Genap/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1
Latar Belakang
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan
sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu
gugus asetil. Perkembangan industri di indonesia khususnya industri kimia berkembang
pesat. Hal ini menyebabkan kebutuhan asetanilida yang merupakan bahan baku serta
bahan penunjang industri kimia juga semakin meningkat. Kebutuhan asetanilida di
Indonesia yang masih mengandalkan impor dari luar. Ini disebabkan karena minimnya
teknologi yang dibutuhkan untuk industri pembuatan asetanilida. Nilai impor asetanilida
tiap tahun terus meningkat. Sehingga dalam menyongsong era industrialisasi yang
merupakan program pemerintah yang sangat penting dalam rangka proses alih teknologi
dan membuka lapangan pekerjaan yang baru serta untuk penghematan devisa negara dan
untuk merangsang pertumbuhan industri kimia yang lain, maka perlu dibangun pabrik
asetanilida untuk mencukupi kebutuhan asetanilida dalam negeri (Hartanti, 2011).
Asetanilida yang memiliki beragam manfaat, baik sebagai bahan baku maupun
bahan penunjang industri kimia merupakan salah satu bahan yang paling banyak di impor
di Indonesia. Dengan mengetahui tahapan proses sintesis asetanilida diharapkan mampu
mengurangi jumlah asetanilida yang diimpor Indonesia. Senyawa asetanilida merupakan
senyawa amida. Senyawa amida adalah turunan asam karboksilat yang gugus OH
diganti dengan gugus amina. Amida dapat diklasifikasikan menjadi primer (1), sekunder
(2) dan tersier (3) tergantung pada banyaknya atom hydrogen yang menempel pada
atom nitrogen (Agustina, 2013).
Amida primer adalah amida yang dua atom hidrogennya terikat pada atom
nitrogen amida. Amida sekunder adalah amida yang atom nitrogennya tersubstitusi
sebuah gugul alkil/aril. Amida tersier adalah amida yang atom nitrogennya tersubstitusi
dua gugus alkil/aril. Amida primer, sekunder dan tersier dapat dibuat dari asam
karboksilat (Firdaus, 2012).
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan
sebagai amida primer dimana satu atom hydrogen pada anilin digantikan dengan satu
gugus asetil. Asetanilida berbentuk butiran berwarna putih (kristal) tidak larut dalam
minyak paraffin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat. Asetanilida atau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anilin
2.1.1
Pengertian Anilin
Anilin dan senyawa turunannya (Gambar 2.1) dikenal sebagai bahan baku dasar
dan senyawa antara yang digunakan dalam produksi pewarna, pestisida, herbisida,
industri karet, zat peledak dan lain-lain. Senyawa ini dapat lolos ke lingkungan baik
secara tidak sengaja dalam. Penggunaanya ataupun melalui pembuangan rutin air limbah
yang tidak terolah dengan baik. Senyawa ini kemudian dapat ditransformasi ke dalam
bentuk yang lebih toksik baik secara kimia, fisika, maupun mikrobiologi.
Cair
Khas
Cokelat Bening
Titik Didih
184
Wujud
Warna
(Sumber : Smith, 2013)
(1 atm) ; 221,793
(2,5
atm)
Cair
Jernih (tidak berwarna)
170
dan
menghasilkan
mononitroanilin, dan nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada suhu 0
1. Aminasi Chlorobenzene
Pada proses aminasi chlorobenzene menggunakan zat pereaksi amoniak cair,
dalam fasa cair dengan katalis tembaga oxide dipanaskan akan menghasilkan 85
90% anilin. Sedangkan katalis yang aktif untuk reaksi ini adalah tembaga
khlorid yang terbentuk dari hasil reaksi samping ammonium khlorid dengan
tembaga oxide. Mula mula amoniak cair dimasukkan ke dalam mixer dan pada
saat bersamaan chlorobenzene dimasukkan pula, tekanan di dalam mixer adalah
200 atm. Dari mixer campuran chlorobenzen dengan amoniak dilewatkan ke pre-
dan tekanan
200 atm. Pada reaksi ini ammonia cair yang digunakan adalah berlebihan.
