Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN MODAL KERJA

NAMA KELOMPOK 4:

1. NI PUTU MELA MAYUNI (202132122002)


2. IDA AYU LINDA APRILIA SANTI (202132122006)
3. NI MADE AYU PERNAYANTI (202132122005)

UNIVERSITAS WARMADEWA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

TAHUN 2023
PEMBAHASAN

1. Pengertian Manajemen Modal Kerja


Manajemen modal kerja terdiri dari dua unsur, yakni aktiva dan kewajiban lancar. Dalam
dunia akuntansi, manajemen modal kerja adalah suatu strategi dalam memelihara tingkat
keseimbangan aset lancar dan juga kewajiban lancar, seperti mengelola arus kas,
persediaan, serta utang dan piutang perusahaan. Manajemen modal kerja memiliki peran
yang sangat penting dalam suatu bisnis, setiap keputusan dari manajemen bisa
berdampak secara langsung pada peningkatan laba, risiko, penjualan dan juga harga
saham perusahaan. Hal tersebut pun berhubungan langsung dengan penjualan yang
meningkat serta dana yang diperlukan untuk biaya aktiva lancar.
2. Tujuan Manajemen Modal Kerja
Tujuan dilakukannya modal kerja adalah agar suatu bisnis bisa mengelola aset lancar dan
utang lancar. Sehingga, bisa memperoleh modal kerja atau neto yang lebih baik dan
menjamin tingkat likuiditas pada suatu bisnis.
Aktiva lancar ini bisa berbentuk kas, sekuritas, piutang, persediaan, dan juga pendanaan
yang diperlukan untuk mendukung aset lancar. Nah, tujuan lain dari dilakukannya modal
kerja antara lain adalah sebagai berikut:
1) Memenuhi laba ataupun rugi suatu bisnis
2) Memaksimalkan dana dari pemilik saham arena mempunyai rasio keuangan yang
lebih positif
3) Mampu menghargai modal kerja agar pembayaran kebutuhan bisa dilakukan secara
tepat waktu
4) Mampu melindungi perusahaan dari terjadinya krisis modal kerja.
3. Konsep Modal Kerja
1) Konsep Kuantitatif
Konsep kuantitatif pada manajemen modal kerja adalah pada kuantitas ataupun
jumlah biaya yang terdapat di dalam unsur aktiva lancar. Aktiva lancar juga
mempunyai dana yang berputar kembali dalam waktu yang cenderung lebih pendek
ataupun dalam bentuk semulanya. Jadi, modal kerja dalam konsep kuantitatif adalah
seluruh jumlah dari aktiva lancar milik perusahaan. modal kerja dalam makna ini juga
dikenal dengan modal kerja bruto.
2) Konsep Kualitatif
Bila pada konsep kualitatif hanya berkaitan dengan jumlah aktiva lancar saja, nah
dalam konsep kualitatif ini modal kerja akan sangat berkaitan dengan jumlah utang
lancar ataupun utang yang pembayarannya harus segera dibayarkan.Untuk itu,
sebagian aktiva lancar harus tersedia agar bisa membiayai kewajiban finansial
perusahaan yang harus segera dilakukan, tidak boleh digunakan untuk membiayai
operasional perusahaan. Tujuan utamanya adalah agar pihak perusahaan mampu
menjaga tingkat likuiditasnya. Modal kerja kualitatif pun sering disebut dengan
modal kerja neto.
3) Konsep Fungsional
Dasar utama dalam konsep fungsional adalah biaya yang tersimpan sebagai modal
dan juga dana yang dikeluarkan mempunyai fungsi dalam memperoleh pendapatan
bisnis. Konsepnya adalah sebagai biaya akan digunakan agar bisa menghasilkan
pendapatan dalam periode akuntansi atau yang biasa disebut dengan current income.
Nah, sebagian biaya lain juga digunakan pada periode akuntansi ini, namun tidak
semua dana tersebut digunakan agar bisa mendapatkan current income. Sebagian dari
dana tersebut juga digunakan untuk bisa menghasilkan pendapatan ataupun untuk
periode akuntansi selanjutnya yang umumnya dikenal dengan future income.Contoh
sederhananya, katakanlah ada suatu bisnis yang melakukan penanaman modal pada
sebagian dananya pada instrumen obligasi pemerintah. Lalu, dana tersebut ternyata
berhasil menghasilkan current income dalam wujud bunga ataupun income. Bisnis
pakaian ini sebenarnya dibuat untuk melakukan perdagangan pakaian, bukan untuk
melakukan investasi. Jadi, dana yang diinvestasikan pada instrumen obligasi tersebut
nantinya dapat diinvestasikan dalam bisnis tekstilnya, seperti pengembangan bisnis
dengan cara membeli suatu mesin ataupun bahan baku baru. Nah, dana inilah yang
dikategorikan sebagai modal kerja potensial ataupun potential working capital.
Seperti yang kita ketahui, kas dan persediaan adalah salah satu bentuk dari modal
kerja yang dimiliki oleh suatu bisnis. Sebagian piutang perusahaan juga termasuk
dalam modal kerja dan sebagian yang lainnya masuk pada potensial modal kerja. Jika
suatu bisnis menjual produk barangnya dengan sistem kredit, maka bisnis tersebut
tentu mempunyai piutang dagang yang besarnya mampu mencakup hasil penjualan
dan juga keuntungan. Piutang
yang diinvestasikan dalam bentuk produk yang terjual juga bisa dikategorikan
menjadi modal kerja. Contohnya, katakanlah ada suatu perusahaan yang menjual
laptop dengan tingkat profit margin sebanyak 40%. Perusahaan tersebut mempunyai
