
19,5
0,0412
Rata-rata
0,01897
Maksimum
0,08699
Minimum
0
Lab yang dimiliki oleh Bidang SBR

yang penggunaannnya kurang aktif dibanding dengan Lab lainnya. Namun karena Lab
tersebut ada didalam daerah radiasi sehingga memiliki kemungkinan permukaan lantai
tersebut terkontaminasi,

maka pemantauan tingkat kontaminasi ditempat tersebut perlu

dilaksanakan. Dapat dilihat pada Table 5.9. Hasil uji usap di Lab Kimia Atas yang diambil
pada tanggal 28 Juli 2015 dan 04 Agustus 2015, diperoleh tingkat kontaminasi maksimum
pada bulan Juli 2015 sebesar 0,1282 Bq/Cm2 di lokasi nomor 5 sedangkan pada bulan
Agustus 2015 tingkat kontaminasi maksimum sebesar 0.08699 Bq/cm2 di lokasi nomor 10.
Batasan kontaminasi adalah lebih besar dari 0.4 Bq/cm2. Karena tidak melebihi batas
kontaminasi, maka Lab tersebut menunjukkan masih dalam batas yang diperkenankan.
Table 5.10. Hasil uji usap di Laboratorium Pneumatik pada bulan Juli dan Agustus 2015
Laju Cacah dan Tingkat Kontaminasi
Titik Lokasi
Cacah
Tingkat
Cacah
Pemantaua
Cacah Latar
Cacah Latar
Cuplikan
Kontaminas Cuplikan
n
(cps)
(cps)
(cps)
i (Bq/cm2)
(cps)
1
20
16
0,03205
22
19,5
2
30
16
0,1236
21
19,5
3
23
16
0,0595
23
19,5
4
16
16
0
20
19,5
5
19
16
0,02289
28
19,5
6
28
16
0,10531
25
19,5
7
26
16
0,08699
20
19,5
8
18
16
0,01373
20
19,5
9
26
16
0,08699
19
19,5
10
26
16
0,08699
20
19,5
11
19
16
0,02289
21
19,5
12
28
16
0,10531
21
19,5
13
17
16
0,00457
22
19,5
14
24
16
0,06868
20
19,5
15
17
16
0,00457
22
19,5
16
16
16
0
21
19,5
Rata-rata
0,04835
Rata-rata
Maksimum
0.1236
Maksimum
32

Tingkat
Kontaminasi
(Bq/cm2)
0,02289
0,0137
0,03205
0,00457
0,07783
0,0503
0,00458
0,00458
0
0,00458
0,0137
0,0137
0,02289
0,00457
0,02289
0,0137
0,018875
0,07783

Minimum

Minimum

Laboratorium Pneumatik merupakan Lab yang memiliki fasilitas dimana sampel yang
akan diirradiasi di injeksikan melalui pipa pneumatik kedalam teras Reactor dan setelah
mencapai waktu irradiasi yang telah ditetapkan sampel tersebut akan dikirim kembali melalui
pipa pneumatik pengembali sampel.

Pada proses ini dari beberapa pengukuran saat

pengeluaran sampel diketahui memiliki potensi paparan radiasi dan kontaminasi yang berarti
untuk udara ( debu/serbuk radioaktif yang terbawa), lantai maupun daerah kerja. Untuk
mencegah terjadinya paparan berlebih bagi pekerja radiasi maka pengukuran tingkat
kontaminasi permukaan lantai di Lab Pneumatik sangat penting untuk dipantau tingkat
kontaminasinya.
Dapat dilihat pada Table 5.10. Hasil uji usap di Lab Pneumatik yang diambil pada
tanggal 28 Juli 2015 dan 04 Agustus 2015, diperoleh tingkat kontaminasi maksimum pada
bulan Juli 2015 sebesar 0,1236 Bq/Cm2 di lokasi nomor 2 sedangkan pada bulan Agustus
2015 tingkat kontaminasi maksimum sebesar 0.07783 Bq/cm 2 di lokasi nomor 5. Batasan
kontaminasi adalah lebih besar dari 0.4 Bq/cm2. Karena tidak melebihi batas kontaminasi,
maka Lab tersebut menunjukkan masih dalam batas yang diperkenankan.
Table 5.11. Hasil Uji Usap di Reactor pada bulan Juli dan Agustus 2015
HASIL UJI USAP DI REACTOR
Tanggal Pengambilan: 10 Juli 2015
Tanggal Pengambilan: 04 Agustus 2015
Juli
Agustus
Titik Lokasi Cacah
Tingkat
Cacah
Tingkat
Cacah Latar
Cacah Latar
Pemantauan Cuplika
Kontaminas Cuplika
Kontaminasi
(cps)
(cps)
n (cps)
i (Bq/cm2)
n (cps)
(Bq/cm2)
1
27
16,5
0,09615
23
19,5
0,03205
2
30
16,5
0,12362
25
19,5
0,05037
3
21
16,5
0,0412
22
19,5
0,02289
4
24
16,5
0,06868
23
19,5
0,03205
5
23
16,5
0,05952
22
19,5
0,02289
6
27
16,5
0,09615
22
19,5
0,02289
7
23
16,5
0,05952
24
19,5
0,0412
8
26
16,5
0,08699
29
19,5
0,8699
9
28
16,5
0,10531
21
19,5
0,1373
10
21
16,5
0,0412
20
19,5
0,00457
11
31
16,5
0,13278
24
19,5
0,0412
12
22
16,5
0.,05037
26
19,5
0,0595
13
23
16,5
0,05952
24
19,5
0,0412
14
25
16,5
0,07783
22
19,5
0,02289
15
25
16,5
0,07783
25
19,5
0,05037
16
21
16,5
0,0412
26
19,5
0,0595
33

17
18
19
20
21
22
23
24

24
21
31
22
21
22
36
22
Rata-rata
Maksimum
Minimum

16,5
16,5
16,5
16,5
16,5
16,5
16,5
16,5

0,06868
0,0412
0,1327
0,05037
0,041208
0,050366
0,17857
0,050366
0,076305
0,17857
0,0412

24
22
24
25
24
28
24
18

19,5
19,5
19,5
19,5
19,5
19,5
19,5
19,5
Rata-rata
Maksimum
Minimum

0,0412
0,02289
0,0412
0,05037
0,0412
0,07783
0,0412
0
0,03776
0,08699
0

Reactor merupakan daerah pengendalian radiasi yang harus mendapatkan pemantauan


daerah kerja termasuk tingkat konsentrasi kontaminasi didalamnya. Pengoperasian Reactor
dan kegiatan yang terklait didalamnya berpotensi memberikan pencemaran bahan radioaktif
di udara maupun tertumpahnya zat radioaktif atau serbuk yang mengandung zat radioaktif,
terutama pada pekerjaan pengeluaran sampel dan penelitian lain yang menggunakan sumber
terbuka atau pada perawatan sistem di Reactor. kegiatan ini akan menyebabkan kontaminasi
pada permukaan lantai atau daerah kerja, sehingga membahayakan pekerja radiasi melalui
paparan radiasi interna maupun eksterna. Untuk mencegah bahaya tersebut maka pemantauan
tingkat kontaminasi radioaktif dengan cara pengambilan cuplikan uji usap di Reactor (ruang
control, Reactor deck dan Reactor hall ). Pada Table 5.11. Hasil uji usap di Reactor yang
diambil pada tanggal 10 Juli 2015 dan 04 Agustus 2015, diperoleh tingkat kontaminasi
maksimum pada bulan Juli 2015 sebesar 0,17857 Bq/Cm2 di lokasi nomor 23 sedangkan pada
bulan Agustus 2015 tingkat kontaminasi maksimum sebesar 0.08699 Bq/cm2 di lokasi nomor
8. Batasan kontaminasi adalah lebih besar dari 0.4 Bq/cm 2. Karena tidak melebihi batas
kontaminasi, maka Lab tersebut menunjukkan masih dalam batas yang diperkenankan.

Table 5.12. Hasil Tingkat Kontaminasi Maksimum dan Minimum

34

Bulan Juli 2015


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Tempat
Limbah Radioaktif
Biodistribusi
SSB 1
SSB II
Koridor SSB
TPR
Hot Cell
LQC
Reactor
Pneumatik
Kimia Atas

Bulan Agustus 2015

Tingkat Kontaminasi
(Bq/Cm2)
Maksimum Minimum
0,24725
0
0,1282
0
0,20604
0,01373
0,08241
0
0,13736
0,03663
0,1465
0,03663
0,0412
0
0,06868
0
0,17857
0,0412
0,1236
0
0,1282
0

No

Tempat

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Limbah Radioaktif
Biodistribusi
SSB 1
SSB II
Koridor SSB
TPR
Hot Cell
LQC
Reactor
Pneumatik
Kimia Atas