Dengan menggunakan katalis tertentu, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
C6H5Cl + 2 NH3
=
C6H5NH2+ NH4Cl........................................(2.1)
Pada proses aminasi chlorobenzene, hasil yang diperoleh berupa nitro anilin
dengan yield yang dihasilkan adalah 96%.
2. Reduksi Nitrobenzen
a. Reduksi fasa cair
Untuk fasa cair, @lcohol@@ene direduksi dengan @lcohol@ dalam suasana
asam (HCl) serta adanya ironboring, dengan suhu sekitar 135C 170C dan
tekanan antara 50 500 atm, dimana asam ini akan mengikat oksigen sehingga
akan terbentuk air.
Dengan bantuan katalis Fe2O3 reaksinya sebagai berikut :
4C6H5NO2 + 11 H2 =
4 C6H5NH2 + 8 H2O.......................................(2.2)
Proses reduksi dalam fasa cair sudah tidak digunakan lagi karena tekanan yang
digunakan tinggi sehingga kurang efisien dari segi ekonomis dan teknis. Yield
yang dihasilkan adalah 95% (Gusmawarni, 2010).
b. Reduksi fasa gas
Proses pembuatan anilin dari reduksi nitrobenzen dalam fasa gas, sebagai
pereduksi adalah gas hidrogen dan untuk mempercepat reaksi dibantu dengan
katalisator nikel oksida, reaksinya sebagai berikut :
4C6H5NO2 + 3 H2
C6H5NH2 + 2H2O.......................................(2.3)
Pada proses reduksi fasa gas dengan suhu didalam @lcohol sekitar 275
350 dan tekanan 1,4 atm, reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis
karena mengeluarkan panas. Yield yang dihasilkan pada proses ini adalah 98%
dan kemurnian dari hasil (anilin) yang tinggi ini (99%) mengakibatkan anilin dari
segi komersial dapat digunakan (Gusmawarni, 2010).
2.4.4
Kegunaan Anilin
Menurut Mulyono (2005), adapun kegunaan dari anilin:
2.2
2.2.1
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik
yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki
rumus empiris C2H4O2. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan
higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16,7
(Abduh, 2010).
SifatFisikadanKimiaAs.AsetatGlasial
1. SifatFisikaAsamAsetatGlasial
Tabel2.2Sifatfisikaasamasetatglasial
RumusMolekul
MassaMolar
Densitas
CH3COOH
60,05gram/mol
1,05gram/cm3
TitikLebur
TitikDidih
TekananUapPada200C
SuhuKritis
ViskositasPadaSuhu250C
(Sumber:Amri,2009)
16,5oC
118,1oC
1,5kPa
21,670C
1,1316cP
2. SifatKimiaAsamAsetatGlasial
MenurutAustin(2008),adapunsifatkimiaasamasetatglasial
a. Atom hidrogen (H) pada gugus
ProsesPembuatanAsamAsetatGlasial
1. Karbonilasimetanol
Kebanyakanasamasetatmurnidihasilkanmelaluikarbonilasi.Dalamreaksiini,
metanoldankarbonmonoksidabereaksimenghasilkanasamasetat.
CH3OH+COCH3COOH...........................................................................(2.4)
Prosesinimelibatkan iodometana sebagai zatantara,dimanareaksiitusendiri
terjadidalamtigatahapdengankatalislogamkomplekspadatahapkedua.
(1)CH3OH+HICH3I+H2O......................................................................(2.5)
(2)CH3I+COCH3COI..............................................................................(2.6)
(3)CH3COI+H2OCH3COOH+HI...........................................................(2.7)
Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat
menghasilkananhidridaasetatsebagaihasiltambahan(Stoker,2012).
2. Oksidasiasetaldehida
Sekarangoksidasiasetaldehidamerupakanmetodaproduksiasamasetatkedua
terpenting, sekalipun tidak kompetitif bila dibandingkan dengan metode
karbonilasi metanol. Asetaldehida yangdigunakan dihasilkan melalui oksidasi
butanaataunaftaringan,atauhidrasidari etilena.Saatbutenaataunaftaringan
dipanaskan bersama udara disertai dengan beberapa ion logam, termasuk ion
mangan, kobalt dan kromium, terbentuk peroksida yang selanjutnya terurai
menjadiasamasetatsesuaidenganpersamaanreaksidibawahini.
