Anda di halaman 1dari 24

BAB V

MODAL

Standar kompetensi: Memahami menejemen modal kerja, biaya modal dan


struktur modal

Kompetensi dasar:
1. Mengetahui definisi modal kerja
2. Mengetahui macam-macam modal kerja
3. Mengetahui ruang lingkup menejemen modal kerja
4. Mengetahui definisi biaya modal
5. Mengetahui pengertian struktur modal
6. Mengetahui pendekatan dalam teori struktur modal
7. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal

Indikator pencapaian:
1. Mampu mendefinisikan menejemen modal kerja mendefinisikan modal
kerja dari konsep gross working capital, net working capital, dan modal
kerja fungsional
2. Mampu menjelaskan komponen-komponen yang termasuk modal kerja
3. Mampu menyebutkan macam-macam modal kerja dalam suatu usaha
4. Mampu menyebutkan sumber-sumber pemenuhan modal kerja
5. Mampu menyebutkan penggunaan modal kerja
6. Mampu menjelaskan pengertian biaya modal
7. Mampu menjelaskan struktur modal
8. Mampu menjelaskan pendekatan dalam teori struktur modal

A. MODAL KERJA
Banyak pengertiam tentang modal yang ditanamkan dalam operasi
perusahaan, menurut Polak (dalam Riyanto :1995) mengartikan modal sebagai
“kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal”.
Modal terdiri atas modal kerja (working capital asset) dan modal tetap
(Fixed capital asset). Modal tetap (fixed capital asset) adalah jumlah modal dalam
bentuk investasi pada aktiva yang terikat untuk periode lama yang dapat
menyediakan kemudahan bagi operasi masyarakat. Modal kerja (working capital
asset) adalah modal yang menitik beratkan pada jumlah dana yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan dalam menjalankan operasi perusahaan yang bersifat
ritun dan untuk jangka pendek.
Menurut riyanto (1995:57), ada tiga batasan modal kerja yang umum
digunakan.Masing-masing batasan tersebut berdasarkan konsep-konsep sebagai
berikut.
1) Konsep kuantitatif
Konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktoiva lancer
(gross working capital) dan menitik beratkan kepada kuantum yang
diperlukan untuk mencakupi kebutuhan pesusahaan dalam membiayai
operasinya yang bersifat rutin.Atau dengan kata lain, modal yang
menunjukkan jumlah data (find) yang tgersedia untuk tujuan operasi
jangka pendek.
2) Konsep kualitatif.
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancer terhadap hutang
jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang
berasal dari pinjaman jangka panjang maupun para pemilik perusaahan.
Dengan kata lain, modal kerja adalah aktiva lancar yang dibiayai dari
jangka panjang dan dari pemilik sendiri. Konsep ini menunjukkan bahawa
adanya modal kerja berarti tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari
hutang lancar senhingga menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur
jangka pendek.
3) Konsep fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilakn pendapatan (laba) dari perusahaan. Modal kerja dalam
konsep ini adalah keseluruhan modal yang digunakan untuk memperoleh
laba pada periode ini, tetapi sebagian modal atau dana juga digunakan
untuk memperoleh laba di masa yang akan datang. Modal kerja dalam
artian ini disebut modal kerja bruto (gross working capital) tetapi karena
nyatanya untuk memperoleh dan mempergunaakan harta lancar kadang-
kadang timbul kewajiban yang segera harus dibayar, maka sebenarnya
sebagian harta lancar yang dimiliki perusahaan akan dipergunakaan untuk
memenuhi atau membayar kewajiban-kewajiban, jadi praktis hanya
sebagian harta lancar yang benar-benar dioperasikan karena harta lancar
tersebut harus dikurangi kewajiban kewajiban yang harus dibayar.
Jadi berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat dikatakan bahwa
modal kerja diperlukan tidak hanya untuk menerangkan jumlah kekayaan
bentuk lancar atau aktiva lancar akan tetapi juga kelebihan dari aktiva-
aktiva lancar terhadap pasiva-pasiva atau hutang jangka pendek.

1. Macam-macam Modal Kerja


Modal kerja dalam fungsi kerjanya pada sesuatu perusahaandapat
digolongkan dalam beberapa jenis. Menurut W.B taylor (riyanto, 1995) jenis-jenis
modal kerja adalah sebagai berikut.
1) Modal kerja permanen (permanent working capital), yaitu modal kerja
yang terus tetap ada pada perusahaaan untuk dapat menjalankan fungsinya
atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan
untuk kelancaran usaha, modal permanen dapat dibedakan menjadi modal
kerja primer (primary working capital) dan modal kerja normal ( normak
working capital). Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum
yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
Sedangkan modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang
diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2) Modal kerja variable ( variable working capital), yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, modalm kerja
variable dapat dibedakan menjadi modal kerja musiman (seasonal working
capital), modal kerja siklis (cyclical working capital) dan modal kerja
darurat (emergency working capital). Modal kerja musiman yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan karena fluktuasi konyungtur. Dan modal kerja darurat yaitu
modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat
yang tidak diketahui sebelumnya.

