SKINPAS PASTA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
LABORATORIUM FARMASETIKA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Semi
Solid yaitu “ Pasta “. Dan kami juga berterima kasih pada Ibu Apt. Widyani
Budiarti,S.Farm., M.Farm selaku Dosen mata kuliah Laporan Praktikum Teknologi Semi
Solid yang telah membimbing materi ini kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dan dimengerti. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih terdapat kekurangan – kekurangan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian luar/ topikal. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat
yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun. Pasta ini
serupa dengan salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu salep tebal,
karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diolesi. Digunakan sebagai
antiseptik atau pelindung kulit.
2.2 Bahan Dasar Pasta
Bahan dasar pasta yang sering dipakai adalah vaselin, lanolin, adeps lanae, ungt.
Simplex, minyak lemak dan paraffin liquidum yang sudah atau belum bercampur dengan
sabun. Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air misalnya pasta Na-
karboksimetilselulosa (Na-CMC). Kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya Zinc
oksida, merupakan salep yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh, berfungsi sebagai
lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.
2.3 Karakteristik Pasta
2.4 Karakteristik dari sediaan pasta yaitu meliputi:
• Daya absorbsi pasta lebih besar.
• Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.
• Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
• Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
• Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
• Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
• Memiliki presentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu mengandung
bahan serbuk (padat) antara 40%-50%.
2.5 Basis Pasta
1. Basis hidrokarbon, karakteristik :
• Tidak diabsorpsi oleh kulit
• Inert
• Tidak tercampur dengan air
• Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air &
meningkatkan hidrasi sehingga meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
2. Basis absorpsi, karakteristik :
• Bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah air dan larutan air.
• Larut air
Contoh: PEG
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pasta
Kelebihan pasta:
• Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut
dengan tendensi mengeluarkan cairan.
• Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja
lokal.
• Konsentrasi lebih kental dari salep.
• Daya absorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan
sediaan salep.
Kekurangan Pasta:
• Tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
• Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.
• Dapat menyebabkan iritasi kulit.
2.7 Evaluasi Sediaan Pasta
Untuk mengetahui kestabilan sediaan pasta, perlu dilakukan beberapa pengujian, yakni:
1. Organoleptik, merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk
mendiskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna
(misalnya kuning, coklat) dan bau (misalnya aromatik, tidak berbau).
2. pH, prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran aktivitas ion
hidrogen secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter
3. Viskositas, viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir, makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya.
4. Penghamburan/ daya sebar, uji penghamburan diartikan sebagai kemampuan untuk
disebarkan pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan Extensometer. Caranya yakni
salep dengan volume tertentu dibawa ke pusat antara dua lempeng gelas, lempeng
sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani oleh peletakan dari anak timbang.
Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaiknya pembebanan
menggambarkan suatu karakteristik untuk daya hambur (Voigt, 1994).
5. Resitensi panas, uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan salep
atau gel dalam daerah iklim dengan perubahan suhu (tropen) nyata dan terus
menerus. Caranya yakni salap dalam wadah tertutup diulang dan ditempatkan dalam
pertukaran kontinue suhu yang berbeda-beda (misalnya 20 jam pada 370C dan 4 jam
pada 400C) dan ditentukan waktunya.
2.8 Monografi Bahan
1. Zincy Oxyd, Zink Oxyda (FI III 636)
• Pemerian: Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak
berbau, tidak berasa, lambat laun menyerap CO2 dalam udara.
• Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam
mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
• Identifikasi: Panaskan dengan kuat zat akan berwarna kuning jika didinginkan
hilang
• Khasiat: Antiseptik lokal.
2. Acid Salicyl (FI III hal. 56 dan FI IV hal. 51)
• Pemerian: Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus, atau serbuk hablur
halus putih, rasa agak manis, tajam dan stabil diudara. Bentuk sintesis berwarna
putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisil alami dapat berwarna
kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol.
• Kelarutan: Sukar larut dalam air, benzena, mudah larut dalam etanol, eter, larut
dalam air mendidih.
• Khasiat: Antifungi, keratolitik.
3. Amylum Tritici, Pati Gandum (FI IV 109)
• Pemerian: Serbuk sangat halus, putih.
• Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
• Identifikasi: Panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspensi 1 gr dalam 50
ml air, dinginkan terbentuk larutan kanji ancer, campur 1 ml larutan kanji yang
diperoleh pada identifikasi di atas dengan 0,05 iodium 0,005 M, terjadi warna biru
tua yang hilang pada pemanasan dan timbul pada pendinginan.
• Khasiat: Zat tambahan, penyekat.
4. Vaselin Flava, Vaselin Kuning (FI III 633)
• Pemerian: Masa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning, sifat ini
tetap setelah zat dilebur dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Tidak berbau
hampir tidak berasa.
• Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform,
dalam eter, dan dalam eter minyak tanah.
• Khasiat: Zat tambaahan, basis.
