JURUSAN FARMASI
2022
Review article:
Review Jurnal Uji Kadar Disolusi Tablet Kalsium Laktat Menggunakan Titrasi
Kompleksometri
* *
Annisa Putri Salsabila1*, Fadhilah Amalia1 , Haevia Nafisah1*, Nina Sabrina1 , Syipa
*
Siti Saripah1
ABSTRAK :
Review jurnal ini bertujuan untuk mengetahui metode dan hasil pengukuran kadar obat
tablet kalsium laktat menggunakan titrasi kompleksometri. Metode yang kami gunakan yaitu
literatur review dimana metode ini digunakan untuk peninjauan pustaka dari karya ilmiah
sebelumnya mengenai titrasi kompleksometri pada sediaan obat. Pengukuran kadar tablet
kalsium laktat diukur menggunakan titrasi kompleksometri, dimana indikator yang digunakan
adalah indikator EBT dan larutan standar yang digunakan adalah EDTA. Dari hasil jurnal 1
didapatkan kadar rata-rata tablet kalsium laktat sebesar 101,61% dengan kadar minimum
98,46%. Hal ini sudah memenuhi syarat sesuai dengan yang tertera di Farmakope Indonesia
Edisi V yaitu tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5% = 80%, dimana Q = 75%. Sedangkan
jurnal 2 didapatkan hasil pada FI= 41,03%, FII= 41,03%, FIII= 41,11% dan FIV= 41,11%.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan kalsium laktat pada jurnal 2 memenuhi persyaratan dengan
jumlah kalsium laktat tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%.
BAB 1
PENDAHULUAN
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh dibandingkan
mineral lain, yaitu: 2% dari berat badan orang dewasa atau sekitar 1,0-1,4 kg. Kalsium
merupakan zat yang dibutuhkan sejak bayi hingga usia tua. Menurut salah satu dokter ahli gizi,
kebutuhan kalsium orang Indonesia rata-rata 500-800 mg/hari. Pada usia lanjut dan wanita
menopause, asupan kalsium yang dibutuhkan yaitu 1.000 mg/hari (Sedaoetama, 2007).
Kekurangan mineral dalam tulang pun bisa dicegah. Kekurangan kalsium atau defisiensi
kalsium adalah suatu kondisi di mana tubuh memiliki jumlah kalsium yang tidak memadai.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kefarmasian, begitu banyak
produk obat yang mengandung kalsium dalam berbagai bentuk sediaan obat yang tersebar
dipasaran. The Institute of Medicine telah menetapkan jumlah asupan kalsium.
Salah satu sediaan yang paling banyak beredar di pasaran adalah tablet kalsium
misalnya Tablet Kalsium Laktat. Kalsium laktat adalah suatu garam kalsium yang berfungsi
menjamin kebutuhan kalsium dalam tubuh. Kalsium laktat dapat meningkatkan kemampuan
pengikatan air dan juga dapat berfungsi sebagai pembentuk tekstur, penstabil serta pengental.
Titrasi kompleksometri ialah suatu titrasi berdasarkan reaksi pembentukan senyawa
kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks. (Day & Underwood, 1986). Salah
satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah
garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (EDTA). Menurut Khopkar (2002), titrasi
kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks
atau garam yang sukar mengion). Salah satu cara penetapan kadar suatu ion logam berdasarkan
terbentuknya suatu senyawa kompleks antar ion legam dengan senyawa pembentuk kompleks
ialah dengan kompleksometri.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksipembentukan
ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasidalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkatkelarutan tinggi. Selain
titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometriyang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.
BAB II
ALAT, BAHAN DAN METODE
2.2. Metode
Metode yang digunakan adalah literatur review yaitu sebuah pencarian literatur yang
bertujuan untuk mengalisis informasi yang sesuai terhadap pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya. Sumber literature diakses dari basis data Google Scholar dengan
menggunakan smartphone dan laptop sebagai perangkat atau media pencari jurnal.