piutang sebanyak 12 juta, untuk itu, 40% dari 12 juta adalah 4,8 juta. Ini sudah
termasuk modal kerja potensial dan 60% dari dana tersebut, yakni 7,2 juta adalah
modal kerja.
Non working capital adalah dana yang tidak mampu menghasilkan current income.
Jika ternyata mampu menghasilkan current income, maka umumnya tidak akan sesuai
dengan tujuan utama dari didirikannya usaha tersebut. Dana yang diinvestasikan
dalam aset tetap bisa kita sebut dengan non working capital. Umumnya, suatu
perusahaan manufaktur mempunyai dana yang diinvestasikan pada mesin sebanyak
50 juta rupiah dengan waktu penggunaan selama 5 tahun. Nah, pengeluaran yang
diperlukan untuk pesan tersebut mempunyai dua tujuan utama, yakni sebagian uang
yang sebanyak 10 juta rupiah berguna untuk menghasilkan current income di dalam
periode akuntansi itu sendiri. Sedangkan sisanya, digunakan untuk menghasilkan
pendapatan pada periode akuntansi selanjutnya atau future income. Jadi, porsi dari
aset tetap yang termasuk ke dalam modal kerja tersebut adalah depresiasi periode
tersebut, yakni 10 juta rupiah, sedangkan sisa yang dimiliki di akhir tahun pertama
sebanyak 40 juta rupiah, termasuk non working capital.
4. Pentingnya Manajemen Modal Kerja
Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya manajemen modal kerja yaitu :
1. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa
memiliki jumlah yang cukup besar dibanding dengan jumlah aktiva secara
keseluruhan.
2. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi
pendanaan eksternal. Perusahaan ini tidak memiliki akses pada pasar modal untuk
pendanaan jangka panjangnya.
3. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai untuk
pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja.
4. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap tingkat risiko, laba, dan harga
saham perusahaan.
5. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana
untuk membelanjai aktiva lancar.
5. Penentuan Jumlah Modal Kerja
Jumlah modal kerja yang diperlukan dalam suatu bisnis harus bisa diperhitungkan
dengan baik oleh semua pihak profesional, seperti oleh Chief Finance Officer (CFO)
atau oleh manajer keuangan agar tidak kekurangan ataupun kelebihan modal. Modal bisa
mengalami perubahan, karena terjadi perubahan penjualan. Contohnya, jika mengalami
peningkatan penjualan, maka modal kerja pun akan turut membesar. Namun, jumlah
modalnya akan tergantung pada setiap aset lancar. Biasanya, jumlah keperluan modal
kerja dalam suatu bisnis sangat tergantung pada dua hal, yakni jumlah operasi pokok
atau penjualan, serta perputaran modal kerja.Untuk jumlah operasi pokok atau penjualan,
semakin besar penjualan atau operasi pokoknya, maka keperluan modal bisnis pun akan
semakin besar, pun begitu juga sebaliknya. Sedangkan untuk perputaran modal kerja,
semakin cepat perputaran modal kerja, maka modal yang diperlukan juga akan relatif
lebih besar. sebaliknya, bila perputaran modalnya melambat, maka modal yang
diperlukan pun akan lebih sedikit.
6. JENIS MODAL KERJA
Modal kerja sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu modal kerja permanen dan modal
kerja variabel.
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen ini sifatnya terus menerus atau berkelanjutan. Jenis-jenis
modal kerja ini diperlukan perusahaan demi kelancaran usaha atau bisnisnya. Bisa
dikatakan juga modal kerja permanen ini sebagai modal yang harus tetap dimiliki
perusahaan agar tetap bisa menjalankan fungsi yang semestinya. Modal kerja
permanen dibagi menjadi dua jenis, sebagai berikut:
 Modal kerja primer, yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan
untuk menjamin keberlanjutan usahanya.
 Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk perluasan
produksi perusahaan.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Berikut adalah modal kerja variabel yang berlaku di perusahaan:
 Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah yang
disebabkan oleh fluktuasi musim.
 Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang setiap perubahannya dipengaruhi oleh
fluktuasi konjungtur.
 Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarannya dapat berubah-ubah
dikarenakan keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. Misalnya adanya
pemogokan buruh (Darwin, 2022), bencana alam, hingga perubahan ekonomi
yang mendadak.
3. MODAL KERJA DAN KEMAMPUAN MEMPEROLEH LABA
Konsep yang mendasari manajemen modal kerja yang sehat adalah dua keputusan yang
menyangkut persoalan dasar perusahaan, yaitu :
a. Tingkat investasi optimal dalam aktiva lancar
b. Perpaduan yang sesuai antara pendanaan jangka pendek dan pendanaan jangka
Panjang yang digunakan untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar.

