Oleh
Firdaus Khumar
4301414002
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
Slow Release Fertilizer (SRF) adalah pupuk lepas lambat, yaitu yang
mampu mengendalikan kecepatan pelepasan unsur-unsur nutrien yang mudah
hilang akibat larut dalam air, menguap dan proses denitrifikasi terhadap pupuk itu
sendiri. Pembuatan SRF antara lain dengan cara memperbesar ukuran, menambah
kekerasan pupuk, melapisi dengan bahan yang dapat melindungi nitrogen atau
menambahkan aditif.
Upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk nitrogen buatan
(khususnya urea) telah banyak dilakukan, antara lain dengan cara mengurangi
kelarutan dari pupuk nitrogen itu sendiri. Beberapa cara yang telah dilakukan
antara lain :
Memperkeras butiran
Memperbesar ukuran
Memperkeras dan memperbesar butiran sekaligus
Menyelaputi butiran dengan senyawa lain.
Salah satu upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pupuk urea
adalah dengan memodifikasi produk pupuk urea tersebut dalam bentuk slow
release fertilizer (SRF). Slow Release Fertilizer (SRF) adalah pupuk lepas
lambat, yaitu suatu jenis pupuk yang mampu mengendalikan kecepatan pelepasan
unsur-unsur nutrien yang mudah hilang akibat larut dalam air, menguap dan
proses denitrifikasi terhadap pupuk itu sendiri. Salah satu bentuk pupuk jenis SRF
dapat pula dikatakan sebagai Controlled Release Nitrogen Fertilizer (CRNF).
Upaya membuat SRF atau CRNF bermacam-macam, antara lain dengan
cara memperbesar ukuran, menambah kekerasan pupuk, melapisi dengan bahan
yang dapat melindungi nitrogen yang terkandung terhadap pelarutan dan
penguapan secara cepat atau menambahkan aditif yang mampu mempertahankan
keberadaan nitrogen dalam pupuk. Contoh SRF antara lain Urea ball fertilizer,
urea super granul, urea tablet, urea briket, Sulfur Coated Fertilizer (SCF),
Aldehyde coated fertilizer dll.
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa proses blending antara zeolit dan
pupuk urea dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, karena unsur
nitrogen dalam urea teradsorpsi pada seluruh permukaan zeolit yang
luasnya mencapai 200 m2/g.
Zeolit merupakan senyawa alumino silikat hidrat terhidrasi dari logam
alkali dan alkali tanah dengan rumus umum Lm Alx Sig O2nH2O
(L=logam). Sifat umum zeolit adalah merupakan kristal yang agak lunak
berwarna putih coklat atau kebiru-biruan. Berat jenisnya berkisar antara 2-2,4.
Kristal zeolit berwujud dalam struktur tiga dimensi yang mempunyai ronggarongga yang berhubungan satu sama lainnya membentuk saluran kesegala arah
dengan ukuran saluran dipengaruhi oleh garis tengah logam alkali atau alkali
tanah yang terdapat pada strukturnya. Di dalam saluran tersebut akan terisi oleh
air yang disebut sebagai air kristal. Air kristal ini mudah dilepas dengan cara
melakukan pemanasan, mudah melakukan pertukaran ion-ion dari logam alkali
atau alkali tanah dengan elemen lainnya.
Proses-proses pembentukan zeolit tersebut mempengaruhi variasi luas
penyebaran zeolit yang terbentuk dan bervariasinya ion-ion elemen alkali dan
alkali tanah yang diikat (terbentuknya spesies zeolit). Zeolit mempunyai sifat-sifat
: higroskopis, luas permukaan tinggi, KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan daya
adsorpsi-desorpsi.
Adanya deposit zeolit alam yang cukup besar dan tersebar di beberapa
wilayah Indonesia, salah satunya di wilayah Kec. Cikembar, Kab. Sukabumi,
Jawa Barat, merupakan satu peluang untuk pengembangan pupuk lepas lambat
( SRF ). Untuk pengembangan pupuk lepas lambat ( SRF ) tersebut yang
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk telah dilakukan riset
yang meliputi beberapa kegiatan antara lain persiapan bahan baku zeolit yang
tersedia di Indonesia, size reduction, pemurnian, modifikasi, formulasi,
karakterisasi, uji inkubasi, uji rumah kaca dan uji lapang. Untuk mengontrol
produk yang dihasilkan dilakukan karakterisasi produk antara lain pengamatan
struktur/morfologi, komposisi, daya simpan, Nitrogen release, kelarutan, moisture
content, moisture content, biuret, ukuran, serta uji coba pada rumah kaca dan
lapang pada komoditas tanaman. Ukuran zeolite yang direkomendasikan 150
mesh(Yuliani, Hanif,2009)
Proses pembuatan Pupuk Lepas Lambat ( SRF )
Proses pembuatan Slow Release Fertilizer dengan menggunakan zeolit
alam sebagai support dapat dilakukan dengan melalui empat tahap utama,
yaitu : pretreatment, formulasi, granulasi dan pengeringan.
