TESIS
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
SEPTEMBER 2019
i
Penyelesaian Sengketa Lahan Masyarakat
di Wilayah Konsensi Tambang PT. Mahakam Sumber Jaya di
Kabupaten Kutai Kertanegara
Propinsi Kalimantan Timur
TESIS
PEMBIMBING
Dr. Sukirno, S.H., M.Si.
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
TESIS
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Ketua Program Studi
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Berhasil Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji pada Hari
Rabu, Tanggal 18 September 2019
Dewan Penguji :
Ditetapkan di Semarang
iv
SURAT PERNYATAAN
sepenuhnya bahwa :
1. Tesis ini adalah hasil karya sendiri dan di dalam tesis ini tidak terdapat karya
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dan saya bertanggung jawab sepenuhnya
atas akibat hukumnya apabila dikemudian hari ada permasalahan.
Budi Harjanto
v
KATA PENGANTAR
bantuan banyak pihak maka penyusunan penulisan hukum ini tidak dapat
terwujud. Oleh karena ini penulis maka penyusunan penulisan hukum ini
tidak dapat terwujud. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas
Diponegoro.
Diponegoro.
3. Prof. Dr. Budi Santoso, S.H., M.Si., selaku Ketua Program Magister
vi
6. Dr. Sukirno, S.H., M.Si, selaku Dosen Penguji tesis yang telah
memberikan masukan dan arahan kepada penulis sehingga tesis ini dapat
7. Prof. Dr. H. Yusriyadi, S.H., M.S., selaku Dosen Pembimbing yang selalu
Tesis ini.
8. Dr. Pujiono, S.H., M.Hum, selaku Dosen Penguji tesis yang telah
memberikan masukan dan arahan kepada penulis sehingga tesis ini dapat
9. Dr. Paramita Prananingtyas, S.H., LL.M., selaku Dosen Wali yang selalu
11. Kedua Orang Tua Penulis, (Alm) Bapak dr. Panadyo dan Ibu Suharti
Kirdjan serta Budi Brothers: Budi Yuwono, Budi Widodo, Budi Harjono
12. Bapak Alrianto, S.H., M.H dan Bapak Sahirin Mobly dari Dinas
vii
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, baik
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini masih jauh dari
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu mohon saran
Penulis
Budi Harjanto
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
The writing of this thesis studies the issues of land disputes in the mining
concession area of PT. Mahakam Sumber Jaya in the forest area.
The problem formulated in this paper is to examine the factors underlying
the problems of community land disputes with mining companies and how to
resolve various land ownership problems faced by PT. Mahakam Sumber Jaya to
handle community land disputes by claiming, owning and controlling land based
on land certificates or state land tenure certificates, using general dispute
resolution methods or based on applicable laws and regulations.
This thesis uses an Empirical Juridical research method that is analytical
descriptive by using primary and secondary data types. Primary data is obtained
by applying laws and regulations while secondary data provides an explanation
of primary and tertiary legal materials which provide instructions as well as an
explanation of primary and secondary legal materials.
Based on the results of the study showed that the control and ownership of
lands by the people in the forestry area are not to be managed as arable land
according to their purpose. But in reality these lands are owned and controlled
either individually or in groups on the basis of SKT or SKPT issued by the village
/ Lurah or Camat government. From this SKT or SKPT as the basis for ownership
to be traded for companies, especially coal mining companies. The many interests
behind forestry lands are one of the causes of land disputes so that dispute
resolution through negotiations and mediation does not produce the best solution
and investment in mining in the forest area as a trigger for the emergence of land
tenure by the community or farmer groups by issuing SKPT by controlling new
land or land without owner, land abandoned by the owner or land of unknown
location.
Based on the results of the research, the factors that influence land disputes
in forest areas in the mining concession areas of community arable land, require
the involvement of local governments and related agencies to jointly seriously
resolve community land disputes by forming an integrated team to inventory and
identify what is on community land, as well as an affirmation to the Village /
Lurah or Camat apparatus not to issue SKT or SKPT incorrectly without checking
the field on these community lands and prohibiting the sale and purchase of land
in forest areas that are not in accordance with regulations current regulation.
x
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN.................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................................ x
BAB I ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
E. Kerangka Pemikiran.............................................................................. 10
xi
1. Spesifikasi Penelitian ....................................................................... 16
BAB II ................................................................................................................. 23
Tanah ................................................................................................ 44
xii
2. Lokasi Usaha dan atau Kegiatan ...................................................... 83
B. Permasalahan Lahan yang dihadapi oleh PT. Mahakam Sumber Jaya .101
2. Kepentingan Individu dan atau Kelompok Tani atas Klaim Lahan .135
BAB IV ...............................................................................................................153
PENUTUP ...........................................................................................................153
A. Kesimpulan ...........................................................................................153
B. Saran .....................................................................................................154
LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan keagrariaan antara negara dan warga negara atas tanah dan
sumber daya alam lainnya merupakan hal pokok yang menjadi dasar
berdirinya suatu negara. Tanah dan sumber daya alam lainnya merupakan
wilayah yang menjadi unsur keberadaan suatu negara. Tanpa diatur di dalam
sumber daya alam lainnya telah ada. Tetapi beberapa negara menegaskan
hubungan penguasaan negara terhadap tanah dan sumber daya alam lainnya
dengan tanah dan sumber daya alam lainnya termasuk air, hutan, kebun dan
bahkan sumber daya yang ada pada perut bumi seperti bahan-bahan
seluruh tanah, air, angkasa serta kekayaan alam yang melekat padanya.
1
peternakan dan perikanan, tetapi membicarakan berbagai sektor dalam
lebih luas sehingga meliputi, bumi air dan kekayaan yang terkandung
padanya sebagaimana dimaksud oleh Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Lebih
sebagai berikut2 :
1. Tanah, atau permukaan bumi. Jenis sumber agraria ini adalah modal
2. Perairan. Jenis sumber agraria ini adalah modal alami utama dalam
3. Hutan. Inti pengertian “hutan” di sini adalah kesatuan flora dan fauna
pertanian. Jenis sumber agraria ini secara historis adalah modal alami
lokal;
2
permukaan dan di bawah laut) seperti minyak, gas, emas, bijih besi,
5. Udara. Jenis sumber agraria ini tidak saja merujuk pada “ruang di atas
bumi dan air” tetapi juga materi “udara” (CO2) itu sendiri.
