Anda di halaman 1dari 13

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian DNA Rekombinan...................................................................3


B. Macam-Macam Bahan untuk kloning........................................................5
C. Proses Kloning Gen...................................................................................9
D. Produk-Produk Hasil Kloning dalam Bidang Farmasi............................16
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kloning (Klonasi) adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik
yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan,
hewan, maupun manusia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian DNA Rekombinan

Sebelum masuk pengertian DNA rekombinan harus mengetahui apa itu


kloning gen dan mengapa DNA rekombinan dapat masuk ke dalam kloning gen.
Secara etimologi, kloning berasal dari kata “clone” yang diturunkan dari yunani
“klon”, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Kata ini
dipergunakan dalam dua pengertian, yaitu sebagai berikut.
1. Klon sel yang artinya menduplikasi sejumlah sel dari sebuah sel yang
memiliki sifat-sifat genetiknya identik.
2. Klon gen atau molekuler artinya sekelompok salinan gen yang bersifat
identik yang direplikasi dari satu gen dimasukkan dalam sel inang.
Sedangkan secara terminologis, kloning adalah proses pembuatan sejumlah
besar molekul yang seluruhnya identik dengan sel atau molekul asalnya. Kloning
dalam bidang genetika merupakan replikasi segmen DNA tanpa melalui proses
seksual. Itulah sebabnya, kloning juga dikenal dengan istilah rekombinan DNA.

DNA rekombinan adalah DNA yang urutannya telah direkombinasikan agar


memiliki sifat-sifat atau fungsi yang kita inginkan sehingga organisme
penerimanya mengekspresikan sifat atau melakukan fungsi yang kita inginkan.
Teknologi DNA rekombinan merupakan kumpulan teknik atau metoda yang
digunakan untuk mengkombinasikan gen-gen di dalam tabung reaksi. Teknik-
teknik tersebut meliputi:
 Teknik untuk mengisolasi DNA.
 Teknik untuk memotong DNA.
 Teknik untuk menggabung atau menyambung DNA.
 Teknik untuk memasukkan DNA ke dalam sel hidup.
B. Macam - Macam Bahan untuk Kloning
Menurut Daulay dan Siregar, (2005) kloning dapat dibedakan menjadi 3
macam, berdasarkan cara kerja dan tujuan pembuahannya yaitu sebagai berikut
ini.
a. Kloning Embrional (Embryonal Cloning)
Kloning embrional adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh
kembar identik, meniru apa yang terjadi secara alamiah.
b. Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga kloning
reproduktif  (Reproductive Cloning) Kloning DNA dewasa atau kloning
reproduktif adalah rekayasa genetik untuk memperoleh duplikat dari
seorang individu yang sudah dewasa.
c. Kloning Terapeutik
Kloning terapeutik adalah rekayasa genetik untuk memperoleh sel, jaringan
atau organ dari satu individu tertentu untuk tujuan pengobatan atau perbaikan
kesehatan.
Adapun macam-macam bahan untuk kloning yang lainnya yaitu:
a. Enzim Endonuklease Restriksi

Pada tahun 1960, Werner Arber & Hamilton Smith menemukan enzim dari
mikroba yang dapat memotong DNA utas ganda. Enzim tersebut sekarang dikenal
dengan enzim restriksi endonuklease atau sering disebut endonuklease. Enzim
tersebut mengenal dan memotong DNA pada sekuen spesifik yang panjang 4
sampai dengan 6 pasang basa nitrogen.

2
Secara alami, bakteri menghasilkan enzim restriksi untuk memotong dan
menghancurkan DNA virus yang menginfeksinya. Sampai saat ini sudah banyak
jenis enzim restriksi yang telah ditemukan dan diisolasi dari berbagai spesies
bakteri. Nama setiap enzim restriksi diawali dengan tiga huruf yang menyatakan
nama bakteri yang menghasilkan enzim tersebut.
Setiap enzim restriksi mengenal sekuens tertentu dan mampu memotong
bagian yang khas pada DNA. Bagian pada DNA yang dikenai aksi pemotongan
oleh enzim restriksi ini dinamakan sekuens pengenal. Suatu sekuens pengenal
sebenarnya adalah sejumlah urutan basa nitrogen tertentu yang oleh enzim
restriksi dikenali sebagai tempat atau bagian yang akan dipotongnya. Lihat
gambar berikut.

Salah satu contoh enzim retriksi adalah enzim EcoRI yang telah diisolasi
pertama kali oleh Herbert Boyer pada tahun 1969 dari bakteri Escherichia coli.
Enzim EcoRI memotong DNA pada bagian yang urutan basanya GAATTC
karena bagian inilah sekuens pengenal bagi EcoRI. Pada sekuens pengenal
tersebut, enzim EcoRI memotongnya bagian atau situs antara G (guanin) dan A
(adenin).