BAB III
ISI
3.1 Formula :
Formula dibuat 10 Gram
Tiap 10 g mengandung :
R/ Acidum Salicyclicum 200 mg
Zincoxydum 2,5 g
Amylum Tritici 2,5 g
Vaselinum Flavum ad 10 gram
3.2 Alat dan Bahan
A. Bahan :
1. Acidum Salicylicum
2. Zinc oxyd
3. Amulum tritici
4. Vaselin flavum
B. Alat :
1. Cawan porselen
2. Mortir dan stamper
3. Gelas ukur
4. Waterbath
5. Batang pengaduk
6. Stopwatch
7. Alat Evaluasi sediaan
8. Spatel Logam
9. Penjepit kayu
10. Ekstenosmeter
3.3 Perhitungan Bahan
- Acid salicyl 200mg = 0,2gr/10gr x 10gr = 0,2gr
3.7.2 Kemasan
3.7.3 Brosur
3.7.4 Label
3.8 Hasil
3.8.1 Uji Organoletik :
Warna : Kuning
Rasa : Pahit
3.8.2 Uji pH :
Uji Asam Basa
pH 6
Uji pH yang menghasilkan pH 6 dan hal ini sudah sesuai dengan pH kulit yaitu 4,2 – 6,5. Hal
ini sudah benar dikarenakan oleh sanitasi dan hygiene dari personil dan peralatan yang sudah
benar. Kandungan bahan pendapar asam dan basa yang sudah seimbang. Kesesuaian pH kulit
dengan pH sediaan topical mempengaruhi penerimaan kulit terhadap sediaan. Sediaan topical
yang ideal adalah tidak mengiritasi kulit. Kemungkinan iritasi kulit akan sangat besar apabila
sediaan terlalu asam atau terlalu basa.
PEMBAHASAN
Menurut FI edisi III pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan
untuk pemakaian luar. Biasanya pasta diluar dengan mencampurkan bahan obat berbentuk
serbukdalam jumlah besar dengan vaselin album atau paraffin cair atau dengan bahan dasar
tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, atau sabun. Sediaan berupa pasta ini
digunakansebagai antiseptik atau pelindung. Sedangkan menurut FI edisi IV pasta adalah
sediaan semi padat yang mengandung satuatau lebih bahan obat yang digunakan untuk
pemakaian topical. Biasanya pasta mengandungserbuk sampai 50%, sehingga pasta lebih
kaku dan kental serta kurang berminyak biladibandingkan dengan salep. Pasta tidak melebur
pads suhu tubuh dan memberikan perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta
digunakan. Ada 5 hal yang membedakan pasta dengan salep, antara lain :
1. Persentase bahan padat pada pasta lebih besar sehingga menjadi lebihkental dan kaku
dibandingkan salep.
2. Daya serap pasta lebih besar, karena persentase bahan padatnya lebihtinggi.
3. Pasta lebih sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian
4. Pasta cocok untuk luka akut
5. Pasta tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian luar/topikal.
2. Karakteristik dari sediaan pasta adalah daya absorbsi pasta lebih besar, sering
digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian, tidak
sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu, mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian luar/topikal, konsistensi lebih kenyal dari unguentum, tidak
memberikan rasa berminyak seperti unguentum, dan memiliki persentase bahan padat
lebih besar daripada salep yaitu mengandung bahan serbuk (padat) antara 40%-50%.
3. Pasta terdiri dari 4 macam yaitu pasta berlemak, pasta kering, pasta pendingin, dan
pasta dentifriciae (pasta gigi).
4. Formulasi pasta adalah biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang
berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, musilago, atau sabun.
5. Basisnya terdiri dari basis hidrokarbon, basis absorbs, dan larut air.
6. Keuntungan dari pasta adalah mengikat cairan sekret (eksudat), tidak mempunyai daya
penetrasi gatal dan terbuka, lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan
jaringan lebih lama, konsentrasi lebih kental dari salep, daya adsorpsi sediaan pasta
lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep. Sedangkan
kerugian dari pasta adalah karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta
pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu, dapat
mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis, dan dapat menyebabkan iritasi
kulit.
5.2 Saran
1. Sebaiknya obat digunakan sehabis mandi, dioleskan 3x sehari secukupnya pada bagian
yang luka atau gatal. Atau sebelum dioleskan, bagian yang hendak dioleskan dicuci
terlebih dahulu.
2. Dalam membuat sediaan pasta harus berdasarkan peraturan - peraturan dalam
buku panduan agar salep yang kita buat dapat digunakan tanpa mengurai khasiat dari
zat akif tersebut.
3. Perlunya mengetahui sifat atau kelarutan dari zat aktif yang akan digunakan agar kita
dapat menentukan dasar salep yang sesuai sehingga sediaan yang dibuat menghasilkan
sediaan yang stabil dan homogen.
DAFTAR PUSTAKA