3
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 45/PUU-IX/2011 tentang uji Pasal 1 angka 3 UU
Kehutanan diterbitkan pada tanggal 21 Februari 2012. Dalam Putusan tersebut, MK mengabulkan
permohonan para pemohon diantaranya beberapa Bupati dari Kalimantan Tengah untuk
menghapus frasa frasa “ditunjuk dan atau” dalam Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan, sehingga bunyi
dari pasal ini adalah “Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang “ditunjuk dan atau” [hapus]
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap”.
3
4. Penetapan kawasan hutan, yaitu pengumuman tentang rencana batas
hak.
Implikasi dari revisi ini adalah penentuan kawasan hutan tidak hanya
selesai pada tahap penunjukan kawasan hutan saja, tetapi juga harus diikuti
hutan yang telah ditunjuk dan atau ditetapkan sebelum terbitnya putusan
4
Mongabay situs berita lingkungan, Permasalahan Tenurial dan Konflik Hutan dan lahan, diakses
dari: https://www.mongabay.co.id/permasalahan-tenurial-dan-konflik-hutan-dan-lahan/ (pada
tanggal 17 April 2019).
5
Ibid.
4
Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan sebagaimana
diatur dalam Pasal 134 ayat (2) UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral
5
yang diwakili oleh Kementerian ESDM dengan para pelaku pengusaha di
bidang tambang. PKP2B dan IPPKH inilah yang menjadi dasar hukum sah
dan kuat atas penguasaan suatu kawasan hutan dan sumber daya alam
terlebih dulu dengan pemegang hak atas tanah pada daerah yang akan
kesepakatan dengan pemegang hak atas tanah yang dapat berupa sewa
garap tersebut oleh pemegang hak atas tanah, didasarkan pada Surat
6
PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara Pasal 100 ayat (1)
7
PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara Pasal 100 ayat (2)
6
setempat, SKT inilah yang dijadikan tanda peralihan hak atas tanah kepada
pada lahan yang telah dibebaskan oleh perusahaan melalui prosedur ganti
dengan dasar SKT dari pemerintah desa atau kecamatan dapat dengan
mudah dimiliki, dikuasai dan diklaim sebagai milik perorangan dan atau
7
Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur diantaranya adalah PT. Mahakam
Timur.
B. Rumusan Masalah
Berdasar kan latar belakang, maka ada beberapa hal yang akan
kawasan hutan?
C. Tujuan Penelitian
8
2. Penyelesaian atas terjadinya sengketa lahan masyarakat di wilayah
hutan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
9
E. Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Konseptual
2. Kerangka Teoritis
Prinsip teoritis lahir dari kajian secara ilmiah yang telah terbukti
hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut
dan pada umumnya dapat diuji secara empiris, oleh sebab itu dalam
antara dua variable atau lebih yang telah diuji kebenarannya 8. Sehingga
8
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2001), halaman
30.
10
diteliti, maka dalam hal ini akan diuraikan mengenai teori-teori dan
11
dipenuhi, dan bahwa setiap pelanggaran hukum akan
ditindak dan dikenakan sanksi menurut hukum juga.
2) Sifat hakiki hukum yang kedua adalah keadilan. Tuntutan
keadilan itu pun mempunyai dua arti. Dalam arti formal
keadilan menuntut bahwa hukum berlaku umum. Dalam
arti materiel dituntut agar hukum sesuai dengan cita-cita
keadilan dalam masyarakat. Keadilan menuntut agar
semua orang dalam situasi yang sama diperlakukan
dengan sama.
3) Tuntutan keadilan memuat agar hukum dirumuskan secara
luwes agar hakim mempunyai kebebasan penuh untuk
memperhatikan semua unsur konkret dalam kasus yang
dihadapinya.
permukaan bumi, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang
peraturan dasar yang memuat hal-hal pokok tentang dasar dan arah
12
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Hak milik adalah hak yang sangat asasi dan merupakan hak dasar
13
Tanah garapan dianggap sebagai hak milik karena penggarap dapat
atau bukti hak atas tanah tersebut. Untuk keperluan jual beli tanah
kompensasi13.
luas.
13
Ibid, halaman 4.
14
Made Oka Cahyadi Wiguna, Peluang Penyelesaian Sengketa Perdata tentang Tanah melalui
Alternative Dispute Resolution, Masalah-Masalah Hukum, Jilid 47, No. 1, Januari 2018, halaman
48.
14
yang biasa ditempuh oleh masyarakat dalam rangka memperoleh
15
Ibid.
16
Ibid.
15
Dari kesimpulan diatas, maka penyelesaian sengketa agraria dilihat
F. Metode Penelitian
konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah 17. Adapun
1. Spesifikasi Penelitian
17
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, ed. 1, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), halaman 42.
16
bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis,
2. Metode Pendekatan
mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam
3. Tahapan Penelitian
atau data lapangan. Untuk itu, penelitian ini dibagi menjadi dua tahap,
yaitu:
18
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), halaman
15.
19
Ibid, halaman 16.
17
a. Penelitian kepustakaan
a) UUD 1945;
Pokok-Pokok Agraria;
Batubara;
18
j) Permen ATR/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Pertanahan;
Kutai Kartanegara;
IX/2011;
13/Pdt.G/2014/PN.Tgt
kumulatif.
19
b. Studi lapangan
G. Orisinalitas Penelitian
duplikasi terhadap sebuah tema dengan fokus kajian yang sama. Penelitian
20
tersebut.
Timur.
Kebijakan Penerapan
Alternative Dispute
Kajian nilai perlindungan
Resolution dalam
hukum masyarakat dan
Penyelesaian Sengketa Tanah
akibat hukum dari
Angga Ficestra oleh BPN Batanghari.
kesalahan dalam
Pulungan, S.H. (Studi Kasus Sengketa PT.
pengambilan keputusan
Sawit Jambi Lestari dan
dari pihak tertentu serta
Masyarakat Rantau Gedang
cara mengatasinya.
Kecamatan Mersam
21
H. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
bersifat umum dan menyeluruh secara sistematis yang terdiri dari latar
Dalam bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan
4. BAB IV PENUTUP
hasil penelitian, selain itu dalam bab ini juga berisi tentang saran yang
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan falsafah hidup yang menjadi dasar hidup masyarakat yang bermuara
bagi seluruh rakyat Indonesia dengan tetap bersumber pada ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia serta
20
Mochtar Kusumaatmadja dan B Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum: Suatu Pengenalan
Pertama Ruang Lingkup berlakunya Ilmu Hukum, (PT Alumni Bandung, 2000), hlm 4.