Pustaka yang digunakan 2 jurnal nasional. Langkah awal literature review, yaitu mencari
jurnal di Google Scholar dengan memasukkan kata kunci: Review Jurnal Uji Kadar
Disolusi Tablet Kalsium Laktat Menggunakan Titrasi Kompleksometri, Setelah didapat
jurnal yang relevan kemudian mulai melakukan analisis data.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
No. Jenis Jenis Titran Hasil kadar Keterangan Sumber
logam indikator
yang diuji
1. Kalsium Erichrome Etilendiaminet 101,61% Kadar tablet Simbolon,
Black T etraacetic Acid sesuai Amna and
laktat
(EBT) (EDTA) 0,05M dengan Halimatus
sakdiah,
farmakope
(2020)
edisi V
3.2. Pembahasan
Menurut Penelitian (Simbolon, Amna, & Halimatussakdiah, 2020) prosedur
titrasi kompleksimetri :
1. Penimbangan sampel tablet
2. Pembuatan buffer ammonia
3. Ditimbang NH4Cl sebanyak 17,6 gram, kemudian ditambahkan NH4OH sebanyak 142
mL, lalu ditambahkan akuades hingga 250 mL
4. Pembutan indikator Erichrome Black T (EBT)
5. Ditimbang serbuk EBT sebanyak 200 mg, kemudian ditambahkan Trietanolamin
sebanyak 15 mL dan ditambahkan metanol sebanyak 5 mL. diaduk hingga homogen.
6. Pembuatan Larutan Etilendiaminetetraacetic Acid (EDTA) 0,05 M)
7. Ditimbang EDTA sebanyak 20,82 gr, kemudian ditambahkan akuades hingga 100 mL.
8. Penetapan Kadar dengan Titrasi
9. Setelah 45 menit alat dijalankan, dimatikan alat. Diambil cuplikan dengan spuit
sebanyak 50 mL dari masing-masing Vessels lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer
250 mL. Kemudian ditambahkan 5 mL larutan buffer ammonia dan 1 tetes indikator
EBT. Dititrasi larutan tersebut menggunakan larutan baku EDTA 0,05 M sampai
terjadi perubahan warna dari merah rose menjadi biru lembayung. Dimana hal tersebut
merupakan sebuah tanda dari berakhirnya proses titrasi.
Hasil dari penetapan kadar titrasi diperoleh sebuah kadar tablet dari PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Medan sebesar kadar rata-rata tablet kalsium laktat yang diperoleh
adalah 101,61% dan kadar minimun 98,46%. Reaksi pembentukan ion kompleks yang
terjadi yaitu
Ca2+ + 2NH3 + 2H2O → Ca(OH)2 + 2NH4+
Ca(OH)2 + 4NH3 → [Ca(NH3)4] 2+ + 2OH-
Ca2+ + EBT → CaEBT
CaEBT + EDTA → CaEDTA + EBT
Menurut Penelitian berat serbuk tablet yang digunakan dalam penetapan kadar
adalah berat 1 tablet yaitu 600 mg, karena jika digunakan berat sampel yang sedikit maka
EDTA akan sulit membentuk kompleks dengan kalsium yang menyebabkan titik akhir
titrasi sulit ditentukan. hasil yang diperoleh, kadar kalsium laktat didalam 1 tablet pada
FI = 41,03%, FII = 41,03%, FIII = 41,11%, dan FIV = 41,11%. Dan dari hasil yang
diperoleh dapat dilihat bahwa kadar kalsium laktat dalam 1 tablet sedikit berbeda dari
kadar kalsium laktat yang ada pada masing-masing formula, yaitu 41,67%. Hal ini
mungkin karena pada proses pembuatan, ada zat aktif yang tertinggal dilumpang atau
terbuang. Untuk persentase kadar kalsium laktat dalam 1 tablet terhadap kadar zat aktif
dari formula diperoleh hasil yaitu FI = 98,46%, FII = 98,46%, FIII = 98,66%, dan FIV =
98,66%. Dan dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa keempat formula memenuhi
persyaratan dengan jumlah kalsium laktat tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari
101,0% (Depkes RI, 1995).
