Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PRODUK BIOTEKNOLOGI MODERN

KLONING HEWAN

OLEH

NAMA : Aditya Rahman

PRODI/KELAS : Pendidikan Kimia / D

DOSEN PEMBIMBING : Dra. Iryani, M.S.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KLONING HEWAN

A. Pengertian Kloning Gen


Secara etimologi, kloning berasal dari kata “clone” yang diturunkan dari

yunani “klon”, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman.

Kata ini dipergunakan dalam dua pengertian, yaitu sebagai berikut.

1. Klon sel yang artinya menduplikasi sejumlah sel dari sebuah sel yang

memiliki sifat-sifat genetiknya identik.

2. Klon gen atau molekuler artinya sekelompok salinan gen yang bersifat

identik yang direplikasi dari satu gen dimasukkan dalam sel inang.

Sedangkan secara terminologis, kloning adalah proses pembuatan

sejumlah besar selatau molekul yang seluruhnya identik dengan sel atau molekul

asalnya. Kloning dalam bidang genetika merupakan replikasi segmen DNA tanpa

melalui proses seksual. Itulah sebabnya, kloning juga dikenal dengan istilah

rekombinasi DNA. Rekombinasi DNA membuka peluang baru dalam terobosan

teknologi untuk mengubah fungsi dan perilaku makhluk hidup sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan manusia (Daulay dan Siregar, 2005)

Oleh karena itu, kloning sel adalah teknik untuk menghasilkan salinan

makhluk hidup dengan menggunakan bahan genetik dari sel makhluk itu sendiri.

Metode kloning berbeda dengan pembuahan biasa, karena sel telur tidak lagi

memerlukan sel sperma untuk pembuahannya. Secara sederhana dapat disebutkan

bahwa bayi “klon” dibuat dengan mempersiapkan sel telur yang sudah diambil

intinya kemudian digabungkan dengan sel donor yang merupakan sel dewasa dari
suatu organ tubuh. Hasil gabungan tersebut kemudian ditanamkan ke dalam rahim

dan dibiarkan berkembang dalam rahim sampai lahir.

B. Sejarah perkembangan Kloning Gen


Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang

sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan,

hewan, maupun manusia. Kloning pada tanaman melalui kultur sel mula-mula

dilakukan pada tanaman wortel. Dalam hal ini sel akar wortel dikultur, dan tiap

selnya dapat tumbuh menjadi tanaman lengkap. Teknik ini digunakan untuk

membuat klon tanaman dalam perkebunan. Dari sebuah sel yang mempunyai sifat

unggul, kemudian dipacu untuk membelah dalam kultur, sampai ribuan atau

bahkan sampai jutaan sel. Tiap sel mempunyai susunan gen yang sama, sehingga

tiap sel merupakan klon dari tanaman tersebut.

Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada amfibi (kodok), dengan

mengadakan transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi.

Sebagai donor digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium

perkembangan. Ternyata donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel

epitel usus kecebong pun masih dapat membentuk embrio normal. Sejak Wilmut

et al. berhasil membuat klon anak domba yang donor nukleusnya diambil dari sel

kelenjar susu domba dewasa, maka terbukti bahwa pada mammalia pun klon

dapat dibuat. Atas dasar itu para ahli berpendapat bahwa pada manusia pun secara

teknis klon dapat dibuat.

Oleh karena itu, Daulay dan Siregar, (2005) menjelaskan sejarah kloning

sebagai berikut.
1. Pada tahun 1962, ahli biologi Jhon Gurdon dari universitas Oxford

berhasil mengkloning katak afrika selatan.

2. Tahun 1977 Karl Illmense dan Peter Hoope berhasil mengkloning tikus

dari 1 induk.

3. Tanggal 12 Desember 2002 Clonaid sebuah perusahaan biotek AS berhasil

mengkloning manusia pertama yang diberi nama Eve.

4. Tanggal 14 februari 2003 para ilmuan Rosalin Institute dari Skotlandia

mengumumkan berhasil mengkloning domba Dolly dengan dana 2,1 juta

U$.

