Dosen Pengampu
Prof. Dr. Hardjono Sastrohamidjojo
PERANCANGAN PABRIK
MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH
TIKM - B
Halaman |1 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak atsiri, atau juga dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil), atau minyak
esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang
berwujud cairan kental pada suhu ruang. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar
tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent tase), berbau wangi sesuai
dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air.
Minyak atsiri dapat diperoleh dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari batang
(kulit cendana, masoi); dari daun (cengkeh, sereh wangi, nilam), dari akar (akar wangi), dari
bunga (cengkeh, kenanga), maupun dari buah misalnya pala. Setidaknya ada 80 jenis
minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional. Sementara itu
diperkirakan terdapat 12 jenis minyak atsiri Indonesia yang diekspor ke pasar dunia. Jenis-
jenis minyak atsiri Indonesia yang telah memasuki pasar internasional diantaranya minyak
nilam, serai wangi, akar wangi, jahe, cengkeh, dan pala (Rochim Armando, 2002).
Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah muncul sejak jaman penjajahan
(Lutony, Rahmayati, 2000). Namun jika dilihat dari kualitas dan kuantitasnya tidak
mengalami banyak perubahan. Ini disebabkan karena sebagian besar pengolahan minyak
atsiri masih menggunakan teknologi sederhana/ tradisional dan umumnya memiliki kapasitas
produksi yang terbatas. Industri ini biasanya terletak di daerah pedesaan. Ada beberapa
daerah di Indonesia yang menjadi sentra industri minyak atsiri , misalnya Daerah Istimewa
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.
Perkembangan berbagai industri di dunia membuat kebutuhan minyak atsiri dan
turunannya semakin meningkat, baik dari segi jenis maupun volumenya. Selain memenuhi
kebutuhan industri yang sudah ada, munculnya trren spa dan sauna turut menyedot pasokan
minyak atsiri yang ada. Meningkatnya kebutuhan tersebut membuka peluang pengem-
bangan usaha minyak atsiri, baik yang sudah berkembang maupun minyak atsiri jenis baru.
Halaman |2 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki
batang pohon besar dan berkayu keras. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter dan
dapat bertahan sampai umur ratusan tahun.
Tanaman cengkeh mempunyai sifat khas
karena semua bagian pohon mengandung minyak,
mulai dari akar, batang, daun sampai bunga.
Kandungan minyak cengkeh pada bagian-bagian
tanaman tersebut bervariasi jumlahnya namun
kadar minyak yang paling tinggi terdapat pada
bagian bunga (20%) sedangkan bagian gagang dan
daun mengandung sekitar 4 – 6 %.
Areal produksi tanaman cengkeh hampir
tersebar di semua daerah di Indonesia mulai dari NAD sampai Papua dengan luas areal
terluas di Jawa dan Sulawesi. Sentra produksi minyak cengkeh terdapat di Jawa Tengah,
Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan.
Dalam perdagangan internasional, minyak cengkeh dibagi menjadi 3 bagian berdasar-
kan sumbernya, yaitu minyak daun cengkeh (clove leaf oil), minyak tangkai cengkeh (clove
stem oil), minyak bunga cengkeh (clove bud oil). Minyak daun cengkeh merupakan salah
satu minyak atsiri yang cukup banyak dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan air
dan uap. Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan,
mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah
menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau akibat penyimpanan.
Komponen utama minyak cengkeh adalah terpena dan turunannya. Komponen inilah
yang penting dalam kegiatan industri seperti dalam parfum, flavor , obat-obatan, cat, plastik
dan lain-lain. Terpena yang ada dalam minyak cengkeh adalah eugenol, eugenol asetat dan
caryophylene . Ketiga senyawa tersebut merupakan komponen utama penyusun minyak
cengkeh dengan kandungan total mencapai 99% dari minyak atsiri yang dikandungnya.
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan
padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, kelarutan dalam pelarut organik,
dan kelarutan dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, minyak atsiri dapat dibuat dalam
beberapa cara, yaitu penyulingan (destillation), ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent
extraction), ekstraksi dengan lemak dingin (enfleurasi), ekstraksi dengan lemak panas
(maserasi), dan pengepresan.