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil review jurnal menunjukkan bahwa hasil jurnal 1 didapatkan kadar
rata-rata tablet kalsium laktat sebesar 101,61% dengan kadar minimum 98,46%. Hal ini sudah
memenuhi syarat sesuai dengan yang tertera di Farmakope Indonesia Edisi V yaitu tiap unit
sediaan tidak kurang dari Q + 5% = 80%, dimana Q = 75%. Sedangkan jurnal 2 didapatkan
hasil pada FI = 41,03%, FII = 41,03%, FIII = 41,11% dan FIV = 41,11%. Dari hasil tersebut
dapat dikatakan kalsium laktat pada jurnal 2 memenuhi persyaratan dengan jumlah kalsium
laktat tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%.
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, W. and Jumaynah, N. (2010) ‘Variasi Konsentrasi Hpmc Sebagai Bahan Pengikat’,
(1986), pp. 30–36.
Simbolon, R. A., Amna, U. and Halimatussakdiah, H. (2020) ‘Uji Kadar Disolusi Tablet
Kalsium Laktat Menggunakan Titrasi Kompleksometri’, QUIMICA: Jurnal Kimia
Sains dan Terapan, 2(2), pp. 11–13. doi: 10.33059/jq.v2i2.2618.
Quimica: Jurnal Kimia Sains dan Terapan ISSN 2716-0963
Volume 2, Nomor 2, Oktober 2020 e-ISSN 2716-1218
ABSTRAK
Pengujian disolusi tablet Kalsium Laktat betujuan untuk memastikan kadar zat aktif dari kalsium laktat dapat
terlarut dalam tubuh sehingga mencapai efek terapi yang diinginkan. Alat yang digunakan adalah Disolusion
Tester merk Hanson type Vision G2 Elite 8TM dengan menggunakan metode keranjang. Media yang
digunakan adalah aquadem dengan volume 500 ml tiap vesselsnya (tabung disolusi). Pengukuran kadar
tablet kalsium laktat diukur menggunakan titrasi kompleksometri, dimana indikator yang digunakan adalah
indikator EBT dan larutan standar yang digunakan adalah EDTA. Dari hasil pengujian didapatkan kadar rata-
rata tablet kalsium laktat sebesar 101,61% dengan kadar minimun 98,46%. Hasil ini menunjukkan bahwa
tablet Kalsium Laktat yang di produksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi syarat
sesuai dengan yang tertera di Farmakope Indonesia Edisi V yaitu tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%
= 80%, dimana Q = 75%.
Kata Kunci: Kalsium Laktat, Disolusi, Disolusi Tipe Keranjang, Titrasi Kompleksometri
penguat, penambah rasa, pengasam, suplemen,
PENDAHULUAN
agen anti bakteri, sebagai bahan pembuatan
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak
biomaterial substitusi tulang serta sebagai agen
terdapat didalam tubuh, yaitu sebanyak 2%.
antitartar pada pasta gigi [4]. Kalsium laktat
Salah satu dokter ahli gizi mengemukakan
dapat diproduksi salah satunya dalam bentuk
bahwa kebutuhan kalsium orang indonesia rata-
tablet.
rata 500-800 mg/hari. Pada usia lanjut dan
Tablet merupakan sediaan padat yang dibuat
wanita menopause, asupan kalsium yang
secara kempa-cetak, berbentuk rata atau
dibutuhkan meningkat menjadi 1.000 mg/hari.
cembung rangkap yang umumnya bulat dan
Bila kadar kalsium darah turun di bawah normal
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
makatubuh akan mengambil kalsium dari tulang
atau tanpa adanya zat tambahan. Zat tambahan
agar kalsium dalam darah dapat seimbang.
yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
Pengambilan kalsium dari tulang secara terus-
pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat
menerus dapat menyebabkan pengeroposan
pelicin dan zat pembersih [1]. Tablet harus
tulang. Oleh karena itu penting untuk menjaga
melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam
keseimbangan kalsium [3]. Pada usus halus,
jumlah yang sesuai sehingga menimbulkan
absorpsi kalsium merupakan satu-satunya
efaek yang diinginkan jika memiliki mutu dan
sumber kalsium bagi pembentukan tulang
kadar yang sesuai. Untuk menghasilkan mutu
sehingga berpengaruh tehadap densitas dan
dan kadar yang baik dan memenuhi persyaratan,
kekuatan tulang yang secara langsung
pemilihan dan kombinasi bahan pembantu
mempengaruhi aktivitas fisik [2].
memiliki peranan penting dalam proses
Kalsium laktat adalah suatu garam kalsium
pembuatan tablet.
yang berfungsi menjamin kebutuhan kalsium
dalam tubuh [3]. Kalsium laktat dapat BAHAN DAN METODE
meningkatkan kemampuan pengikatan air dan
juga dapat berfungsi sebagai pembentuk tekstur, Bahan
penstabil serta pengental [1]. Kalsium Laktat
juga banyak digunakan sebagai fortifikasi Bahan yang digunakan adalah 6 tablet
kalsium sebagai tingkat absorpsi tinggi di industri kalsium laktat, aquadem, larutan buffer ammonia,
pangan dan obat-obatan. Kalsium laktat diakui indikator Erichrome Black T (EBT) dan larutan
baku Etilendiaminetetraacetic Acid (EDTA) 0,05
aman dan dapat digunakan sebagai agen
M.
kadar disolusi vessels 1 adalah 102,72%, dan Fisik Bakso Ayam”, Buletin Peternakan
vessels 2 adalah 98,70%, vessels 3 adalah 40 (1) ,40-47 (2016)
102,43%, vessels 4 adalah 107,15%, vessels 5 [5] Anief, M, “Ilmu Meracik Obat”, Penerbit
adalah 100,22% dan vessels 6 adalah 98,46%. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
Hasil tersebut memenuhi syarat sesuai dengan 2000
yang tertera di Farmakope Indonesia Edisi V
yaitu tiap unit sediaan kalsium laktat tidak kurang
dari Q + 5% = 80%, dimana Q = 75%. Dan dapat
melarut dengan baik sesuai dengan ketentuan.
Reaksi pembentukan ion kompleks yang
terjadi adalah:
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian kadar disolusi
tablet kalsium laktat yang di produksi di PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan
memenuhi syarat sesuai dengan yang tertera di
Farmakope Indonesia Edisi V yaitu tiap unit
sediaan tidak kurang dari Q + 5% = 80%,
dimana Q = 75%. Kadar rata-rata tablet kalsium
laktat yang diperoleh adalah 101,61% dan kadar
minimun 98,46%.
REFERENSI
[1] Catherina, C. I., Sutarjo, S., dan Erni, S.
“Pengaruh Konsentrasi Perendaman
Kalsium Laktat terhadap Sifat Fisikokimia
Mashed Sweet Potato Powder”, Jurnal
Teknologi Pangan dan Gizi 15 (2), 65-71
(2016)
[2] Muliani, I., Nyoman, M. K., dan Ketut, T.
“Pemberian Kalsium Laktat dan Berenang
Meningkatkan Osteoblast pada Epiphysis
Tulang Radius Mencit Perimenopause”,
Jurnal Veteriner 15 (1), 39-45 (2014)
[3] Ningsih, W., Firmansyah, Nova, J.
“Formulasi Tablet Kunyah Kalsium Laktat
dengan Variasi Konsentrasi sebagai Bahan
Pengikat terhadap Sifat Fisiknya”, JIFFK 14
(1), 30-35 (2017)
[4] Prayitno, A. H., Edi, S., dan Rusman.