2. Ruang Lingkup Modal Kerja


Ruang lingkup modal kerja yang diuraikan meliputi perencanaan besarnya
kebutuhan modal kerja, sumber-sumber modal kerja, penggunaan dana dan
analisis sumber dan penggunaan modal kerja.
Perencanaan besarnya kebutuhan modal kerja.
Menurut riyanto (1995), besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama
tergantung pada 2 faktor, yaitu :
a) Periode perputaran atau periode terkaitnya modal kerja.
b) Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.
Dengan jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, tetapi dengan
makin lamanya periode perputarannya, maka jumlah modal kerja yang
dibutuhkan adalah makin besar. Demikian pula hanya dengan periode
perputaran yang tetap, dengan makin besarnya jumlah pengeluaran kas
setiap harinya, kebutuhan modal kerjapun makin besar.

3. Sumber-sumber Modal Kerja.


Menurut Riyanto (1995), sumber penawaran modal ditinjau dari “asalnya”
pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu, sumber intern (internal
sources) dan sumber eksternal (exsternal source).
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan.sedangkan sumber ekstern
adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik peserta atau pengambil
bagian dalam perusahaan. Modal yang berasal dari para kreditur adalah
merupakan utang bagi perusahaan dan disebut dengan istilah modal asing. Dana
yang berasal dari pemilik peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan
adalah merupakan dana yang akan tetap ditanamkan dalam perusahaan, dana ini
disebut dengan modal sendiri.
Pada umumnya sember modal kerja sesuatu perusahaan dapat berasal dari:
(a) hasil operasi perusahaan yaitu jumlah net income yang Nampak dalam laporan
perhutungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortiasi, jumlah ini
menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari operasi perusahaan.
(b) keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek).
Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable
securities atau effect) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat
dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi suatu perudahaan. Dengan adanya
penjualan terhadap surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam
unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga ini merupakan suatu sumber
untuk bertambahnya modal kerja. Sabaliknya apabila dalam penjualan terjadi
kerugian maka akan menyebabkan kekurangannya modal kerja. Keuntungan dari
investasi jangka panjang yaitu: Sumber lain yang dapat menambah modal kerja
adalah karena keuntungan melakukan investasi jangka panjang ini akan
menyebabkan bertambahnya modal kerja tersebut. Sedangkan simpanan wajib,
maupun simpanan berjangka, deposito dan lain sebagainya, yang merupakan suatu
sumber yang menyebabkan bertambahnya modal kerja.
Adapun sumber-sumber modal kerja menurut Riyanto (1995), dapat
disebutkan sebagai berikut.
a) Berkurangnya aktiva tetap.
b) Bertambahnya utang jangka panjang.
c) Bertambahnya modal.
d) Adanya keuntungan dari opersi perusahaan.

4. Penggunaan data:
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan
bemtuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
Tetapi penggunaan aktiva lancar tidak salalu diikuti dangan berubahnya atau
turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya
modal kerja adalah sebagai berikut :
a) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi,
pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang yang diperlukan,
supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.
b) Adanya kerugian-kerugian dari pengguanaan modal kerja karena kerugian
di luar usaha harus dilaporkan tersendiri dalam laporan perubahan modal
kerja.
c) Adanya pembentukan modal atau pemisah aktiva lancar untuk tujuan-
tujuan tertentu dalam jangka panjang. Adanya pembentukan modal ini
berarti adanya perubahan bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva
tetap.
d) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang
atau aktiva tidak lancar lainnya menyebabkan berkurangnya aktiva lancar
atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
e) Pembayaran hutang yang meliputi hutang jangka panjang serta penarikan
atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk seterusnya).
f) Pengambilan uang oleh pemilik untuk kepentingan pribadi (prive) atau
adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik.

