Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

IDENTIFIKASI GOLONGAN ANTIBIOTIK TETRASIKLIN

Disusun oleh :

Ni Luh Putu Ayu Cipta Dewi (202105012)

Khoirun Nisya Lailatul Jannah (202105024)

Nilam Hardianti (202105030)

Diana Sinta Nur Cahyani (202105027)

Moch.Alfan Gandhi (202105033)

Syifa Qudrotun Nisa (20105003)

Dwimas Mahardika (202105016)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI STIKES BANYUWANGI

TAHUN AJARAN 2022/2023


I. DASAR TEORI
Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam
pengobatan modern. Antibiotik termasuk zat-zat kimia yang dihasilkan
mikroorganisme hidup terutama fungi dan bakteri tanah yang memiliki khasiat
mematikan atau menghambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Berdasarkan struktur kimianya,
antibiotik dikelompokkan sebagai berikut :
1. Turunan amino glikosida, misalnya : gentamisin, anamisin, neomisin,
etilmisin dan lain-lain
2. Turunan kloramfenikol, misalnya : chloramfenicol, alcohol dan ester-
esternya (ester palmitat, stearat, dan suksinat).
3. Turunan makrolida, misalnya : eritromisin dan ester-esternya ( ester etil
suksinat, stearat) medikamisin.
4. Turunan penicillin, misalnya : amoksilin, ampisilin, benzilin penisilin,
fenoksi metil penisilin, klosalin, penisilin G.
5. Turunan sefasporin, misalnya : cefadoxil, cefalotin, (Na) , cefazolin (Na),
cefotaksin.
6. Turunan tetrasiklin, misalnya : chlor tetrasiklin, oksi tetrasiklin, tetrasiklin
( HCl, fosfat kompleks) dan lain-lain.
7. Lain-lain misalnya dihidrostreptomisin, nistatin, polimiskin, streptomisin,
basitrasin (Zn). Rifampisin.

Tetrasiklin basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HCL-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCL
tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil
sehingga cepat berkurang potensinya. Tetrasiklin adalah zat antimikroba yang
diperoleh dengan cara deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklin, atau
dengan fermentasi.
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang kegunaannya sudah
menurun karena meningkatnya resistensi bakteri. Namun obat ini tetap merupakan
pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh klamidia (trakoma, psitakosis, salpingitis,
uretritis dan limfogranuloma venereum), riketsia (termasuk Q-fever), brusela
(doksisiklin dengan streptomisin atau rifampisin) dan spiroketa, Borellia burgdorferi
(Lyme disease). Tetrasiklin juga digunakan pada infeksi saluran pernafasan dan
mikoplasma genital, akne, destructive (refractory) periodontal disease, eksaserbasi
bronkitis kronis (karena aktivitasnya terhadap Hemophilus influenzae), dan untuk
leptospirosis pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin (sebagai alternatif dari
eritromisin).
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan secara objektif. Pengindraan juga berarti reaksi mental (sensation) jika
alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Pengujian organoleptik mempunyai
peranan penting dalam penerapan mutu, seperti tekstur, bau, rasa, dan warna.

II. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Beaker glass 250 ml
- Kaca arloji
- Neraca analitik
- Pipet tetes
- Pipet ukur
- Spatula
- Tabung reaksi
- Bol pipet
- Kerta lakmus
b. Bahan
- Tetrasiklin
- H2SO4
- Aquadest
- Etanol

III. CARA KERJA


1. Uji Organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk, bau, warna, dan rasa
dari Tetrasiklin, kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan pemerian pada
Farmakope.
2. Uji zat aktif. Dilakukan dengan menambahkan 3 tetes H2SO4.
3. Uji asam basa. Celupkan kertas lakmus biru atau merah pada larutan
tetrasiklin. Amati perubahan warna pada kertas lakmus.
4. Uji kelarutan Tetrasiklin dilakukan dengan melarutkan 100 mg sampel dengan
10 ml aquadest dalam beaker glass, yang dimana akan ditambahkan sedikit
demi sedikit hingga sampel larut sepenuhnya, kemudian volume aquadest
yang digunakan untuk melarutkan sampel Terasiklin dijumlahkan. Hal yang
sama dilakukan juga pada uji dengan metanol.
IV. HASIL PRAKTIKUM

No Perlakuan Hasil Gambar

1. Uji Organoleptis :
- Sampel diamati Serbuk berwarna kuning,
dengan panca indra. tidak berbau, rasa pahit,
tekstur halus.