C. Bahan / Alat dalam Kloning Gen


1. Enzim endonuklease restriksi
Enzim yang berfungsi untuk pemotongan DNA sumber gen dan vektor
kloning.
2. Enzim ligase
Enzim yang berfungsi sebagai penyambung kembali potongan DNA
3. Vektors
Vektor adalah molekul DNA yang berfungsi sebagai wahana atau kendaraan
yang akan membawa suatu fragmen DNA masuk ke dalam sel inang dan
memungkinkan terjadinya replikasi dan ekspresi fragmen DNA asing
tersebut.
4. Inang (Host)
Tempat DNA dibiakan biasanya berupa organisme uniseluler contohnya
bakteri.
5. Metoda untuk memasukkan DNA ke dalam sel inang
Memasukkan plasmid (yang merupakan vektor yang telah disisipi gen)
ke dalam sel inang melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut :
a. Pra-Inkubasi
Sel E. coli calon penerima plasmid dipaparkan kepada ion positif
kalsium klorida (CaCl2). Perlakuan ini memberikan cekaman kepada
bakteri yang mengakibatkan membran sel dan dinding sel bakteri
tersebut menjadi permeabel terhadap plasmid donor. Proses ini
mengakibatkan E. coli menjadi “kompeten" untuk menerima plasmid.
b. Inkubasi
Plasmid ditambahkan ke dalam suspensi sel E. coli kompeten. Suspensi
sel E. coli kompeten lainnya yang tidak ditambah plasmid digunakan
sebagai kontrol.
c. Kejutan Panas (HeatShock).
Sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun kontrol) dipaparkan
sejenak (90 detik) kepada suhu 42 oC. Langkah ini memaksimumkan
masuknya plasmid menembus membran dan dinding sel.
d. Penyembuhan (Recovery).
Sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun kontrol) ditumbuhkan
dalam medium kaya nutrisi untuk memberi kesempatan penyembuhan
setelah mengalami cekaman dan kejutan. Masa penyembuhan biasanya
berlangsung satu waktu generasi (untuk E. coli berkisar antara 30
hingga 45 menit)
e. Penapisan (Screening).
Sel kompeten yang telah mengalami penyembuhan ditapis pada
medium padat yang mengandung senyawa penapis berdasarkan
penanda yang dibawa oleh plasmid.
D. Macam-macam Pengkloning Gen
Menurut Daulay dan Siregar, (2005) kloning dapat dibedakan menjadi 3

macam, berdasarkan cara kerja dan tujuan pembuahannya yaitu sebagai berikut

ini.

a. Kloning Embrional (Embryonal Cloning)

Kloning embrional adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh

kembar identik, meniru apa yang terjadi secara alamiah. Setelah pembuahan
terjadi, beberapa buah sel dipisahkan dari embrio hasil pembuahan. Setiap sel

tersebut kemudian dirangsang dalam kondisi tertentu untuk tumbuh dan

berkembang menjadi embrio duplikat yang selanjutnya diimplementasikan dalam

uterus agar berkembang menjadi individu baru yang memiliki komposisi materi

genetik yang sama dengan klonnya.

b. Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga kloning

reproduktif (Reproductive Cloning)

Kloning DNA dewasa atau kloning reproduktif adalah rekayasa genetis

untuk memperoleh duplikat dari seorang individu yang sudah dewasa. Dalam

teknologi ini, intisel berisi materi genetik difusikan ke dalam sel telur. Hasil fusi

dirangsang dengan kejutan listrik agar membelah membentuk embrio yang

kemudian diimplementasikan kedalam uterus agar berkembang menjadi janin.

c. Kloning Terapeutik

Kloning terapeutik adalah rekayasa genetis untuk memperoleh sel,

jaringan atau organ dari satu individu tertentu untuk tujuan pengobatan atau

perbaikan kesehatan. Dari embrio hasil rekonstruksi “DNA-sel telur”, diambil sel-

sel bakalnya yang disebut dengan istilah stem cell. Stemcell adalah sel bakal yang

dapatberkembang menjadi berbagai macam jaringan atau organ sesuai dengan

inductor (rangsangan). Melalui kloning terapeutik ini dapat dikatakan suplai

jaringan danorgan menjadi tidak terbatas, sehinggaseseorang yang memerlukan

cangkokan jaringan atau organ tidak perlu menunggu lama tanpa kepastian.
Berdasarkan teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama

dengan induknya pada makhluk hidup tertentu, maka cloning dapat dilakukan

pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Maka contoh kloning pada makhluk

hidup tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kloning pada Tumbuhan

