Anda di halaman 1dari 4

Ardinta Panjer Palupi

NIM. 26040118140093

Tugas Praktikum Biodeteriorasi

Mekanisme Biofouling

Biofouling merupakan penempelan dan pertumbuhan organisme yang bersifat merusak


pada permukaan suatu objek baik sementara atau permanen. Di lingkungan laut, mikroorganisme
terutama bakteri yang mengkolonisasi berbagai permukaan struktur, memperburuk keadaan
dengan membentuk biofilm primer yang merupakan permulaan untuk penempelan dan
metamorphosis dari organisme penempel, seperti diatom, spora alga dan hewan avertebrata
teritip atau barnacle (Sabdono, 2007). Jenis biofouling dapat digolongkan ke dalam dua jenis
yaitu mikrofouling dan makrofouling.

- Mikrofouling merupakan pembentukan biofilm yang melibatkan kolonisasi bakteri dan


mikroalga
- Makrofouling merupakan penempelan makroorganisme yang melibatkan kolonisasi
avertebrata dan makroalga. Makrofouling dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
o soft macrofoulers contohnya seperti makroalga
o hard macrofoulers contohnya seperti kerang, cacing, teritip, dan bryozoa.

Primary film formation yaitu awal pembentukan biofilm dengan adanya proses adsorbsi
molekul organik seperti polisakarida, protein, asam nukleat, dan sebagainya pada permukaan
material sehingga dapat membentuk suatu conditioning film. Biofilm formation yaitu penempelan
mikroba seperti bakteri pada primary biofilm dan ekskresi polisakarida sehingga terbentuk
lapisan biofilm pada permukaan substrat. Bakteri tersebut dapat melekat secara permanen pada
permukaan material dalam waktu yang cukup singkat yaitu hitungan menit hingga jam.
Microfouling colonization yaitu penempelan mikroorganisme yang bersifat eukariotik seperti
diatom, protozoa, dan fungi pada permukaan biofilm untuk kemudian mengorientasikan diri. Hal
ini dapat terjadi dalam hitungan rentang waktu yang bervariasi dari beberapa hari hingga
beberapa minggu. Settlement of macrofouling larvae yaitu proses penempelan larva
makroorganisme seperti polychaeta, tunicata, dan mollusca dan tumbuh hingga membentuk suatu
lapisan makrofouling, proses ini dapat berlangsung dalam rentang waktu lama hingga berbulan-
bulan dan membentuk suatu komunitas organisme makroskopis.

Larva dan spora dari makrofouler dapat menempel pada permukaan objek setelah
terjadinya pembentukan dan perkembangan biofilm. Umumnya larva dan spora tersebut berasal
dari organisme yang bersifat sesil atau hidup menempel pada substrat. Beberapa biofouler seperti
polychaetes dan larva bryozoa dapat menempel sebelum pembentukan biofilm terjadi.
Perkembangan larva dan spora menjadi komunitas biologis yang kompleks dapat terjadi dalam
waktu dua hingga tiga minggu.

Gambar 1. Mekanisme biofouling pada substrat

Adanya proses biofouling yang bersifat merusak pada substrat dapat dicegah
dengan menggunakan antifouling. Contoh penggunaan bahan kimia sebagai cat antifouling untuk
mencegah terjadinya biofouling adalah dengan Tributytlin polishing copolymer paints (TBT -
SPC cat) sebagai cat antifouling. Akan tetapi, cat yang mengandung TBT memiliki efek buruk
pada organisme laut non target. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan
cat antifouling berbahan dasar TBT yang berbahaya bagi lingkungan adalah dengan mengisolasi
senyawa antifouling alami dari organisme laut. Mekanisme kimia antifouling dari organisme laut
terjadi melalui produksi metabolit sekunder yang menghalangi organisme fouling menempel
pada permukaan substrat (Santi et al., 2014). Contoh zat yang memiliki potensi sebagai
antifouling adalah kitosan karena zat tersebut mempunyai kemampuan untuk menghambat
bakteri. Mekanisme kitosan sebagai antibakteri memiliki dua kemungkinan, kemungkinan yang
pertama yaitu kitosan dapat menempel pada permukaan sel bakteri dan membentuk membran
polimer yang dapat mencegah masuknya nutrisi ke dalam sel sehingga sel akan mati setelah
beberapa waktu. Kemungkinan yang kedua yaitu kitosan dengan bobot molekul yang rendah
dapat masuk ke dalam sel dan meliputi sel. Karena kitosan dapat mengadsorpsi substansi
elektronegatif dalam sel dan membuat mereka terapung, hal ini dapat mengganggu psikologi dari
aktivitas bakteri dan membuat mereka lama kelamaan mati. Sel elektronegatif atau polianion
dalam bakteri gram positif berada dalam dinding selnya yaitu lipoteichoic acid (LTA). LTA
inilah yang akan bereaksi dengan polikation dalam kitosan. (Arifianingsih et al., 2014).
Arifianingsih, N.N., T. Istirokhatun, dan H. Susanto. 2014. Pengaruh Penambahan Kitosan
sebagai Agen Anti-mikroba pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat terhadap
Biofouling yang Disebabkan oleh Bakteri Gram Positif. Jurnal Teknik Lingkungan,
3(4): 1-6.

Sabdono, Agus. 2007. Pengaruh Ekstrak Antifouling Bakteri Karang Pelagiobacter variabilis
Strain USP3.37 terhadap Penempelan Barnakel di Perairan Pantai Teluk Awur, Jepara.
Jurnal Ilmu Kelautan, 12(1): 18-23.

Santi, I. W., O. K. Radjasa, dan I. Widowati. 2014. Potensi Rumput Laut Sargassum duplicatum
sebagai Sumber Senyawa Antifouling. Journal of Marine Research, 3(3): 274-284.

Anda mungkin juga menyukai