Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN MINYAK CENGKEH DENGAN METODE

DESTILASI

disusun guna
Memenuhi tugas mata kuliah kimia terapan

oleh
Firdaus Khumar
4301414002

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil
pertanian, diantara hasil pertanian yang ada salah satunya adalah rempahrempah. Rempah-rempah berasal dari tanaman seperti kunyit, jahe,
cengkeh, pala, kapulaga, sereh wangi dan lain-lain. Penggunaan rempahrempah dari tanaman ini biasanya digunakan sebagai bumbu dapur,
minuman, makanan, parfum, kosmetik dan obat-obatan. Hasil olahan lain
yang tidak kalah pentingnya dalam rangka industri yaitu minyak atsiri dan
oleoresin. Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric
oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), serta
minyak aromatik (aromatic oil) adalah kelompok besar minyak nabati
yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan
dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami.
Minyak atsiri dapat dihasilkan dari berbagai bagian tanaman seperti akar,
batang, ranting, daun, bunga dan buah, dunia perdagangan biasanya
menyebut hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri sebagai bibit minyak
wangi.
Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) merupakan tanaman
perkebunan/industri berupa pohon dengan famili Myrtaceae. Asal tanaman
cengkeh ini belum jelas, karena ada yang beberapa pendapat bahwa pohon
cengkeh berasal dari Maluku Utara, Kepulauan Maluku, Philipina atau
Irian. Tanaman cengkeh di daerah kepulauan Maluku ditemukan sebagai
tanaman tertua di dunia dan daerah ini merupakan satu-satunya produsen
cengkeh terbesar di dunia.
Minyak atsiri yang terdapat di dalam tanaman cengkeh bisa
diambil

dengan

metode

ekstraksi

maupun

destilasi/penyulingan.

Umumnya petani di Indonesia mengambil minyak cengkeh dengan cara


penyulingan karena teknologi yang digunakan tidak terlalu sulit dan tidak

menggunakan pelarut. Usaha penyulingan selain menghasilkan minyak


cengkeh sebagai produk utama, minyak cengkeh juga menghasilkan
ampas. Ampas ini biasanya langsung dikeringkan dan digunakan sebagai
bahan bakar untuk memanaskan tungku penyulingan atau digunakan
sebagai pupuk.

BAB II
PEMBAHASAN
Minyak daun cengkeh Indonesia sudah dikenal di pasar dunia sejak
tahun 1970, sedangkan minyak tangkai/gagang cengkeh mulai memasuki
pasaran dunia tahun 1992. Sebagai bahan obat, cengkeh telah lama
digunakan terutama untuk kesehatan gigi dalam bentuk produk obat
kumur, pasta dan bahan penambal gigi. Produk kesehatan lainnya adalah
balsam cengkeh yang menggunakan minyak cengkeh sebagai komponen
formulanya (Mawarti, 2005)
Eugenol yang terdapat dalam minyak cengkeh merupakan
bahan baku yang banyak dipakai dalam industri kesehatan gigi (obat
kumur, pasta dan formulasi bahan penambal gigi). Di Indonesia sudah ada
beberapa perusahaan yang memproduksi eugenol murni yang berlokasi di
Cileungsi (Jawa Barat), Purwokerto (Jawa Tengah) dan Gresik (Jawa
Timur). Sebagian produksinya diserap pasar dalam negeri, dan bagian
lainnya diekspor. Namun demikian sebagian kebutuhan industri dalam
negeri masih harus dicukupi dari produk impor. Pemanfaatan lain dari
minyak cengkeh adalah minyak atsiri. Minyak atsiri ini sering digunakan
pada industri sebagai pemberi aroma dan rasa. Minyak atsiri ini didapat
dari proses penyulingan dari daun cengkeh.
Teknologi penyulingan (destilasi) minyak daun cengkeh dan
peralatannya relatif mudah diakses dan dioperasikan. Teknik penyulingan
minyak atsiri yang selama ini diusahakan para petani, masih dilakukan
secara sederhana dan belum menggunakan teknik penyulingan secara baik
dan benar. Selain itu, penanganan hasil setelah produksi belum dilakukan
secara maksimal, seperti pemisahan minyak setelah penyulingan, wadah
yang digunakan, penyimpanan yang tidak benar, maka akan terjadi prosesproses yang tidak diinginkan, yaitu oksidasi, hidrolisa ataupun
polimerisasi.