Nama lain dari kloning pada tumbuhan adalah kultur jaringan, yaitu suatu
teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan
menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur
tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali. Ada
dua teori dasar yang berpengaruh dalam kultur jaringan. Yang pertama adalah
teori bahwa sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya,
sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut. Yang
kedua adalah teori totipotensi sel atau Total Genetic Potential. Artinya, setiap sel
yang memiliki potensi genetik mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi
menjadi suatu tanaman lengkap.
Gambar 1. Tahapan dari proses kloning tumbuhan
(Sumber: Wikipedia)
2. Kloning pada Hewan

a. Kloning Domba

Menurut (Zuenarda, 2009) kloning hewan adalah suatu proses dimana keseluruhan

organisme hewan dibentuk dari satusel yang diambil dari organisme induknya dan secara

genetika membentuk individu baru yang identik sama. Artinya, hewan kloning ini adalah

duplikat yang persis sama baik darisegi sifat dan penampilannya seperti induknya, dikarenakan

adanya kesamaan DNA. Di alam, sebenarnya kloning bisa saja terjadi. Reproduksi

aseksual pada beberapa jenisorganisme dan penemuan mengenai munculnya sel kembar

dalam satu telur juga merupakanapa yang disebut dengan kloning. Dengan kemajuan

bioteknologi sekarang ini, bukanmustahil untuk menciptakan lebih lanjut mengenai kloning pada
hewan Pertama kali para ilmuwan berusaha membentuk sel kloning pada hewan tidak

berhasilselama bertahun-tahun lamanya. Kesuksesan pertama yang diraih oleh ilmuwan pada

saatmereka berhasil mengkloning seekor kecebong dari sel embrio di tubuh katak

dewasa. Namun demikian, kecebong tersebut tidak pernah berhasil tumbuh menjadi katak

dewasa.Kemudian, dengan menggunakan nuclear trasnfer di sel embrio, para ilmuwan

mulaimelakukan penelitian terhadap kloning hewan mamalia. Tapi sekali lagi,

hewan-hewantersebut tidak pernah mencapai hidup yang panjang

Tahun 1996, Ian Wilmut (dalam Denny, 2010) mengkloning domba.

Mekanisme Kloning sel domba dengan menggunakan kelenjer susu domba finn

dorset sebagai donor inti dan sel telur domba blackface sebagai resipien. Sel telur

domba blackface dihilangkan intinya dengan cara menghisap nulkeusnya keluar

dari sel menggunakan pipet mikro. Kemudian, sel kelenjer susu domba finn dorset

difusikan dengan sel telur blackface yang tanpa nukleus. Proses penggabungan ini

dibantu oleh kejutan/sengatan listrik, sehingga terbentuk fusi antara sel telur

domba blackface tanpa nucleus dengan sel kelenjar susu dompa finndorsat. Hasil

fusi ini kemudian berkembang menjadi embrio dalam tabung percobaan dan

kemudian dipendahkan kedalam rahim domba blackface. Kemudian embrio

embrio berkembang dan lahir dengan ciri-ciri sama dengan finn dorset.
/

Gambar 2. Teknik Kloning yang Dilakukan untuk Menghasilkan Domba Dolly


(Sumber: Dwijunianto. 2011)

b. Kloning manusia

Menurut secara teoretis, prosedur dan mekanisme kloning terhadap

makhluk hidup sedikitnya harus melalui empat tahap yang diurutkan secara

sistematis. Keempat tahap itu adaah isolasifragmen DNA, penyisipan fragmen

DNA ke dalam vektor, transformasi, dan seleksi hasil cloning.

1. Isolasi fragmen DNA

Isolasi fragmen DNA yang spesifik dapat dilakukan dengan

metode PCR (polymerase chainreaction) yaitu teknik amplikasi fragmen

DNA yang spesifik secara in vitro. Secara umumDNA yang digunakan

untuk PCR adalah total DNA genom yang diekstraksi dari sel dan tidak
membutuhkan tingkat kemurnian tinggi. Urutan DNA yang akan

diamplikasi secara spesifik akan ditentukan oleh primer-primer yang

tersusun dari nukleotida (Simbolon , 1994). Material yang diperlukan

untuk proses PCR adalah DNA yang mengandung rangkaian urutan yang

akan diperbanyak (duplikasi DNA) yaitu primer, DNA polimerase dan

campuran dari empat macam deoksiribo nukleotida-trifosfat (dATP,

dCTP, dGTP dan dTTP) serta MgCl2 (Sambrook, 1989).

2. Penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor

Proses penyisipan atau penyambungan molekul fragmen DNA

dengan molekul DNA vektor disebut ligasi. Biasanya ligasi terjadi antara

ujung gugus fosfat dengan gugus hidroksil.Ligasi antara fragmen DNA

yang memiliki ujung lengket (cohesive ends) yang komplementer jauh

lebih efesien dibandingkan dengan ujung tumpul (blunt ends). Efisiensi

ligasi juga dipengaruhi oleh adanya deoksiadenosin tunggal pada ujung.