Halaman |3 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen dari suatu campuran yang berupa
larutan cair-cair dimana karakteristik dari campuran tersebut adalah mampu-campur dan
mudah menguap, selain itu komponen-komponen tersebut mempunyai perbedaan tekanan
uap dan hasil dari pemisahannya menjadi komponen-komponennya atau kelompok-
kelompok komponen. Karena adanya perbedaan tekanan uap, maka dapat dikatakan pula
proses penyulingan merupakan proses pemisahankomponen-komponennya berdasarkan
perbedaan titik didihnya.
Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan (destilasi
sederhana), yaitu :
1. Penyulingan dengan air (water destilation).
2. Penyulingan dengan air dan uap (water and steam destilation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (steam destilation)
Agar kita dapat menentukan teknologi apa yang akan digunakan ada baiknya kita
harus mempelajari terlebih dahulu masing-masing alternatif teknologi yang tersedia. Dalam
pemilihan teknologi beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah :
a) Kebutuhan modal, untuk menyediakan mesin-mesin, perlatan dan fasilitas-fasilitas
lainnya.
b) Kondisi pasar, yaitu berapa volume penjualan yang direncanakan.
c) Tenaga kerja, yaitu tenaga kerja yang tersedia memiliki ketrampilan untuk
melakukan proses produksi.
d) Bahan mentah, jenis bahan mentah yang akan diproses sangat menentukan tipe
teknologi yang digunakan.
e) Kemajuan teknologi, perusahaan harus mempertimbangkan kemajuan teknologi
yang berkembang dalam industri minyak atsiri.
f) Kualitas produk, perlu dipertimbangkan kualitas produk yang diinginkan apakah
juga ditentukan oleh berbagai alternative teknologi yang ada.
Halaman |4 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
BAB II
PERANCANGAN PABRIK
MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH
Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil
hasil sulingnya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, komestik dan
obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan sebagai kandungan dalam bumbu maupun
pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri komestik dan minyak wangi
menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion
dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau
penambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi,
pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi
bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh
industri bahan pengawet dan bahan insektisida.
Halaman |5 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki
batang pohon besar dan berkayu keras. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter dan
dapat bertahan sampai umur ratusan tahun.
Halaman |6 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
pabrik minyak atsiri ini akan ditekankan dalam hal penyulingan minyak daun cengkeh yang
merupakan limbah pohon . Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang
cukup banyak dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan air dan uap. Minyak daun
cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan, mempunyai rasa yang
pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah menjadi coklat atau
berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau akibat penyimpanan.
Komponen utama minyak cengkeh adalah terpena dan turunannya. Komponen inilah
yang penting dalam kegiatan industri seperti dalam parfum, flavor , obat-obatan, cat, plastik
dan lain-lain. Terpena yang ada dalam minyak cengkeh adalah eugenol, eugenol asetat dan
caryophylene . Ketiga senyawa tersebut merupakan komponen utama penyusun minyak
cengkeh dengan kandungan total mencapai 99% dari minyak atsiri yang dikandungnya.
Minyak daun cengkeh mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang digunakan untuk
bahan baku obat, pewangi sabun dan deterjen. Minyak daun cengkeh juga digunakan di
industri wewangian dengan ketetapan standar mutu tertentu yang lebih ketat.
Halaman |7 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
yang lebih besar karena biaya transportasi dapat ditekan serendah mungkin. Ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi oleh usaha pengolahan minyak daun cengkeh agar dapat
berkelanjutan.
Pertama, lokasi usaha yang berdekatan dengan lokasi sumber bahan baku. Dekat
dalam hal ini berarti mudah untuk memperoleh bahan baku dengan harga yang
normal (tidak terlalu mahal karena biaya transportasi yang tinggi).
Kedua, dekat dengan sumber air. Air merupakan bahan input yang dibutuhkan
dalam jumlah besar untuk usaha pengolahan minyak daun cengkeh. Air tersebut
berfungsi sebagai pendingin pada proses kondensasi dari uap menjadi cair yang
terdiri dari minyak daun cengkeh dan air.