Adapun penggunaan modal kerja menurut Riyanto (1995), adalah sebagai


berikut; (1) bertambahnya aktiva tetap; (2) berkurangnya untung jaka panjang;
(3) berkurangnya modal; (4) adanya kerugian dalam operasi perusahaan.
Modal kerja disini adalah dalam artian netto, yaitu kelebihan aktiva lancar
diatas hutang lancar.Dalam laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja
tidak tercantum didalamnya sumber-sumber dan pengguanaan dana yang berasal
dari unsur-unsur modal kerja sendiri. Karena purubahan-perubahan yang hanya
menyangkut unsur-unsur aktiva lancar dan hutang lancar saja, tidak akan
mengakibatkan perubahan-perubahan jumlah kerja (netto).
Laporan sumber dan penggunaan data.
Laporan sumber dana atau modal kerja merupakan laporan keuangan yang
berisi sumber dan penggunaan dana. Manfaat laporan sumber dan penggunaan
dana antara lain (1) untuk mengetahui apa yang telah dilakukan perusahaan
dengan dana yang dimilikinya; (2) untuk mengetahui apa yang akan dilakukan
perusahaan dengan dana yang akan diperolehnya; (3) bagaimana cara perusahaan
melunasi pinjamannya.
Modal kerja disini adalah dalam artian netto, yaitu kelebihan aktiva lancar
diatas hutang lancar. Dalam laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja
tidak tercantum didalamnya sumber-sumber dan pengguanaan dana yang berasal
dari unsur-unsur modal kerja sendiri. Karena purubahan-perubahan yang hanya
menyangkut unsur-unsur aktiva lancar dan hutang lancar saja, tidak akan
mengakibatkan perubahan-perubahan jumlah kerja (netto).
Menurut Zulian (2001) langkah dalam menyusun laporan sumber dan
penggunaan dan dapat dilakukan dengan: (1) membuat tabel perubahan neraca
dari dua periode dan mengklasifikasikan mana yang etrmasuk kelompok sumber
dana (penurunan dalam rekening aktiva dan kenaikan dalam sekening utang) dan
yang mana termasuk kelompok penggunaan dana (kenaikan rekening aktiva dan
penuruanan rekening utang); (2) melakukan laporan penyusunan laba yang
mencerminkan laba bersih dan deviden; (3) mengelompokkan perubahan-
perubahan dalam modal kerja (aktiva lancar dan hutang lancar).
Laporan perubahan modal kerja dapat disajikan dalam dua bagian yaitu:
a) Bagian pertama menunjukkan perubahan yang terjadi untuk setiap jenisnya
atau elemen modal kerja dan perubahan modal kerja secara total. Bagian ini
menggambarkan kenaikan atau penurunan setiap elemen aktiva lancar, hutang
lancar serta perubahan total modal kerja dalam satu periode tertentu.
b) Bagian kedua menunjukkan sumber dan penggunaan modal kerja atau sebab-
sebab terjadinya perubahan modal kerja, bagian ini menggambarkan sumber-
sumber tertentu dari mana modal kerja diperoleh serta berbagai penggunaan
dari modal kerja tersebut.

Analisis sumber-sumber dan penggunaan tidak hanya dilakukan terhadap


laporan waktu yang lalu saja, tapi penting juga dilakukan terhadap laporan yang
diproyeksikan untuk periode yang akan datng (projected statement of sources and
uses of fund).
B. BIAYA MODAL

1. Pengertian Biaya Modal


Biaya modal merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oelh
perusahaan untuk mendapatkan modal yang digunakan untuk investasi
perusahaan.
Konsep biaya modal penting dalam pembelajaran perusahaan, karena
dapat dipakai untuk menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung
oleh perusahaan untuk memperoleh modal dari berbagai sumber. Konsep
perhitungan biaya modal dapat dilakukan dengan menggunakan konsep rata-rata
tertimbang (wacc atau weighted average cost of capital) dari keseluruhan modal
yang digunakan oleh perusahaan (riyanto: 1995).
WACC sifatnya “explicit”, sama dengan “discount rate” yang dapat
menjadikan PV dari modal netto yang diterima perusahaan sama dengan PV dari
semua biaya yang harus dibayarkan karena penggunaan modal tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya modal antara lain faktor yang
tidak dapat dikendalikan perusahaan dan faktor yang dapat dikendalikan
perusahaan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan perusahaan adalah tingkat suku
bunga dan tariff pajak. Jika suku bunga dalam perekonomian meningkat maka
biaya utang juga akan meninggkat karena perusahaan menbayar pemegang
obligasi dengan suku bunga yang lebih tinggi untuk memperoleh modal utang.
Tariff pajak digunakan untuk perhitungan biaya utang yang digunakan dalam
WACC., dan terdapat cara-cara lainnya yang kurang nyata, diamana kebijakan
pajak mempengaruhi biaya modal.
Penurunan ratio pembayaran dividend mungkin dapat menyebabkan biaya
modal sendiri meningkat, sehingga MACC-nya naik.
Akibat dari kebijakan investasi akan menbawa dampak yang beresiko
besar kecil resiko ini yang akan mempengaruhi biaya modal.
Biaya modal dapat diukur dengan “rate of return” minimum dari investasi
baru yang dikeluarkan perusahaan, dengan asumsi bahwa tingkat resiko dari
investasi baru sama dengan resiko dari aktiva yang dimiliki saat ini.

2. Biaya Modal Secara Individual


Biaya penggunaan modal dapat berasal dari berbagai sumber seperti
hutang perniagaan, hutang wesel, hutang jangka pendek, hutang dari obligasi,
modal dari saham preferen, laba ditahan (RE), dan emisi aham baru.

3. Biaya Modal Secara Keseluruhan


Tingkat biaya modal yang harus dihitung perusahaan adalah tingkat biaya
modal secara keseluruhaan. Perhitungannya menggunakan konsep weighted
average cost of capital (WACC).
Tambahan modal akan mengakibatkan kenaikan marginal cost of capital
(MCC), sehingga WACC-nya naik, apabila tambahan modal tersebut begitu
besarnya sehingga perusahaan harus melakukan emisi saham baru. Agar supaya
tambahan modal tidak menaikan WACC,maka tambahan modal harus
memperhatikan besarnya laba ditahan pada periode tersebut.