Efisiensi ligasi dapat ditingkatkan, bila fragmen DNA yang memiliki

deoksiadenosin tunggal pada ujung bertemu dengan vektor yang memiliki

timidin pada ujung (Sambrook, 1989).

3. Transformasi DNA

Transformasi adalah proses pemindahan molekul DNA donor dari

lingkungan luar sel. Vektor kloning yang merupakan pembawa gen yang

akan dikloning ditransformasi ke dalam sel inang. Transformasi dapat

dilakukan secara alami maupun buatan. Pada proses transformasi alami,

DNA yang berbentuk untai ganda dan memiliki untaian basa spesifik
terhadap protein membran masuk ke dalam bakteri melewati membran sel

bakteri terhidrolisis. Pada transformasi buatan, sel bakteri dibuat menjadi

sel kompeten secara paksa sehingga selubung sel bakteri bersifat

permeabel dan memungkinkan DNA dapat berikatan. Dengan sel dan

masuk ke dalam sitoplasma, kemudian berinteraksi dengan genom sel

bakteri (Stainer , 1986). Sel kompeten adalah sel inang yang memiliki

kompetensi untuk dimasuki vektor kloning. Perlakuan untuk memasukkan

sel kompeten dapat dilakukan dengan menggunakan metode kejutan panas

(heat shock) atau kejutan pulsa listrik (metode electroporation) (Sambrook,

1989).

4. Seleksi hasil kloning

Penyeleksian koloni bakteri untuk mendapatkan kloning yang

diinginkan dengan cara X-gal atau pemotongan dengan enzim restriksi.

Seleksi dengan X-gal dapat digunakan untuk mengidentifikasi plasmid

rekombinan dengan komplementasi. Sedangkan pemotongan dengan

enzim restriksi dapat digunakan untuk menyeleksi plasmid rekombinan

hasil kloning. Hasil pemotongan tersebut dielektroforesis dan

memperlihatkan pita fragmen DNA sisipan yang terpisah dari pita vektor

kloning (Sambrook, 1989).

Menurut Daulay dan Siregar, (2005) mekanisme kloning sel pada manusia

dapat digambarkan seperti ditunjukkan dan dijelaskan secara sederhana sebagai

berikut :
1. Mempersiapkan sel stem: suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi

berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.

2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetik kemudian

dipisahkan dari sel.

3. Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan

perempuan kemudian intinya dipisahkan.

4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur.

5. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah

membelah (hari kedua) menjadi sel embrio.

6. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan

diri (hari ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.

7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis

sama dengan sel stem donor. Dari pengertian kloning dan prosesnya di atas

yang menghasilkan individu baru dan mempunyai sifat genetik yang

“identik” (sama).
Gambar 3. Kloning Sel pada Manusia (Sumber: Dwijunianto. 2011)

Menurut Biomol (2010) vektor adalah molekul DNA yang berfungsi

sebagai wahana atau kendaraan yang akan membawa suatu fragmen DNA

masuk ke dalam sel inang dan memungkinkan terjadinya replikasi dan ekspresi

fragmen DNA asing tersebut. Vektor yang dapat digunakan pada sel

inang prokariot, khususnya E. coli, adalah plasmid, bakteriofag, kosmid,

dan fasmid. Sementara itu, vektor YACs dan YEps dapat digunakan pada

khamir. Plasmid Ti, baculovirus, SV40, dan retrovirus merupakan vektor-

vektor yang dapat digunakan pada sel eukariot tingkat tinggi.


E. Teknik Kloning Gen
1. Transfer Nukleus

Transfer nukleus membutuhkan dua sel yaitu suatu sel donor dan suatu

oosit atau sel telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang intinya atau nukleusnya.

Proses pembuangan nukleus tadi dinamakan enukleasi. Hal ini dilakukan untuk

menghilangkan informasi genetisnya. Ke dalam telur yang telah dienukleasi tadi

kemudian dimasukkan nukleus (donor) dari sel somatik. Penelitian membuktikan

bahwa sel telur akan berfungsi terbaik bila ianya dalam anfertilisasi, sebab hal ini

akan mempermudah penerimaan nukleus donor seperti dirinya sendiri. Di dalam

telur, inti sel donor tadi akan bertindak sebagai inti sel zigot dan membelah serta

berkembang menjadi blastosit. Blastosit selanjutnya ditransfer ke dalam uterus

induk pengganti (surrogate mother). Jika seluruh proses tadi berjalan baik, suatu

replika yang sempurna dari donor akan lahir. Jadi sebenarnya setelah terbentuk

blastosit in vitro, proses selanjutnya sama dengan proses bayi tabung yang

tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli Obstetri Ginekologi (Rusda, 2004).
Gambar 4. Teknik Transfer Nukleus (Sumber: Rusda, 2004).

