Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring berjalannya teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia,


maka manusia juga mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, salah
satu bukti kemajuan dari teknologi manusia adalah sediaan suspensi yang dapat
menyatukan dua unsur yang tidak dapat menyatu apabila terdapat di alam. Namun,
sediaan suspensi masih sangat asing dikenal oleh masyarakat dan bahkan oleh
tenaga kesehatan itu sendiri, oleh karena itu makalah ini dibuat agar masyarakat
lebih memahami tentang sediaan suspensi beserta seluk beluknya, agar sesuai
dengan kaidah yang berlaku dan sesuai dengan tujuan pembuatnya.

Dalam pembuatan suatu suspensi, kita harus mengetahui dengan baik


karakteristik fase terdispersi dan medium dispersinya. Dalam beberapa hal fase
terdispersi mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan
mudah ”dibasahi” oleh pembawa tersebut selama penambahannya. Obat yang tidak
dipenetrasi dengan mudah oleh pembawa tersebut dan mempunyai kecenderungan
untuk bergabung menjadi satu atau mengambang di atas pembawa tersebut. Dalam
hal yang terakhir, serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut
”zat pembasah” agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi.
Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat pembasah
bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. Bahan-bahan tersebut
berfungsi menggantikan udara dicelah-celah partikel, mendispersikan partikel
tersebut dan kemudian menyebabkan terjadinya penetrasi medium dispersi ke dalam
serbuk.

Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur dengan


partikel-partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid (coloid mill),
pada skala kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortir dan stamper. Begitu
serbuk dibasahi, medium dispersi (yang telah ditambah semua komponen-
komponen formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi rasa, dan pengawet)
ditambah sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara
merata sebelum penambahan pembawa berikutnya. Sebagian dari pembawa tersebut
digunakan untuk mencuci alat-alat pencampur agar bebas dari suspenoid, dan
bagian ini digunakan untuk mencukupi volume suspensi dan menjamin bahwa
suspensi tersebut mengandung konsentrasi zat padat yang diinginkan.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan suspensi

1.3 Manfaat

Dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan suspense.

Untuk dapat mengaplikasikan di dunia kerja.

Untuk menambah wawasan dan ketrampilan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat
padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan pembawa.

2.2 Penggolongan Suspensi

Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah :


1. Suspeni oral adalah sediaan cair mengandung partikel dapat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan
untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu
atau magma termasuk dalam golongan ini. Beberapa suspensi dapat langsung
digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus
dikonstitusikan terlabih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan.
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk pengguanan pada kulit.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori
ini.
3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
4. Suspensi optalmik adalah sedaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Obat dalam suspensi haru dalam bentu termikronisasi agar tidak menimbulka
iritasi atau goresan pada kornea. Supensi obat mata tidak boleh digunakan bila
terjadi massa yang mengeras atau menggumpal.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium
cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan
spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuklaruatan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan yang sesuai.
Penggolongan Suspending agent :

1. golongan polisakarida : gom akasia, tragakan, Na-alginat, starch, karagen, gum


2. turunan selulosa : metil selulosa, CMC-Na, avicel, hidroksi etil selulosa
3. golongan clay : bentonit, veegum
4. polimer sintetik : golongan carbomer
2.3 Peraturan pembuatan suspensi
2.3.1 Aturan pembuatan sediaan salep
2.4 Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis
2. Homogenitas
3. Dll
2.5 Monografi Bahan

No. SifatFisika Kimia Bahan Uraian


1 Asam Mefenamat (Ditjen
POM:43,1995)
a. Nama Bahan a. Acidum Mefenamicum
b. Sinonim b. Asam Mefenamat
c. Khasiat c. Antiinflamasi
d. Pemerian d. Serbuk hablur, putih atau hampir putih,
melebur pada suhu lebih kurang 230o
disertai peruraian.
e. Kelarutan e. Larut dalam larutan alkali hidroksida,
agak sukar larut dalam kloroform, sukar
larut dalam etanol dan dalam metanol,
praktis tidak larut dalam air.
f. Penyimpanan
f. Dalam wadah tertutup rapat, tidak
tembus cahaya.
2. Na CMC (Ditjen POM:175,1995)
a. Nama Bahan a. Carboxy Methylcellulosum Natrium
b. Sinonim b. Karboksimetil Selulosa Natrium
c. Pemerian c. Serbuk atau granul, putih sampai krem;
d. Kelarutan higroskopik
d. Mudah terdispersi dalam air,
membentuk larutan koloidal, tidak larut
dalam etanol, dalam eter dan dalam
pelarut organik.
e. Penyimpanan e. Dalam wadah tertutup rapat.
3 Propilenglikol (Ditjen
POM:712,1995)
a. Nama Bahan a. Propylenglycolum
b. Sinonim b. Propilen glikol
c. Pemerian c. Cairan kental, jernih, tidak berwarna,
rasa khas, praktis tidak berbau;
menyerap air pada udara lembab.
d. Kelarutan d. Dapat bercampur dengan air, aseton,
dan kloroform; larut dalam eter dan
e. Penyimpanan dalam beberapa minyak esensial.
e. Dalam wadah tertutup rapat.
4 Sukrosa (Ditjen POM:762,1995)
a. Nama Bahan a. Sucrosum
b. Sinonim b. Sakarosa
c. Pemerian c. Hablur putih atau tidak berwarna;
massa hablur atau berbentuk kubus atau
serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa
manis; stabil di udara.
d. Kelarutan d. Sangat mudah larut dalam air; lebih
mudah larut dalam air mendidih, sukar
larut dalam etanol; tidak larut dalam
kloroform dan eter.
e. Penyimpanan e. Dalam wadah tertutup baik.

5 Nipasol (Ditjen POM:713,1995)


a. Nama Bahan a. Propylis parabenum
b. Sinonim b. Propil paraben / Nipasol
c. Pemerian c. Serbuk putih atau hablur kecil, tidak
d. Kelarutan berwarna.
d. Sangat sukar larut dalam air, mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, sukar
larut dalam air mendidih.
e. Penyimpanan e. Dalam wadah tertutup baik.
6 Nipagin (Ditjen POM:378,1979)
a. Nama Bahan a. Methylis parabenum
b. Sinonim b. Metil paraben / Nipagin
c. Pemerian c. Serbuk hablur halus; putih; hampir
tidak berbauk; tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa
tebal.
d. Kelarutan d. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20
bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian
etanol (95%) dan dalam 3 bagian
aseton.
e. Penyimpanan e. Dalam wadah tertutup baik.

Aquadest (Ditjen POM:96,1979)


7
a. Nama Bahan a. Aqua destillata
b. Sinonim b. Air suling
c. Pemerian c. Cairan jernih; tidak berwarna; tidak
berbau; tidak mempunyai rasa.
d. Penyimpanan d. Dalam wadah tertutup baik.
BAB III

METODOLOGI KERJA

3.1 Resep

R/ Asam Mefenamat 2%
Na CMC 0,25%
Propilenglikol 10 gram
Sukrosa 20%
Nipagin 0,09 gram
Nipasol 0,02 gram
Aquadest ad 100 mL

 Penimbangan bahan

N0 Nama Bahan Obat Perhitungan Penimbanga Pembuatan


n 2000
1 Asam Mefenamat 2 𝑔𝑟𝑎𝑚 2 gram 2 gram x 2000
𝑥 100 𝑚𝐿 = 4000 gram
100 𝑚𝐿
= 2 𝑔𝑟𝑎𝑚
2 NaCMC 0,25 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,25 gram 0,25 gram x
𝑥 100 𝑚𝐿 2000 = 500
100 𝑚𝐿
gram
= 0,25 𝑔𝑟𝑎𝑚
3 Propilenglikol 10 gram 10 gram 10gram x2000
= 20.000 gram
4 Sukrosa 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 gram 20 gram x
𝑥 100 𝑚𝐿 2000 = 40.000
100 𝑚𝐿
= 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 gram
5 Nipagin 0,09 gram 0.09 gram 0.09 gram
x2000 =
180.000 gram
6 Nipasol 0,02 gram 0.02 gram 0.02 gram x
2000 = 40.000
gram
7 Aquadest ad 100 ml 100 ml x 2000
100 = 200.000ml
 Cara Pembuatan
1. Timbang semua bahan dengan perhitungan yangt tepat.
2. NaCMC dilarutkan didalam air panas ( 20x nya), di aduk hingga larut dan
mengembang.
3. Asam Mefenamat dilarutkan dengan propilenglikol dan pengawet, di gerus
ad homogen.
4. Campur Asam Mefenamat ditambah sedikit demi sedikit kedalam
NaCMC, sambil diaduk homogen.
5. Ditambah sukosa yang telah di haluskan.
6. Sediaan dimasukkan dalam botol, ditambahkan aquadest sampai tanda
batas.
7. Dikemas dan diberi Etiket.