C. STRUKTUR MODAL

1. Pengertian Struktur Modal


Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal aktif (debet) dan
modal pasif (kredit).
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing
dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas
laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur modal menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk
membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor
dapat mengetahui kesimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian
investasinya.
Kebutuhan dana yang berasal dari dalam atau sering disebut modal sendiri
adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri seperti cadangan laba yang
berasal dari pemilik seperti modal saham. Modal inilah yang menjadi tanggungan
terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan dijadikan jaminan bagi kreditor.
Sedangkan dana yang berasal dari luar adalah modal yang berasal dari kreditor
(penyandang dana), modal inilah yang merupakan utang bagi perusahaan yang
bersangkutan (Bambang Riyanto, 1980: 12).
Tujuan dari manajemen struktur modal atau capital structure management
adalah menggabungkan sumber-sumber dana yang digunakan perusahaan untuk
membiayai operasi. Dengan kata lain, tujuan ini dapat dilihat sebagai pencarian
penggabungan dana yang akan meminimumkan biaya modal dan dapt
memaksimalkan harga saham. Struktur modal yang demikian, dapat kita sebut
sebagai struktur modal yang optimal.
Konsep penting manajemen modal adalah masalah sumber dana dan
penggunaan dana. Dana dapat dipenuhi melalui sumber intern ataupun sumber
ekstern perusahaan. Dana tersebut dialokasikan untuk membelanjai aktiva
perusahaan. Pada hakikatnya, pemenuhan dan pengalokasian dana menyangkut
masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan
keseimbangan finansial antara aktiva dengan pasiva tersebut dengan sebaik-
baiknya. Keseimbangan finansial dapat dicapai, apabila perusahaan tersebut
selama menjalankan fungsinya tidak menghadapi gangguan-gangguan finansial
yang disebabkan tidak adanya keseimbangan antara jumlah modal yang tersedia
dengan modal yang dibutuhkan.

2. Pendekatan Dalam Teori Struktur Modal


Beberapa alat atau metoda dapat digunakan untuk menentukan suatu
pilihan yang berkaitan dengan struktur modal antara lain: (a) analisis EBIT – EPS,
(b) perbandingan rasio – rasio leverage, dan (c) analisis arus kas perusahaan.
Melalui analisis ini, EBIT –EPS manajemen dapat melihat dampak dari
berbagai alternatif pendanaan terhadap EPS (Earning per share) pada tingkatan
EBIT (earning before interest and tax) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan
EPS adalah laba bersih sesudah pajak atau earning after tax (EAT) dibagi jumlah
saham perusahaan yang beredar.
Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari dengan cara:
(a) menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk EBIT tertentu, dan
(b) mengulang langkah pertama untuk EBIT yang berbeda-beda.
Teori yang terkait dengan struktur modal antara lain:
a. Modigliani-Miller (MM) Theory
1) Teori MM Tanpa Pajak
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani
dan Miller. Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan
atau tidak mempengaruhi nilai perusahaa. MM mengajukan beberapa
asumsi untuk membangun teori mereka (Bigham dan Houston, 2001:
31), yaitu (a) tidak terdapat agency cost; (b) tidak ada pajak; (c)
investor dapat berhutang dengan tingakt suku bunga yang sama dengan
perusahaan; (d) investor mempunyai informasi yang sama seperti
manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depam; (e) tidak
ada biaya kebangkrutan; (f) earning before interest an taxes (EBIT)
tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang; (g) para investor
adalah price-takers; dan (h) jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat
dijual pada harga pasar (market value).
Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang
dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak.
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai
dari perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari preposisi I ini
adalah struktur modal dari suatu perusahaan tidak relevan, perubahan
struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan weighted
average cost of capital (WACC) perusahaan akan tetap sama
dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan memadukan hutang dan
modal untuk membiayai perusahaan.
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan
melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity
bergantung pada resiko dari operasional perusahaan (business risk) dan
tingkat hutang perusahaan (financial risk). Brealey, Myers dan Marcus
(1999) menyimpulkan dari teori MM tanpa pajak in i yaitu tidak
membedakan antara perusahaan berhutang atau pemegang saham
berhutang pada saat kondisi tanpa pajak dan pasar yang sempurna.
Nilai perusahaan tidak bergantung pada struktur modalnya. Dengan
kata lain, manager keuangan tidak dapat meningkatkan nilai
perusahaan dengan merubah proporsi debet dan equity yang digunakan
untuk membiayai perusahaan.
2) Teori MM dengan Pajak
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM
memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada
pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa
digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagi
pengurang pajak.
Dalam teori MM dengan pajakini terdapat dua preposisi yaitu:
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai
dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan
pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah
pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM
menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus
persen hutang.
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin
meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar
dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal
saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang
lebih banyak akan meningkatkanbiaya modal saham. Menggunakan
hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih
murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya
modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata
tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat). Teori MM
tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah
perusahaan tersebut sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-
banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai
hutang besar, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan,
akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang
melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan
menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan
Biaya kebangkrutan.