2. Teknik Roslin

Menurut Rusda, (2004) kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting

dalam sejarah kloning. Tidak saja hal tersebut membangkitkan antusias terhadap

kloning, melainkan juga hal tersebut membuktikan bahwa kloning binatang

dewasa dapat disempurnakan. Sebelumnya, tidak diketahui bahwa suatu nukleus

dewasa ternyata mampu memproduksi suatu hewan yang komplit. Bila terjadi

kerusakan genetis dan deaktivasi gen yang sederhana maka kedua keadaan

tersebut kemungkinan bersifat menetap. Hal tersebut di atas bukanlah suatu kasus

yang menyusul setelah penemuan oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell tentang

suatu metode yang mana mampu melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel
donor dan sel telur. Tanpa singkronosasi siklus sel, maka inti tidak akan berada

pada suatu keadaan yang optimum untuk dapat diterima oleh embrio.

Bagaimanapun juga sel donor harus berjuang untuk dapat masuk ke Gap Zero,

atau stadium sel GO, atau stadium sel dorman. Pertama, suatu sel (sel donor)

diseleksi dari sel kelenjar mammae domba betina berbulu putih (Finn Dorset)

untuk menyediakan informasi genetis bagi pengklonan. Untuk studi ini, peneliti

membiarkan sel membelah dan membentuk jaringan in vitro atau diluar tubuh

hewan. Hal ini akan menghasilkan duplikat yang banyak dari suatu inti yang

sama. Tahap ini hanya akan bermanfaat bila DNA nya diubah, seperti pada kasus

Polly, karena perubahan tersebut dapat diteliti untuk memastikan bahwa mereka

telah dipengaruhi.

Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan campuran,

yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel.

Hal ini menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan

memasuki stadium GO. Kemudian sel telur dari domba betina Blackface (domba

betina yang mukanya berbulu hitam = Scottish Blackface) dienokulasi dan

diletakkan disebelah sel donor. Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel

telur, kejutan listrik digunakan untuk menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang

sama pertumbuhan dari suatu embrio mulai diaktifkan. Teknik ini tidaklah

sepenuhnya sama seperti aktivasi yang dilakukan oleh sperma, karena hanya

beberapa sel yang diaktifkan oleh kejutan listrik yang mampu bertahan cukup

lama untuk menghasilkan suatu embrio (Zuenarda, 2009).


Gambar 5. Domba Dolly (Sumber: Zuenarda, 2009)

Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam

hari, diinkubasi di dalam oviduk domba. Ternyata sel yang diletakkan di dalam

oviduk lebih awal, di dalam pertumbuhannya lebih mampu bertahan dibandingkan

dengan yang diinkubasi di dalam laboratorium. Akhirnya embrio tadi ditempatkan

ke dalam uterus betina penerima (surrogate mother). Induk betina tersebut

selanjutnya akan mengandung hasil cloning tadi hingga ianya siap untuk

dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan, suatu duplikat yang persis sama dari

donor akan lahir. Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik

yang sama dengan domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada

efek yang merugikan, seperti resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit

genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap kepada DNA, dikemudian

hari juga terjadi pada Dolly atau hewan lainnya yang dikloning dengan metode ini

(Rusda, 2004).
Gambar 6. Tahapan dari proses kloning teknik Roslin (Sumber: Zuenarda, 2009).