“Pengaruh Fortifikasi Nanopartikel Kalsium
Laktat Kerang Telur terhadap Sifat Kimia
1)
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang
INTISARI
Telah dilakukan penelitian formulasi tablet kunyah kalsium laktat dengan menggunakan
HPMC (Hydroxypropyl Methyl Cellulose) sebagai bahan pengikat menggunakan metoda granulasi
basah. Pada penelitian ini dibuat empat formula (FI, FII, FIII, dan FIV) dengan perbedaan
konsentrasi bahan pengikat yaitu 1%, 2%, 3%, dan 4%. Evaluasi granul tablet kunyah meliputi
organoleptis, kandungan air, kecepatan alir, sudut istirahat, bobot jenis nyata, bobot jenis mampat,
bobot jenis benar, porositas, faktor hausner, dan kompresibilitas memberikan hasil yang memenuhi
persyaratan. Evaluasi tablet kunyah meliputi organoleptis, keseragaman bobot, kekerasan,
kerapuhan tablet dan penetapan kadar kalsium laktat memenuhi persyaratan, sedangkan
keseragaman ukuran belum memenuhi persyaratan. Hasil uji terhadap panelis dari keempat
formula secara statistik dengan menggunakan metoda Kruskal-Wallis dari segi rasa FII lebih
disukai dari pada FI, FIII, dan FIV.
Kata kunci : (HPMC), Kalsium Laktat, Tablet Kunyah
ABSTRACT
Various formulations of the calcium lactate chewable tablets have been done by wet
granulation method using HPMC (Hydroxypropyl Methyl Cellulose) as a binding agent. Here,
four formulations (FI, FII, FIII, and FIV) were prepared by adding different concentrations of
binding agent, it was 1%, 2%, 3%, and 4%. Granules of chewable tablets were qualified based on
evaluations for parameters such as organoleptic, water content, flowrate, angle of repose, real
density, tapped density, bulk density, Hausner’s ratio, and compressibility index. Chewable tablets
evaluations for organoleptic, weight variation, hardness, friability, and determinations of calcium
lactate content were within the acceptance criteria, but not for its size variation. The result of
panelists test of the four formulations by using Kruskal-Wallis method statistically which in terms
of taste obtained FII is preferred than FI, FIII, and FIV.
Keywords : HPMC, calsium lactate, tablets
30
atau orang tua yang mungkin sukar menelan granulasi basah, kering, atau kempa
obat utuh.Proses pembuatan tablet secara langsung dapat
diterapkan pada tablet kunyah seperti pada Defisiensi kalsium dapat
tipe tablet lainnya. Umumnya tabet kunyah menyebabkan mudah terserangnya saraf dan
menggunakan manitol, sorbitol, atau sukrosa otot dengan akibat serangan kejang (tetani)
sebagai bahan pengisi (Siregar, 2010). terganggunya pertumbuhan, serta
Pada pembuatan tablet, digunakan melunaknya tulang (osteoporosis),
suatu bahan pengikat yang berfungsi untuk (Winarno, 2004).
menyatukan partikel serbuk dalam sebuah Bila kadar kalsium darah turun di
butir granulat dan meningkatkan bawah normal, tubuh akan mengambilnya
kekompakan dan kekerasan tablet (Lachman dari tulang untuk menjaga keseimbangan
dkk, 1994), serta mempermudah kalsium darah tersebut. Pengambilan
pembentukan granul sehingga mudah kalsium dari tulang dalam waktu lama akan
dicetak menjadi tablet (Anief, 1997). Salah menyebabkan pengeroposan tulang. Oleh
satunya adalah HPMC (Hydroxypropyl karena adanya kalsium yang selalu hilang
Methyl Cellulose). HPMC adalah salah satu melalui tinja dan urin, maka intake dan
pengikat turunan selulosa.HPMC banyak absorpsi kalsium yang besar penting untuk
digunakan sebagai bahan pengikat karena menjaga keseimbangan kalsium (Robbins
mempunyai sifat-sifat antara lain, dan Stanley, 1995).
memperbaiki daya alir dari granul-granul Kalsium Laktat merupakan garam
sehingga menghasilkan tablet yang kompak kalsium yang berguna untuk menjamin
dan secara kimia bersifat inert (Nasution, kebutuhan tubuh akan kalsium (Tjay dan
2011). Rahardja, 2007).