Teknologi yang disarankan adalah penyulingan dikukus (water and


steam distillation) sistem kohobasi dengan ketel dan pendingin
(kondensor) yang dibuat dari plat besi tahan karat (SS) agar minyak hasil
destilasi memenuhi syarat mutu. Sumber energi pemanasan dapat berupa
tungku berbahan bakar kayu atau minyak tanah dan batu bara. Di tingkat
petani dan pengolah, teknologi destilasi masih banyak menggunakan ketel
dan peralatan yang sederhana dan kurang efisien sehingga rendemen
minyaknya rendah (1,52,0%), dengan mutu minyak yang rendah juga
(minyak berwarna hitam dan kotor).
Rendemen minyak cengkeh yang dihasilkan dengan teknologi yang
direkomendasikan sekitar 2,53,0%, minyak berwarna kuning muda dan
jernih sehingga tidak memerlukan proses pemurnian lagi. Minyak daun
cengkeh merupakan bahan baku dalam industri farmasi dan fragrance
karena mengandung eugenol sebagai komponen utamanya (7080%). Di
industri farmasi digunakan sebagai bahan dasar berbagai jenis obat/produk
untuk perawatan dan pengobatan sakit gigi karena daya antibiotiknya.
Proses Produksi Eugenol
Proses produksi eugenol dilakukan melalui proses isolasi eugenol
dari minyak daun cengkeh. Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu metode fisik dan metode kimia. Pada metode fisik dilakukan proses
destilasi fraksinasi dari minyak daun cengkeh. Berdasarkan perbedaan titik
didih, eugenol dapat dipisahkan (diisolasi) dari senyawa lain dalam
minyak daun cengkeh. Tingkat kemurnian eugenol yang dihasilkan sangat
tinggi (99,99%) dibandingkan cara kimia.
Proses kimia pada isolasi eugenol dilakukan dengan mereaksikan
minyak daun cengkeh dengan basa kuat (NaOH) dengan pengadukan yang
selanjutkan Naeugenolat yang terbentuk direaksikan dengan HCl untuk
memisahkan eugenolnya. Eugenol yang dihasilkan adalah eugenol kasar
(crude eugenol) yang tingkat kemurniannya masih rendah. Diperlukan
proses pemurnian untuk menghasilkan eugenol murni. Proses pemurnian
dapat dilakukan secara kimia maupun fisik. Tingkat kemurnian yang
disyaratkan dalam standar mutu adalah minimal 98% dengan warna cairan
eugenol jernih kuning muda. Eugenol kasar yang belum dimurnikan sudah
dapat dijual ke pabrik yang memiliki alat destilasi fraksinasi untuk
dimurnikan secara fisik. Proses derivasi lanjutan dari eugenol dapat
menghasilkan beberapa produk antara lain isoeugenol, metil eugenol dan
vanillin sintetis. Isoeugenol dihasilkan melalui reaksi isomerisasi eugenol
pada suhu dan tekanan tinggi dalam kondisi basa menjadi isoeugenolat
yang selanjutnya diasamkan menjadi isoeugenol dan kemudian
dimurnikan. Prosesnya memerlukan peralatan ketel bertekanan dan alat
destilasi fraksionasi yang tentunya memerlukan biaya modal yang cukup

mahal. Isoeugenol digunakan sebagai bahan baku industri parfum dan


flavor.
Teknik Pemurnian Minyak Atsiri
Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik
alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang
tercampur di dalamnya; adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu
minyak atsiri. Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh
kualitas dari minyak itu sendiri dan kemurniannya. Kemurnian minyak
bisa diperiksa dengan penetapan kelarutan uji lemak dan mineral. Selain
itu, faktor yang menentukan mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak,
seperti bilangan asam, bilangan ester dan komponen utama minyak, dan
membandingkannya dengan standar mutu perdagangan yang ada. Bila
nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah terkontaminasi, adanya
pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu rendah. Faktor
lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman, umur
panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis peralatan yang
digunakan dan kondisi prosesnya, perlakuan minyak setelah penyulingan,
kemasan dan penyimpanan.
Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas
suatu bahan agar mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa metode
pemurnian yang dikenal adalah secara kimia ataupun fisika. Pemurnian
secara fisika memerlukan peralatan penunjang yang cukup spesifik, akan
tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik, karena warnanya lebih jernih dan
komponen utamanya menjadi lebih tinggi. Untuk metode pemurnian
kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana
dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau senyawa
pengomplek tertentu. Pemilihan metode pemurnian tergantung pada sifat
minyak atsiri yang terdiri dari berbagai komponen kimia dan secara alami
terbentuk pada tanaman sesuai dengan tipe komponen yang berbeda dari
setiap tanaman (Davis et al.,2006).
Dalam proses secara fisika, yaitu metode redestilasi adalah
menyuling ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada
perbandingan minyak dan air sekitar 1:5 dalam labu destilasi, kemudian
campuran didestilasi. Minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih jernih.
Hasil penyulingan ulang terhadap minyak nilam dengan metode
redestilasi, ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi (kejernihan) dari 4
% menjadi 83,4 %, dan menurunkan kadar Fe dari 509,2 ppm menjadi
19,60 ppm (Purnawati, 2000). Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih
baik karena komponen kimia dipisahkan berdasarkan perbedaan titik
didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih, 2001). Komponen kimia yang
terpisah sesuai dengan golongannya.

Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari


penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh. Minyak daun cengkeh
hasil penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor,
sehingga untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut, perlu
dilakukan pemurnian. Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa
minyak dapat dimurnikan dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan.
Adsorpsi adalah proses difusi suatu komponen pada suatu
permukaan atau antar partikel. Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan
oleh permukaan adsorben padatan atau cairan terhadap adsorbat atomatom, ion-ion atau molekul-molekul lainnya (Anon, 2000). Untuk proses
tersebut, bisa digunakan adsorben, baik yang bersifat polar (silika, alumina
dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra, 1998).

BAB III
PENUTUP
1. Simpulan

Pengolahan cengkeh tidak hanya di pakai dari bunga cengkeh yang


sebagian besar menjadi penyumbang industri rokok kretek. Pemanfaatan dan
peningkatan nilai jual cengkeh juga dapat diperoleh dari daun cengkeh.
Proses produksi eugenol dilakukan melalui proses isolasi eugenol dari
minyak daun cengkeh. Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
metode fisik dan metode kimia. Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan
penetapan kelarutan uji lemak dan mineral. Selain itu, faktor yang
menentukan mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak, seperti bilangan
asam, bilangan ester dan komponen utama minyak, dan membandingkannya
dengan standar mutu perdagangan yang ada. Bila nilainya tidak memenuhi
berarti minyak telah terkontaminasi, adanya pemalsuan atau minyak atsiri
tersebut dikatakan bermutu rendah. Faktor lain yang berperan dalam mutu
minyak atsiri adalah jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum
penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan kondisi prosesnya,
perlakuan minyak setelah penyulingan, kemasan dan penyimpanan.

DAFTAR PUSTAKA
Djafar, Fitri

Anda mungkin juga menyukai