23
Dasar Pokok-pokok Agraria serta peraturan-peraturan pelaksana lainnya.
oleh negara memberi wewenang kepada pemerintah untuk: i). Mengatur dan
mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan, dan
hasil hutan; ii). Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan
atau kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan; dan iii). Mengatur dan
mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan
hasil hutan, ii). Menetapkan kawasan hutan dan atau mengubah status
orang dengan hutan atau kawasan hutan dan hasil hutan, serta iv). Mengatur
mempunyai kewenangan untuk memberikan izin dan hak kepada pihak lain
24
luas kawasan hutan dalam daerah aliran sungai dan atau pulau dengan
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan
berdasarkan statusnya, meliputi hutan negara dan hutan hak, ii). Hutan
yang nyata bagi hidup dan kehidupan bangsa Indonesia, baik manfaat
25
Pengertian kawasan hutan menurut UU Nomor 41 Tahun 1999 diatur
dalam Pasal 1 angka (3) yang berbunyi: “Kawasan hutan adalah wilayah
Pendidikan dan latihan, dan iii). Religi dan budaya. Dalam rangka
memperoleh manfaat yang optimal dari hutan dan kawasan hutan bagi
yaitu:
21
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 45/PUU-IX/2011 tentang uji Pasal 1 angka 3 UU
Kehutanan diterbitkan pada tanggal 21 Februari 2012. Dalam Putusan tersebut, MK mengabulkan
permohonan para pemohon diantaranya beberapa Bupati dari Kalimantan Tengah untuk
menghapus frasa frasa “ditunjuk dan atau” dalam Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan, sehingga bunyi
dari pasal ini adalah “Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang “ditunjuk dan atau” [hapus]
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap”.
26
c. Fungsi produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
hutan kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada
kawasan hutan serta untuk menjamin status, fungsi, kondisi hutan dan
dan ternak, kebakaran, sumber daya alam, hama dan penyakit. Termasuk
hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan dan
27
hasil hutan serta investasi dan perangkat yang berhubungan dengan
pengelolaan hutan.
berdasarkan Pasal 134 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan
ayat (3) UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengatur setiap orang
eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan tanpa izin dari Menteri,
batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. Hal ini
28
untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan sebagaimana
jalan tol, jalur kereta api, sarana transportasi yang tidak dikategorikan
instalasi air, dan saluran air bersih dan/atau air limbah, fasilitas umum,
29
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan juga
a. Sanksi Pidana
b. Sanksi Administratif
perundang-undangan.
30
UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dengan UU Nomor 4
31
b. Reklamasi pada kawasan hutan bekas areal pertambangan, wajib
ayat (3) menegaskan bahwa bumi, dan air, dan kekayaan alam yang
dimaknai bahwa bumi dan air dan kekayaan alam harus ditujukan untuk
32
kemakmuran rakyat serta penguasaan negara melalui hukum (peraturan
Pertambangan Rakyat;
kesejahteraan rakyat;
33
Usaha pertambangan pada hakekatnya ialah usaha pengambilan bahan
22
Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, (Jogjakarta: UUI Press, 2004), hlm 90.
34
terbukti, berkurang dengan produksi dan bertambah dengan adanya
penemuan.
juga disebut usaha integrated sebab merupakan suatu rangkaian usaha mulai
mengenai berbagai perizinan yang harus dimiliki baik oleh badan usaha,
yang merupakan bagian dari tata ruang nasional dan landasan bagi
Satu WUP terdiri dari satu atau beberapa WIUP yang berada
23
Loc.cit.
35
pemerintah daerah berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh
Pemerintah.
a) Letak geografis;
b) Kaidah konservasi;
hektare;
36
e) Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang;
dan/atau
dengan mempertimbangkan:
dan prasarana;
pertumbuhan ekonomi;
37
f) Penggunaan teknologi tinggi dan modal investasi yang
besar.
a) Letak geografis;
b) Kaidah konservasi;
perundang-undangan.
38
2) Izin Pertambangan Rakyat (diatur dalam Pasal 66)
39
mendapatkan IUPK sedangkan badan usaha swasta untuk
Batubara Pasal 90 sampai dengan Pasal 112, dimana semua hak dan
kewajiban harus dilakukan oleh pemegang IUP atau IUPK. Jika pemegang
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan batubara, maka IUP atau
IUP atau IUPK yang melakukan tindak pidana sebagaimana diatur oleh UU
Minerba, dan atau dinyatakan pailit. IUP atau IUPK juga dapat berakhir,
jika:
40
a. Telah habis dan tidak diajukan permohonan peningkatan atau
Batubara, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 169 ayat (1), maka bagi
hukum adat25.
41
kemampuan menggali peran serta masyarakat setempat dalam pengelolaan
efektif26.
yang meliputi:
pengaturan mengenai hak-hak atas tanah itu hanya memberi hak atas
dalam tubuh bumi, air dan ruang angkasa tidak masuk dalam bahasan hak
milik diatas permukaan bumi. Oleh karena itu maka pengambilan kekayaan
badan hukum atas suatu tanah, sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Undang
26
Loc.cit.
42
a. Hak milik;
d. Hak Sewa;
dua penggolongan status tanah di Indonesia, yakni tanah hak dan tanah
karena tanah garapan bukan merupakan kategori tanah hak28. Tanah garapan
yang membuktikan bahwa ia memiliki alas atau bukti hak atas tanah
tersebut. Untuk keperluan jual beli tanah dan mendapatkan ganti rugi, surat-
27
R. Simarmata, Gejala Informalitas pada Tanah Garapan, LAW REFORM, Vol. 4, No. 2, April
2009, hlm 39.
28
Ibid, halaman 40.
29
Ibid, halaman 41.
43
hak-hak lama berdasarkan hukum adat dan hukum barat, disesuaikan
dengan UUPA. Khusus bagi tanah-tanah adat yang bukan obyek konversi,
umum lagi bahwa dalam kawasan hutan dan wilayah kuasa pertambangan
tersebut justru terdapat tanah-tanah adat baik yang dilekati hak perorangan
penduduk di satu sisi dan sulitnya mendapatkan lahan pertanian di sisi lain.
juga didasarkan pada fakta bahwa tanah-tanah yang ada di sekitar mereka
Tanah
dijadikan surat bukti hak atas tanah garapan. Salah satu dampak negatif
30
Ibid, halaman 42.
31
Ibid, halaman 43.
32
Ibid, halaman 45.