HPMC tidak memiliki rasa dan bau, Untuk meningkatkan daya tarik dan
stabil terhadap panas, cahaya, udara, dan penerimaan pasien, kalsium laktat dibuat
dapat disesuaikan dengan tingkat dalam bentuk tablet kunyah. Tablet kunyah
kelembaban, serta mempunyai kemampuan dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan
untuk mencampur zat warna/zat aditif residu dengan rasa enak dalam rongga
lainnya ke dalam lapisan tipis (Lachman mulut, mudah ditelan, dan tidak
dkk, 1994). Dengan tekanan kompresi yang meninggalkan rasa pahit atau tidak enak
sama, bahan pengikat HPMC menghasilkan (Depkes RI, 1995). granulat dan
tablet yang memiliki kerapuhan yang lebih meningkatkan kekompakan dan kekerasan
baik jika dibandingkan dengan tablet yang tablet (Lachman dkk, 1994), serta
menggunakan bahan pengikat PVP (Marja, mempermudah pembentukan granul
2009). sehingga mudah dicetak menjadi tablet
Kalsium merupakan mineral yang (Anief, 1997).
paling banyak terdapat di dalam tubuh Tablet kunyah dibuat dengan
dibandingkan mineral lain, yaitu: 2% dari berbagai variasi konsentrasi bahan pengikat
berat badan orang dewasa atau sekitar 1,0- HPMC dengan metoda granulasi basah
1,4 kg. Kalsium merupakan zat yang menggunakan manitol sebagai bahan
dibutuhkan sejak bayi hingga usia tua. pengisi. Penelitian ini bertujuan untuk
Menurut salah satu dokter ahli gizi, memformulasikan kalsium laktat dalam
kebutuhan kalsium orang Indonesia rata-rata bentuk tablet kunyah dengan memfokuskan
500-800 mg/hari. Pada usia lanjut dan pada pengaruh variasi konsentrasi HPMC
wanita menopause, asupan kalsium yang (Hydroxypropyl Methyl Cellulose) sebagai
dibutuhkan yaitu 1.000 mg/hari bahan pengikat terhadap sifat fisik dan
(Sedaoetama, 2007).
31
respon rasa. Sehingga melalui penelitian ini untuk menghasilkan tablet kunyah kalsium
diharapkan dapat ditentukan konsentrasi laktat dengan sifat fisik yang baik dan rasa
HPMC yang tepat sebagai bahan pengikat yang dapat diterima oleh konsumen.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini konsentrasi HPMC (Hydroxypropyl Methyl
bertujuan untuk memformulasikan kalsium Cellulose) sebagai bahan pengikat terhadap
laktat dalam bentuk tablet kunyah dengan sifat fisiknya.
memfokuskan pada pengaruh variasi
33
yang baik menurut Lachman dkk (1994) tablet yang dihasilkan akan keras dan jika
yaitu berkisar antara 25-45o dan menurut terlalu besar tablet akan menjadi rapuh
Carstensen (1980) yaitu 28-42o. (Lachman dkk, 1994). Semakin kecil
Kadar fines atau serbuk halus dari konsentrasi bahan pengikat yang digunakan,
granul berfungsi untuk mengisi rongga- maka semakin kecil juga kekuatannya untuk
rongga antar granul pada saat pencetakan mengikat serbuk. Dari hasil yang diperoleh,
tablet. Kadar fines yang baik berkisar antara dapat dilihat bahwa FI memiliki kadar fines
15%-30%. Kadar fines dari FI= 22,07%; yang lebih besar daripada keempat formula
FII= 18,19%; FIII= 9,02%; dan FIV= yang lain. Hal ini karena konsentrasi bahan
5,33%. Jika kadar fines terlalu kecil maka
pengikat yang digunakan pada FI adalah Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat
yang paling kecil, yaitu 1%. yang digunakan, maka kekerasan tabletpun
Evaluasi tablet bertujuan untuk akan semakin meningkat. Kekerasan tablet
mengetahui apakah tablet yang dihasilkan berguna untuk pengontrolan fisik selama
memenuhi persyaratan yang telah proses pembuatan tablet (Lachman dkk,
ditetapkan. Rasa merupakan faktor penting, 1994).