Keputusan-keputusan tersebut mempengaruhi hasil yang diharapkan yaitu


profitabilitas dan resiko yang dihadapi. Mengurangi tingkat investasi aktiva lancar,
asalkan masih mampu memenuhi penjualan akan mengarah pada peningkatan return
on assets perusahaan. Untuk investasi dimana biaya eksplisit dari pendanaan jangka
pendek lebih kecil dari pendanaan jangka Panjang, maka semakin besar profitalitas
atau kemampuan memperoleh laba perusahaan.

Walaupun kadang-kadang tingkat bunga jangka pendek melebihi tingkat bunga


jangka jangka, namun umumnya tangka bunga jangka pendek lebih kecil. Apabila
tingkat bunga jangka pendek lebih tinggi dari tingkat bunga jangka Panjang, situasi
tersebut hanya bersifat sementara. Penggunaan hutang jangka pendek mungkin untuk
menghasilkan laba yang lebih besar karena hutang tersebut akan dilunasi pada
periode yang pendek bila sudah tidak diperlukan. Keadaan ini dimaksudkan agar laba
yang diperoleh tersebut digunakan untuk menjaga tingkat aktiva lancar yang relatif
rendah dan proporsi hutang lancar lebih tinggi dari total hutang. Strategi ini akan
menghasilkan tingkat modal kerja yang rendah atau bahkan negative. Keadaan ini
sebagai konsekuensi logis karena perusahaan tidak mempertahankan aktiva lancar
yang cukup untuk :