44
tersebut adalah penyalahgunaan surat tanah oleh kepala desa/lurah dengan
cara memberikan surat di atas tanah yang ternyata tidak sedang digarap alias
tanah kosong. Padahal salah satu syarat dasar pemberian surat tersebut
untuk bisa menjual kembali dengan harga mahal atau untuk mendapatkan
ganti rugi, setelah mendapatkan surat tanah, para spekulan tidak menggarap
tanah-tanah tersebut34.
33
Ibid, halaman 46.
34
Ibid, halaman 49.
45
Untuk mengatasi hal ini, Gubernur Kalimantan Timur membentuk dan
Penguasaan dan Pemilikan Tanah Bangunan diatas Tanah Negara. Isi dari
1) Nama pemilik;
3) Pekerjaan;
4) Alamat;
5) Nomor KTP/NIK.
1) Keadaan tanah;
2) Panjang;
3) Lebar;
4) Letak tanah;
5) Batas-batas tanah.
tahun;
46
3) Surat keterangan ini sebagai dasar pengajuan permohonan hak
keterangan ini.
31 Tahun 1995, ada 3 point utama yang wajib diketahui dan dipahami,
yaitu:
47
dengan peruntukan pengelolaan tanahnya), maka surat keterangan
tanah dapat dijadikan dasar untuk pengajuan hak atas tanah tetapi
48
register tanah desa/kelurahan, sehingga tidak berlaku sebagai bukti
49
Bangunan/Tanaman diatas Tanah Negara Nomor: 75/SKT/2008-
atas Tanah Negara di Kabupaten Kutai Kartanegara, yang secara garis besar
dimaksud SKPT sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka (14) adalah surat
dari desa/lurah setempat, dan tanah garapan sebagaimana diatur dalam Pasal
1 angka (21) adalah tanah negara yang digunakan dan dimanfaatkan oleh
atas tanah negara yang diatur dalam Pasal 4 Peraturan Bupati Kutai
diantaranya:
50
1) Kewenangan penerbitan SKPT diserahkan kepada camat dan
diantaranya:
a) Fotocopy KTP;
mestinya;
tanah;
tahun, dan
51
c. Dalam Pasal 14 mengatur tentang masa berlaku SKPT, yaitu:
mestinya.
tanah negara.
diantaranya:
52
b) Tanah yang tidak dipelihara atau tidak dipergunakan
sebagaimana mestinya;
lindung;
milik jalan.
utang/piutang.
tanah);
53
2) Pemilik SKPT mempunyai kewajiban antara lain:
a) Cacat administrasi;
ini.
54
c. Riwayat penguasaan fisik bidang tanah;
dapat diberikan SKPT, tidak dapat ditingkatkan hak atas tanah dan tidak
Hal inilah yang menjadi sangat penting untuk diketahui oleh masyarakatjika
55
menandatangani SKPT adalah dari kelurahan sedangkan dalam Peraturan
Bupati Kutai Kartanegara adalah dari kecamatan selaku pembuat dan yang
menandatangani SKPT.
lain, sedangkan konflik adalah sebagai suatu proses sosial di antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha
tidak berdaya.
diantaranya:
56
drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan antara
adalah:
1) Sengketa
berlaku35.
pengadilan36.
57
dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan
bagi keduanya37.
2) Konflik
terbatas39.
37
Ali Achmad Chomzah, Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak atas Tanah dan
Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2003), hlm 14.
38
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm 99.
39
Robert Lawang, Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Universitas Terbuka 1994),
hlm 53.
58
Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian
Kasus Pertanahan, Pasal 1 angka (2) dan angka (3), yang berbunyi:
dampak yang meluas dari perselisihan pertanahan yang terjadi terhadap para
kompleksitas masalah. Dari uraian tersebut diatas, maka ditinjau dari subyek
macam yaitu40:
dan
40
. Mudjiono, Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertanahan di Indonesia Melalui Revitalisasi
Fungsi Badan Peradilan, Dosen Negeri DPK STPMD"APMD" Yogyakarta, JURNAL HUKUM
NO. 3 Vol.14, Juli 2007, hlm 466.
59
c. Sengketa yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam.
akibat saling klaim penguasaan hak atas tanah. Banyak permasalahan dalam
umum, sengketa tanah timbul akibat adanya beberapa faktor, antara lain: i).
pertanahan yang kurang tanggap terhadap kebutuhan dan jumlah tanah yang
tersedia; iv). Data yang kurang akurat dan kurang lengkap; v). Data tanah
menyelesaikan sengketa tanah; vii) Transaksi tanah yang keliru; viii) Ulah
pemohon hak atau ix) Adanya penyelesaian instansi lain, sehingga terjadi
lain42:
60
b. Timpangnya struktur penguasaan dan pemilikan tanah, sistem
maupun horizontal;
terhadap perundnag-undangan;
yaitu43:
61
Sedangkan menurut Nader dan Todd Jr, terdapat tujuh cara
saja;
44
Ibid.
62
sendiri dan tidak memecahkannya dengan bertitik tolak dari aturan-
itu;
tersebut;
dilakukan, diantaranya:
63
dihadapi adalah dengan memilih lembaga pengadilan. Proses
sampai pada tingkat Mahkamah Agung. Hal ini sudah tentu juga
45
Cahyadi Wiguna, Loc.cit.
46
Sukresno, Pemberdayaan Lembaga Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa di Bidang
Pertanahan, Fakultas Hukum Universitas Muria Kudus, MMH, Jilid 41, No. 1, Januari 2012, hlm
82.
47
Mudjiono, Op.cit, hlm 465.
64
kenyatannya penyelasaian yang dilakukan oleh peradilan sebagian
atas tanah yang sama. Dalam sebagian besar kasus, keputusan yang
bertentangan, itu bisa terjadi akibat tidak adanya data yang akurat
b. Non litigasi
ditempuh melalui:
1) Negosiasi
48
Herlina Ratna Sambawa Ningrum, Analisis Hukum Sistem Penyelesaian Sengketa atas Tanah
Berbasis Keadilan, Jurnal Pembaharuan Hukum, Vol.1, No. 2, Mei – Agustus 2014, hlm 222.
65
adalah para pihak yang berkepentingan sendiri, sampai kepada
proses negosiasi.
2) Mediasi
49
Munir Fuady, Arbitrase Nasional, Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisniss, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2000), hlm 42.
66
Mediasi juga dapat berupa masukan-masukan, saran-saran
3) Konsiliasi
67
oleh para pihak sendiri. Dengan demikian pihak konsiliator
yang dapat digunakan oleh para pihak yang bersengketa, meskipun cara-
50
Ibid, halaman 52.