2. Uji zat aktif :


Pada sampel ini terjadi
- sampel dimasukkan perubahan dariwarna kuning
ke dalam tabung reaksi menjadi warna ungu
lalu ditetesi dengan 3 kehitaman pekat
kali tetes
H2SO4(pekat)

3. Uji asam basa : Sampel larutan tetrasiklin


a. Larutan saat dicelupkan lakmus biru
Tetrasiklin terjadi perubahan warna
dicelupkan menjadi merah, sedangkan
kertas lakmus saat dicelupkan lakmus
merah dan biru merah tidak terjadi
perubahan warna.
(menunjukkan bahwa
Tetrasiklin memiliki sifat
asam).

4. Uji Kelarutan Dibutuhkan 25 ml aquadest


a. Kelarutan (kelarutan : 100 mg dalam
dalam 25 ml aquadest)
aquadest,
sebanyak 100
mg tetrasiklin
dilarutkan ke
dalam
aquadest.
Dibutuhkan 13 ml metanol
b. Kelarutan
(kelarutan : 100 mg dalam
dalam metanol,
13 ml metanol)
sebanyak 100
mg tetrasiklin
dilarutkan ke
dalam metanol.
IV. PEMBAHASAN
Dilakukan uji kualitatif pada sampel yaitu Tertrasiklin. Pengujian ini dimaksutkan
untuk memastikan identitas bahan baku, Dilihat dari kesesuaian sampel uji dengan
monografi dalam farmakope. Uji yang diklakukan berupa uji oraganoleptis, Uji
zat aktif, Uji asam basa, dan Uji kelarutan.

Pada uji zat aktif menunjukan sampel berubah warna menjadi ungu pekat.

Pada uji asam basa menunjukkan perubahan kertas lakmus biru berubah menjadi
warna merah yang menunjukkan tetrasiklin mempunyai sifat asam.

Pada uji kelarutan aquadest dihasilkan 25 ml untuk melarutkan tetrasiklin dan


etanol denagn konsentrasi 96% sebanyak 13 ml yang artinya 100mg/25ml
aquadest maka jika dikonvrsikan ke gram 1g/250ml aquadest dan 100g/13ml
etanol dan konversinya 1g/130 ml sedangkan di farmakope tetrasiklin sangat sukar
larut dalam air atau (1000 – 10.000 per bagian). Maka uji yang telah dilakukan
tidak sesuai dengan farmakope Indonesia.

V. KESIMPULAN

1. Uji organoleptic sesuai dengan data yang ada di farmakope.

2. Uji zat aktif pada tetrasiklin berubah menjadi warna ungu setelah ditetesi H2SO4.
Karena terjadi reaksi oksidasi antara sampel uji dengan H2SO4 yang
menyebabkan sampel mereduksi senyawa H+ dan menghasilkan O2.

3. Uji asam basa menunjukkan tetrasiklin mempunyai sifat senyawa asam sesuai
sengan data farmakope bahwa ph rata rata tertrasiklin yaitu rentang 3,5 – 6,0
(asam).
4. Uji kelarutan menunjukkan uji yang dilakukan tidak menunjukkan kesesuaian data
dengan farmakope Indonesia.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Panduan Praktikum KIMIA FARMASI 1. 2022. Diakses pada 27 Septembequadestr

Pengujian Organoleptis. 2013. Diunduh dari http://tekpan.unimus.ac.id Diakses pada


27 September 2022

Farmakope Indonesia edisi ketiga 1979

Anda mungkin juga menyukai