EVALUASI SEDIAAN
Penentuan Bobot Jenis Larutan dengan Piknometer (FI IV p.1030)
 Gunakan piknometer bersih dan kering
 Timbang piknometer kosong
 Timbang piknometer yang berisi air yang baru dididihkan
 Timbang piknometer yang berisi sediaan larutan.
 Bobot jenis sediaan =
Penentuan Viskositas Larutan dengan Alat Brookfield
a. pilih spindel sesuai dengan viskositas cairan yang hendak diukur.
b. pasang spindel pada gantungan spindel.
c. turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam
cairan yang hendak diukur viskositasnya.
d. pasang stop kontak.
e. hidupkan motor sambil menekan tombol.
f. biarkan spindel berputar dan perhatikan jarum merah pada skala.
g. catat angka yang ditunjukkan jarum merah tersebut. (untuk menghitung
viskositas, angka pembacaan dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dikutip
dari tabel yang terdapat pada brosur alat.)
h. dengan mengubah-ubah ppm, akan diperoleh viskositas cairan pada berbagai
ppm.
Penentuan pH larutan (FI IV p. 1039)
Uji pH larutan dilakukan dengan menggunakan kertas pH atau dengan pHmeter.
Penentuan Volume Terpindahkan (FI IV p. 1089)
a. Tuang isi dari tiap wadah perlahan-lahan ke dalam gelas ukur kering terpisah
dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang
diukur dan telah dikalibrasi.
b. Diamkan selama 30 menit.
c. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari campuran: volume
rata-rata larutan, suspensi, atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak
kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah kurang dari 95% volume
yang dinyatakan pada etiket.
Penentuan Organoleptis
 Warna larutan diamati.
 Bau larutan dicium.
 Sediaan sediaan dirasakan.
Pengamatan Pertumbuhan Mikroorganisme, Cap-locking, dan Pengendapan
Amati sediaan selama beberapa hari untuk mengamati adanya pertumbuhan
mikroorganisme, cap- locking dan pengendapan.
BAB IV

HASIL EVALUASI SEDIAAN SEMISOLIDA


BAB V

PEMBAHASAN

Terdapat 2 metode dalam pembuatan suspensi yaitu metode dispersi dan metode
presipitasi. Metode presipitasi zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam
pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Kemudian diencerkan dengan larutan
pengsuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus. Cairan organik contohnya
propilenglikol (Syamsuni:142,2006).

Pada percobaan ini, metode yang digunakan yaitu metode presipitasi. Asam
mefenamat yang hendak didispersikan dilarutkan dalam pelarut organik, dalam
percobaan ini pelarut organik yang digunakan yaitu propilenglikol. Setelah
dicampurkan, baru diencerkan.

Uji pemerian memuat paparan mengenai sifat zat yang diuraikan secara umum
terutama meliputi wujud, rupa, warna, bau, rasa, dan untuk beberapa hal dilengkapi sifat
fisika dan sifat kimianya (Ditjen POM:3,1995). Pada percobaan ini, sediaan suspensi
yang dibuat memiliki warna putih susu, berbau khas asam mefenamat, dan rasa pahit.

NIPASOL

Nipasol (pengawet fase minyak) dipilih karena sebagai bahan pengawet bila di
kombinasikan dengan nipagin akan memberikan fungsi sebagai Antimikroba yang
optimal.

SUKROSA

Menurut Ansel hal.328

Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalan sirup-sirup walaupun
dalam keadaan khusus dapat diganti sirup-sirup walaupun seluruhnya atau sebagian
dengan gula-gula lainnya seperti dextrose, atau bukan seperti gliserin, sorbital, dan
propilenglikol.

Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yaitu bahan
obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam
bentuk sediaan cair sehingga mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan
untuk menelan, diberikan pada anak-anak untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang
tidak enak pada bahan obat. Sediaan suspensi lebih mudah diabsorbsi dibandingkan
tablet atau kapsul serta dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil didalam
air (Ansel, 1982).

Bahan yang digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan suspensi adalah asam
mefenamat. Asam mefanamat merupakansenyawa yang praktis tidak larut dalam air dan
berkhasiat sebagai obat pereda nyeri terutama pada nyeri sakit gigi, nyeri otot dan nyeri
sendi sehingga penggunaannya dalam sediaan cair dibuat dalam bentuk suspensi.
Mekanisme kerja dari asam mefenamat ialah menghambat kerja enzim siklo-oksigenase
sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Salah stau efek samping
asam mefenamat yang paling menonjol adalah dapat merangsang dan merusak lambung.
Sebab itu, asam mefenamat tidak diberikan pada pasein yang mengidap gangguan
lambung
BAB VI

KIE DAN KESIMPULAN

KIE

KIE diawali dengan three prime question.

1. Apoteker bertanya kepadapasien tentang informasi yang diberikan dokter,


cara penggunaan obat, dan harapan dokter setelah pasien mengkonsumsi
obat tersebut
2. Apoteker bertanya apakah sebelumnya pernah mengkonsumsi obat tersebut.
3. Apoteker menanyakan data-data seperti riwayat penyakit lain, alergi obat-
obatan, konsumsi obat di luar obat yang diresepkan dokter, gaya hidup
pasien, konsumsi alkohol, serta keluhan yang dialami pasien
4. Memberikan informasi kepada pasien cara penggunaan obat yang tepat.
5. Apoteker meminta pasien mengulang kembali informasi yang telah
disampaikan.
6. Apoteker memberi copyresep ketika diminta pasien dan menyerahkan obat
kepada pasien

Pemberian Obat Sediaan Suspensi Melalui Oral

 Asam mefenamat sebaiknya dipakai setelah makan atau bersama makanan


 Jangan menggunakan asam mefenamat pada pasien yang memiliki fungsi hati
dan ginjal yang buruk, sedang atau pernah memiliki sakit jantung
 Jika pasien menderita hipertensi tekanan darah harus dipantau selama
pengobatan
 Karena NSAID dapat menyebabkan retensi cairan dan edema, perhatian harus
diberikan pada pasien dengan gagal jantung atau yang sudah pernah mengalami
retensi cairan
 Pasien harus cukup terhidrasi (cukup cairan) sebelum menggunakan asam
mefenamat
 Asam mefenamat dapat menyebabkan pusing atau mengantuk, yang akan lebih
buruk jika pasien juga mengkonsumsi alkohol. Jangan mengemudi atau
menyalakan mesin selama pemakaian obat ini
 Keamanan dan kemanjuran pada anak-anak < 14 tahun belum diketahui
 Penggunaan pada pasien lanjut usia harus lebih hati-hati karena mereka lebih
sensitif terhadap efek obat ini, terutama perdarahan perut dan masalah ginjal
 Asam mefenamat ditemukan dalam ASI. Jangan menyusui saat menggunakan
obat ini

KESIMPULAN

a. Metode yang digunakan pada percobaan ini sesuai dengan literatur yang ada.
b. Uji pemerian yang dilakukan pada percobaan ini sesuai dengan literatur yang
ada.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuni
2. https://www.academia.edu/37320560/Formulasi_dan_Evaluasi_Sediaan_Suspe
nsi_As.Mefenamat
3. FI ED III
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMI SOLIDA
SUSPENSI

Anda mungkin juga menyukai