68
cara penyelesaian sengketa tidak jauh berbeda dengan alternatif
bersengketa.
69
yang harus dilakukan untuk memulihkan fungsi hutan serta dalam
digunakan jasa pihak ketiga yang ditunjuk bersama oleh para pihak
memberikan rasa keadilan bagi para pihak dan wajib ditaati dan
70
b. UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara
masyarakat, yaitu dalam Pasal 145 ayat (1), yang mengatur tentang
kepada pengadilan.
Agraria
71
terjadi sengketa. Pencegahan yang dimaksud adalah dengan
tersebut;
letak batas dan luas tanah, status tanah dan orang yang berhak atas
51
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
114.
72
Dalam undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 ini dijelaskan
52
Made Oka Cahyadi Wiguna, Peluang Penyelesaian Sengketa Perdata tentang Tanah melalui
Alternative Dispute Resolution, Masalah-Masalah Hukum, Jilid 47, No. 1, Januari 2018, hlm 51.
73
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
dalam WIUP atau WIUPK dengan pemegang hak atas tanah dan
jawab bagi pemegang IUP atau IUPK. Hak atas tanah bukan berarti
74
yang akan melakukan kegiatan di dalam wilayah kehutanan, wajib
mempunyai tugas:
75
2) Menetapkan langkah-langkah dan kebijakan dalam rangka
hutan;
76
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62/MENHUT-II/2013
mengatur adanya hutan negara, hutan hak dan hutan adat. Karena
hutan harus memiliki izin dari pejabat yang berwenang, kecuali jika
Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2), yang mengatur tentang hak-hak
77
Dibentuknya tim inventarisasi dan identifikasi hak-hak pihak ketiga
2) Pengaduan masyarakat.
78
pertanahan. Pengaduan harus dilakukan secara tertulis, melalui
sengketa dapat juga melalui proses peradilan dan upaya hukum lain
kembali.
oleh para pihak yang bertikai, baik melalui jalur litigasi maupun non litigasi.
79
memberikan rasa keadilan dan meminimalisir dampak-dampak yang
bersengketa.
80
BAB III
Terbatas53.
penambangan batubara secara resmi pada tahun 2004 dan disusul oleh SB
yang merupakan perusahaan joint venture pada tahun 2009. Sementara TBH
53
Di akses dari: Website http://www.harumenergy.com/id/about/22/anak-perusahaan (pada tanggal
10 September 2019).
81
dan KUP direncanakan untuk dapat mulai beroperasi di tahun 2017, terkait
generasi ketiga Kontrak Karya pada tahun 2000. MSJ memulai eksploitasi
pertambangan pada tahun 2004, dan saat ini menjadi operator terbesar
54
Ibid.
82
SK AMDAL yang disetujui : SK Gubernur Kaltim tanggal
Lokasi usaha dan atau kegiatan PT. Mahakam Sumber Jaya berada di
Timur dan Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda (lihat Gambar 1).
Kartanegara adalah 17.700 Ha, sedangkan luas areal yang berada dalam
83
3. Perizinan PT. Mahakam Sumber Jaya
84
4) SuratDirektoratPengusahaan Mineral dan Batubara, Direktorat
November 2003;
Jaya;
85
sejak tanggal 11 September 2004 dengan lokasi: Kutai
Kehutanan
(tahap pertama);
86
4) Surat Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Planologi
87
c. Izin dari Pemerintahan Daerah
jalan propinsi;
ganti kerugian lahan masyarakat. Pada tahun 2008 Devisi General Relation
yang pada tahun 2009 dirubah menjadi External Relation merupakan devisi
88
menjalankan tugasnya Devisi External Relation memiliki Standart
kategori, yaitu:
a. Penanganan Kasus
1) Klaim Warga
data:
89
Tempat Tinggal, Nama kasus, Lokasi Kasus, tanggal
pengaduan;
dilakukan penelitian;
90
b) Laporan diisi dengan data selengkap-lengkapnya kepada
5) Klasifikasi Kasus
6) Koordinasi Internal
ke manajemen;
91
b) Apabila masalah tersebut adalah masalah lahan maka
Department.
92
b) Manajemen menetapkan External Relation Spt/ External
penengah;
93
b) Proses Hukum diajukan oleh Perusahaan ke Instansi
para pihak.
94
seperti: foto-foto, koordinat wilayah, peta dan lain-lain yang
Pimpinan Department
operasi tambang;
selanjutnya.
95
4) Distribusi Laporan kepada Department terkait
96
lain dan akan menjadikan permasalahan baru yang harus
6) Terjadi Klaim
berinteraksi sosial.
operasional dan menjalin hubungan baik dengan seluruh stake holder dan
pemerintahan.
97
devisi LandComp yang bertugas membebaskan lahan dengan harga seperti
yang dimintakan oleh planning dengan harga yang sesuai dari perusahaan,
pemerintahan setempat.
b. Pengukuran Lokasi
lokasi yang akan diukur/ dicek nanti telah disiapkan (di rintis)
98
3) Pemeriksaan dan pengecekan kelayakan alat-alat yang akan
Kendaraan);
c. Input Data
ukuran dilapangan/lokasi;
d. Negosiasi
99
e. Pembayaran
harus ada surat kuasa dari orang yang namanya ada di surat
tanah;
f. Dokumentasi Data
Tanah yang sudah di bayar harus diambil Sertifikat tanah atau Surat
100
Penanganan permasalahan sengketa lahan di wilayah konsensi
wewenang dan tanggung jawab dari devisi External Relation yang selalu
sengketa lahan yang terjadi secara terus menerus oleh masyarakat berupa
Pakai Kawasan Hutan. Hal ini adalah bentuk tanggung jawab perusahaan
101
dengan berdasarkan surat keterangan tanah. Dari surat tersebut itulah
sengketa yang melibatkan beberapa orang atau kelompok tani di satu area
kelompok tani merasa berhak atas lahan termasuk atas ganti kerugian yang
bukti Surat Pernyataan Pelepasan Hak yang dikeluarkan oleh pemilik lahan
sebenarnya yang berhak atas lahan tersebut tidaklah mudah, bahkan saat
selalu mengalami jalan buntu, tidak ada solusi yang benar-benar dapat
memberikan rasa keadilan bagi semua pihak. Data-data yang dimiliki PT.