Tingkat Kontaminasi
(Bq/Cm2)
Maksimu
Minimu
m
m
0,15109
0,02289
0,10531
0,0412
0,08241
0,0091
0,04578
0
0,0732
0
0,1236
0,0412
0,09615
0,0412
0,3617
0,0412
0,07783
0
0,07783
0
0,06868
0

Dapat dilihat pada Table 5.12. Data yang tercantum pada Table tersebut hasil uji usap
kontaminasi bulan Juli dan Agustus tahun 2015 adalah data hasil uji usap tingkat kontaminasi
minimum dan maksimum di Reactor dan Laboratorium aktif. Pemantauan periode ini apabila
di banding dengan hasil pemantauan sebelumnya tidak terjadi perbedaan yang signifikan dan
masih dalam lingkup daerah kontaminasi rendah yaitu tidak lebih dari 3,7 Bq/cm 2 untuk
pemancar , lebih kecil dari 0,37 Bq/cm2 untuk pemancar . Walaupun masih tergolong
tingkat rendah bukan berati tidak ada potensi kontaminasi, untuk mencegah terjadinya
kontaminasi sesuai dengan tiga prinsip dasar proteksi radiasi yang rekomendasikan oleh
International Commision Radiological (ICRP) untuk dipatuhi yaitu Justifikasi, Optimasi dan
Limitasi. Pekerja, masyarakat dan lingkungan harus terlindung dari bahaya radiasi oleh sebab
itu setiap fasilitas harus didesain untuk meminimalkan timbulnya bahaya radiasi eksterna
yang berasal dari sumber radiasi yang terdapat di luar tubuh. Bahaya eksterna dikendalikan
dengan mempergunakan tiga prinsip dasar proteksi radiasi yaitu memperhitungkan waktu,
jarak dan penahan radiasi/ perisai. Serta bahaya radiasi interna akibat masuknya radionuklida
melalui saluran pencernaan maupun pernapasan.

35

Tingkat Kontam inasi (Bq/Cm 2) Bulan Juli


0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

Maksimum

Minimum

Gambar 5.2. Grafik hubungan tingkat kontaminasi terhadap tempat uji usap bulan Juli 2015

Tingkat Kontaminasi (Bq/Cm2) Bulan Agustus


0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0

Maksimum Minimum

Gambar 5.3. Grafik hubungan tingkat kontaminasi terhadap tempat uji usap bulan Agustus
2015
Naik-turunnya tingkat kontaminasi permukaan di beberapa fasilitas Reactor dan
Laboratorium aktif dalam kurun waktu bulan Juli 2015-Agustus 2015 terlihat pada Gambar
5.1 dan Gambar 5.2 yaitu grafik hubungan antara kontaminasi permukaan dengan tempat
pengukuran. Tingkat kontaminasi permukaan yang terjadi dari waktu ke waktu selalu
mengalami kenaikan dan penurunan hal ini terkait dengan kebersihan lingkungan, dimana
semakin bersih permukaan semakin kecil pula tingkat kontaminasi yang terjadi bahkan bisa
nihil atau tidak terdeteksi.
Meskipun kontaminasi permukaan yang terjadi belum mencapai tingkat yang
membahayakan, adanya kontaminasi tersebut akan tetap menimbulkan kerugian, terutama
kontaminasi terdapat di daerah tidak aktif. Kontaminasi ini dapat terjadi misalnya akibat
36

pemakaian alat di daerah aktif yang kemudian dipindahkan ke daerah yang tidak aktif tanpa
mengetahui bahwa alat tersebut telah terkontaminasi. Karena adanya kontaminasi permukaan
yang tidak disadari, maka kontaminasi tersebut tidak ditangani sebagaimana mestinya.
Radiasi dari kontaminasi ini dapat mengganggu jalannya pekerjaan yang sedang dilakukan.
Kelemahan dalam pelaksanaan tes usap diantaranya hasil dari pengukurannya tidak
begitu akurat karena fraksi yang terangkat dalam tes usap sangat dipengaruhi banyak faktor.
Faktor yang paling dominan adalah cara melaksanakan tes usap, jenis kontaminan dan jenis
kertas usap yang dipakai. Disamping itu pengambilan tes usap sifatnya tidak bisa diulang
(Reproductsible). Untuk permukaan lantai nilai fraksi/prosentasi kontaminan yang terambil
besarnya 10 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga prosentasi kontaminan yang
terangkat ini diantaranya cara pengambilan, jenis kontaminan padat/cair, jenis kertas usap,
diameter kontaminan dan faktor kelembaban ruangan tersebut.

37

BAB VI
PENUTUP
6.1.