2C4H10+5O24CH3COOH+2H2O..........................................................(2.8)
Umumnyareaksiinidijalankanpada temperatur dan tekanan sedemikianrupa
sehingga tercapai suhu setinggi mungkin namun butana masih berwujud cair.
Kondisireaksipadaumumnyasekitar150 dan55atm.Produksampingan
seperti butanon, etil asetat, asam format dan asam propionat juga mungkin
terbentuk.Produksampinganinibernilaikomersialdanjikadiinginkankondisi
reaksidapatdiubahuntukmenghasilkanlebihbanyakproduksamping,namun
pemisahannyadariasamasetatmenjadikendalakarenamembutuhkanbiayalebih
banyaklagi.Melaluikondisidankatalisyangsamaasetaldehidadapatdioksidasi
olehoksigenudaramenghasilkanasamasetat.
2CH3CHO+O22CH3COOH.....................................................................(2.9)
Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat memiliki rasio hasil
(yield)lebihbesardari95%.Produksampingutamanyaadalahetilasetat,asam
format dan formaldehida, semuanya memiliki titik didih yang lebih rendah
daripadaasamasetatsehinggadapatdipisahkandenganmudahmelalui distilasi
(Stoker,2012).
2.2.4
KegunaanAsamAsetatGlasial
MenurutPriyatmono(2010),adapunkegunaandariasamasetatglasialsebagai
berikut:
10
2.3
Asetat Anhidrat
2.3.1
molekulnya simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai macam kegunaan antara lain
sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut senyawa organik, berperan dalam proses
asetilasi, pembuatan aspirin, dan dapat digunakan untuk membuat acetylmorphine. Asam
asetat anhidrat paling banyak digunakan dalam industri selulosa asetat untuk
menghasilkan serat asetat, plastik serat kain dan lapisan (Celanase, 2010).
Asetat anhidrat ((CH3CO)2O) merupakan larutan aktif, tidak berwarna, serta
memiliki bau yang tajam. Kapasitas produksi Amerika untuk produk asetat anhidrat ini
cukup besar, yaitu lebih dari 900.000 ton per tahun (Pohan, 2010).
Asetat anhidrat merupakan suatu senyawa yang memiliki kegunaan yang sangat
bervariasi.Asetat anhidrat digunakan dalam pembuatan cellulose asetate, serat asetat,
obat-obatan, aspirin, dan berperan sebagai pelarut dalam penyiapan senyawa organik
(Kurniawan, 2004).
Asetat anhidrat memiliki rumus struktur seperti Gambar 2.3 di bawah ini:
11
Beberapa reaksi yang dapat terjadi pada asetat anhidrat adalah (Celanase, 2010):
1. Asetilasi
C6H4CH3NH2 + (CH3CO)2O
2CH3COOH .....................................................(2.11)
CH3CONH2 + CH3COONH4..............................(2.12)
6.
C6H5CH=CHCOOCH3 + CH3COOH........(2.15)
Rumus Molekul
Berat Molekul
Titik Didih Pada 760 mmHg
(CH3CO)2O
102,09 gram/mol
139,06
Titik Beku
-73
Panas Pembakaran
Tekanan Kritis
Suhu Kritis
431,9 kkal/mol
46,81 atm
296
Densitas Pada 20
1,08 gr/ml
2.4
Asetanilida
2.4.1
Pengertian Asetanilida
Asetanilidamerupakansenyawaturunanasetilaminaaromatisyangdigolongkan
sebagaiamidaprimer,dimanasatuatomhidrogenpadaanilindigantikandengansatu
gugus asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak
parafindanlarutdalamairdenganbantuankloralanhidrat.Asetanilidaatauseringdisebut
phenilasetamidamempunyairumusmolekulC6H5NHCOCH3 danberatmolekul135,16
gr/mol.
12
AsetanilidapertamakaliditemukanolehFriedelKraft padatahun1872dengan
caramereaksikanasethopenondenganNH 2OHsehinggaterbentukasetophenonoxime
yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun
1899BeckmandmenemukanasetanilidadarireaksiantarabenzilsianidadanH 2Odengan
katalisHCl.Padatahun1905Weakermenemukanasetanilidadarianilindanasamasetat
(Arsyad,2001).