Gambar 7. Tahapan dari proses kloning teknik Roslin (Sumber: Zuenarda, 2009).
3. Tehnik Honolulu

Pada Juli 1998, suatu tim ilmuwan dari Universitas Hawai mengumumkan

bahwa mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning yang secara genetik

identik. Tehnik ini diakreditasi atas nama Teruhiko Wakayama dan Ryuzo

Yanagimachi dari Universitas Hawai. Tikus telah sejak lama diketahui merupakan

mamalia yang tersulit untuk dikloning, ini merujuk pada bahwa segera setelah

suatu sel telur tikus mengalami fertilisasi ia akan segera membelah. Domba

digunakan pada tehnik Roslin karena sel telurnya membutuhkan beberapa jam

sebelum membelah, memungkinkan adanya waktu bagi sel telur untuk

memprogram ulang nukleus barunya. Meskipun tidak mendapatkan keuntungan

tersebut ternyata Wakayama dan Yanagimachi mampu melakukan kloning dengan

angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi (3 kloning dari sekitar seratus yang

dilakukan) dibandingkan Ian Wilmut (satu dari 277). Wakayama melakukan

pendekatan terhadap masalah sinkronisasi siklus sel yang berbeda dibandingkan

Wilmut. Wilmut menggunakan sel dari kelenjar mammae yang harus dipaksa

untuk memasuki ke stadia GO. Wakayama awalnya menggunakan tiga tipe sel

yakni, sel Sertoli, sel otak dan sel kumulus. Sel Sertoli dan sel otak keduanya

tinggal dalam stadia GO secara alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir pada

stadia G0 ataupun G1 (Rusda, 2004).

Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai resipien dari inti

donor. Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke

dalamnya. Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap

ekstrak sel dari tikus tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk
melahirkan Dolly, tanpa in vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan

justru pada sel-sel tersebut. Setelah satu jam sel-sel telah menerima nucleus-

nukleus yang baru. Setelah penambahan waktu selama 5 jam sel telur kemudian

ditempatkan pada suatu kultur kimia untuk memberi kesempatan sel-sel tersebut

tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara alamiah. Pada suatu kultur

dengan suatu substansi (cytochalasin B) yang menghentikan pembentukan suatu

polar body, sel kedua yang secara alami terbentuk sebelum fertilisasi. Polar body

akan menjadi setengah dari sel gen, mempersiapkan sel lainnya untuk menerima

gen-gen dari sperma. Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrio-

embrio. Embrio-embrio ini kemudian ditransplantasikan kepada induk betina

donor (surrogate mother) dan akan tetap berada di sana sampai siap untuk di

lahirkan. Sel yang paling berhasil dari proses ini adalah sel kumulus, maka

penelitian dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe tersebut (sel kumulus) (Rusda,

2004).

Setelah terbukti bahwa tekniknya dapat menghasilkan cloning yang hidup,

Wakayama juga membuat cloning dari cloning, dan membiarkan mahluk klon

yang asli untuk melahirkan secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka

memiliki kemampuan reproduksi secara sempurna. Pada saat dia mengumumkan

keberhasilannya, Wakayama telah menciptakan lima puluh kloning. Teknik baru

ini memungkinkan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana

tepatnya sebuah telur memprogram ulang sebuah nukleus. Tikus bereproduksi

dalam kurun bulanan, jauh lebih cepat dibanding dengan domba. Hal ini

menguntungkan dalam hasil penelitian jangka panjang (Rusda, 2004).


Gambar 8. Tahapan dari proses kloning teknik Honolulu (Zuenarda, 2009).
Gambar 9. Tahapan dari proses kloning teknik Honolulu (Zuenarda, 2009).

F. Keuntungan dan Kerugian Kloning Gen


Menurut Daulay dan Siregar, (2005) meskipun penuh resiko, kloning juga

menjanjikan keuntungan antara lain sebagai berikut :

3. Proses pembuahan yang dilakukan melalui teknologi ini dapat menolong

pasangan-pasangan tidak subur untuk memperoleh keturunan.

4. Manusia dapat mengkloning ginjal untuk kebutuhan pencangkokan ginjal

bagi mereka yang mengalami gagal ginjal.

5. Manusia juga dapat mengkloning tulang sumsum untuk anak-anak dan

dewasa untuk penyakit leukimia.


6. Manusia dapat mempelajari bagaimana menghidupkan dan mematikan sel.

Dengan demikian, kloning diharapkan akan mampu mengobati penyakit

kanker yang menggerogoti sel-sel tubuh manusia.

7. Teknologi kloning dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang

disebabkan oleh kelainan genetis pada manusia.

Selain itu ditambahkan membuat Adrinanto, (2009) manfaat dari cloning

sebagai berikut.

1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan manfaat kloning terutama dalam

rangka pengembangan biologi, khususnya reproduksi-embriologi dan

diferensiasi.

2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul. Seperti telah kita

ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa tentu

saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba,

kambing dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil

dari bibit unggul, maka anggota klonnya pun akan mempunyai sifat-sifat

unggul tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih meningkat lagi, jika

dikombinasikan dengan teknik transgenik. Dalam hal ini ke dalam nukleus

zigot dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya akan

mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.

