Anda di halaman 1dari 10

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Tangkap Bubu

Alat tangkap bubu merupakan alat tangkap pasif, sehingga dibutuhkan

pemikat atau umpan agar ikan yang akan dijadikan target tangkapan mau

memasuki bubu.Pada umumnya umpan diletakkan ditengah-tengah bubu, bentuk

bubu bervariasi ada yang seperti sangkar, silinder, gendang, segitiga memanjang

(kubus) dan lain-lain. Secara umum bubu terdiri dari bagian-bagian badan, mulut

atau pintu. Badan merupakan tempat dimana ikan-ikan terkurung, Sedangkan

mulut merupakan pintu dimana ikan dapat masuk dan tidak dapat keluar, Pintu

adalah bagian tempat pengambilan hasil tangkapan.

Bubu lipat merupakan alat tangkap yang populer digunakan oleh nelayan

untuk menangkap rajungan. Alat tangkap ini berupa jebakan yang bersifat pasif

yang mana ikan dapat masuk dengan mudah tanpa paksaan tetapi sulit keluar

atau meloloskan diri karena dihalangi dengan beragai cara (Nuryawati, 2011).

Slack dan Smith (2001) membuat perbedaan karekter antara perangkap

(trap) dengan bubu (pot).Perangkap adalah alat tangkap yang sederhana dan

pasif, serta dapat membuat ikan masuk ke dalamnya dan sulit untuk meloloskan

diri.Pada beberapa konstruksi perangkap, terdapat bagian yang berfungsi

mengarahkan ikan agar masuk ke dalam perangkap.Perangkap bersifat menetap

sehingga tidak dapat dipindah-pindahkan karena konstruksi dan ukurannya yang

besar.Beberapa macam perangkap diantaranya adalah sero, barrier atau

penghadang yang terbuat dari tumpukan batu, fyke, dan lain-lain.Adapun bubu

berbentuk lebih sederhana dan ukurannya lebih kecil, sehingga mudah untuk

dipindah-pindahkan, dan dipasang dengan bantuan perahu menuju daerah

penangkapan.Namun perangkap dan bubu mempunyai kesamaan dalam prinsip


6

kerjanya, yaitu memiliki ruang untuk memerangkap ikan, bentuknya pun dibuat

untuk memudahkan ikan untuk masuk dan sukar untuk keluar. Tipe bubu yang

ada di luar negeri diantaranya adalah bubu berbentuk lingkaran yang berasal dari

Australia, bubu “Z” yang berasal dari Karibia, dan bubu berbentuk drum yang

berasal dari Jerman. Tipe bubu di Indonesia diantaranya adalah bubu paralon,

bubu gurita, bubu lobster, bubu pakaja, dan bubu kakap merah. Dapat dilihat

pada gambar 1.

Gambar 1. Alat tangkap bubu

2.2 Konstruksi

Bubu merupakan alat tangkap yang umum dikenal di kalangan

nelayan.Variasi bentuknya banyak sekali, hampir setiap daerah perikanan

memiliki bentuk model sendiri.Bentuk bubu ada yang seperti sangkar (cage),

silinder (cylindrical), gendang, segitiga, memanjang, kubus, atau segi banyak

(polygon), bulat setengah lingkaran dan lain-lain.Secara garis besar bubu terdiri

dari bagian badan (body), mulut (funnel).Badan berupa rongga atau ruang

dimana tempat ikan terkurung.Mulut bubu berbentuk seperti corong, merupakan


7

pintu dimana ikan dapat masuk tetapi dipersulit bahkan tidak dapat keluar

(Mukhlish, 2012).

Umumnya bubu terdiri dari mulut dan badan bubu. Adapun tempat umpan

dan pintu khusus untuk mengeluarkan hasil tangkapan tidak terdapat pada setiap

bubu. Slack dan Smith (2001) menyatakan bahwa bubu terdiri dari:

1. Rangka

Rangka dibuat dari material yang kuat dan dapat mempertahankan bentuk

bubu ketika dioperasikan dan disimpan. Pada umumnya rangka bubu terbuat dari

besi atau baja. Namun dibeberapa tempat rangka bubu dibuat dari papan atau

kayu sedangkan di Kecamatan Paciran bubu untuk menangkap hewan-hewan

crustasea menggunakan rangka yang terbuat dari besi atau baja, karena hampir

seluruhnya bubu yang dipakai adalah bubu lipat.