2.4.2
(2,5 atm)
1,21 gr/ml
113-60
(1 atm)
Padat
Putih
Butiran (Kristal)
13
kolom yang dilengkapi dengan jaket sampai tidak ada anilin yang tersisa kondisi
operasi temperatur reaksi 30 -110 .
2C6H5NH2 (l) + ( CH2CO )2O(l) 2C6H5NHCOCH3 (s) + H2O (l)...............(2.17)
Campuran reaksi disaring, kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dengan
pendinginan, sedangkan filtratnya di recycle kembali. Pemakaian asam asetat
anhidrad dapat diganti dengan asetil klorida (Delvira, 2011).
2. Pembuatan Asetanilida dari Anilin dan Asam Asetat
Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih
ekonomis jira dibandingkan dengan semua proses pembuatan asetanilida. Anilin
dan asam asetat direaksikan dalam sebuah tangki yang dilengkapi dengan
pengaduk.
C6H5NH2 (l) + CH3COOH(l) C6H5NHCOCH3 (s) + H2O (l)......................(2.18)
Reaksi berlangsung selama 8 jam pada suhu 150 -160 dan tekanan
2,5 atm dengan yield mencapai 98 % dan konversi mencapai 99,5%. Produk
dalam keadaan panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer untuk
membentuk butiran (kristal) asetanilida (Shinta, 2012).
3. Pembuatan Asetanilida dari Ketena dan Anilin
Ketena (gas) dicampur ke dalam anilin di bawah kondisi yang diperkenankan
akan menghasilkan asetanilida dengan konversi 90%. Ketena direaksikan dengan
anilin di dalam reaktor packed tube pada temperatur 400
- 625
dan
Manfaat Asetanilida
Menurut Madura (2000), asetanilida banyak digunakan dalam industri kimia,
misalnya:
1. Sebagaibahanintermedietdalamsintesisobatobatan.
2. Sebagaizatawaldalamsintesapenicillin.
3. Bahanpembantupadaindustricat,karetdankapurbarus.
4. Sebagaiinhibitorhidrogenperoksida.
5. Stabiliseruntukpernisdariesterselulosa.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3.2
1
2
3
4
14
3.3
1
2
15
Alkohol
Prosedur Praktikum
Asam asetat glasial sebanyak 2,176 ml dimasukkan kedalam labu didih dasar bulat.
Anilin ditambahkan sebanyak 3,455 ml kedalam labu kemudian diikuti dengan
asetat anhidrat sebanyak 3,8813 ml. Campuran diaduk dengan sempurna,
percampuran dilakukan secara perlahan didalam lemari asam.
4
5
6
7
8
kristal.
Larutan kemudian didinginkan menggunakan batu es selama 25 menit.
Kertas saring ditimbang terlebih dahulu.
Jika pembentukan kristal telah sempurna, kristal disaring dengan pompa vakum.
sambil
25 ml.
10 Campuran disaring cepat dalam keadaan panas dengan menggunakan kertas saring
dan corong buchner diambil larutannya.
11 Larutan didinginkan dengan batu es selama 30 menit. Larutan diamati hingga
kristal yang terbentuk cukup banyak.
12 Larutan dan endapan kristal kemudian disaring mengunakan pompa vakum.
Endapan kristal yang didapat kemudian di oven selama 5 menit pada suhu 100
%Rendemen=
3.4
16
Rangkaian Alat
ON
OF
110
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Praktikum
NO
1
Proses
2,5 ml asam asetat glasial + 3,5 ml anilin +
3,7 ml asam asetat anhidrat.
Hasil Pengamatan
Didapat larutan berwarna cokelat
dan dinding labu didih dasar bulat
terasa panas
Didapatkan larutan yang homogen
berwarna cokelat muda.
