Anda di halaman 1dari 11

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Laporan Resmi
Praktikum Sediaan Pasta

DI SUSUN OLEH :
YUDIA SUSILOWATI
(30313031)
DIII-FARMASI TK.1

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI


Jl. KH. Wachid Hasyim 65 Kediri 64144
Telp. (0354) 773299 Fax. (0354) 771539
Email : bhaktiwiyata@live.com Web : www.iik.ac.id

SEDIAN PASTA

Tujuan :
1. Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan salep yang
baik dan tepat
2. Mengetahui sifat-sifat bahan obat
3. Mengetahui Fungsi obat
4. Mengetahui permasalahan bahan obat dan cara penyelesainnya.

DASAR TEORI
Definisi
Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian luar/ topikal. Biasanya

dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam


jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar
tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun. Pasta
ini serupa dengan salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk), suatu salep tebal, karena merupakan penutup atau pelindung
bagian kulit yang diolesi. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung
kulit.

Bahan Dasar Pasta


Bahan dasar pasta yang sering dipakai adalah vaselin, lanolin,
adeps lanae, ungt. Simplex, minyak lemak dan paraffin liquidum yang
sudah atau belum bercampur dengan sabun. Kelompok pertama dibuat
dari

gel

fase

tunggal

mengandung

air

misalnya

pasta

Na-

karboksimetilselulosa (Na-CMC). Kelompok lain adalah pasta berlemak


misalnya Zn-oksida, merupakan salep yang padat, kaku, tidak meleleh
pada suhu tubuh, berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang
diolesi.
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pda selaput lendir agar
memperoleh efek lokal (misal, pasta gigi triamsinolon asetonida). Pasta
hamamelidis saponata atau hazeline snow (C. M. N) sebetulnya bukan
termasuk pasta tetapi krim.

Karakteristik Pasta
Karakteristik dari sediaan pasta yaitu meliputi:

1. Daya absorbsi pasta lebih besar.


2. Sering digunakan untuk mengabsorbsi

sekresi cairan serosal pada

tempat pemakaian.

3. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.


4. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang

ditujukan untuk

pemakaian topikal.

5. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.


6. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.

7. Memiliki presentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu


mengandung bahan serbuk (padat) antara 40%-50%.
Formula standart pasta
R/

Zat Aktif
Basis
Zat Tambahan

Zat aktif yang sering digunakan misalnya Zinc Oxyd, Sulfur, dan zat
aktif lainnya yang dapat dibuat sediaan semisolid. Penggunaan untuk
antiseptik, perlindungan, penyejuk kulit, dan asorben, sehingga zat aktif
yang sering digunakan adalah zat aktif yang memiliki aktifitas farmakologi
seperti tsb. Sifat zat aktif yang perlu diperhatikan yaitu zat aktif harus
mampu didipersikan secara homogen pada basis namun dapat lepas dari
basis dan dapat menembus kulit untuk mencapai tujuan farmakologinya.

Basis Pasta
1. Basis hidrokarbon, karakteristik:

a. Tidak diabsorpsi oleh kulit


b. Inert
c. Tidak tercampur dengan air
d. Menghambat kehilangan air
lapisan

tahan

air

&

pada kulit dengan membentuk

meningkatkan

hidrasi

sehingga

meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.


2. Basis absorpsi
Karakteristik: bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah air dan
larutan air.
3. Larut air
Contoh: PEG

Kelebihan dan Kekurangan Pasta


Kelebihan pasta:
Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka
akut dengan tendensi mengeluarkan cairan.

a.

Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga


meningkatkan daya kerja lokal.

b. Konsentrasi lebih kental dari salep.


c. Daya absorbsi sediaan pasta lebih

besar dan kurang berlemak

dibandingkan dengan sediaan salep.


Kekurangan Pasta:

d. Tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.


e. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.
f. Dapat menyebabkan iritasi kulit.
Evaluasi Sediaan Pasta
Untuk mengetahui kestabilan sediaan pasta, perlu dilakukan beberapa
pengujian, yakni:

1. Organoleptik,

merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan

pancaindra untuk mendiskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya


padat, serbuk, kental, cair), warna (misalnya kuning, coklat) dan bau
(misalnya aromatik, tidak berbau). (Anonim, 2000).

2.

pH, prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran


aktivitas ion hidrogen secara potensiometri/ elektrometri dengan
menggunakan pH meter (Anonim, 2004). Caranya pengujian klik.

3. Viskositas,

viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu

cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas, akan makin besar


tahanannya (Martin et al., 1993). Caranya pengujian klik.

4. Penghamburan/

daya sebar, uji penghamburan diartikan sebagai

kemampuan untuk disebarkan pada kulit. Penentuannya dilakukan


dengan Extensometer. Caranya yakni salep dengan volume tertentu
dibawa ke pusat antara dua lempeng gelas, lempeng sebelah atas
dalam interval waktu tertentu dibebani oleh peletakan dari anak
timbang. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaiknya
pembebanan menggambarkan suatu karakteristik untuk daya hambur
(Voigt, 1994).

5. Resitensi

panas, uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu

sediaan salep atau gel dalam daerah iklim dengan perubahan suhu
(tropen) nyata dan terus menerus. Caranya yakni salap dalam wadah
tertutup diulang dan ditempatkan dalam pertukaran kontinue suhu
yang berbeda-beda (misalnya 20 jam pada 370C dan 4 jam pada 400C)
dan ditentukan waktunya (Voigt, 1994).