b. Trade-off Theory
Menurut trade-off theory yang diungkapkan Myers (2001: 81),
“perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana
penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya
kesulitan keuangan (financial distress)”. Biaya kesulitan keuangan
(financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau
reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat
dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.
Trede – off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal
memasukkan faktor antara lain pajak, biaya keagenan dan biaya kesulitan
keuangan tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symetric
information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat
hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak mencapai jumlah
yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan. Trade-off theory
mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-
off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam
penentuan strukturmodal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan
cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang akan
mengurangi pajak. Dalam kenyataannnya jarang manajer keuangan yang
berpikir demikkian. Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap
perilaku struktur modal perusahaan di Amerika Serikat. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini berlawanan dengan
pendapat trade-off theory, karena teori ini tidak dapat menjelaskan korelasi
negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang.

c. Pecking Order Theory


Menurut Myers (1984), Pecking Order Theory menyatakan bahwa
“perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat
hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang prifitabilitasnya tinggi
memiliki sumber dana yang berlimpah.” Dalam pecking order theory ini
tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan
mempunyai urutan-urutan prefrensi dalam penggunan dana. Menurut
pecking order theory dikutip oleh Smartr, Megginson, dan Gitman ( 2004,
458-459), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber
pendanaan, yaitu (a) perusahaan lebih memilih untuk menggunakan
sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan
eksternal; (b) jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan
memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang
yang paling rendah resikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko,
sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang
terakhir saham biasa; (c) terdapat kebijakan deviden yang konstan, pkan
jumlahn pembayaran deviden yang kinstan, yaitu perusahaan akan
menettidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung
atau rugi; (d) untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena
adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat
keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil
portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking Order Theory
menjelaskan urutan-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak
memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana
ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking Order Theory ini dapat
menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan
yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.
Dalam Kenyatannnya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam
menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti
skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory.
Penelitian yang digunakan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995)
menyatakan bahwa “Perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih
memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang dalam membiayai
perusahaannya”. Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang
menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang
terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan
pendanaan eksternal.

d. Equity Market Timming


Teori ini diungkapkan oleh Baker dan Wurgler (2002) ini
mengemukakan bahwa “Perusahaan-perusahaan akan menerbitkan equity
pada saat market value tinggi dan akan membeli kembali equity pada saat
market value rendah”(p.1) Praktek inilah yang kemudian disebut sebagai
equity market timing.
Tujuan dari melekukan equity market timing ini adalah untuk
mengeksploitasi fluktuasi sementara yang terjadi pada cost of equity
terhadap cost of other forms of capital. Menurut Baker dan Wurgler
(2002), “struktur modal adalah hasil komulatif dari usaha melakukan
equity market timing di masa lalu”(p.3). Baker dan Wurgler menemukan
bahwa perusahaan dengan tingkat hutang rendah adalah perusahaan yang
menerbitkan equity pada saat market value tinggi, dan perusahaan dengan
tingkat hutang tinggi adalah perusahaan yang menerbitkan equity pada saat
market value rendah. Barker dan Wurgler menggunakan market-to-book
ratio, yang umumnya digunakan sebagai proxy untuk mengukur
kesempatan investasi, namun dalam teorinya market-to-book ratio juga
digunakan untuk melihat apakah nilai suatu ekuitas itu overvalued atau
undervalued. Baker dan Wurgler membangun suatu model variabel yaitu
external finance weighted-avarage market-to-book ratio. Variabel ini
adalah rata-rata tertimbang dari market-to-book ratio suatu perusahaan di
masa lampau. Variabel ini digunakan oleh baker dan Wurgler untuk
melihat suatu usaha dari suatu perusahaan dalam melakukan equity market
timing.
Ada dua versi dari equity market timing yang mengikuti hasil
penelitian Baker dan Wurgler. Yang pertama adalah versi dinamis dari
Myers dan Majluf (1984) mengenai informasi asimetris yang
mengasumsikan rasional manajer dan investor. Versi yang kedua dari
equity market timing melibatkan para investor atau manajer yang tidak
rasional dan persepsi dari mispricing. Para manager akan menerbitkan
equity saat mereka yakin bahwa cost of equity rendah dan membeli
kembali equity saat cost of equtiy tinggi. market-to-book diketahui sec
Ra umum berkorelasi negatif dengan future equity returns, dan nilai
ekstrim dari market-to-book dikaitkan dengan ekpektasi-ekpektasi yang
ekstem dari investor, sesuai dengan penelitian dari La Porta, et al., (1996),
Frankel dan Lee (1998), dan Schleifer (2000). Apabila manajer mencoba
untuk mengeksploitasi terlalu jauh (ekstrem) ekspektasi-ekspektasi dari
investor, net equity issues akan berkorelasi positif dengan market-to-book.
Apabila tidak terdapat struktur modal yang optimal, manajer tidak perlu
merubah keputusan-keputusan pendanaannya pada saat perusahaan telah
dinilai dengan benar dan cost of equity terlihat normal, hal ini menunggu
fluktuasi-fluktuasi sementara yang terjadi pada market-to-book
mempunyai efek yang tetap pada leverage.

Dalam menentukan struktur modal perusahaan, manajemen dapat juga


menerapkan analisis subjektif (judgment) bersama dengan analisis kuantitatif.
Berbagai faktor yang dipertimngkan dalam pembuatan keputusan tentang struktur
modal adalah:
a. Kelangsungan Hidup Jangka Panjang (Long-Run Viability)
Manajer perusahaan, khususnya yang menyediakan produk dan jasa yang
penting, memiliki tanggungjawab untuk menyediakan jasa yang
berkesinambungan. Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari tingkat
penggunaan hutang yang dapat membahayakan kelangsungan hidup jangka
panjang perusahaan.
b. Konsevatisme Manajemen
Manajemen yang bersifat konservatif cenderung menggunakan tingkat hutang
yang “konservatif” pula (sedikit hutang) dari pada berusaha memaksimumkan
nilai perusahaan dengan menggunakan lebih banyak hutang.
c. Pengawasan
Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat pengawasan dari
pihak kreditor (misalnya, melalui kontrak perjanjian atau covenaut).
Pengawasan ini dapat mengurangi fleksibilitas manajemen dalam membuat
keputusan perusahaan.
d. Struktur Aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva yang digunakan sebagai agunan hutang
cenderung menggunakan hutang yang relatif lebih besar. Misalnya: perusahaan
real estate cenderung menggunakan hutang yang lebih besar dari pada
perusahaan yang bergerak di bidang riset teknologi.
e. Resiko Bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis (variabilitas keuntungan) tinggi
cenderung kurang dapat menggunakan hutang yang besar, karena kreditor akan
meminta biaya hutang yang tinggi. Tinggi rendahn ya resiko bisnis dapat
dilihat antara lain dari stabilitas harga dan unit penjualan, stabilitas biaya,
tinggi rendahnya operating leverage, dan lainnya.
f. Tingkat pertumbuhan
Perusahaan dsdengan tingkat pertumbuhan yang tinggi membutuhkan modal
yang besar. Karena biaya penjualan (flotation cost) untuk hutang pada
umumnya lebih rendah dari fenation cost untuk jaminan, perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung menggunakan lebih banyak hutang
dibanding dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah.
g. Pajak
Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak,
sedangkan pembayaran deviden tidak mengurangi pembayaraqn pajak. Oleh
karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan
dari penggunaan pajak.
h. Cadangan Kapasitas Peminjaman
Penggunaan hutang akan meningkatkan resiko, sehingga biaya modal akan
meningkat. Perusahaan harus mempertimbangkan suatu tingkat penggunaan
hutang yang masih memberikan kemungkinan menambahy hutang di masa
mendatang dengan biaya yang relatif rendah.