Mahakam Sumber Jaya terkait adanya tumpang tindih lahan yang terjadi di
102
beberapa kelompok tani yang mengklaim memiliki hak atas lahan yang
berada di area tambang, sedangkan pihak PT. Mahakam Sumber Jaya dapat
Pakai Kawasan Hutan dari menteri kehutanan dan PKP2B dari menteri
lahan, dimana beberapa lokasi lahan milik kelompok tani yang pada
kenyataannya berada di wilayah Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dan area
oleh kelompok tani tersebut dan ii). Penunjukan titik lokasi patok batas
lahan. Tentunya dengan begitu banyaknya klaim lahan dari kelompok tani
yang merasa memiliki lahan tersebut, pihak PT. Mahakam Sumber Jaya
harus dapat membuktikan secara legalitas surat keterangan tanah yang telah
103
yang tidak dibenarkan untuk dimiliki oleh sebuah perusahaan melalui salah
sebagai lahan garap sesuai apa yang tertulis dan dijelaskan di dalam surat
perusahaan adalah berupa Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dan PKP2B
oleh pemerintah desa baik kelurahan maupun kecamatan dan diakui sebagai
surat hak milik atas tanah serta diperjualbelikan adalah suatu praktek
serta
104
Kronologis pembebasan lahan KT Mekar Indah di area Pit M3-34
1) Pembebasan/kompensasi blok I:
desa Separi;
105
4) Pembebasan/kompensasi blok IV:
106
6) Pembebasan/kompensasi blok VI:
desa Separi;
107
10) Pembebasan/kompensasi blok Subadi:
Oktavianus);
108
Selain itu juga terdapat tumpang tindih dengan KT Desa Separi
109
4) Pada tanggal 7 Desember 2009 PT. Mahakam Sumber Jaya
Sumber Jaya dan peta klaim lahan oleh kelompok tani di wilayah Izin
110
Peta Pembebasan PT. Mahakam Sumber Jaya per kapling
111
Peta Lokasi Klaim KT Dayak Jaya
112
Peta Lokasi Klaim per Kelompok Tani
113
Peta Lokasi Tumpang Tindih Lahan di area Pit M3-34 PT. Mahakam Sumber Jaya
114
Dari contoh kasus sengketa lahan yang berakibat terjadinya tumpang
tindih lahan diatas, beberapa lokasi lahan milik kelompok tani yang pada
kenyataannya berada di wilayah Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dan area
yang dimiliki oleh kelompok tani tersebut dan dengan menunjukan titik
Kecamatan Marangkayu
undangan.
115
1) Kompensasi ke kelompok Gembira.
tangani oleh camat pada saat itu Ibu Dra HJ Yuni Astuti.
116
pembayaran juga dilakukan pengecekan lahan oleh pihak
Januari 2008.
117
kecamatan dan ditanda tangani camat pada saat itu Ibu Dra Hj
tangani oleh camat pada saat itu Ibu Dra HJ Yuni Astuti.
5) Kompensasi ke Muklis
batas.
diukur);
118
4) KT Semoga Jaya mengklaim seluas 806 Hektar;
3.217 Hektar;
secara individu.
Anis Palungan, Bahar, Basri, Dwi, Erni, Salman dan tidak menutup
keputusan, yaitu:
119
Berdasarkan atas Surat-surat kepemilikan lahan milik KT Legiun
Veteran “Fajar Harapan” dan telah dilakukan telaah secara yuridis, maka
b. Keberadaan suatu tanah dan atau lahan tidak terlepas dari peraturan
Hak Milik) pasal 20-27, dan bagian VIII (tentang Hak Membuka
Tanah dan Memungut hasil Hutan) pasal 46 ayat (1) dan (2) dengan
120
maksud agar mereka memperoleh kepastian tentang haknya itu.
hukum;
Nasional Kutai;
perlu untuk dikaji kembali, mengingat inti materi dari surat tersebut
121
kerjasama Pemerintah Daerah Tk II Kutai dengan PT. Pupuk
(persero);
122
“Kegiatan KT Legiun Veteran “Fajar Harapan”
Tanah) pasal 19 ayat (1-4), bagian III (tentang Hak Milik) pasal 20-
27, dan bagian VIII (tentang Hak Membuka Tanah dan Memungut
secara Hukum.
123
1) Permasalahan yang terjadi di Internal KT Legiun Veteran
tersebut;
124
kepada Sdr. Siradjoedin Yahya, BA (berdasarkan surat dari
sdr. Ibat dan mencabut Kuasa a/n H. Abdul Wahab dan Ali
125
Pelimpahan pengurusan KT Legiun Veteran “Fajar Harapan”
a/n Sdr. Ibat) dan surat Kuasa dari H. Abdul Wahab tanggal 12
Harapan”;
126
Untuk kepentingan penambangan Batubara sesuai
“Fajar Harapan”;
127
sudah dilaksanakan dan dijalankan sampai dengan sekarang,
Dari apa yang tejadi atas kasus sengketa lahan di area konsensi tambang
tani dan menguasai puluhan bahkan ratusan hektar lahan di kawasan hutan
128
untuk keperluan komersial dengan memanfaatkan keadaan di kawasan
lahan yang didasarkan pada surat keterangan tanah yang dibuat dan
kelompok tani merupakan tanaman-tanaman hasil dari hutan itu sendiri dan
ratusan hektar, dapat dengan mudah menunjukan letak luasan dan batas
patok lahan untuk dapat diambil titik koordinat oleh pihak perusahaan,
spekulan tersebut.
129
masyarakat yang melakukan aktivitas penggarapan lahan dengan
oleh PT. Mahakam Sumber Jaya dilakukan dengan cara pembebasan lahan
lahan yang mengakui dan mengklaim adalah pemilik lahan tersebut. Saat
perusahaan.
mereka, dan disisi lain perusahaan sudah melakukan pembebasan lahan dan
upaya jalur hukum melalui pengadilan, dan hal ini dialami oleh PT.
130
C. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi terjadinya Sengketa Lahan di
proses jual beli lahan tersebut. Ada 3 Faktor yang memiliki pengaruh besar
55
Wawancara dengan Bapak Alrianto, S.H., M.H. selaku Kasubbag Penyelesaian Sengketa Tanah
Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara.
