Sifat-sifat cahaya:
– Dapat dilihat oleh mata
– transversal
– Merambat menurut garis lurus
– MemilikI energi
– Dipancarkan dalam bentuk radiasi
– Dapat mengalami pantulan, pembiasan, interfensi, difraksi (lenturan), dan
polarisasi (terserap sebagian arah getarnya).
Penggunaan Cahaya Sebagai Alat Bantu Dalam Usaha Penangkapan
Ikan
A. Sejarah penggunaan cahaya dalam penangkapan ikan
Penggunaan cahaya, terutama cahaya listrik dalam kegiatan penangkapan
ikan pertama kali dikembangkan di Jepang sekitar tahun 1900, kemudian
berkembang ke berbagai belahan dunia. Di Indonesia sendiri, penggunaan lampu
sebagai alat bantu penangkapan ikan tidak di ketahui dengan pasti, namun yang
jelas sekitar tahun 1950an di pusat-pusat perikanan Indonesia Timur, dimana usaha
penangkapan cakalang dengan pole and line marak dilakukan, penggunaan cahaya
(lampu) untuk penangkapan ikan telah dikenal secara luas. Penggunaan cahaya
listrik dalam skala industri penangkapan ikan pertama kali dilakukan di Jepang pada
tahun 1900 untuk menarik perhatian berbagai jenis ikan, kemudian berkembang
dengan pesat setelah Perang Dunia II.
Dalam perkembangannya beberapa sumber cahaya yang digunakan sebagal
alat bantu penangkapan di Indonesia antara lain:
a. Obor
Obor dibuat dari bambu yang kemudian diisi dengan minyak tanah dan diberi sumbu
pada bagian ujung atasnya. Dahulu alat ini banyak digunakan untuk penangkapan di
Selat Bali. namun sekarang penggunaannya sulit ditemukan lagi.
b. Lampu Petromaks
Lampu petromaks umumnya memiliki kekuatan cahaya 200 lilin atau sekitar 200
watt. Di daerah Indonesia bagian timur penggunaan petromaks jenis kedua biasa
dilakukan untuk melakukan penangkapan ikan di pinggiran pantai dengan cara
menombak.
c. Lampu Listrik
Meskipun pemakaian lampu yang bersumber dari tenaga listrik ini lebih mudah,
efektif dan efisien, sebab penempatannya dapat diatur sesuai dengan keinginan,
namun penggunaan lampu listrik bagi nelayan kecil di Indonesia masih sangat
terbatas.
a. Syarat Lingkungan
b. Syarat Penangkapan
Selain faktor-faktor lingkungan diatas, ada beberapa syarat lain yang
menentukan keberhasilan suatu operasi penangkapan. Beberapa syarat yang perlu
diperhatikan antara lain :
1) Cahaya yang akan digunakan harus tepat untuk jenis ikan yang akan ditangkap
dengan mengetahui behavior dari ikan-ikan yang hendak ditangkap terhadap jenis
cahaya.
2) Cahaya yang digunakan juga harus mampu menarik ikan pada jarak yang jauh
baik vertikal maupun horisontal, untuk syarat ini biasa digunakan cahaya berwarna
biru atau hijau.
3) Ikan-ikan diusahakan untuk berkumpul pada area penangkapan tertentu.
4) Waktu yang tepat untuk menentukan mulai penangkapan terhadap ikan-ikan
yang telah berkumpul, setelah ikan mulai berkumpul diusahakan ikan tetap tenang
berada pada area penangkapan sampai batas waktu tertentu sebelum dilakukan
penangkapan, untuk itu diusahakan agar ikan tidak melarikan diri atau menyebar.
c. Syarat Biologi
Dalam hubungannya dengan keberhasilan operasi penangkapan dengan
menggunakan cahaya, perlu kiranya diketahui kebiasaan dari ikan-ikan yang akan
ditangkap. Salah satu kebiasan ikan yang perlu diperhatikan dalam penangkapan
adalah ruaya vertikal harian ikan tersebut. Berdasarkan ruaya vertikal hariannya,
ikan dan hewan laut lainnya dapat dibagi atas 6 kelompok, yaitu :
1) Jenis ikan pelagis yang muncul sedikit diatas termoklin pada siang hari.
2) Jenis ikan pelagis yang muncul dibawah termoklin pada waktu siang hari.
3) Jenis ikan pelagis yang muncul dibawah termoklin selama waktu sore hari
4) Jenis ikan dasar (demersal fish) berada dekat dasar perairan pada waktu siang
hari, beruaya dan menyebar di bawah termoklin, terkadang berada diatas termoklin
pada sore hari kemudian turun ke dasar atau lapisan yang lebih dalam pada waktu
pagi hari.
5) Jenis-jenis ikan yang menyebar melalui kolom air selama siang hari, sedangkan
pada waktu malam ikan tersebut akan turun ke dasar perairan.
6) Jenis ikan pelagis maupun demersal yang tidak memiliki migrasi harian yang
jelas.
B. Kuat Dan Kemampuan Penglihatan Ikan Dalam Air
Cahaya yang masuk ke dalam air akan mengalami pereduksian yang jauh
lebih besar bila dibandingkan dalam udara. Hal tersebut terutama disebabkan
adanya penyerapan dan perubahan cahaya menjadi berbagai bentuk energi,
sehingga cahaya tersebut akan cepat sekali tereduksi sejalan dengan semakin
dalam suatu perairan. Pembalikan dan pemancaran cahaya yang disebabkan oleh
berbagai partikel dalam air, keadaan cuaca dan gelombang banyak memberikan
andil pada pereduksian cahaya yang diterima air tersebut. Dengan demikian daya
penglihatan ikan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut (Gunarso, 1985).