1. Pretreatment
Merupakan tahapan awal yang sangat menentukan kualitas produk SRF
yang akan disintesis antara lain pemurnian (purification) dan pengecilan ukuran
(sizing). Pemurnian dilakukan untuk memisahkan unsur impurities yang tidak
dikehendaki karena dapat menurunkan spesifikasi zeolit alam khususnya daya
serap adsorpsi atau KTK (Kapasitas Tukar Kation) sebagai salah satu karakteristik
bahan baku yang sangat penting pada daerah sekitar pori zeolit. Impurities fisis
dapat dipisahkan dengan cara filter atau penyaringan dan leaching dari butiran
batu lain, plastik, logam daun dan sebagainya. Bahan baku zeolit yang masih
berupa bongkahan batu dapat diperhalus dengan menggunakan hammer mill
sehingga diperoleh bubuk zeolit yang mana luasan pori menjadi lebih banyak.
2. Formulasi
Formulasi pembuatan pupuk SRF NPK dilakukan dengan menentukan
komposisi antara zeolit alam, bahan baku pupuk (Urea, DAP/SP-36, dan KCl) dan
binder. Variasi parameter proses antara lain perbandingan zeolit alam dan bahan
baku pupuk (Urea, DAP/SP-36, dan KCl), jenis dan konsentrasi binder. Selain itu
variasi metode penambahan binder juga dilakukan dengan cara mixing atau spray.
3. Proses Granulasi
Proses granulasi yang dimaksud adalah proses pembentukan partikel
dalam bentuk granul dan dengan ukuran mulai dari beberapa ratus mikron sampai
beberapa milimeter. Ada beberapa jenis granulator yang umum digunakan antara
lain
Drum granulator, peralatan ini berbentuk silinder yang dapat berputar, dan
terpasang pada posisi miring untuk membantu perpindahan bahan. Untuk
mencegah adanya aliran balik, pada bagian inlet bahan baku dipasang dam ring.
Pada bagian inlet drum dipasang beberapa spray yang berfungsi untuk
menyemprotkan cairan yang mengandung perekat (binder) kepada tumpukan
partikel yang akan digranul. Alat dilengkapi dengan pengikis cake yang dapat
mengganggu gaya putar (rolling force) granul.
Pan granulator, peralatan ini terbuat dari piringan berbentuk silinder yang
dapat diputar pada porosnya, dimana slope piringan tersebut diatur, dan dilengkapi
pula dengan sprayer dan scraper. Ukuran droplet cairan dari alat spray ini sangat
berpengaruh pada ukuran granul yang dihasilkan. Perputaran secara kontinyu dan
kemiringan peralatan ini menyebabkan granul yang berukuran besar meluncur ke
bagian bawah pan akibat gaya gravitasi, sedang granul yang berukuran kecil
melanjutkan proses sizing. Oleh karena itu terdapat proses seleksi ukuran secara
mandiri. Beberapa faktor yang berpengaruh pada kinerja granulator ini adalah
ukuran (diameter) pan, kemiringan (slope), kecepatan putar dan spray.
Tahapan-tahapan proses granulasi antara lain
- kontak adhesif / kohesif antar partikel dengan perantaraan cairan bahan pengikat
- timbul gaya antar muka (surface tension) pada antar partikel
- pembentukan granul padatan selama proses peresapan cairan bahan perekat oleh
partikel
- timbul gaya tarik menarik antar partikel
- terjadi saling kunci antar partikel
4. Drying
Tahap akhir proses pembuatan SRF adalah penurunan kandungan air
melalui proses pengeringan dengan menggunakan rotary dryer. Peralatan ini
berbentuk silinder yang dapat berputar, dan terpasang pada posisi miring untuk
membantu perpindahan bahan. Inlet granul terdapat dibagian atas rotary dryer,
untuk mencegah adanya aliran balik, pada bagian inlet bahan baku dipasang dam
ring. Proses penurunan kadar air granul terjadi akibat hembusan udara panas yang
dihasilkan oleh heater sebagai sumber panas dan blower sebagai penghembus
udara yang
Teknologi Proses Produksi Pupuk Lepas Lambat ( SRF )
Dalam penggunaanya pupuk SRF N mempunyai sejumlah keunggulan
dibandingkan dengan pupuk berbasis nitrogen seperti Urea, ZA dan beberapa
pupuk organik lainnya dalam beberapa faktor khususnya dalam hal waktu
pelepasan unsur N yang relatif lebih lambat.
Produk SRF mempunyai waktu pelepasan unsur N lebih dari 2 bulan serta
terkendalikan. Faktor lain yang merupakan keunggulan pupuk SRF adalah
efisiensi dari penggunaan pupuk mencapai 70 %, dalam arti 70 % unsur N dari
pupuk dapat terserap oleh tanaman. Sedangkan pada pupuk yang lain pada
umumnya hanya berkisar 40 %. Dengan demikian frekuensi pemberian pupuk
pada tanaman menjadi berkurang, yang pada sebelumnya harus dilakukan 2-3 kali
maka dengan pupuk SRF hanya dilakukan 1-2 kali. Adanya kemampuan waktu
pelepasan yang lebih lambat dari pupuk SRF ini disebabkan adanya zeolit dalam
formulasi pupuk SRF.