a. Memenuhi kewajiban kas jika jatuh tempo


b. Mendukung tingkat penjualan yang sesuai (misalnya karena kehabisan
persediaan)
4. KEBIJAKAN MODAL KERJA
Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam mencapai tujuannya.
Untuk mencapai tujuan perusahaan, kebijakan dalam pengelolaan modal kerja juga
berbeda. Ada 3 tipe kebijakan modal kerja yang kemungkinan digunakan oleh
perusahaan yaitu
:
1. Kebijakan Konservatif
Kebijakan modal kerja konservatif merupakan manajemen modal kerja yang
dilakukan ssecara berhati-hati. Pada kebijakan konservatif ini modal kerja
permanen dan Sebagian modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana
jangka Panjang, sedangkan Sebagian modal kerja variabel lainnya dibelanjai
dengan suber dana jangka pendek.
2. Kebijakan Agresif
Pada kebijakan ini sebagian modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana
jangka panjang, sedangkan Sebagian modal kerja permanen dan modal kerja
variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.
3. Kebijakan Moderat
Pada kebijakan ini aktiva yang bersifat tetap dan modal kerja permanen permanen
dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja variabel
dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan moderat mencerminkan
kebijakan manajemen yang konservatif sekaligus agresif. Kebijakan ini
memisahkan secara tegas bahwa kebutuhan modal kerja yang bersifat tetap
dibelanjai dengan sumber modal yang permanen atau sumber dana yang
berjangka panjang. Sumber modal yang permanen seperti saham, sedangkan
sumber modal berjangka panjang yang lain adalah obligasi (hutang jangkan
panjang).
5. MENENTUKAN KEBUTUHAN MODAL KERJA
Besarnya modal kerja baik yang bersifat permanen maupun variabel perlu ditentukan
dengan baik agar efektif dan efisien. Penggunaan modal kerja yang tidak direncanakan
dengan baik mengakibatkan modal kerja yang ada tidak digunakan sesuai dengan
kebijakan yang ada. Untuk menentukan kebutuhan modal kerja dapat digunakan 2
metode yaitu :
1. Metode Keterikatan Dana
Untuk menentukan kebutuhan modal kerja dengan metode ini, maka perlu
diketahui dua faktor yang mempengaruhinya yaitu : periode terikatnya modal
kerja dan pengeluaran kas setiap hari.
2. Metode Perputaran Modal Kerja
Berdasarkan metode ini maka besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan
oleh perputaran dari komponen-komponen (elemen-elemen) modal kerja yaitu
perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persendiaan. Perputaran
kas merupakan berputarnya kas menjadi kas Kembali. Seperti halnya
perputaran modal kerja, maka yang dimaksud dengan kas berputar satu kali
berarti bahwa sejak kas tersebut digunakan untuk proses produksi (barang atau
jasa) dan akhirnya menjadi kas Kembali. Demikian pula perputaran piutang
dan persediaan, yaitu waktu yang diperlukan dari piutang atau persediaan
menjadi piutang atau persediaan Kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Darwin. (2022, Juli 29). Kenali Jenis-Jenis Modal Kerja untuk Bisnis dan Usaha Kamu.
Retrieved from Julo: https://www.julo.co.id/blog/jenis-jenis-modal- kerja#:~:text=Modal
%20kerja%20sendiri%20terbagi%20menjadi,permanen%20dan%20 modal%20kerja
%20variabel.&text=Modal%20kerja%20permanen%20ini%20harus,nilai nya%20sesuai
%20dengan%20perubahan%20keadaan.
Senastri, K. (2021, Oktober 15). Manajemen Modal Kerja: Pengertian, Konsep dan Cara
Menghitungnya. Retrieved from accurate.id: https://accurate.id/akuntansi/manajemen-
modal-kerja/
Dr. D. Agus Harjito, M. (n.d.).Dr.D.Agus Harjito, M. (2011). Manajemen Keungan. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai