Anda di halaman 1dari 14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perputaran Modal Kerja

2.1.1. Pengertian Modal Kerja

Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat

berharga, piutang dan persediaan, dikurangi dengan kewajiban lancar yang

digunakan untuk membiayai aktiva lancar” (Sujarweni, 2017). Senada dengan

“Seluruh komponen aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar

(utang jangka pendek). Setiap perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan modal

kerjanya, agar dapat meningkatkan likuiditasnya” (Kasmir, 2018). Modal kerja juga

dapat diartikan sebagai investasi yang terdapat dalam aktiva lancar seperti kas, surat-

surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancarlainnya.

Pengertian modal kerja terbagi menjadi dua (Sartono, 2010) yaitu :

a. Gross working capital merupakan keseluruhan aktiva lancar yang didasarkan pada

jumlah atau kuantitas dana tertanam pada aktiva lancar. Aktiva lancar merupakan

kekayaan perusahaan yang dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai kembali

dalam jangka pendek yaitu waktu kurang dari satu tahun.

b. Net working capital merupakan kelebihan aktiva lancar atas utang lancar.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulakan bahwa modal kerja

merupakan sumber pendanaan untuk kegiatan operasional yang menjamin

kelangsungan usaha perusahaan. Juga merupakan investasi perusahaan dalam bentuk

aktiva lancar. Pada dasarnya modal kerja selalu dalam keadaan operasi selama

6
7

perusahaan tersebut masih melakukan aktivitas usaha. Periode perputaran modal

kerja dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja

sampai saatnya kembali menjadi kas.

2.1.2. Sumber dan Jenis-Jenis Modal Kerja

Kebutuhan modal kerja akan semakin besar dapat diamati dari semakin

lamanya periode antara saat pengeluaran kas sampai penerimaan. Kebutuhan modal

kerja tersebut dapat terpenuhi oleh sumber modal kerja yang dimiliki

olehperusahaan.

Sumber modal kerja tersebut berasal dari (Munawir, 2010) :

1) Hasil operasi perusahaan, yang diketahui dari jumlah penjualan bersih

dalamlaporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi.

2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (Investasi jangka pendek) yang

dimiliki perusahaan merupakan salah satu aktiva lancar yang dapat langsung

dijual dan berubah menjadi kas yang dapat memberikan keuntungan bagi

perusahaan.

3) Penjualan dari investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak

diperlukan lagi oleh perusahaan, menjadikan perubahan menjadi kas piutang yang

menjadikan bertambahnya modal kerja dari hasil penjualan tersebut.

4) Modal kerja juga bisa didapatkan dari penjualan saham atau obligasi, perusahaan

dapat menawarkan sekuritas untuk mengumpulkan dana dari investor untuk

menambah modalnya. Perusahaan juga menerbitkan obligasi guna memenuhi

kebutuhan modal kerjanya.


8

Menurut W.B. Taylor, Jenis-jenis modal kerja dapat digolongkan menjadi dua jenis

bagian yaitu (Suteja, 2015) :

1. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus

tetap ada pada perusahaan, terdiri dari :

a. Modal kerja primer: Jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada

perusahaan.

b. Modal kerja normal : Jumlah modal kerja untuk menyelenggarakan luas

proyeksi normal atau dinamis sesuai rata rata.

2. Modal kerja Variable (Variable Working Capital) yaitu modal kerja yang berubah

ubah, terdiri dari :

a. Modal kerja musiman: Modal kerja yang jumlahnya berubah karena fluktuasi

musiman.

b. Modal kerja siklis: Modal kerja yang jumlahnya berubah karena fluktuasi kon

jungtur.

c. Modal kerja darurat : Modal kerja yang diperlukan dalam keadaan darurat.

2.1.3. Penggunaan Modal Kerja

Hubungan antara sumber dan penggunaan modal kerja sangat erat.