Kesimpulan
Dari peneliatian ini dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh masih dalam
kategori daerah kontaminasi tingkat rendah yaitu lebih kecil dari 0,37 Bq/cm2 untuk
pemancar , tidak lebih dari 3,7 Bq/cm2 untuk pemancar .
Pemantauan tingkat kontaminasi zat radioaktif selama bulan Juli dan Agustus 2015
secara umum masih menunjukkan dalam batas yang diperkenankan. Dengan diketahuinya
tingkat kontaminasi permukaan di Reactor dan fasilitas Laboratorium lainnya di harapkan
keselamatan kerja terhadap radiasi dapat terselenggara dengan baik di PSTNT-BATAN
Bandung, serta dapat dijadikan sebagai informasi untuk pencegahan terhadap bahaya
radiasi bagi pekerja radiasi yang bekerja di Laboratorium SBR.

6.2.

Saran
Untuk keselamatan dan keamanan perlu adanya peningkatan pada fasilitas
Laboratorium yang baik sehingga tingkat kontaminasi dapat diminimalisir, dilarang
makan,minum, serta memakai make-up di Lab Aktif dan Reactor. Diharapkan zero
accident dapat dicapai dan nilai batas kontaminasi maksimum yang diijinkan Bapeten
yaitu 0.4 Bq/cm2 tidak terlampaui.

DAFTAR PUSTAKA
38

BAPETEN. (2013). Peraturan Pemerintah Bapeten No.4 Tahun 2013 tentang


Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir.
Batan. (2005). Proteksi Radiasi_Pengenalan Radiasi. Pusdiklat.
BATAN. (2008). Dasar Fisika Radiasi. Diklat Petugas Proteksi Radiasi.
Batan. (2015, Juli senin). Retrieved from http://www.batan.go.id
BATAN. (2015, Februari-Maret). Petunjuk Praktikum Pengukuran Tingkat
Kontaminasi Dan Dekontaminasi. Pelatihan Pemagangan TPR dan
Senyawa Bertanda, 1-4.
Haditjahyono, H. (2006). Pengukuran Radiasi. Pusdiklat-Batan, 10.
Hermawan Candra, P. G. (2010). Pengaruh Efek GeometriPada Kalibrasi Efesiensi
Detektor Semikonduktor HPGe Menggunakan Spektrometer Gamma.
Prosiding Pertemuan Ilmiah, 258.
Irawati Manglumpun, d. (2011). Teknik Pencacah Nuklir Dengan Detektor Geiger
Muller.
J.R., L. (1966). Introduction To Nuclear Reaktor Theory. New York: Addison-Wesley.
Khan, F. M. (2003). The Physics of Radiation Therapy - 3rd ed. USA: Lippincott
Williamz and Wilkins .
Kurniawan. (2007). Pengukuran KontaminasiI Internal I-131 Menggunakan Whole
Body Counter. 1.
Latif, A. S. (2011). Pengukuran Tingkat Kontaminasi Permukaan Mesin Busur
Listrik Peleburan Logam U-Zr.
M. Azam, F. S. (2007). Penentuan Efesien Beta Terhadap Gamma Pada Detektor
Geiger Muller. Jurnal Sains & Matematika, 74-75.
Prayitno, E. S. (2009). Pengukuran Radioaktivitas Alpha dan beta Di Permukaan
Lantai Instalasi Radiometalurgi. 436.
R. Budi Santosa, S. M. (2012). Pemetaan Tingkat Kontaminasi Permukaan Di
HotCell 103 Instalasi Radiometalurgi.
W.E, B. (1963). Nuclear Physics. New York: Mc Graw-Hill.
Wanaguna. (2008). Proteksi Radiasi Eksterna.
yosainto. (2011). Radiasi Eksterna dan Radiasi interna.

39

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Alat dan Bahan

Sound detektor, wadah plastik,kertas filter

Pinset dan Planset

Jas Laboratorium

Sarung Tangan Karet

Lampiran B. Persiapan dan Proses Uji Usap


40

Penomoran Pada Kertas Uji Usap

Penamaan Pada Kantong Plastik

Hasil Penamaan Pada Wadah


Plastik Untuk Sampel Cuplikan

Lampiran C. Uji Usap dan Proses Cacahan GM Counter

41

Teknik Uji Usap Permukaan Lantai

Tabung GM Counter

GM Counter Oertec-430

Proses Cacah Sampel Dengan GM Counter

Lampiran D. Hasil Olah Data Cacah Sampel Dengan Program Kompurter Uji Usap

42

43

Anda mungkin juga menyukai