Anda di halaman 1dari 32

PENGENDALIAN RISIKO

Setelah manajer risiko meng-identifikasi dan


mengukur risiko , maka ia harus memutuskan
bagaimana menangani risiko tersebut, yang dapat
dilakukan melalui kegiatan :
1. Menghindari risiko (Risk Avoidance)
2. Mencegah risiko (Risk Prevent)
3. Mengurangi kerugian (Risk Reduction)
4. Mengalihkan Risiko (Risk Transfer)
5. Mendanai Risiko (Risk Financing)
1

Menghindari Risiko (Risk Avoidance)


Strategi menghindari risiko dilakukan apabila :
1. Risiko yang dihadapi terlalu besar, baik ditinjau
dari segi kemungkinan terjadinya maupun dampak
kerugian/akibat yang ditimbulkan.
2. Risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan
oleh manajemen dan tidak dapat ditangani dengan
strategi penanganan risiko yang lain.

- Tidak semua risiko dapat dihindari dan

menghindar kadang-kadang bukan merupakan


cara yang terbaik.
- Risiko mungkin memberikan upah yang sulit

untuk ditolak/ada potensi keuntungan di balik


risiko.

Mencegah Risiko (Risk Prevent)


Mencegah timbulnya risiko merupakan strategi
untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
risiko . Jadi sasarannya adalah bagaimana agar
kemungkinan/probabilitas terjadinya suatu
peristiwa yang merugikan dapat dibuat sekecilkecilnya atau membuat risiko yang berada di
kwadran kanan atas bergeser ke kwadran kanan
bawah dan risiko yang berada di kwadran kiri
atas bergeser ke kwadran kiri bawah
4

Mencegah Risiko (lanjutan)


Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah risiko :
1. memperbaiki sistem dan prosedur
2. memperbaiki/melengkapi fasilitas
3. memperbaiki sumber daya manusia
4. memperbaiki/membuat aturan dan
kebijakan

Mengurangi kerugian akibat risiko


(Risk Reduction)
Adalah upaya untuk meminimalkan dampak
kerugian karena terjadinya risiko. Jadi
membuat risiko yang berada di kwadran kanan
atas bergeser ke kwadran kiri atas dan risiko
yang berada di kwadran kanan bawah bergeser
ke kwadran kiri bawah.

Usaha pencegahan dan pengurangan risiko


hanya dilakukan selama biaya untuk
penanganan risiko tersebut lebih kecil dari
kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya
risiko.
Pada saat biaya pencegahan dan pengurangan
risiko lebih besar dari akibat kerugian yang
ditimbulkan, maka penanganan risiko tersebut
tidak lagi efisien.
7

Mengalihkan Risiko (Risk Transfer)


Apabila risiko tidak dapat dikendalikan, yaitu apabila
risiko tersebut berada di luar areal risiko sisa, maka
sebaiknya risiko tersebut dialihkan ke pihak lain.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengalihkan risiko adalah :
1. Melalui lembaga pengelola risiko (asuransi)
2. Melalui mekanisme non asuransi

Pengalihan Risiko Melalui Asuransi


Dilakukan dengan cara membeli polis asuransi.
Dengan membeli polis asuransi maka risiko
yang mungkin terjadi ditransfer ke perusahaan
asuransi.
Cara ini dilakukan atas pertimbangan :
1. risiko yang dihadapi terlalu besar
2. karena undang-undang
3. pengalihan risiko dianggap lebih efisien
9

Pengalihan Risiko non Asuransi


1. Hedging
Proses penutupan transaksi jual beli
komuditas, sekuritas atau valuta di dua pasar
yang berbeda, dengan harapan untuk
menghindari kerugian yang mungkin diperoleh
dari pasar yang satu dapat ditutup dari pasar
yang lain

10

Pengalihan Risiko non Asuransi (lanjutan)


2. Leasing
adalah suatu cara untuk dapat memanfaatkan barang tanpa
harus memilikinya.
Selain sebagai salah satu metode pengalihan risiko, leasing
juga memberi manfaat karena :
a. tidak membutuhkan dana yang besar untuk memperoleh
asset, sehingga dana dapat dipergunakan untuk modal kerja dan
keperluan lain;
b. mengurangi biaya operasional dan pemeliharaan, karena
biaya tersebut menjadi beban lessor
11

Pengalihan Risiko non Asuransi (lanjutan)


3. Factoring
adalah salah satu cara pengalihan risiko
di mana sebuah perusahaan yang
memiliki piutang menjual piutangnya
kepada pihak lain (factor), untuk
menghindari risiko piutang tak tertagih.

12

Factoring (lanjutan)
2 (dua) cara pengalihan risiko melalui factoring
adalah :
- Notification basis : perusahaan yang memiliki
piutang memberitahukan kepada pelanggan
bahwa hutangnya telah dialihkan kepada factor
(pembeli piutang) sehingga pelanggan langsung
melakukan pembayaran kepada factor
- non-notification basis : perusahaan yang memiliki
piutang tidak memberitahukan kepada pelanggan
bahwa hutangnya telah dijual kepada factor.
Dengan demikian pelanggan tetap membayar
kepada perusahaan, baru kemudian perusahaan
membayar kepada factor
13

4.