3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi. Sebagai contoh jika sepasang suami

isteri diduga akan menurunkan penyakit genetika thalasemia mayor.

Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai anak.

Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen.


4. Untuk keperluan reproduksi. Kloning ini dapat merusak peradaban

manusia (manusia hanya sebagai objek). Suatu organisme memilikihak

hidup tanpa proses artifisial. Menimbulkan perasaan dominasi dari suatu

kelompok tertentuterhadap kelompok lainkloning.

5. Untuk keperluan pengobatan. Kloning ini juga tidak sesuai dengan nilai

etik karena individu hanya diambil organnya saja. Kesalahanfatal yang

dapat diakibatkan oleh kloning dapat mengakibatkan cacat atau penyakit

keturunan seumurhidup. Tidak sebanding dengan upaya untuk

menghindari penyakit dengan melakukan proses kloning tersebut.

6. Untuk keperluan konservasi. Kerusakan habitat alam suatu spesies yang

disebabkan oleh faktor kesengajaan manusia, maka yang harus

bertanggung jawab adalah manusia. Dengan adanya kloning, akan merusak

keseimbangan alam dan akan memperbesar kesempatan manusia untuk

merusaknya. Kloning ini juga akan menghasilkan hewan yang memiliki

daya tahan tubuh rendah dan resiko kematian yang cukup besar.

Manfaat yang disebutkan di atas hanya sebagian kecil dari puluhan

manfaat yang dapat dinikmati manusia, khususnya dalam pengembangan dunia

pengobatan. Namun aplikasi kloning dalam dunia medis tidak selamanya berjalan

mulus dan memiliki banyak resiko. Ada sejumlah kendala teknis yang dihadapi

oleh para peneliti di bidang ini. Antara lain adanya resiko sel-sel embryonik

tersebut yang dapat berkembang menjadi sel-sel tumor maupun kanker.

Menurut Daulay dan Siregar, (2005) beberapa implikasi negatif dari

kloning dilihat dari aspek teologi dan etika adalah sebagai berikut:
1. Proses penciptaan manusia merupakan hak prerogatif Allah semata.

Dengan mengkloning manusia, berarti telah memasuki dan mengintervensi

ranah kekuasaan allah.

2. Para ilmuwan yang mengadakan kloning tidak mempercayai bahwa Allah

adalah pencipta yang paling sempurna terhadap seluruh makhluk.

3. Tuhan telah menciptakan manusia berdasarkan keragaman. Dengan

kloning keragaman tersebut akan hilang dengan sendirinya.

4. Penghargaan terhadap hasil kreasi para ilmuwan kloning akan merangsang

para ilmuwan lainnya untuk berlomba-lomba menciptakan kreasi-kreasi

baru lainnya tanpa memperdulikan etika.

5. Untuk pengkloningan manusia, diperlukan sejumlah percobaan yang

belum tentu akan berhasil secara maksimal. Hal ini tentu akan merugikan

pihak yang akan menjad ibahan percobaan tersebut.

6. Kloning akan menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap psikologi

manusia kloning. Tidak ada satu orangpun yang bisa menjelaskan identitas

individual dan hubungan manusia kloning dengan orang yang

memesannya.

G. Pandangan Islam Terhadap Kloning Pada Manusia


Menurut Zuenarda (2009) untuk menetapkan hukum kloning, para ulama

kentemporer menggunakan ijtihad insya‟I karena persoalan tersebut belum

dibahas dalam kitab -kitab fiqh klasik.

1. Ditinjau dari sisi hifzh al-din (memelihara agama), kloning manusia tidak

membawa dampak negatif terhadap keberadaan agama.


2. Ditinjau dari sisi hifzh al-nafs (memelihara jiwa), kloning tidak

menghilangkan jiwa bahkan justru melahirkan jiwa yang baru.

3. Dilihat dari sisi hifzh al- ‘aql (memelihara akal), memelihara manusia

kloning juga tidak mengancam eksistensi akal, bahkan keberhasilan

kloning yang sempurna dapat membuat manusia mempunyai akal

cerdas.

4. Namun jika dilihat dari sisi hifzh al-nasl (memelihara keturunan), kloning

manusia dipertanyakan. Dalam pandangan islam, masalah keturunan

merupakan sesuatu yang sangat essensial, karena keturunan mempunyai

hubungan erat dengan hukum yang lain seperti pernikahan, warisan,

muhrim, dan sebagainya.