Monografi Bahan
1. Asam Salisilat/ Acidhum Salicylicum (FI IV: 51)
a. Pemerian: Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus
atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam dan
stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak
berbau. Jika dibuat dari metal salisilat alami dapat berwarna
kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip
menthol.
b. Kelarutan: Sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam kloroform.
c. Khasiat: Antifungi.
2. Zinc Oxyd/ Zink Oksida (FI IV: 835)
a. Pemerian: Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih
kekuningan

tidak

berbau,

lambat

laun

menyerap

karbondioksida dari udara.


b. Kelarutan: Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut
dalam asam encer.
c. Khasiat: Antiseptik local/ antibiotik.

3. Amy Tritici, Pati Gandum (FI IV 109)


a.

Pemerian : Serbuk sangat halus, putih.

b.

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam


etanol

c.

Khasiat: Zat tambahan, penyekat.

4. Vaselinum Flava, Vaselin Kuning (FI III hal. 633)


a. Pemerian: Masa lunak, lengket, bening, kuning muda
sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat dilebur dan
dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Tidak berbau hampir
tidak berasa.
b. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol,
larut dalam kloroform, dalam eter, dan dalam eter minyak
tanah.
c. Khasiat: Zat tambahan, basis

METODOLOGI KERJA
Formula 1
DOKTER UTAMA HUSADA
Alamat praktek : jalan sumatra 59
Jam periksa

:
Sip no 1994
IDI No 14/1974

.....................
R/ Acid Salicyl

0,2

Zincy Oxyd

2,5

Amyl Tritici

2,5

Vas. Flavum

m.f pasta
s.u.e

Pro:

Perhitungan bahan
1.
2.
3.
4.

Acid Salicyl
Zincy Oxyd
Amyl Tritici
Vas. Flavum

0,2g = 200mg
2,5g = 2.500mg
2,5g = 2.500mg
3g = 3000mg

Tahap peracikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Menyetarakan timbangan
Menimbang Acid Salicyl 200mg masukkan mortir
Tambah spiritus fortior gerus ad homogen
Menimbang Amyl Tritici 2.500mg sisihkan
Menimbang Vas. Flavum 3g sisihkan
Ayak Zincy Oxyd kemudian timbang 2500mg sisihkan
Membuat mortir panas di mortir yang lain
Masukkan Amyl Tritici, Vas. Flavum, dan Zincy Oxyd kedalam mortir

panas, gerus ad homogen


9. Campur no. 8 dan no. 3 didalam mortir panas, gerus ad homogen
10.
Keluarkan dari mortir, taruh atau masukkan kedalam pot
salep, beri etiket biru, tandai untuk pemakaian luar.

PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, dibuat sediaan pasta. Pada pembuatan
Pasta ini pertama menimbang semua bahan. Acidhum Salicylicum yang
sudah ditimbang dimasukkan ke mortir terlebih dahulu dan ditetesi
dengan spiritus fortior. Ditetesi dengan spiritus fortior karena bahan ini
berbentuk jarum halus. Acidhum Salicylicum Hablur putih, biasanya
berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis,
tajam dan stabil di udara, Sukar larut dalam air dan dalam benzene,
mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih, agak
sukar larut dalam kloroform. (FI IV: 51). Karena berbentuk jarum halus
itulah kenapa Acidhum Salicylicum harus di larutkan dengan fortior
sebelum di campur dengan bahan lain.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan Amyl Tritici, Vaselin
Flavum, dan Zinci Oxyd kedalam mortir panas, gerus ad homogen. Zinci
Oxyd dimasukkan paling terakhir, dan sebelum ditimbang Zinci Oxyd
harus diayak terlebih dahulu dengan menggunakan ayakan no. 100, hal
ini dikarenkan sifatnya Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih
kekuningan tidak berbau, dan lambat laun akan menyerap karbondioksida
dari udara (FI IV: 835). Karena menyerap karbondioksida dari udara
menyebabkan bahan ini mudah menggumpal, yang menyebabkan tidak
cukup larut dalam basis. Untuk itu kenapa dilakukan pengayakan terlebih
dahulu sebelum di tambahkan, karena sifat dari bahan tersebut yang
menyerap CO2.
Setelah homogen baru ditambahkan Acidhum Salicylicum yang
telah dilarutkan dengan spritus fortior tadi, aduk ad homogen, dan
kemudian di masukkan kedalam pot salep.
Sediaan pasta yang dibuat ini memenuhi persyaratan, karena pada
saat pembuatan tidak terjadi kesalahan dan dilakukan sesuai dengan cara
pembuatan serta langkah-langkah yang baik dan benar.

KESIMPULAN
Dari praktikum dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.

Acidhum Salicylicum berbentuk jarum halus, Sukar larut

dalam air dan benzene, serta mudah larut dalam etanol dan dalam
eter. Untuk itu bahan ini harus dilarutkan menggunakan spitus
fortior/alkohol 96% terlebih dahulu.
2.
Zinc Oxyd berbentuk Serbuk amorf, sangat halus, putih atau
putih kekuningan tidak berbau, dan lambat laun akan menyerap
karbondioksida dari udara. Bahan ini tidak cukup larut dalam dasar
salep dan mudah menggumpal ketika terkena udara. Oleh karena
itu bahan ini harus diayak terlebih dahulu dengan menggunakan
ayakan no. 100

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat ; Teori dan Praktik. UGM Press.
Yogyakarta
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Keesehatan
Republik

Indonesia

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi VI. Departemen Keesehatan


Republik

Indonesia

Anda mungkin juga menyukai