Berdasarkan persyaratan dan kriteria tersebut di atas, maka penulis mengambil dan
menentukan lokasi usaha yaitu di Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba,
Sulawesi Selatan. Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Propinsi Sulawesi Selatan. Di sebelah Utara daerah ini berbatasan dengan Kabupaten
Sinjai, di Timur berbatasan dengan Teluk Bone, di Selatan dengan Laut Flores, dan di Barat
berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.
Halaman |8 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,67 Km2 dan secara administratif,
terbagi dalam 10 kecamatan. Potensi pertanian adalah merupakan salah satu potensi
unggulan yang memberikan konstribusi paling besar terhadap perekonomian Kabupaten
Bulukumba. Tanaman pangan yang potensial adalah tanaman padi dan merupakan bahan
pangan utama masyarakat.
Potensi bahan baku daun cengkeh di daerah ini sangat besar dan belum
dimanfaatkan. Jumlah areal kebun cengkeh milik masyarakat (termasuk di Kecamatan Riau
Ale dan Kecamatan Kindang) mencapai 3.773 ha dengan produksi bunga cengkeh mencapai
6.689 ton (Sumber : Bulukumba dalam Angka 2008, BPS Kabupaten Bulukumba).
Prinsip Kerja
Ketel diisi air sampai batas saringan/angsang.
Bahan baku diletakkan diatas angsang sehingga tidak kontak langsung dengan air
yang mendidih tetapi dengan uap air.
Air yang menguap akan membawa partikel minyak atsiri dan dialirkan ke alat
pemisah.
Untuk memudahkan proses penguapan, bagian ketel untuk bahan baku harus diberi
ruang yang cukup. Bahan tidak boleh dipadatkan.
Halaman |9 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Secara sederhana tahapan proses mengambilan minyak atsiri daun cengkeh dengan
metode penyulingan uap dan air adalah sebagai berikut :
a. Persiapan Ketel Suling
Sebelum ketel digunakan, sisa air bekas penyulingan sebelumnya harus dibuang,
karena air tersebut mengandung garam dan komponen hasil degradasi yang dapat
mencemari mutu minyak yang dihasilkan.
b. Pengisian Daun ke dalam Ketel Suling
Daun kering tidak perlu dirajang, dapat langsung dimasukkan ke dalam ketel
suling. Pengisian dilakukan secara bertahap dan diinjak-injak/ditekan untuk
meningkatkan kepadatan daun dalam ketel. Kepadatan optimum daun cengkeh
kering didalam ketel sekitar 70-80 gram/liter.
c. Proses Penyulingan
Halaman |10 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Lama penyulingan daun cengkeh basah sekitar 7-8 jam, dan penyulingan daun
kering sekitar 6-7 jam. Penggunaan tekanan bertahap mulai dari 1 bar sampai 2
bar, dapat mempersingkat lama penyulingan menjadi 4-5 jam. Rendemen minyak
daun cengkeh yang dihasilkan sekitar 2,0-2,5%.
Halaman |11 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Minyak daun cengkeh dapat bereaksi dengan logam terutama besi. Oleh karena
itu, minyak daun cengkeh seharusnya ditampung dan disimpan dalam kemasan
yang tidak mudah berkarat, misalnya gelas, plastik atau bahan anti karat lainnya.
Alat-alat yang diperlukan dalam penyulingan tergantung pada banyaknya bahan dan
metode penyulingan yang dilakukan. Ada tiga bagian alat yang merupakan peralatan dasar,
yaitu : ketel suling (retor), pendingin (kondensor), dan penampung hasil kondensasi
(receiver), sedangkan untuk penyulingan uap diperlukan bagian tambahan yaitu ketel uap.
a. Ketel Suling
Ketel suling digunakan sebagai tempat air atau uap untuk mengadakan kontak
langsung dengan bahan, serta untuk menguapkan Eteris. Pada bentuk sederhana
ketel suling berbentuk silinder atau tangki, yang mempunyai diameter sama atau
lebih kecil dari tinggi tangki. Tangki tersebut dilengkapi dengan tutup yang dapat
dibuka dan diapitkan pada bagian atas penampang ketel. Pada atau dekat
penampang atas tangki dipasang pipa berbentuk leher angsa untuk mengalirkan
uap ke kondensor (Guenther, 1947).