2. Badan

Badan pada bubu modern biasanya terbuat dari kawat, nilon, baja bahkan

plastik. Pemilihan materiat bubu tergantung dari kebiasaan masyarakat

setempat, kemampuan membuat, ketersedian material serta biaya dalam

pembuatan. Selain itu pemilihan material tergantung pada target hasil tangkapan

dan kondisi daerah penangkapan.

3. Mulut

Salah satu bentu dari mulut bubu adalah corong. Lubang corong bagian

dalam biasanya mengarah ke bawah dan dipersempit untuk menyulitkan ikan

keluar dari bubu.

4. Tempat umpan

Tempat umpan pada umumnya terletak di dalam bubu. Umpan yang dicacah

biasanya dibungkus menggunakan tempat umpan yang terbuat dari kawat atau

plastik, sedangkan di Kecamatan Paciran umpan yang tidak dicacah biasanya


8

hanya diikatkan atau ditusukkan pada tempat umpan dengan menggunakan

kawat atau tali.

5. Pintu untuk mengeluarkan hasil tangkapan

Untuk mengeluarkan hasil tangkapan bubu biasanya akan dibuka melalui sisi

atas bubu.

6. Pemberat

Pemberat dipasang pada bubu untuk mengatasi pengaruh pasang surut, arus

laut dan gelombang, sehingga posisi bubu tidak berpindah-pindah dari tempat

setting semula. Pemberat pada bubu biasa terbuat dari besi, baja, batu dan jenis

batuan lainnya.

2.3Metode Pengoperasian.

Menurut Sainsbury (1996) pengoperasian alat tangkap bubu biasanya

menggunakan metode single atau dengan metode rawai, pemilihan metode

tersebut ditentukan tergantung kedalaman fishing ground, ruang yang dibutuhkan

dan pola atau model pemasangan bubu. Pada daerah yang dangkal secara

umum bubu dipasang secara sendiri-sendiri dan diletakkan dibatu-batu karena

arus yang tidak terlalu deras, sedangkan pada daerah perairan yang lebih dalam

biasanya bubu akan dipasang secara rawai karena di wilayah perairan yang lebih

dalam bisanya terdapat lebih banyak ruang.

Metode pengoperasian bubu menurut FAO (1968) sebagai berikut:

1) Rigging (tali-temali)

Pemasangan tali-temali terutama tali pelampung tanda

2) Baiting atau pemasangan umpan

3) Setting atau pemasangan bubu


9

Keberhasilan penangkapan ikan sangat bergantung pada lokasi

penempatan bubu dan posisi penempatan tergantung pada jenis ikan yang

menjadi target sasaran

4) Soaking time atau lama perendaman

Bergantung pada tingkah laku dari ikan sasaran penangkapan dan daya

tahan umpan. Pada saat ikan sangat aktif mencari makan, lama perendaman

hanya membutuhkan beberapa menit

5) Hauling atau pengangkatan

Dilakukan secara manual maupun dengan bantuan mesin line hauler.

Setelah bubu diangkat, hasil tangkapan dipindahkan di palkah atau keranjang

yang telah disiapkan sebelumnya.

Metode pengoperasian alat tangkap bubusecara umum hampirsama

dengan semua jenis bubu, dimana akan terlebih dulu menentukan daerah

penangkapan (fishing ground) yang sudah diperkirakan akan banyak target

tangkapan .Setelah itu akan dilakukan pemasangan dimana ada dua macam

sistem pemasangannya yaitu pemasangan secara tunggal dimana bubu

dipasang satu persatu dan yang kedua yaitu pemasangan secara rawai atau

dipasang secara berantai-rantai.

2.4Umpan

Umpan merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh pada

keberhasilan dalam usaha penangkapan.Biasanya bubu menggunakan umpan

untuk menarik ikan agar masuk dan terperangkap di dalam bubu, ikan yang

masuk masuk ke dalam bubu melalui mulut bubu akan terjebak dansulit untuk

melarikan diri. Umpan pada umumnya di letakkan di bagian tengah bubu, bubu

menggunakan umpan yang di potong potong.