3
b. Enzim Ligase

Merupakan enzim yang mengkatalisis pembentukan ikatan fosfodiester antara


ujung 5’-fosfat dan 3’-hidroksil pada DNA yang mengalami nick. Nick pada DNA
dapat terjadi pada saat replikasi DNA, rekombinasi dan kerusakan.

c. Vektor

Vektor adalah molekul DNA yang berfungsi sebagai wahana atau kendaraan
yang akan membawa suatu fragmen DNA masuk ke dalam sel inang dan
memungkinkan terjadinya replikasi dan ekspresi fragmen DNA asing tersebut.
d. Inang ( Host )

Tempat DNA dibiakan biasanya berupa organisme uniseluler contohnya


bakteri.

e. Metoda untuk memasukkan DNA ke dalam sel inang

Memasukkan plasmid (yang merupakan vektor yang telah disisipi gen) ke


dalam sel inang melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut :
a) Pra-Inkubasi Sel E. coli calon penerima plasmid dipaparkan kepada
ion positif kalsium klorida (CaCl2). Perlakuan ini memberikan
cekaman kepada bakteri yang mengakibatkan membran sel dan
dinding sel bakteri tersebut menjadi permeabel terhadap plasmid
donor. Proses ini mengakibatkan E. coli menjadi “kompeten" untuk
menerima plasmid.
b) Inkubasi Plasmid ditambahkan ke dalam suspensi sel E. coli kompeten.
Suspensi sel E. coli kompeten lainnya yang tidak ditambah plasmid
digunakan sebagai kontrol.
c) Kejutan Panas (Heat Shock ).
Sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun kontrol) dipaparkan
sejenak (90 detik) kepada suhu 42oC. Langkah ini memaksimumkan
masuknya plasmid menembus membran dan dinding sel.

4
d) Penyembuhan ( Recovery). Sel kompeten (baik yang diberi plasmid
maupun kontrol) ditumbuhkan dalam medium kaya nutrisi untuk
memberi kesempatan penyembuhan setelah mengalami cekaman dan
kejutan. Masa penyembuhan biasanya berlangsung satu waktu
generasi (untuk E. coli berkisar antara 30 hingga 45 menit).
e) Penapisan (Screening ). Sel kompeten yang telah mengalami
penyembuhan ditapis pada medium padat yang mengandung senyawa
penapis berdasarkan penanda yang dibawa oleh plasmid.

C. Proses Kloning Gen


a. Transfer Nukleus

Ke dalam telur yang telah dienukleasi


Sebelum dibuahi telur matur tadi kemudian dimasukkan nukleus
mengalami proses pembuangan (donor) dari sel somatik
nucleus (enukleasi)

Di dalam telur, inti sel donor tadi


Blastosit selanjutnya di transfer akan bertindak sebagai inti sel zigot
ke dalam uterus induk pengganti dan membelah serta berkembang
menjadi blastosit

Jika seluruh proses tadi berjalan


baik, suatu replika yang
sempurna dari donor akan lahir

5
b. Teknik Roslin

Kloning Domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning.


1. Pertama, suatu sel (sel donor) diseleksi dari sel kelenjar mammae
domba betina berbulu putih (Finn Dorset) untuk menyediakan
informasi genetis bagi pengklonan. Untuk studi ini, peneliti
membiarkan sel membelah dan membentuk jaringan in vitro atau
diluar tubuh hewan. Hal ini akan menghasilkan duplikat yang
banyak dari suatu inti yang sama. Tahap ini hanya akan bermanfaat
bila DNA nya diubah, seperti pada kasus Dolly, karena perubahan
tersebut dapat diteliti untuk memastikan bahwa mereka telah
dipengaruhi. (Rusda, 2004)

Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan campuran,
yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel.
Hal ini menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan
memasuki stadium GO.
Kemudian sel telur dari domba betina Blackface (domba betina yang mukanya
berbulu hitam = Scottish Blackface) diinokulasi dan diletakkan disebelah sel
donor. Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik
digunakan untuk menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama pertumbuhan
dari suatu embrio mulai diaktifkan. Teknik ini tidaklah sepenuhnya sama seperti
aktivasi yang dilakukan oleh sperma, karena hanya beberapa sel yang diaktifkan
oleh kejutan listrik yang mampu bertahan cukup lama untuk menghasilkan suatu
embrio.