b. Ketel Uap/Boiler
Ketel uap adalah pembangkit uap/dimana air dipanaskan di bawah tekanan, dimana
uap ini berfungsi sebagai zat pemindah tenaga kaloris. Melalui api dan gas asap
kalor dipindahkan dari bahan bakar ke air dan uap melalui dinding bidang pemanas,
kemudian uap dapat disalurkan ke pemakai sesuai dengan tujuan penggunaannya
(Tambunan dan Karo-karo dalam Sunarto, 1992).
c. Kondensor (Pendingin)
Pendingin berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan uap minyak menjadi fase
cair. Jumlah panas yang dikeluarkan pada peristiwa kondensasi sebanding dengan
panas yang diperlukan untuk penguapan uap minyak dan uap air serta jumlah kecil
panas tambahan dikeluarkan untuk mendinginkan hasil kondensasi, yang berguna
untuk menjaga supaya suhunya di bawah titik didih (Guenther, 1947).
Halaman |12 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Kondensor yang paling umum digunakan adalah kondensor berpilin (coil condenser)
yang dimasukkan ke dalam tangki berisi air dingin yang mengalir. Arah aliran air
pendingin berlawanan dengan arah uap air dan uap minyak.
d. Oil Separator
Alat ini digunakan untuk memisahkan minyak dari air suling. Jumlah volume air
suling selalu lebih besar dari jumlah minyak, dalam hal ini diperlukan agar air suling
tersebut terpisah secara otomatis dari Eteris. Eteris dan air suling tidak melarut;
karena perbedaan bobot jenis maka larutan tersebut akan terpisah dimana minyak
tersebut berada di atas lapisan air, hal ini yang merupakan prinsip kerja dasar dari
alat ini (Guenther, 1947).
Halaman |13 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
BAB IV
ANALISIS EKONOMI
Analisis kelayakan investasi dan keuangan usaha penyulingan minyak daun cengkeh
ini digunakan untuk memperoleh gambaran finansial mengenai pendapatan dan biaya
usaha, kemampuan usaha untuk membayar kredit, dan kelayakan usaha. Untuk itu pada
perancangan pabrik minyak atsiri daun cengkeh ini dibuat evaluasi atau penilaian investasi
yang ditinjau dengan metode:
a. Return Of Investment
b. Pay Out Time
c. Discounted Cash Flow rate Of Return
d. Break Even Point
e. Shut Down Point
Untuk meninjau faktor-faktor diatas perlu diadakan asumsi atau penafsiran terhadap
beberapa faktor, yaitu:
1. Penaksiran Modal Industri (Total Capital Investment) yang terdiri atas:
a. Modal Tetap (Fixed Capital)
b. Modal Kerja (Working Capital)
2. Penentuan Biaya Produksi Total (Production Investment) yang terdiri atas:
a. Biaya Pembuatan (Manufacturing Cost)
b. Biaya Pengeluaran Umum (General Expense)
3. Total Pendapatan.
Setiap tempat dan waktu memiliki karakteristik yang khas. Dalam hal ini, perhitungan
dan analisis data dibuat berdasarkan asumsi yang ada karena karakter mutu bahan dan
harga bisa saja berbeda di setiap tempat. Oleh sebab itu, terdapat beberapa asumsi yang
dijadikan dasar acuan analisis usaha minyak cengkeh, yaitu sebagai berikut :
Bahan baku yang digunakan berupa daun yang sudah gugur, kering, dan bersih.
Kapasitas suling dalam satu kali operasi sebanyak 100 kg bahan baku.
Rendemen sebesar 15%
Waktu penyulingan 6 jam
Harga jual minyak atsiri cengkeh Rp 50.000,-/kg
Dalam satu bulan melakukan 25 kali penyulingan.
Periode proyek selama 5 tahun.