5. Apabila ditinjau dari sisi hifzhal-mal (memelihara harta), akan terkait

dengan mashlahat dan mafsadat yang diperoleh dari usaha

pengkloningan. Andaikata Kloning terhadap manusia hanya akan

menghambur-hamburkan harta, tanpa adanya keseimbangan dengan

manfaat yang diperoleh, maka Kloning menjadi terlarang. Berkaitan

dengan penciptaan manusia, Al- Qur‟an menyatakan bahwa man usia

diciptakan sebagai makhluk paling sempurna di antara seluruh makhluk

yang ada di alamsemesta. Hal itu secara tegas dinyatakan Allah dalam

surat At-Tin ayat : 4 “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia

dalam bentuk yang sebaik-baiknya” Penjelasan Allah dalam Al-Qur‟an

tentang kesempurnaan penciptaan manusia diantara segala makhluk

ciptaan-Nya yang lain, tentu tidak dapat dibantah oleh orang-


orangberiman. Dengan menggunakan logika sederhana dapat

digeneralisasi bahwa sesuatu yangsudah sempurna, kemudian

disempuranakan lagi, tentu saja dapat menghilangkan sifat

kesempurnaannya, bahkan bisa berakibat rusak sama sekali. Majma‟

Buhuts Islamiyyah Al-Azhar di kairo mengeluarkan fatwa yang

menyatakan bahwa Kloning manusia itu haram dan harus di perangi

serta di halang-halangi dengan berbagai cara. Naskah fatwa itu juga

menguatkan bahwa kloning manusia telah menjadikan manusia yang di

muliakan Allah SWT menjadi objek penelitian dalam percobaan, serta

melahirkan berbagai masalah pelik lainnya. Fatwa tersebut juga

mensinyalir bahwa Islam tidak menentang ilmu pengetahuan yang

bermanfaat, bahkan sebaliknya, Islam justru mendukung bahkan

memuliakan para ilmuwan. Namun, bila ilmu pengetahuan itu

membahayakan serta tidak mengandung manfaat, maka Islam

mengharamkan dengan melindungi dari bahaya tersebut.


KESIMPULAN
Kloning adalah proses pembuatan sejumlah besar sel atau molekul yang

seluruhnya identik dengan sel atau molekul asalnya. Kloning adalah teknik

membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya pada

makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusiam. Bahan

/ Alat dalam Kloning Gen yaitu: Enzim endonuklease restriksi , Enzim ligase ,

Vektors , Inang (Host) dan Metoda untuk memasukkan DNA ke dalam sel inang.

Berdasarkan cara kerja dan tujuan pembuahannya terdapat 3 macam kloning yaitu

kloning embrional (Embryonal Cloning), kloning DNA Dewasa (Adult DNA

Cloning) atau disebut juga kloning reproduktif (Reproductive Cloning) dan kloning

terapeutik. teknik kloning gen terdiri dari: transfer nukleus, teknik roslin dan

tehnik honolulu.

Kloning memiliki manfaat untuk kehidupan manusia diantaranya: Untuk

pengembangan ilmu pengetahuan manfaat kloning terutama dalam rangka

pengembangan biologi, khususnya reproduksi-embriologi dan diferensiasi.

Mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul. Tujuan diagnostik dan terapi.

Keperluan reproduksi, pengobatan dan konservasi.


DAFTAR PUSTAKA

Adrinanto, Darren. 2009. Cloning. (Online), (http://www.scribd. com/doc/ 48563


165/kloning, diakses Tanggal 26 Maret 2017).

Campbell, Neil A. Jane B, Reece. 2010. Biologi ( Jilid 1 Edisi 8). Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Daulay, Saleh Partaonan dan Maratua Siregar. 2005. Kloning dalam Perspektif
Islam. (Online), (http://www.scribd.com/doc/93315193/makalah-kloning,
diakses tanggal 26 Maret 2017).

Dwijunianto. 2011. Cloning. (Online), (http://blog.uad.ac.id/ dwijunianto/2011/


12/ 20/ kloning/ diakses tanggal 26 Maret 2017).

Rusda, Muhammad. 2004. Kloning. (Online), http://www.scribd.com/ doc/57228


277/obstetri-rusda, diakses tanggal 26 Maret 2017).

Simbolon, H. 1994. Biologi Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Zuenarda. 2009. Cloning. (Online), http://www.scribd. com/doc /783 189 84/ Clo
ning, diakses Tanggal 26 Maret 2017).

Anda mungkin juga menyukai