Didapatkan kristal berwarna putih
dan endapan berwarna cokelat muda
Didapatkan larutan dengan endapan
berwarna cokelat muda yang telah
membeku
Didapatkan endapan berwarna
cokelat muda dan larutan yang
berwarna cokelat muda
Didapatkan
larutan
berwarana
cokelat muda dengan endapan
berwarna cokelat muda
Larutan kemudian
pompa vakum
10
4.2
dipisahkan
dengan
18
Didapatkan
larutan
berwarna
cokelat muda dengan endapan yang
berupa kotoran yang telah terpisah
Larutan
membentuk
endapan
berwarna putih kehijauan
Didapatkan endapan berwarna putih
kehijauan dan larutan berwarna
putih kemerahan
Didapatkan asetanilida berbetuk
kristal berwarna putih kehijauan
seberat 2,358 gram
Pembahasan
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan
sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu
gugus asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak
parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat. Asetanilida atau sering disebut
phenilasetamida mempunyai rumus molekul C6H5NHCOCH3 dan berat molekul 135,16
gr/mol.
Pada percobaan ini asetanilida dibuat dengan cara mereaksikan 2,2 ml asam
asetat glasial dengan 3,5 ml anilin dan 3,7 asam asetat anhidrat. Asam asetat glasial
berfungsi sebagai pelarut sedangkan anilin sebagai reaktan. Campuran ini menghasilkan
larutan berwarna coklat dan terasa panas pada dinding labu didih dasar bulat. Panasnya
dinding pada labu didih dasar bulat dikarenakan terjadinya reaksi eksoterem. Proses ini
dilakukan di lemari asam karena untuk menghindari terjadinya tumpahan larutan di
ruangan terbuka karena senyawa yang direaksikan yaitu asam asetat murni yang sangat
berbahaya jika terkena tubuh. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
C6H5NH2+ CH3COOH
C6H5NHCOCH3+ H2O....................(4.1)
19
asetanilida. Kemudian larutan yang telah dicampur dengan akuades tersebut didinginkan
menggunakan es batu selama 25 menit, yang bertujuan agar semua asetanilida benarbenar mengendap. Larutan yang telah didinginkan selanjutnya disaring menggunakan
pompa vakum sampai endapan yang diperoleh benar-benar kering. Prinsip kerja dari
pompa vakum yaitu menggunakan cara mekanis untuk mengekspansi sebuah volume
secara terus-menerus, mengalirkan gas melalui pompa tersebut, mencegah gas masuk ke
dalam ruang volume sistem, dan membuang gas ke atmosfer. Hasil yang diperoleh berupa
endapan dan larutan berwarna cokelat muda. Berat endapan yang dihasilkan sebesar
5,6492 gram.
Proses selanjutnya adalah rekristalisasi untuk mendapatkan asetanilida yang lebih
murni. Rekristalisasi dialakukan dengan menambahkan 25 ml etanol hangat dan 25 ml
akuades hangat. Etanol dan akuades dipanaskan, hal ini bertujuan untuk mempercepat
berlangsungnya reaksi antara kedua larutan tersebut. Etanol hangat berperan untuk
melarutkan dan mempercepat proses kelarutan, sedangkan akuades hangat berperan untuk
mengkristalkan larutan tersebut. Pencampuran tersebut menghasilkan larutan dan
endapan yang berwarna cokelat muda. Selanjutnya larutan tersebut dipisahkan dengan
menggunakan pompa vakum sehingga dihasilkan larutan berwarna cokelat muda dan
endapan berwarna cokelat sebagai pengotor. Larutan yang telah dipisahkan selanjutnya di
didingikan dengan batu es selama 30 menit, sehingga larutan tersebut membentuk
endapan berwarn putih kehijauan.
Larutan yang membentuk endapan dipisahkan dengan menggunakan pompa
vakum. Hasil yang diperoleh adalah asetanilida berupa kristal putih kehijauan.
Asetanilida berupa kristal tersebut kemudian ditimbang sehingga berat yang diperoleh
sebesar 4,166 gram. Setelah ditimbang, asetanilida kemudian dioven sampai berat yang
dihasilkan konstan. Asetanilida yang dihasilkan setelah beberapa kali dipanaskan
menggunakan oven seberat 2,358 gram, dengan rendemen sebesar 58,25 % dan efisiensi
asetanilida sebesar 55,26%. Rendemen yang didapat dipengaruhi karena kurang lamanya
waktu pemanasan dan pendinginan larutan sehingga menyebabkan kurangnya rendemen,
sedangkan
besarnya
angka
efisiensi
disebabkan
terlalu
lamanya
penyaringan
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Asetanilida dapat dibuat dengan cara mereaksikan anilin dengan asam asetat
Berat asetanilida yang dipeloleh dari percobaan yaitu 2,358 gram dengan
rendemen sebesar 58,25 % dan efisiensi asetanilida sebesar 55,26%.