Penggunaan Modal kerja dipilih dari sumber modal kerja tertentu atau sebaliknya

penggunaan modal kerja dapat mempengaruhi modal kerja itu sendiri. “Penggunaan

dana untuk modal kerja diperoleh dari kenaikan aktiva dan penurunan pasiva”

(Kasmir, 2019). Penggunaan modal kerja secara umum dilakukan perusahaan untuk :

1. Penggunaan untuk gaji, upah dan biaya operasi perusahaan lainnya.

2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan


9

3. Untuk menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga

4. Pembentukan dana

5. Untuk pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang

6. Pembayaran hutang jangka panjang

7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar

8. Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung kepada

beberapa faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, pihak manajemen dalam

menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama kebijakan dalam upaya

pemenuhan modal kerja harus selalu memperhatikan faktor-faktor faktor tersebut.

Berikut faktor yang mempengaruhi modal kerja menurut (Kasmir,2018) diantaranya :

1. Jenis Perusahaan

Jenis kegiatan perusahaan dalam prakteknya meliputi dua macam,yaitu: perusahaan

yang bergerak dalam bidang jasa dan non jasa (industri). Kebutuhan modal dalam

perusahaan industry lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Oleh

karena itu, jenis kegiatan perusahaan sangat menentukan kebutuhan akan modal

kerjanya.

2. Syarat kredit

Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil

(angsuran) juga sangat mempengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan penjualan

laba bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu melalui penjualan

secara kredit.
10

3. Waktu produksi

Jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Semakin lama waktu yang

digunakan untuk memproduksi suatu barang, maka akan semakin besar modal kerja

yang dibutuhkan.

4. Tingkat perputaran sediaan

Pengaruh tingkat perputaran sediaan terhadap modal kerja cukup penting bagi

perusahaan. Semakin kecil atau rendah tingkat perputaran, kebutuhan modal kerja

semakin tinggi, demikian pula sebaliknya.

2.1.5. Perputaran Modal Kerja

Perputaran modal kerja (Working capital turnover) adalah rasio yang

membandingkan modal kerja dengan penjualan. Periode perputaran modal kerja

dimulai pada saat kas di investasikan dalam komponen- komponen modal kerja

sampai pada saat kembali lagi menjadi kas.

Hery mendefinisikan “Perputaran Modal Kerja merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur keefektifan modal kerja (aset lancar) yang dimiliki

perusahaan dalam menghasilkan penjualan” (Ratnasari, 2019).

Dapat disimpulkan bahwa perputaran modal kerja merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur seberapa efektif modal kerja yang digunakan oleh

perusahaan selama beberapa periode tertentu. Modal kerja memiliki sifat yang selalu

berputar untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Maka penggunaan

modal kerja harus digunakan seefektif mungkin. Semakin efektifnya penggunaan

modal kerja maka akan lebih meningkatkan laba. Semakin pendek periode

perputarannya, maka akan semakin cepat tingkat perputaran modal kerja sehingga
11

modal kerja yang dibutuhkan semakin kecil dan efisensi penggunaan modal kerja

perusahaan tinggi. Sebaliknya semakin panjang periode perputaran modal kerja

berarti semakin lambat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja

perusahaan rendah.

Tingkat perputaran modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio

working capital turnover. Rumus yang digunakan dalam menghitung perputaran

modal kerja atau Working Capital Turnover (WCT) adalah :

Sedangkan rumus untuk mencari modal kerja adalah sebagai berikut:

2.2. Profitabilitas

2.2.1. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba selama

periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu untuk

menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat

diterima.

Sartono mengemukakan “Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal

sendiri” (Maming 2018).


12

Michelie & Megawati menyatakan bahwa “Profitabilitas merupakan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar

pembagian dividen perusahaan” (Tnius 2018).

Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara

tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan

lainya. Profitabilitas juga menjadi acuan dalam menganalisis kinerja manajemen.

Para investor di pasar modal sangat memperhatikan tingkat profitabilitas karena

menjadi tolak ukur bagi investor dalam melakukan jual beli saham, sehingga

manajemen di tuntut untuk selalu meningkatkan labanya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja perusahaan dikatakan baik apabila

profitabilitas perusahaan tinggi dan dapat mengelola aktiva secara produktif,

sedangkan profitabilitas perusahaan yang rendah mengindikasi bahwa tingkat

kinerja manajemen perusahaan tersebut kurang baik.

2.2.2. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas

“Profitabilitas memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak pemilik

usaha atau manajemen, namun juga bagi pihak luar perusahaan yang berkepentingan

dengan perusahaan” ( Kasmir,2018).

Tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun

bagi pihak luar perusahaan adalah:

1. Sebagai alat untuk menghitung laba bersih sesudah pajak yang diperoleh

perusahaan dalam suatu periodetertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang

dan perkembangan laba dari tahun ketahun.


13

3. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

4. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

5. Sebagai pengukur produktivitas seluruh dana yang digunakan baik modal

pinjaman maupun modal sendiri.

Rasio profitabilitas dilakukan dengan membandingkan berbagai komponen

yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba

rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi, yang tujuannya

agar dapat mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, baik

penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahantersebut.

2.2.3. Jenis – Jenis Rasio Profitabilitas

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio

profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas

digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu

periode tertentu atau untuk beberapa periode.

Jenis–Jenis Rasio profitabilitas menurut (Kasmir, 2018), sebagai berikut :

1. Profit Margin On Sales

Profit Margin On Sales atau Ratio Profit merupakan salah satu rasio yang

digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Terdapat dua rumus untuk

mencari profit margin, yaitu :

a. Rumus untuk margin laba kotor yaitu :

Rasio ini
14

digunakan untukmengetahui keuntungan kotor perusahaanyang diperoleh dari

penjualannya. Rasio ini dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Rasio ini

menghitung efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksi dan aktiviats

produksinya.

b. Rumus untuk margin laba bersih yaitu :

Penggunaan rasio ini untuk mengukur lebih spesifik profitabilitas yang

berkaitan dengan penjualan. Pada net profit margin ,rasio profitabilitas diukur dari

penjualan perusahaan setelah dihitung biaya dan pajak penghasilan.

2. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengetahui seberapa besar laba

yang diperoleh perusahaan dari aktiva yang digunakan. Return on asset (ROA) juga

sering disebut dengan Retun on Investment (ROI), rasio ini membandingkan laba

bersih setelah pajak terhadap total aktiva. Rumus yang digunakan adalah :

“Return On Asset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar

kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan

untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap

rupiah dana yang tertanam dalam total aset” (Hery,2018). ROA atau ROI merupakan

rasio pengukuran profitabilitas yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur

efektifitas keseluruhan dalam memperoleh laba dengan aktiva yang tersedia.


15

3. Return on Equity (ROE)

Analisis Return on Equity sering juga artikan sebagai rentabilitas modal

sendiri. Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. ROE

juga dapat dapat digunakan untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari

saham sendiri yang diinvestasikan dalam bisnis. Rasio ini menjukan efisiensi

penggunaan modal sendiri. Rumus yang digunakan untuk mencari Return On Equity

(ROE) sebagai berikut :

ROE yang tinggi sering kali memperlihatkan penerimaan perusahaan atas peluang

investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.

4. Pendekatan Du Pont System

Satu varian dari pengembalian investasi , yaitu pendekatan Du Pont. Du pont

memiliki hubungan khusus dalam pemahaman pengembalian investasi perusahaan

atau Return On Investment (ROI). “Du Pont System adalah metode yang digunakan

dalam menilai efektivitas operasional perusahaan, karena dalam analisis du pont

mencakup unsur penjualan, aktiva yang digunakan serta laba yang dihasilkan

perusahaan” (Yolanda dan Harimurti, 2017). Berikut cara mencari hasil

pengembalian investasi dengan pendekatan Du Pont , dengan rumus :

Melalui pendekatan Du Pont efisiensi penggunaan modal diukur dalam

tingkat ROI melalui penggabungan berbagai macam analisis. Pendekatan ini


16

digunakan untuk melihat rasio mana yang mempunyai pengaruh yang kuat dalam

mengembalikan kinerja dari penggunaan asset perusahaan.

2.3. Konsep Dasar Perhitungan

2.3.1. Uji Koefisien Korelasi

“Koefisien korelasi adalah uji untuk mencari hubungan dan membuktikan

hipotesis hubungan dua variabel bila kedua variabel berbentuk interval atau ratio”

(Ghozali, 2018). Untuk menunjukkan kuat atau tidaknya hubungan linier antar dua

variabel. Korelasi ini biasa dilambangkan dengan huruf r, yang nilainya berada di

rentang -1 sampai +1. Nilai r yang mendekati -1 atau +1 menunjukkan hubungan

yang kuat di antara dua variabel tersebut, sementara nilai r yang mendekati 0

mengindikasikan hubungan yang lemah. Maka sifat korelasi tersebut adalah :

a. Apabila r = 1 hasil korelasi positif sempurna, artinya kedua variable mempunyai

hubungan searah (jika variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi )

b. Apabila r = -1 hasil korelasi negative sempurna, artinya variabel memiliki

hubungan yang berlawanan (jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y

justru turun atau merendah).

Tabel II.1
Tingkat Korelasi dan Keeratan Hubungan
No Nilai Koefisien (r) Tingkat Hubungan
1 0,00 - 0,199 Sangat Lemah
2 0,20 - 0,399 Lemah
3 0,40 - 0,599 Cukup
4 0,60 - 0,799 Kuat
5 0,80 - 0,100 Sangat Kuat
Sumber: (Siregar, 2020)
17

Rumus dari koefisien korelasi sebagai berikut :

Dimana :

r = Nilai koefisien korelasi

n = Jumlah data

x = Variabel bebas ( Independent)

y = Variabel terikat (Dependent)

2.3.2. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi sebagai

pengukur kemampuan setiap variabel. “Koefisien Determinasi (KD) adalah

angka yang menyatakan atau digunakan untuk mengetahui kontribusi atau

sumbangan yang diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas)

terhadap variabel Y (terikat)” (Siregar, 2020).

Koefisien determinasi bernilai antara nol sampai satu. Apabila

nilainya mendekati satu (1) itu berarti variabel independen berpengaruh

semakin kuat terhadap variabel dependen. Sebaliknya pengaruh variabel

independen akan semakin melemah pada keadaan dimana nilai koefisien

determinasi mendekati nol (0). Secara umum dapat dikatakan koefisien

determinasi besarnya antara 0< R2<1. Koefisien determinasi dihitung dengan

rumus:

Dimana :
18

KD = Koefisien Determinasi

r2 = Koefisien determinasi yang dikuadratkan

100% = Konstanta

2.3.3. Uji Regresi Linier Sederhana

Uji Persamaan regresi merupakan suatu model persamaan yang

menggambarkan hubungan satu variabel bebas (X) dengan satu variabel tak bebas

(Y), yaitu dengan mencari persamaan regresi yang bermanfaat untuk meramal nilai

variabel dependen berdasarkan nilai-nilai variabel independennya serta menganalisis

hubungan antara variabel dependen dengan dua atau lebih variabel independen baik

secara parsial maupun simultan.

Persamaan umum regresi linier sederhana stebagai berikut (Sugiyono, 2017) :

Y = a + b.X

Dimana:

Y = Variabel terikat (Dependent)

X = Variabel bebas (Independent)

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

Sedangkan untuk mencari nilai konstanta b dan a , dapat menggunakan rumus

sebagai berikut :

n. ∑ XY - ∑ X. ∑ Y
b=
n.∑X2 - (∑X)2

∑ Y − b. ∑ X
a=
n
19

Dimana :

n = Jumlah data

Y = Nilai variabel

terikat X = Nilai variabel bebas

Anda mungkin juga menyukai