Halaman |14 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Halaman |15 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Biaya Operasional adalah biaya variabel (tidak tetap) yang besarnya tergantung pada
jumlah minyak daun cengkeh yang diproduksi. Biaya operasional meliputi bahan baku
berupa daun cengkeh, tenaga kerja, konsumsi tenaga kerja (makan dan rokok), biaya
pemeliharaan, biaya telepon, dan biaya listrik. Dalam satu bulan diperlukan biaya
operasional sebesar Rp 10.600.000,- kecuali pada awal usaha karena pengusaha harus
membeli bahan bakar sebesar Rp 800.000,- dan di bulan keenam karena ada biaya
pemeliharaan sebesar Rp 200.000,- berupa perbaikan ketel. Dengan harga per kilogram
daun cengkeh kering adalah Rp 300,-, maka diperlukan biaya sebesar 1.000 kg x 2
penyulingan x 25 hari x Rp 300,00,- = Rp 7.500.000,- per bulan untuk memperoleh bahan
baku daun cengkeh kering. Tenaga kerja tetap dengan gaji Rp 800.000,00 per bulan terdiri
dari tiga orang dengan waktu 6 bulan kerja per tahun. Pada prakteknya, tenaga kerja tetap
ini biasanya adalah anggota keluarga sendiri termasuk pemilik. Biaya telepon dan listrik
diasumsikan tetap sebesar Rp 250.000,- dan Rp 50.000,- per bulan.
Pada prakteknya, karena hasil suling dapat diperoleh tiap hari pada musim kemarau,
penjualan hasil produk minyak daun cengkeh dapat dilakukan dalam hitungan minggu
bahkan hari. Hasil penjualan tersebut digunakan pengusaha untuk membiayai kebutuhan
operasional berikutnya. Dalam sehari, pengusaha dapat menghasilkan 50 kg minyak daun
cengkeh senilai Rp 2.350.000,- sehingga jumlah biaya operasional yang cukup besar dalam
satu tahun tersebut hanyalah gambaran biaya kumulatif per tahun yang sebenarnya dapat
dipenuhi dari penjualan hari atau minggu sebelumnya atau kredit bank dari satu proses
penyulingan ke penyulingan berikutnya.
Kebutuhan dana usaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh dapat dirinci
berdasarkan biaya investasi dan biaya operasional. Para pengusaha kecil penyulingan
minyak daun cengkeh biasanya membutuhkan kredit di awal usaha, yaitu untuk
Halaman |16 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
meningkatkan kapasitas usaha (biaya investasi) dan biaya untuk pembelian bahan baku
(biaya operasional). Biaya operasional (modal kerja) sebesar Rp 63.600.000,- adalah jumlah
kumulatif biaya operasional dalam 1 tahun (6 bulan kerja) pertama. Pada kenyataannya,
pengusaha kecil hanya membutuhkan modal awal untuk operasional selama seminggu atau
sebulan tergantung permintaan konsumen dan kondisi pasar.
Dalam simulasi perhitungan, modal awal yang dibutuhkan adalah Rp 10.600.000,- untuk
biaya operasi selama 1 bulan. Biaya operasional bulan berikutnya dapat dipenuhi dari
penerimaan dari hasil penjualan minggu atau bulan sebelumnya.
Sumber kredit adalah kredit komersial dari perbankan yang ketentuannya berbeda untuk
masing-masing bank. Berdasarkan survai yang dilakukan, pinjaman berjangka 6 bulan yang
diangsur per bulan dengan suku bunga flat 18 persen per tahun. Dengan bunga flat maka
dalam satu bulan angsuran bunga yang harus dibayarkan adalah 1,5 persen. Berdasarkan
hal tersebut pembiayaan angsuran pokok dan bunga ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Angsuran pokok dan bunga kredit
Halaman |17 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Pada tahun 0 pengusaha meminjam sebesar 30 juta rupiah yang terdiri dari modal
investasi 25 juta rupiah dan modal kerja 5 juta rupiah sehingga harus mengangsur keduanya
pada tahun pertama sebesar Rp 5.450.000,- per bulan selama 6 bulan dari total pinjaman 30
juta rupiah.
Halaman |18 |
PERANCANGAN PABRIK MINYAK ATSIRI
Halaman |19 |