5.2
Saran
1
2
3
4
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Delvira. 2011. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asetanilida Dari Anilin dan Asam
Asetat Dengan Kapasitas Produksi 25.000 Ton/Tahun. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Firdaus. 2012. Kimia Organik Sintesis 1. 2012. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Gusmarwani, Sri, R. M. Sri P. Budi, Wahyudi B. Sediawan, Muslikhin H. 2010.
Pengaruh Perbandingan Berat Padatan Dan Waktu Reaksi Terhadap Gula
Pereduksi Terbentuk Pada Hidrolisis Bonggol Pisang, Jurnal Teknik Kimia
Indonesia, hal. 77-82.
Kunisako, S. 2002. Aromatic compounds and heterocyclic compounds. In Kunishako, S.
(ed.), 14102 manufactured chemical products. The chemical daily, Tokyo, pp. 634
733.
Madura, Jeff. 2000. Introduction to Business. 2nd Edition. USA: South-Western College
Publishing.
Mulyono, S. Takenaka,Y. Sasano, S. Murakami, and K. Aoki. 2005. Microbial
metabolismof aniline derivatives XXX: Metabolism of p-phenylenediamine by
Bacillus cereus 10-L-2. Proceeding, JSBBAAnnualmeeting, Hokkaido, Japan. pp.
84.
Pohan, Martin. 2010. Mengenal Waste Water Treatment Plant. Kuliah Umum HIMATEK.
Medan : Departemen Teknik Kimia USU.
Priyatmono, A. 2010. Asetanilida, kimiadotcom.wordpress.com, 29 April 2015.
Rudyanto, M, Suzana, G. N, Astika. 2005. Sintesis N-Metilsalisilamida, N,NDimetilsalisilamida dan Salisilpiperidida. Jurnal Akta Kimia Indonesia 1, 1, 27-34.
Shinta, R. D. 2012. Kristalisasi. Malang : Universitas Brawijaya.
Smith, R. D. MSDS of Aniline. 2013.
Stoker, H. 2012. Stephen. General, Organic, and Biological Chemistry Sixth Edition.
USA : Cengage Learning.
Takenaka, S., Ogawa, S., Kadowaki, M., Murakami, S., Aoki, K. 2003. The metabolic
pathway of 4-aminophenol in Burkholderia sp. Strain AK-5 differs from than of
aniline and aniline with C-4 sub- stituents. Appl. Environ. Microbiol.,69, 54105413.
LAMPIRAN B
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Diketahui
Anilin
= 3,7 ml
= 1,022 gr/ml
= 1,080 gr/ml
= 1,049 gr/ml
Mr Anilin
Mr As. Asetat Anhidrat
= 93,13 gr/mol
= 102 gr/mol
= 60 gr/mol
Ditanya
Jawab
xV
23
24
= 3,996 gr
Mol As. Asetat Anhidrat
= gr/Mr
= 3,996 gr/ 102 gr/mol
= 0,039 mol
= n x Mr
= 0,039 mol x 93,13 gr/mol
= 3,63 gr
= m/
V anilin
= n x Mr
= 0,039 mol x 60 gr/mol
= 2,34 gr
= m/p
= 2,43 gr/ 1,049 gr/ml
= 2,28 ml
0,078 mol
0,039 mol
0,039 mol
0,039 mol
0,039 mol
0,039 mol
0,039 mol
0,039 mol
= n x Mr
= 0,039 mol x 135,16 gr/mol
= 5,27124 gr
3. Berat sintesis
4. Berat Rekristalisasi
5. % Rendemen
25
6. % Efisiensi
x 100%
x 100%
5,27124 gr
= 55,26%
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
Selama 1 Jam.
26
Gambar
C.5.
Larutan
Kembali Disaring Pada
Tahap Rekristalisasi.
Campuran pada suhu
Gambar
C.6.
Hasil
Asetanilida Yang Didapat.
Campuran pada suhu