karena tablet kunyah proses Kerapuhan tablet berguna untuk
penghancurannya dibantu oleh gigi dengan mengetahui ketahanan tablet terhadap
mengunyah tablet tersebut. Sehingga harus guncangan yang terjadi selama proses
dibuat sediaan yang dapat memberikan rasa pembuatan, pengemasan, dan
yang nyaman dimulut saat dikunyah dan pendistribusian. Kerapuhan tablet FI=
tidak mengganggu kenyamanan pasien 1,13%; FII= 0,64%; FIII= 0,55%; dan FIV=
ketika mengkonsumsinya sehingga 0,47%. Syarat kerapuhan untuk tablet
kepatuhan pasien tidak menurun. kunyah sampai 4% dapat diterima, karena
Berdasarkan hasil evaluasi, kekerasan tablet yang lebih rendah (Siregar,
diameter masing-masing tablet sama yaitu 2010). Keempat formula memenuhi syarat
1,05 cm dan tebal tablet 0,1 cm. Dari hasil uji kerapuhan. Diantara keempat formula
tersebut didapat hasil bahwa keseragaman tersebut, nilai kerapuhan paling kecil
ukuran tablet tidak memenuhi persyaratan dimiliki oleh formula 1 yaitu 1,13%. Hal ini
karena diameter tablet lebih dari tiga kali karena pada formula 1 bahan pengikat yang
tebal tablet. Hal ini mungkin karena jenis digunakan konsentrasinya paling kecil
alat pencetak tablet yang digunakan hanya sehingga ketahanan tablet terhadap
satu, sehingga ukuran ketebalan tablet tidak guncanganpun rendah.
sesuai dengan diameter tablet. Penyebab lain Untuk mengetahui kandungan zat
yaitu mungkin karena volume ruang aktif di dalam tablet, dilakukan evaluasi
cetakan/die pada alat pencetak tablet tidak penetapan kadar kalsium laktat secara
sesuai dengan bobot tablet yang akan kompleksometri(Rivai, 1995). Berat serbuk
dicetak. % penyimpangan keseragaman tablet yang digunakan dalam penetapan
bobot FI= ±0,0025%; FII= ±0,002%; FIII= kadar adalah berat 1 tablet yaitu 600 mg,
±0,01%; dan FIV= ±0,0085%. Dan keempat karena jika digunakan berat sampel yang
formula tablet memenuhi persyaratan karena sedikit maka EDTA akan sulit membentuk
tidak lebih dari dua tablet yang menyimpang kompleks dengan kalsium yang
lebih besar dari 5% dan tidak satupun yang menyebabkan titik akhir titrasi sulit
menyimpang lebih besar dari 10%. Hal ini ditentukan. Berdasarkan hasil, kadar kalsium
karena granul yang diperoleh memiliki sifat laktat didalam 1 tablet pada FI= 41,03%,
alir yang baik. Sifat alir yang baik akan FII= 41,03%, FIII= 41,11%, dan FIV=
menjamin keseragaman bobot tablet. 41,11%. Dan dari hasil yang diperoleh dapat
Kekerasan dan kerapuhan tablet dilihat bahwa kadar kalsium laktat dalam 1
digunakan untuk menentukan kekuatan tablet sedikit berbeda dari kadar kalsium
tablet. Syarat kekerasan dari tablet kunyah laktat yang ada pada masing-masing
menurut Soekami (1987) yaitu 3 kg dan formula, yaitu 41,67%. Hal ini mungkin
menurut Parrot (1970) yaitu berkisar antara karena pada proses pembuatan, ada zat aktif
4-8 Kg. Kekerasan tablet FI= 3,2 Kg; FII= yang tertinggal dilumpang atau terbuang.
3,95 Kg; FIII= 4,58 Kg; dan FIV= 6,1 Kg. Untuk persentase kadar kalsium laktat dalam
34
1 tablet terhadap kadar zat aktif dari formula Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia
diperoleh hasil yaitu FI= 98,46%, FII= Edisi IV, Departemen Kesehatan
98,46%, FIII= 98,66%, dan FIV= 98,66%. Republik Indonesia, Jakarta.