10

Umpan merupakan faktor penting dan sebagai penunjang kebehasilan

dalam pengoperasian alat tangkap bubu atau alat tangkap pasif lainnya seperti

pancing.karena umpan dapat memberikan rangsangan yang dapat memberikan

respon terhadap ikan-ikan tertentu pada saat proses penangkapan. (Subani dan

Barus, 1989).

Arios et al,.(2013) Menyatakan bahwa umpan yang digunakan untuk alat

tangkap bubu lipat adalah umpan yang memiliki bau yang sangat menyengat. Hal

ini berfungsi untuk menarik perhatian dari rajungan yang ingin di tangkap yang

memiliki penciuman yang sangat sensitif terhadap bau umpan. Pada pernyataan

Yudha (2006), bahwa beberapa ahli perikanan sependapat bahwa umpan adalah

alat bantu penangkapan yang dapat memberikan rangsangan untuk menarik ikan

atau target tangkapan untuk masuk ke perangkap (bubu). Penggunaan umpan

pada bubu dasar juga akan meningkatkan efektivitas penangkapan dan

mencegak kerusakan terumbu alam.

2.5 Daerah Penangkapan (Fishing Ground)

Daerah penangkapan adalah suatu daerah perairan tempat ikan/rajungan

berkumpul, suatu daerah penangkapan dinamakan daerah penangkapan yang

baik apabila memenuhi persyaratan bahwa pada daerah tersebut terdapat ikan

yang melimpah sepanjang tahun, alat tangkap dapat dioperasikan dengan

mudah dan sempurna, serta daerahnya aman yaitu tidak dilalui angin topan yang

membahayakan, dan tidak dinyatakan terlarang oleh peratran undang-undang

(Usemahu, 2008).

Daerah penangkapan adalah semua tempat dimana ikan ada dan alat

penangkap ikan dapat dioperasikan.Penentuan daerah penangkapan bubu tidak

terlalu memperhitungkan faktor-faktor lingkungan.yang terpenting dalam

penentuan daerah penangkapan adalah diketahuinya keberadaan ikan dasar,


11

kepiting atau udang.Sebelum operasi penangkapan dilakukan, nelayan di

perairan danau toba menentukan sendiri titik lokasi untuk operasi penangkapan.

Menurut Sudjianto dan Sawon (1998) alat tangkap bubu dioperasikan

untuk menangkap ikan dan udang di perairan dalam maupun di perairan dangkal

yang kedalamannya kurang dari 100 m. Pengoperasian bubu biasanya berada

pada daerah yang mempunyai substrat atau dasar perairan yang berpasir atau

daerah berkarang sesuai target tangkapannya.

2.6 Ghost Fishing

Alat tangkap bubu telah digunakan dengan sangat beragam di seluruh

dunia, tetapi konsep dasarnya adalah sama pada semua kasus; di mana ikan

atau hewan laut lainnya akan masuk ke dalam bubu melalui satu atau lebih pintu

yang berbentuk kerucut (Reppie, 1989). Perikanan bubu mempu-nyai beberapa

kelebihan dalam pengelolaannya jika dibandingkan dengan usaha perikanan

lain-nya; namun jika alat tangkap bubu ini hilang, maka akan bertindak sebagai

ghost fishing.

Ghost fishing adalah suatu keadaan di mana berkurang-nya sejumlah

ikan dari suatu populasi secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu

akibat hilangnya alat tangkap; ghost gear mengacu pada alat tangkap yang terus

menangkap ikan setelah semua kontrol nelayan terhadap alat tangkap tersebut

telah hilang (Poon, 2005). Ghost fishing dapat didefinisikan sebagai suatu

kemampuan dari suatu alat tangkap untuk terus menangkap ikan setelah seluruh

alat tangkap tersebut lepas kendali dari nelayan, yaitu bila alat tangkap hilang,

yang sering terjadi dalam operasi penangkapan ikan. Penentuan daerah

penangkapan ikan yang tepat akan mengurangi terjadinya ghost fishing (Norris et

al. 2010). Efektivitas pengoperasian bubu tentunya dapat ditingkatkan dengan

mengurangi ghost fishing pada usaha bubu.