Rangkuman
Pengertian modal kerja dapat dilihat dari konsep kuantitatif, konsep
kualitatif dan konsep fungsional.Modal kerja menurut konsep kuantitatif bahwa
modal kerja adalah jumlah aktoiva lancer (gross working capital) dan menitik
beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencakupi kebutuhan
pesusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin.Atau dengan kata
lain, modal yang menunjukkan jumlah data (find) yang tgersedia untuk tujuan
operasi jangka pendek.Modal kerja menurut konsep kualitatif modal kerja adalah
kelebihan aktiva lancer terhadap hutang jangka pendek (net working capital),
yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun
para pemilik perusaahan. Modal kerja dari konsep fungsional adalah keseluruhan
modal yang digunakan untuk memperoleh laba pada periode ini, tetapi sebagian
modal atau dana juga digunakan untuk memperoleh laba di masa yang akan
datang. Modal kerja dalam artian ini disebut modal kerja bruto (gross working
capital) tetapi karena nyatanya untuk memperoleh dan mempergunaakan harta
lancar kadang-kadang timbul kewajiban yang segera harus dibayar, maka
sebenarnya sebagian harta lancar yang dimiliki perusahaan akan dipergunakaan
untuk memenuhi atau membayar kewajiban-kewajiban, jadi praktis hanya
sebagian harta lancar yang benar-benar dioperasikan karena harta lancar tersebut
harus dikurangi kewajiban kewajiban yang harus dibayar.
Modal kerja dalam fungsi kerjanya pada sesuatu perusahaandapat digolongkan
dalam beberapa jenis. Modal kerja permanen (permanent working capital), yaitu
modal kerja yang terus tetap ada pada perusahaaan untuk dapat menjalankan
fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan
untuk kelancaran usaha, modal permanen dapat dibedakan menjadi modal kerja
primer (primary working capital) dan modal kerja normal ( normak working
capital). Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada
pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.Sedangkan modal kerja
normal adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas
produksi yang normal. Modal kerja variable ( variable working capital), yaitu
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan,
modalm kerja variable dapat dibedakan menjadi modal kerja musiman (seasonal
working capital), modal kerja siklis (cyclical working capital) dan modal kerja
darurat (emergency working capital). Modal kerja musiman yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.Modal kerja
siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
fluktuasi konyungtur.Dan modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
Ruang lingkup modal kerja meliputi perencanaan besarnya kebutuhan modal
kerja, sumber-sumber modal kerja, penggunaan dana dan analisis sumber dan
penggunaan modal kerja. Modal kerja bias bersumber dari sumber intern dan
ekstern. Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan.sedangkan sumber ekstern
adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik peserta atau pengambil
bagian dalam perusahaan. Dana yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber
yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di
dalam perusahaan. Dana yang berasal dari pemilik peserta atau pengambil bagian
di dalam perusahaan adalah merupakan dana yang akan tetap ditanamkan dalam
perusahaan, dana ini disebut dengan modal sendiri.
Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari dari
hasil operasi perusahaan, keuntungan dari penjualan surat-surat berharga
(investasi jangka pendek), keuntungan dari investasi jangka panjang, simpanan
wajib, pokok maupun berjangka, deposito dan lain sebagainya.
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan
bemtuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
Tetapi penggunaan aktiva lancar tidak salalu diikuti dangan berubahnya atau
turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal
kerja adalah sebagai berikut : Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi
perusahaan, meliputi, pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang yang
diperlukan, supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Adanya
kerugian-kerugian dari pengguanaan modal kerja karena kerugian di luar usaha
harus dilaporkan tersendiri dalam laporan perubahan modal kerja.Adanya
pembentukan modal atau pemisah aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu
dalam jangka panjang.Adanya pembentukan modal ini berarti adanya perubahan
bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva tetap.Adanya penambahan atau
pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya
menyebabkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang
berakibat berkurangnya modal kerja.Pembayaran hutang yang meliputi hutang
jangka panjang serta penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun
untuk seterusnya).Pengambilan uang oleh pemilik untuk kepentingan pribadi
(prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik.
Sumber dan penggunaan modal kerja suatu entitas ekonomi dapat dilihat dari
laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja. Adapun langkah-langkah
untuk menusun laporan sumber dan penggunaan modal kerja; (1) menyusun
laporan perubahan modal kerja, yang menggambarkan perubahan dari masing-
masing unsur modal kerja antara dua titik;(2) mengelompokkan perubahan-
perubahan dari unsur-unsur non-current account antara dua titik waktu tersebut
kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar atau memperkecil modal
kerja;(3) mengelompokkan unsur-unsur dalam laporan laba rugi terutama laba
ditahan kedalam golongan perubahanny memberikan efek memperbesar atau
memperkecil modal kerja.
Laporan perubahan modal kerja dapat disajikan dalam dua bagian yaitu
(1) Bagian pertama menunjukkan perubahan yang terjadi untuk setiap jenisnya
atau elemen modal kerja dan perubahan modal kerja secara total; (2)Bagian kedua
menunjukkan sumber dan penggunaan modal kerja atau sebab-sebab terjadinya
perubahan modal kerja, bagian ini menggambarkan sumber-sumber tertentu dari
mana modal kerja diperoleh serta berbagai penggunaan dari modal kerja tersebut.
Biaya modal merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oelh
perusahaan untuk mendapatkan modal yang digunakan untuk investasi
perusahaan.
Konsep biaya modal penting dalam pembelajaran perusahaan, karena
dapat dipakai untuk menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung
oleh perusahaan untuk memperoleh modal dari berbagai sumber.Konsep
perhitungan biaya modal dapat dilakukan dengan menggunakan konsep rata-rata
tertimbang (wacc atau weighted average cost of capital) dari keseluruhan modal
yang digunakan oleh perusahaan.
Biaya penggunaan modal dapat berasal dari berbagai sumber seperti
hutang perniagaan, hutang wesel, hutang jangka pendek, hutang dari obligasi,
modal dari saham preferen, laba ditahan (RE), dan emisi aham baru.
Biaya modal secara keseluruhan menggunakan konsep weighted average
cost of capital (WACC).
Tambahan modal akan mengakibatkan kenaikan marginal cost of capital
(MCC), sehingga WACC-nya naik, apabila tambahan modal tersebut begitu
besarnya sehingga perusahaan harus melakukan emisi saham baru. Agar supaya
tambahan modal tidak menaikan WACC,maka tambahan modal harus
memperhatikan besarnya laba ditahan pada periode tersebut.
Struktur modal didefinisikan sebagai komposisi dan proporsi utang jangka
panjang dan ekuitas (saham prefen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan.
Struktur modal menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk
membiayai investasinya, sehingga dengan menegtahiu struktur modal, investor
dapat mengetahui keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian
investasinya.
Kebutuhan dana berasal dari dalam atau sering disebut modal sendiri
adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri cadangan laba yang berasal
dari pemilik seperti modal saham. Modal inilah yang menjadi tanggungan
terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan dijadikan jaminan bagi kreditor.
Sedangkan dana yang berasal dari luar adalah modal yang berasal dari kreditur
(penyandang dana), modal inilah yang merupakan utang bagi perusahaan yang
bersangkutan.
Tujuan dari manajemen struktur modal atau capital structure management
adalah menggabungkan sumber-sumber dana yang digunakan perusahaan untuk
membiayai operasi. Dengan kata lain tujuan ini dapat dilihat sebagai pencairan
gabungan dana yang akan meminimumkan biaya modal dan dapat
memaksimalkan harga saham. Struktur modal yang demikian, dapat kita sebut
sebagai struktur modal yang optimal.
Konsep penting manajemen modal adalah masalah sumber dana dan
penggunaan dana. Dana dapat dipenuhi dengan sumber intern ataupun sumber
ekstern perusahaan.Dana tersebut dialokasikan untuk membelanjai aktiva
perusahaan. Pada hakekatnya, pemenuhan dan pengalokasikan dana menyangkut
masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu, mengadakan
keseimbangan finansial antar aktiva dengan pasiva tersebut dengan sebaik-
baiknya. Keseimbangan finansial dapat dicapai apabila perusahaan tersebut
dalam menjalankan fungsinya tidak menghadapi gangguan-gangguan finansial
yang disebabkan ketidak adanya keseimbangan antara jumlah midal yang tersedia
dengan modal yang ditumbuhkan.
Beberapa alat atau metode dapat digunakan untuk menentukan suatu
pilihan yang berkaitan dengan struktur modal antara lain (a) analisis EBIT-EPS,
(b) perbandingan rasio-rasio leverage, dan (c) analisis arus kas perusahaan.
Melalui analisis ini EBIT-EPS manajemen dapat melihat dampak dari
berbagai alternative pendanaan terhadap EPS ( earning per share) pada tingkat
EBIT ( earning before interest and tax) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan
EPS adalah laba bersih sesudah pajak atau earning after tax (EAT) dibagi jumlah
lembar saham perusahaan yang beredar.
Teory yang terkait dengan truktur modal (1) modugliani-miller; (2) trade-
off theory; (3) pecking order theory; dan (4) equity market timing.
Indifference point memberikan masukan penting kepada manajemen
dalam memelilih alternative pembelanjaan, jika expected EBIT lebih dari
indifference point, sebaiknya perusahaan menggunakan hutang. Perlu dicatat
bahwa keputusan ini bias salah jika actual EBIT tidak nesar yang diharapkan.
Oleh karena itu didalam mengambil keputusan, manajemen harus memperhatikan
juga deviasi standard (tingkat variabilitas) EBIT perusahaan. Expected dan
devisiasi standard EBIT dapat dicari dengan mengembangangkan sejumlah
scenario tentang EBIT dimasa mendatang beserta dengan probabilitas terjadinya,
jika deviasi standard EBIT relative besar, manajemen harus lebih hati hati karena
expacted EBIT menjadi kurang dapat dipercaya. Sebaiknya manajemen
memutuskan untuk menggunakan hutang hanya bila expected EBIT cukup jauh di
atas andifference point.
Tujuan dari analisis leverage adalah untuk menentukan efek dari setiap
alternative pendanaan terhadap rasio-rasio leverage ( penggunaan hutang ).
Manajemen kemudian dapat membandingkan rasi-rasio yang ada pada saat ini dan
sejenis.Rasiop leverage terdiri atas (1) rasio hutang; (2) rasio jaminan.
Rasio hutang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjang, sedangkan rasio jaminan menunnjukan kemampuan
untuk membayar bunga dan pokok pinjaman yang jatuh tempo.
Dalam menentukan struktur modal perusahaan.Manajemen dapat juga
menerapkan analisis subyektif (judgment) bersama dengan analisis kuantitatif
yang telah dibahas didepan. Berbagai faktor yang dipertimbangkan dalam
pembuatan keputusan tentang struktur modal (a) kelangsungan hidup jangka
panjang; (b) konsevatisme manajemen; (c) pengawasan; (d) struktur aktiva; (e)
resiko bisnis; (f) tingkat pertumbuhan; (g) pajak dan; (h) cadangan kapasitas
pinjaman.

Soal latihan :
1. Jelaskan pengertian modal kerja dari konsep kualitatif.
2. Sebutkan dan jelaskan sumber-sumber modal kerja.
3. Sebutkan dan jelaskan, digunakan untuk apa saja modal kerja yang dimiliki
perusahaan.
4. Jelaskan pengertian biaya modal.
5. Sebutkan sumber modal yang biasa digunakan oleh suatu entitas ekonomi.
6. Jelaskan pengertian dari struktur modal.
7. Jelaskan pendekatan dalam teori struktur modal.

Referensi
Brigham, E. F. & Gapenski L. 1996. Intermediate Financial Management. Fifth
Edition. Floroda: The Dryden Press.
Foster, G. 1996. Financial Statement Analysis. Second Edition. New Jersey:
Prencite Hall International.
Gitosudarmo, Indriyo, dan Basri. 2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
BPFE.
Husnan, Suad. 1988. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Riyanto, B. 2010. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta:
BPFE.
Zulian, Y. B. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi 1.Yogyakarta: Ekonisia.

Anda mungkin juga menyukai