Dan dari hasil tersebut, dapat dikatakan Lachman, L., H. A. Lieberman and J.L
bahwa keempat formula memenuhi Kaning, 1994, Teori dan Praktek
persyaratan dengan jumlah kalsium laktat Farmasi Industri Edisi II,
tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari Universitas Indonesia Press,
101,0% (Depkes RI, 1995). Jakarta.
Uji tanggapan rasa dan kekerasan Lieberman, H. A., Lachman, L., and
tablet kunyah kalsium laktat dari keempat Schwartz, J. B., 1990,
formula yang dilakukan terhadap 10 panelis Pharmaceutical Dosage Forms,
secara statistik menggunakan metode Marcel Dekker, New York.
Kruskal-Wallis, H hitung lebih kecil dari H Marja, T. S., 2009, Pengaruh Variasi
tabel. Maka FII lebih disukai dari pada FI, Konsentrasi Hydroxypropyl Methyl
FIII, dan FIV. Cellulose sebagai Bahan Pengikat
dan Manitol sebagai Bahan Pengisi
KESIMPULAN DAN SARAN Terhadap Sifat Fisik dan Respon
Kesimpulan Rasa Tablet Effervescent Ekstrak
Berdasarkan penelitian yang telah Tanaman Ceplukan (Physalis
dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa angulata L.), Skripsi, Fakultas
semakin besar konsentrasi HPMC sebagai Farmasi, Universitas
pengikat, semakin besar kekerasan tablet dan Muhammadiyah Surakarta,
kerapuhan tablet menjadi menurun dan hasil Surakata.
uji terhadap panelis dari keempat formula Nasution, B. M., 2011, Penggunaan
secara statistik dengan menggunakan metoda Pharmacoat 615 sebagai Bahan
Kruskal-Wallis, FII lebih disukai dari pada Pengikat pada Tablet Asam Folat
FI, FIII, dan FIV. secara Granulasi Basah,
Saran Universitas Sumatera Utara,
Disarankan pada peneliti selanjutnya Medan.
untuk mengembangkan formula tablet Parrott, E. L., 1970, Pharmaceutical
kunyah kalsium laktat dengan Technology, Burgess Publishing
memvariasikan bahan tambahan lain seperti Company, United States of
bahan pengisi atau bahan pengikat atau America.
memodifikasi pemberian flavour agent agar Rivai, H., 1995, Asas Pemeriksaan Kimia,
diperoleh tablet kunyah dengan warna dan UI Press, Jakarta.
rasa yang lebih menyenangkan dan dapat Robins, M. D. dan I. Stanley, 1995, Buku
diterima konsumen. Ajar Patologi II, EGC, Jakarta.
Sedaoetama, A. D., 2007, Ilmu Gizi untuk
DAFTAR PUSTAKA Mahasiswa dan Profesi, Dian
Anief, M., 1997, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Rakyat, Indonesia.
Mada University Press, Soekami, A. R., 1987, Tablet, PT. Mayang
Yogyakarta. Kencana, Medan.
Banker, G. S., and Anderson, N. R., 1986, Siregar, C. J. P., 2010, Teknologi Farmasi
Tablet, Dalam Lachman, L., Sediaan Tablet: Dasar-Dasar
Lieberman, H. A., Kanig, J. L. Praktis, EGC, Jakarta.
(Eds). Teori dan Praktek Farmasi Tjay, T. H. dan Raharjo, K., 2007, Obat-
Industri, Diterjemahkan oleh Siti obat Penting Edisi VI, PT Elex
Suyatmi, UI-Press, Jakarta. Media Komputindo, Jakarta.
Carstensen, J. T., 1980, Solid Voigt, R., 1995, BukuAjar Teknologi
Pharmaceutics: Mechanical Farmasi Edisi V. Penerjemah: S. N.
Properties and Rate Phenomena, Soewandi, Gadjah Mada University
Academic Press, London. Press, Yogyakarta.
Winarno, F. G., 2004, Kimia Pangan dan
Gizi, Gramedia, Jakarta.
35
36