Outsourcing

Memberikan pekerjaan untuk dilakukan oleh pihak


lain di mana perusahaan (pemberi outsourcing)
membeli barang atau jasa yang dihasilkan.
Beberapa manfaat outsourcing :
- tidak menanggung risiko gagal pekerjaan
- hasil lebih baik karena dilakukan oleh orang yang
ahli dalam bidangnya
- menghemat biaya produksi, penyimpanan dan
pemeliharaan

14

Mendanai Risiko (Risk Financing)


Upaya dari perusahaan untuk menanggung
sendiri risiko yang mungkin terjadi, yang
didasarkan pada pertimbangan :
1. besarnya tingkat kerugian yang dapat
dipikul sendiri
2. sifat dan tingkat kerugian (hanya menimpa
individu atau dapat menimpa masyarakat)
3. Masa pemulihan
15

Mendanai Risiko (lanjutan)


Alasan perusahaan mendanai risiko adalah :
1. Status risiko baik dipandang dari
kemungkinan maupun akibat yang ditimbulkan
sangat kecil
2. Jika biaya pengelolaan risiko lebih besar dari
kerugian risiko tersebut
3. Jika pengalihan risiko ke pihak lain lebih
besar dari menanggung risiko itu sendiri
16

Mendanai Risiko dapat dilakukan dengan


cara :
1. Menggunakan kas kecil
2. Menyediakan dana cadangan
3. Self insurance
4. Captive insurer

17

Kerangka Kerja MR
2009)

(ISO 31000,

Mandat & Komitmen


Hal ini penting dan sangat sentral, sesuai peraturan yang menjadi
dasar hukum perusahaan. Dalam peraturan terlihat jelas pemegang
mandat dan jenis mandat serta komitmennya terkait langsung dengan
penerapan manajemen risiko (acuan : UU PT No.40 tahun 2007).
Direksi :
penanggung jawab utama penerapan manajemen risiko pada
perusahaan.
Dewan Komisaris :
pengawas tertinggi dalam pelaksanaan pengawasan penerapan
manajemen risiko perusahaan

Mandat & Komitmen (1)


Tugas Direksi dalam konteks MR :
Menciptakan situasi yang kondusif
Menyusun & menetapkan tata kelola risiko yang sesuai
dengan perusahaan yang dipimpinnya
Menetapkan bahasa & terminologi MR yang baku
Menyediakan sumber daya
Memastikan keselaran program MR dengan strategi perusahaan
Memastikan fungsi MR beroperasi secara independen
Mengkomunikasikan manfaat MR dalam pencapaian sasaran
Mengkaji ulang & menetapkan model

Mandat & Komitmen (2)

Tugas Dewan Komisaris dalam konteks MR :


Pola pengawasan dilaksanakan dengan
fokus pada risiko-risiko utama yang dapat membuat
perusahaan rugi besar atau bangkrut (siapa pemangku
kepentingan utama, rencana strategis, toleransi risiko
yang ditetapkan, profil risiko yang dilaporkan)
fokus pada perubahan dan dampaknya terhadap
perusahaan (perubahan peraturan, kurs mata uang,
politik dll.)

Mekanisme Penyelarasan
Tujuan Perusahaan & Pengendalian
Risiko
Menetapkan tujuan perusahaan dan identifikasi risiko
yang ada serta pengendalian risiko pada tingkat Direksi
melalui diskusi yang dipandu oleh Komite Manajemen
Risiko dan Tim Konsultan Manajemen Risiko
Melakukan sosialisasi kepada risk taking unit atas
konsep, kerangka kerja dan besaran risk appetite dengan
menampung aspirasi dan umpan balik dari unit.
Konsolidasi konsep manajemen risiko stratejik yang
menjadi perhatian Direksi dan risiko operasional ditingkat
risk taking unit

Peran Satuan Kerja MR


Sebagai fasilitator dan mediator Tim Konsultan MR dalam :
menyusun kebijakan dan prosedur manajemen risiko
termasuk menyusun proses risk mapping dan kontrol pada
aktivitas bisnis
membangun risk awareness pada tingkat manajemen dan
risk taking unit.
mengidentifikasi kebutuhan teknis dan kebutuhan
pengguna/risk taking unit dalam menerapkan sistem informasi
manajemen risiko.
melakukan evaluasi dan monitoring atas pelaksanaan
aktivitas bisnis pada tingkat manajemen dan risk taking unit.