131
hidup serta memberikan rasa keadilan. Selama masyarakat yang memiliki
syarat dan aturan yang berlaku baik dari Keputusan Gubernur Kalimantan
tersebut secara tahapan dan proses dapat dimiliki oleh masyarakat. Sebagai
aturannya, yaitu: i). Surat keterangan ini bukan merupakan tanda bukti atas
tanah; ii). Surat keterangan ini berlaku untuk jangka waktu 3 (Tiga) tahun;
iii). Surat keterangan ini sebagai dasar pengajuan permohonan hak atas
tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan iv). Dengan diterbitkannya
ayat (2) yang mengatur tentang tanah yang dapat dimohonkan SKPT
Tanah yang letaknya diketahui oleh saksi-saksi batas tanah; iii). Tanah yang
132
telah dimanfaatkan dan/atau dikuasai oleh pemohon secara terus menerus
minimal selama 2 (dua) tahun, dan iv). Tanah yang telah dipasang patok
batas, serta Pasal 17 ayat (1) huruf c, yang mengatur tentang tanah yang
dilarang untuk diterbitkan SKPT adalah salah satunya yang berada di dalam
kawasan hutan dan/atau kawasan lindung. Jadi apapun bentuk dari SKPT
itu, tidak boleh menyimpang dari maksud dan tujuan dikeluarkannya SKPT
mudah tanpa perlu dilakukan pengecekan lapangan yang mana hal ini sudah
dalam jumlah yang besar atas dasar pengakuan masyarakat tersebut hanya
yang dialami jika lahan mereka dipergunakan atau terkena dampak dari
133
surat pemberitahuan yang ditujukan kepada pemerintah daerah Kabupaten
Hak atas tanah yang berada di dalam kawasan kehutanan seperti yang
sebagai bukan hak milik untuk dikuasai tanah tersebut kecuali apa yang
diusahakan dan tampak nyata apa yang ada diatas tanah seperti tanaman
yang dilakukan diatas tanah tersebut tidak dapat dikatakan memiliki hak
134
atas tanah. Hak-hak tanam tumbuh atau bangunan pondok yang berada
diatas tanah itulah yang dapat dilakukan ganti kerugian jika memang
kawasan kehutanan. Hal ini pernah dialami oleh PT. Mahakam Sumber Jaya
pada tahun 2009 atas pembelian Lahan Sertifikat Hak Milik No. M.2785
kelompok tani. SPT ataupun SKPT yang diperoleh masyarakat baik secara
menguasai dan memiliki lahan-lahan yang belum ada pemiliknya alias lahan
kosong atau lahan-lahan yang ada pemiliknya tapi tidak dimanfaatkan dan
dapat memiliki lahan tersebut asal dilakukan pelepasan hak atas lahan dari
135
Dengan masuknya perusahaan tambang, memunculkan masyarakat-
terlantar;
spekulan lahan);
tanpa pernah ada solusi penyelesaiannya. Melihat apa yang terjadi pada PT.
56
Wawancara dengan Bapak Sahirin Mobly selaku bagian Administrasi Pertanahan Dinas
Pertanahan dan Tata Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara.
136
yang mengklaim memiliki hak atas lahan pada lokasi tertentu berdasarkan
SKT ataupun SKPT, dimana dalam satu lokasi yang diklaim bisa
Masalah batas wilayah Desa/Lurah atau Camat yang tidak jelas, minimnya
sumber daya manusia dan sarana prasarana penunjang yang dimiliki oleh
atas permintaan dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok tani
SKT ataupun SKPT tersebut. Belum adanya ganti kerugian, ganti kerugian
akan banyak keuntungan yang didapat dari kegiatan produksi sumber daya
alam ini sebagai suatu investasi bisnis yang menjanjikan. Bagaikan sebuah
pemanis, tidak dipungkiri dapat menarik minat orang atau kelompok untuk
137
pemerintah daerah maupun penegak hukum. Investor-investor pemodal
yang kompleks tidak hanya berkaitan dengan lahan, tapi juga terhadap
138
masyarakat secara individu maupun kelompok dan masyarakat dengan
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. PT. Mahakam Sumber Jaya
konsensi tambang dengan beberapa kelompok tani di area Pit M3-34 dan
2, yaitu:
tindih lahan dengan kelompok tani di area Pit M3-34 dan blok E tidak
Smda. Dalam putusan majelis pihak H. Lawaru dkk dari KT Bina Bersama
memenangkan gugatan perdata, dan dari pihak PT. Mahakam Sumber Jaya
139
waktu yang cukup lama. Dan dikarenakan upaya banding masih
berlangsung, pihak PT. Mahakam Sumber Jaya tidak dapat melakukan ganti
Ada beberapa cara dari upaya non litigasi yang dilakukan oleh PT.
Dalam kasus tumpang tindih lahan di area Pit M3-34 antara PT.
140
Permohonan Pengamanan sebagai lampiran 5). Dan pihak
141
lokasi tersebut juga diklaim oleh KT Bukit Biru (Mustofa dan
akan tetapi harga tersebut belum bisa diterima oleh kelompok tani.
Kartanegara.
Masih dalam area Pit M3-34 antara PT. Mahakam Sumber Jaya
142
Kartanegara diadakan pertemuan di Polres Kutai Kartanegara.
Ha;
Acara Pertemuan.
143
pengecekan lapangan adalah mengecek luasan yang telah
seluas 250 Ha saat ini diklaim oleh KT Beringin Jaya dan KT Bukit
Biru.
144
Pada tanggal 17 Desember 2009 dilakukan pertemuan yang
Subadi dan KT Dayak Jaya, selain itu PT. Mahakam Sumber Jaya
kehutanan dan ganti rugi dengan pihak ketiga yaitu PT. Sumalindo.
Sumber Jaya.
145
kepada KT Mekar Indah/KT Setia Kawan (Surat Pemberitahuan
146
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara menindaklanjuti dengan
147
Dalam kasus kompensasi pembebasan lahan antara PT. Mahakam
yang diberikan oleh pihak PT. Mahakam Sumber Jaya dan sepakat
kuasa hukum dari H. Lawaru dkk dari KT Bina Bersama, pihak PT.
148
Mahakam Sumber Jaya akan dilakukan pembayaran melalui 3
tahap, yaitu:
Maret 2009;
12 Maret 2009;
Maret 2009.
149
Superitendent dengan pihak KT Bina Bersama yang diwakili oleh
Jaya yang diwakili oleh Bapak Abdul Aziz selaku General Affair
416/leg/III/2009;
2) Kartu Keluarga;
150
3) Surat Kuasa jika salah satu dari suami atau istri tidak bisa hadir
Sumber Jaya atas klaim dari beberapa kelompok tani yang saling
tumpang tindih di area Pit M3-34 dan blok E. Hasil dari team ini
151
tanah. Sengketa pertanahan memang memerlukan penanganan khusus
152
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesimpulan, yaitu:
dari masyarakat di lokasi yang sama dengan lokasi yang telah dilakukan
153
bersengketa, maka ditempuh dan diselesaikan dengan mengajukan
B. Saran
bersengketa.