12

2.7 Hasil tangkapan

Hasil tangkapan utama bubu umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, dan

udang kualitas baik, seperti kwe (Caranx spp.), baronang (Siganus spp.), kerapu

(Epinephelus spp.), kakap (Lutjanus spp.), kakatua (Scarus spp.), ekor kuning

(Caesio spp), ikan kaji (Diagramma spp.), lencam (Letlrisnus spp.), udangpaneid,

udang barong (lobster), dan lain-lain (Subani dan Barus, 1989).

Menurut Subani (1989), ada beberapa jenis hasil tangkapan yang

didapatkan pada alat tangkap bubuselama pengoperasian yaitu rajungan(P.

pelagicus), keong macan (Babylonia spirata), udang ronggeng(Oratosquilla

oratoria), kepiting(Brachyura), cumi-cumi(Loligo pealii). Hasil tangkapan tersebut

termasuk organisme yang hidup didasar perairan (demersal species). Karena

bubu merupakan alat tangkap yang pengoperasiannya dilakukan dengan

direndam dan terletak didasar perairan dengan target tangkapan spesies

demersal.

Bubu adalah salah satu alat tangkap yang ideal untuk

memenuhipermintaan, karena ikan-ikan yang tertangkap pada

bubutidakmengalami kerusakan atau kecacatan, sebagian besar masih

hidup.Jenis ikan yang menjadi hasil tangkapan bubu tergantung dari lokasi dan

penggunaan umpan pada bubu, sedangkan hasil tangkapan utama bubu di

Perairan danau toba adalah Lobster (Panulirus spp.).

2.8 Kelebihan dan Kekurangan Alat Tangkap Bubu

Alasan nelayan menggunakan bubu karena sistem penangkapan bubu

mempunyai beberapa keuntungan pembuatan alatnya mudah pengoperasiannya

mudah kesegaran hasil tangakapannya bagus bisa dioperasikan di tempat -

tempat yang alat tangkap lain tidak bias dioperasikan beberapa kelemahan yang
13

dimiliki bubu antara lain adalah hasil tangkapan yang relatif rendah. Hal ini

karena bubu merupakan alat tangkap yang bersifat pasif.Bubu juga umumnya

berukuran besar, sehingga menyulitkan dalam transportasi.

Menurut statistik perikanan, Ditjenkan (1986) cit. (Partosuwiryo, 2002)

jumlah bubu yang tercatat sejumlah 7.062 unit (jumlah seluruh alat penangkap

452.845 unit) dengan produksi 16.871 ton.

1. Kelebihan bubu dasar:

 Dapat menangkap ikan yang tergolong ikan dasar perairan maupun

permukaan perairan.

 Relatif murah dan mudah cara pengoperasiannya.

 Cukup efektif dan efisien untuk tangkapan ikan atau kepiting yang berada

di dasar perairan.

2. Kelemahan bubu dasar:

 Dapat terbawa arus dasar perairan apabila arus terlalu deras dan tidak

diikatkan oleh media yang tetap (batang pohon, bambu, atau kayu)

 Apabila tidak ada penanda khusus, bubu mungkin dapat hilang

diambil/dicuri orang.

 Apabila ada penanda khusus namun hilang, maka bubu juga sulit untuk

proses hauling.

 Apabila bubu yang digunakan dari bahan yang mudah berkarat (korosi)

dan tidak segera diambil maka dapat merusak terumbu karang.

2.9Komposisi Hasil Tangkapan

Komposisi jenis ialah perbandingan antara jumlah satu jenis ikan dengan

jumlah total seluruh jenis ikan yang tertangkap pada suatu alat tangkap.

sedangkan kekayaan jenis ikan dalam suatu perairan dapat diketahui dengan
14

melihat komposisi ikan hasil tangkapan. Komposisi ikan hasil tangkapan dapat

diketahui dengan menghitung berat atau jumlah ikan per ekor (Jukri et al., 2014).

Menurut Susaniati(2013), komposisi jenis ikan dapat dihitung pada setiap

alat tangkap dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan :

Pi = Komposisi Spesies

ni = Berat total setiap spesies hasil tangkapan (kg)

N = Berat seluruh spesies hasil tangkapan (kg)

Anda mungkin juga menyukai