Peran Satuan Kerja


Operasional
(Risk Taking unit)
Memberikan masukan atas risks controls, assessment,
mitigation dan risk appetite standar disetiap unit kepada
Komite Manajemen Risiko
Menyusun action plan atas mitigasi risiko yang melebihi
batas toleransi risiko yang telah ditetapkan oleh
manajemen
Melakukan penilaian dan pengendalian risiko pada setiap
aktivitas sesuai tugas dan tanggungjawabnya secara
berkala
Melaporkan pelaksanaan manajemen risiko kepada
Komite Manajemen Risiko secara berkala

Peran Konsultan Manajemen


Risiko
Menyusun dan mengembangkan kebijakan, prosedur
dan standar praktis manajemen risiko termasuk
didalamnya pemetaan risiko pada aktivitas bisnis
Fasilitator atas sosialisasi dan penerapan manajemen
risiko pada Direksi dan middle management.

Menyusun dan mengembangkan kebutuhan solusi


sistem informasi manajemen risiko yang disesuaikan
dengan struktur organisasi, mekanisme penilaian dan
pelaporan risiko

STRUKTUR MANAJEMEN RISIKO


TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG HARUS DITETAPKAN,
TERUTAMA UNTUK :

1.MENYUSUN KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO, TERMASUK


MENETAPKAN KRITERIA RISIKO
2.MEMUTUSKAN UNTUK MENERIMA RISIKO PADA LEVEL RISIKO
TERTENTU
3.MENINGKATKAN KOMPETENSI SDM YANG TERKAIT DENGAN
MANAJEMEN RISIKO
4.MEMASTIKAN FUNGSI MANAJEMEN RISIKO TELAH BERJALAN
5.MENGKAJI-ULANG SECARA BERKALA KEAKURATAN METODE
ASESMEN RISIKO
6.MEMBANGUN KULTUR MANAJEMEN RISIKO
7.MENGKAJI-ULANG
KECUKUPAN
STRUKTUR
UNTUK BERLANGSUNGNYA MANAJEMEN RISIKO

ORGANISASI

CAKUPAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO


1.KOMITMEN MANAJEMEN PUNCAK TERHADAP MANAJEMEN
RISIKO
2.PENETAPAN PROSES-PROSES MANAJEMEN RISIKO
3.PENETAPAN TINGKAT-TINGKAT RISIKO, MATRIKS ASESMEN
RISIKO, KRITERIA RATING KEMUNGKINAN DAN RATING
AKIBAT
4.SISTEM PELAPORAN
5.TOLERANSI RISIKO ATAU RISIKO YANG BOLEH DITERIMA

Contoh Matriks Kebijakan Toleransi


Risiko dan Pengambilan Keputusan
untuk MENERIMA RISIKO

Level Risiko

Unit Kerja X
Sasaran 1

Sasaran 2

Sasaran 3

Risiko EKSTREM

Tidak Boleh
Diterima

Tidak Boleh
Diterima

Boleh Diterima
dan Diputuskan
oleh Kepala Divisi

Risiko TINGGI

Tidak Boleh
Diterima

Boleh Diterima
dan Diputuskan
oleh Kepala Divisi

Risiko MODERAT

Boleh Diterima
dan Diputuskan
oleh Kepala Divisi

Risiko RENDAH

Otomatis diterima
karena sudah
sesuai kebijakan
organisasi

Otomatis diterima
karena sudah
sesuai kebijakan
organisasi
Otomatis diterima
karena sudah
sesuai kebijakan
organisasi

Otomatis diterima
karena sudah
sesuai kebijakan
organisasi
Otomatis diterima
karena sudah
sesuai kebijakan
organisasi
Otomatis diterima
karena sudah
sesuai kebijakan
organisasi

Matrix Risiko/Peta Risiko/Profil Risiko

Kategori Level Risiko


Kategori
Level Risiko

Skor

Tindakan yang Diambil

Rendah

X 4

Tidak diperlukan tindakan (Acceptable)

Sedang

4 < X 8 Disarankan diambil tindakan jika tersedia


sumberdaya (Supplementary Issue)

Tinggi

8 < X 12 Diperlukan tindakan untuk mengelola


risiko (Issue)

Ekstrim

12 < X 25 Diperlukan tindakan segera


mengelola risiko (Unacceptable)

untuk

KAPANKAH
SEBUAH
ORGANISASI
ATAU
PERUSAHAAN DIKATAKAN TELAH MEMILIKI
KULTUR MANAJEMEN RISIKO ?
JAWABANNYA ADALAH :
1.APABILA
SETIAP
PERSONEL
DALAM
ORGANISASI
TELAH
PEDULI
TERHADAP
RISIKO
2.APABILA
SETIAP
PERSONEL
TELAH
MENYADARI KEBIJAKAN TOLERANSI RISIKO
YANG BERLAKU UNTUK UNIT KERJANYA DAN

Latihan :
1. Jelaskan hubungan antara risiko dan asuransi!
2. Jelaskan, bentuk dan implementasi
pengendalian risiko pada kasus kebakaran
suatu pabrik garmen
3. Apa yang saudara ketahui tentang self
insurance ?

32

Anda mungkin juga menyukai