154
2. Perusahaan pertambangan dengan memperoleh Izin Pinjam Pakai
pemilik berbeda dilokasi yang sama, apalagi jika terjadi tumpang tindih
155
yang tentu saja jumlah penggantian yang diberikan dibawah dari
156
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Persada, 2001)
Grafika, 2002)
Sinar Grafika)
B. Peraturan Perundang-undangan
157
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
Batubara
Penyelesaian Sengketa
Kawasan Hutan
158
Peraturan Bupati Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 36 Tahun 2013
C. Jurnal
Press, 2014)
Desember /2013.
D. Website
159
https://www.mongabay.co.id/permasalahan-tenurial-dan-konflik-
hutan-dan-lahan/
jenis-penyebab-dan-penyelesaian-sengketa.html
http://www.harumenergy.com/id/about/22/anak-perusahaan
E. Wawancara
Kabupaten KutaiKartanegara
KutaiKartanegara
160
Lampiran 1
LandComp Relation
i
Diagram Penanganan kasus Diagram Identifikasi masalah dan
penilaian resiko
Pengecekan
Peralatan Dan Mulai Mulai
Dokumen
Pendukung
Klaim Warga Pemetaan Wilayah dan
Pengambilan Data-data
Dokument-
Pertemuan Dengan asi Laporan
Warga dan sebagai Base Identifikasi, Klasifikasi
Dokumentasi Pengecekan Lokasi Data Sumber Masalah dan
LaporanSebag Penilaian Resiko yang akan
ai Base Data Timbul
Mengisi Form
Laporan Klaim
Laporan Identifikasi Masalah
dan Penilaian Resiko Ke
Pimpinan Department
Penyelesaian Laporan Ke Pimpinan Kasus
Kasus Oleh Department ditangani
Perusahaan sesuai
Langsung dengan Distribusi
Prosedur Laporan
Klasifikasi Kasus Penanganan kepada
Kasus Department
Pengum Terkait
Ya
Laporan Pimpinan
Department ke
Pimpinan Manajemen Terjadi Tidak Masalah
klaim ditangani
Penyelesaian Kasus
Melalui Pihak Ya
Instansi Terkait Tidak
SELESAI
Penutupan Ya Tidak
Kasus Sepakat
ii
MULAI
Permintaan dari
Mine Planning
Tanah yang akan dibebaskan
Inventarisasi Pemilik
Tanah
Pengukuran Lokasi
Input Data
Negosiasi
Pembayaran
Dokumentasi Data
SELESAI
iii
Lampiran 2
dan
Tenggarong Seberang
iv
v
vi
Lampiran 3
vii
viii
Lampiran 4
Tanah
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
Lampiran 5
Pengamanan Tambang
xv
PT. MAHAKAM SUMBER JAYA
COAL MINING
Ruko Juanda, Jl. Juanda No.66-67 RT 02
Kelurahan Air Hitam, Samarinda – 75124
Telp. (0541) 7771307, Fax (0541) 7771308
No : 015/MSJ-SMD/II/2013
Lampiran : 1 (satu) lembar
Hal : Permohonan Tindakan Pengamanan Polisi
Di Wilayah PT. Mahakam Sumber Jaya
Kepada Yth.
Kapolres Kutai Kartanegara
Di –
Tempat
Dengan hormat,
Dengan ini kami sampaikan bahwa berdasarkan Berita Acara Lapangan
tanggal 6 Februari 2013 prihal Inventarisasi tanam tumbuh dan pondok yang
diklaim KT. Merannu yang berlokasi di Dusun Berambai Desa Bukit Pariaman
Kecamatan Tenggarong Seberang kabupaten Kutai Kartanegara yang sudah
dilakukan pemeriksaan lapangan dengan Instansi-instansi terkait sebagai tindak
lanjut dari hasil rapat di Polres Kukar tanggal 15 Januari 2013 (Berita Acara
Terlampir).
Maka dengan ini kami mohon bantuan pengamanan dan penanganan dari
pihak Kepolisian Resort Kutai Kartanegara dengan menurunkan pasukan
berjumlah 20 personil 24 jam selama 2 minggu agar kegiatan operasional tambang
yang berada dilokasi tersebut dapat berjalan lancar, aman dan terkendali.
Demikian yang dapat kami sampaikan terima kasih atas perhatian dan
kerjasamanya.
Hormat Kami,
PT. Mahakam Sumber Jaya
xvi
PT. MAHAKAM SUMBER JAYA
COAL MINING
Ruko Juanda, Jl. Juanda No.66-67 RT 02
Kelurahan Air Hitam, Samarinda – 75124
Telp. (0541) 7771307, Fax (0541) 7771308
No : 380/MSJ-SMD/IX/2009
Lampiran :-
Hal : Tindak Lanjut Penutupan Jalan Hauling
Oleh KT. Mekar Indah
Kepada Yth :
KAPOLRES KUTAI KARTANEGARA
di
Tempat
Dengan Hormat,
Demikian Surat permohonan ini dibuat, atas perhatian dan kerjasamanya kami
sampaikan terimakasih.
Eko Cahyo P.
External Relation Spt
xvii
Lampiran 6
xviii
xix
xx
xxi
Lampiran 7
dan
5 Maret 2009
xxii
xxiii
xxiv
Lampiran 8
8 September 2009
dan
11 September 2009
xxv
xxvi
xxvii
Lampiran 9
xxviii
xxix
Lampiran 10
Surat Pemberitahuan
xxx
xxxi
Lampiran 11
antara
Dengan
xxxii
xxxiii
xxxiv
xxxv
xxxvi
xxxvii
xxxviii
xxxix
xl
xli
xlii
Lampiran 12
Tahun 2010
xliii
xliv
xlv
xlvi
xlvii
xlviii
xlix
l
li
lii
liii
liv
lv
lvi
lvii
lviii
lix
lx
lxi
lxii
lxiii
lxiv
lxv
lxvi
lxvii
Lampiran 13
Tahun 2010
lxviii
lxix
lxx
lxxi
lxxii
lxxiii
lxxiv
lxxv
lxxvi
lxxvii
lxxviii
lxxix
lxxx
lxxxi
lxxxii
lxxxiii
lxxxiv
lxxxv
lxxxvi