Disusun oleh :
Tetrasiklin basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HCL-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCL
tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil
sehingga cepat berkurang potensinya. Tetrasiklin adalah zat antimikroba yang
diperoleh dengan cara deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklin, atau
dengan fermentasi.
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang kegunaannya sudah
menurun karena meningkatnya resistensi bakteri. Namun obat ini tetap merupakan
pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh klamidia (trakoma, psitakosis, salpingitis,
uretritis dan limfogranuloma venereum), riketsia (termasuk Q-fever), brusela
(doksisiklin dengan streptomisin atau rifampisin) dan spiroketa, Borellia burgdorferi
(Lyme disease). Tetrasiklin juga digunakan pada infeksi saluran pernafasan dan
mikoplasma genital, akne, destructive (refractory) periodontal disease, eksaserbasi
bronkitis kronis (karena aktivitasnya terhadap Hemophilus influenzae), dan untuk
leptospirosis pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin (sebagai alternatif dari
eritromisin).
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan secara objektif. Pengindraan juga berarti reaksi mental (sensation) jika
alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Pengujian organoleptik mempunyai
peranan penting dalam penerapan mutu, seperti tekstur, bau, rasa, dan warna.
1. Uji Organoleptis :
- Sampel diamati Serbuk berwarna kuning,
dengan panca indra. tidak berbau, rasa pahit,
tekstur halus.
Pada uji zat aktif menunjukan sampel berubah warna menjadi ungu pekat.
Pada uji asam basa menunjukkan perubahan kertas lakmus biru berubah menjadi
warna merah yang menunjukkan tetrasiklin mempunyai sifat asam.
V. KESIMPULAN
2. Uji zat aktif pada tetrasiklin berubah menjadi warna ungu setelah ditetesi H2SO4.
Karena terjadi reaksi oksidasi antara sampel uji dengan H2SO4 yang
menyebabkan sampel mereduksi senyawa H+ dan menghasilkan O2.
3. Uji asam basa menunjukkan tetrasiklin mempunyai sifat senyawa asam sesuai
sengan data farmakope bahwa ph rata rata tertrasiklin yaitu rentang 3,5 – 6,0
(asam).
4. Uji kelarutan menunjukkan uji yang dilakukan tidak menunjukkan kesesuaian data
dengan farmakope Indonesia.