6
Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam hari,
diinkubasi di dalam oviduk domba. Ternyata sel yang diletakkan di dalam oviduk
lebih awal, di dalam pertumbuhannya lebih mampu bertahan dibandingkan
dengan yang diinkubasi di dalam laboratorium. Akhirnya embrio tadi ditempatkan
ke dalam uterus betina penerima (surrogate mother). Induk betina tersebut
selanjutnya akan mengandung hasil cloning tadi hingga siap untuk dilahirkan.
Bila tidak terjadi kekeliruan, suatu duplikat yang persis sama dari donor akan
lahir. Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama
dengan domba yang lahir secara alamiah. Telah diamati bila ada efek yang
merugikan, seperti resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit genetis
lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap kepada DNA, dikemudian hari juga
terjadi pada Dolly atau hewan lainnya yang dikloning dengan metode ini.
(Rusda,2004)

7
8
c. Teknik Honolulu

Pada Juli 1998, suatu tim ilmuwan dari Universitas Hawai mengumumkan
bahwa mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning yang secara genetik
identik.
Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai resipien dari inti donor.
Setelah diinokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke dalamnya.
Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap ekstrak sel
dari tikus tersebut. kultur dilakukan justru pada sel-sel tersebut. Setelah satu jam
sel-sel telah menerima nukleus-nukleus yang baru. Setelah penambahan waktu
selama 5 jam sel telur kemudian ditempatkan pada suatu kultur kimia untuk
memberi kesempatan sel-sel tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi
secara alamiah. (Rusda, 2004)
Pada suatu kultur dengan suatu substansi (cytochalasin B) yang menghentikan
pembentukan suatu polar body, sel kedua yang secara alami terbentuk sebelum
fertilisasi. Polar body akan menjadi setengah dari sel gen, mempersiapkan sel
lainnya untuk menerima gen-gen dari sperma. (Rusda, 2004)
Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrio-embrio. Embrio-
embrio ini kemudian ditransplantasikan kepada induk betina donor (surrogate
mother) dan akan tetap berada di sana sampai siap untuk di lahirkan. Sel yang
paling berhasil dari proses ini adalah sel kumulus, maka penelitian
dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe tersebut (sel kumulus).

9
10
D. Produk – Produk Hasil Kloning dalam Bidang Farmasi

Terdapat dalam suatu jurnal yang berjudul Kloning Gen pcbC dari Penicillium
chrysogenum ke dalam Plasmid pPICZA untuk Pengembangan Produksi Penisilin
G.
Streptococcus agalactiae sebagai bahan dasar vaksin rekombinan.
Streptococcus agalactiae merupakan patogen penting yang mempengaruhi
budidaya ikan nila di Indonesia.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari makalah yang membahas tentang kloning gen dapat disimpulkan yaitu:
a. Kloning gen adalah suatu teknik membuat keturunan dengan kode genetik
yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa
tumbuhan, hewan, maupun manusia.
b. Pada kloning gen terdapat DNA rekombinan yang memang masuk dalam
kloning gen ini.

11
c. Macam-macam kloning gen ini yaitu terdapat kloning embrional, kloning
DNA dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga kloning reproduktif 
(Reproductive Cloning), kloning terapeutik, enzim endonuklease restriksi, enzim
ligase, vektor, inang (host) dan metoda untuk memasukkan DNA ke dalam
sel inang. Dimana macam-macam kloning ini memiliki kegunaanya
masing-masing.
d. Pada proses kloning gen ini, terdapat beberapa proses yang dapat
dilakukan yaitu transfer nukleus, teknik roslin, teknik honolulu yang
dimana proses kloning gen ini dapat menentukan hasilnya masing-masing
sesuai dengan transfer ataupun teknik yang digunakan.
e. Rekombinan fragmen gen pcbC yang disisipkan ke dalam plasmid
pPICZA telah diperoleh dan ditransformasikan dalam sel E.coli TOP 10 F'.
Hasil sekuen dan analisis BLASTn menunjukkan bahwa fragmen gen
pcbC tersebut memiliki tingkat homologi yang tinggi (99%) dengan gen
pcbC Penicillium chrysogenum Wisconsin 54-1255 dan sPenicillium
chrysogenum AS-P-78 yang merupakan pengkode Isopenisilin N Sintase
(IPNS).
f. Kloning gen mga Streptococcus agalactiae isolat lokal telah berhasil
dilakukan sebagai bahan dasar vaksin DNA. Konstruksi gen mga yang
dikendalikan oleh promoter MBA telah berhasil dibuat dan ini merupakan
kandidat vaksin DNA untuk mengendalikan infeksi S. agalactiae pada ikan
nila.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari penyusun kepada pembaca yaitu:
a. Sebaiknya dalam proses kloning gen harus dilakukan dengan benar dan
baik sesuai tekniknya
b. Dalam pemilihan gen harus baik supaya dapat menghasilkan sifat-sifat
yang diinginkan

12

Anda mungkin juga menyukai