Anda di halaman 1dari 27

2 BAB 7

PENGELOLAAN MODAL KERJA DAN RESIKO

1. Manajemen Modal Kerja (Azhar Ayangku)


Pada umumnya kegiatan yang dilakukan setiap perusahaan untuk memulai bisnis
nya yaitu dengan mempersiapkan sejumlah kebutuhan baik untuk pembiayaan
investasi maupun untuk pembiayaan modal kerja. Pembiayaan investasi meliputi
pembiayaan yang digunakan untuk kepentingan penggadaan aktiva tetap yang yang
memiliki kurun waktu pengembaliannya lebih dari satu tahun. Pengadaan aktiva tetap
berupa bangunan, tanah, mesin-mesin, kendaraan, dll yang merupakan aset
perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa yang
dihasilkan. Sementara pembiayaan modal kerja meliputi sgala pengeluaran yang
digunakan untuk kegiatan opersional perusahaan yang berjalan dalam kehidupan
sehari-hari sampai jangka waktu satu tahun. Komponen nya berupa : Kas, sekuritas,
atau piutang usaha yang menghasilkan pendapatan juga persediaan bagi perusahaan.
Karena aktivitas nya yang paling penting juga karena bersifat harian hal ini
dikhawatirekan akan adanya penambahan operasional yang dibutuhkan. Jika
pembiayaan modal kerja tidak diperhatikan akan berdampak pada penurunan laba
hingga kerugian bagi perusahaan. Untuk itu seorang manajer harus melakukan
perhatian khusus pada pembiayaan modal kerja.

Dengan demikian baik itu pembiayaan investasi maupun modal kerja seharusnya
dikelola dengan baik, sehingga tercapainya tujuan perusahaan dengan tingkat
optimalisasi pengelolaan pembiayaan investasi maupun modal kerja.
A. Pengertian Modal kerja

Modal kerja yaitu anggaran yang dikeluarkan untuk keperluan operasional


perusahaan yang memiliki jangka waktu pengeluarannya maksimal satu tahun.
Anggaran operasional meliputi biaya produksi maupun non produksi yang
memperoleh suatu barang atau jasa yang siap untuk dijual. Biaya produksi meliputi
biayaq bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, hingga biaya overhead pabrik seperti
biaya teleponb, bensin, listrik, air, dsb. Sedangkan biaya non produksi seperti biaya
promosi, biaya pengiriman, komisi, dsb. Yang kemudian biaya tersebut dapat
dijadikan dasar untuk pembentukan harga pokok produksi dan jika terjual dengan
cara tunai maka akan menghasilkan pendapatan dalam kas, dan jika terjual dengan
cara kredity maka akan akan menjadi piutang dagang. Untuk produk yang belum
terjual akan masuk ke dalam persediaan.

Agar tercapainya pemenuhan modal kerja diperlukan sumber dana yang berasal
dari hasil dari operasi perusahaan, keuntungan dari penjualan surat berharga,
penjualan aktiva tidak lancr, serta penjualan dari saham maupun obligasi.

1) Konsep Modal kerja.


Menurut teoriitis, konsep modal kerja dibedakan menjadi 2 macamn yaitu
modal kerja kotor dan modal kerja bersih. Modal kerja koyor itu sendiri
merupakan jumlah keseluruhan dari aktiva lancar setiap perusahaan. Komponen
aktiva lancar meliputi : kas, sekuritas, biaya dibayar dimuka, persediaan, dan
poitang dagang. Untuk mengetahui modal kerja suatu perusahaan yaitu dengan
melihat neraca tepatnya total aktiva lancar. Sedangkan modal kerja bersih yaitu
total aktva lancar dikurangi dengan total utang suatu perusahaan. Sehingga untuk
mengetahui modal kerja bersih pada perusahaan yaitu dengan menyelelisihkan
total aktiva lancar dengan total utang. Komponen yang meliputi utang lancaru
yaitu utang dagang, utang pajak, utang jangka pendek.
2. Jenis kebutuhan modal kerja :

Pada umumnya jenis kebuthan modal kerja dapat digolonhkan menjadi 2


bagian yaitu : kebutuhan modal permanen , dan kebutuhan modal kerja musiman.
Kebutuhan modal kerja permanen merupakan kebutuhan modal kerja minimal
dalam tenggang waktu 1 tahun suatu perusahaan. Kebutuham minimal disini
ditujukan utnuk` kurun waktu satu periode tertentu. Agar diketahui kebutuhan
modal kerja permanen disini dilihat dari biaya terkecil suatu proyek per bulannya
selama periode perkriraan. Dicontohkan suatu perusahaan memiliki kebutuhan
modal kerja perbulannya yaitu dari Rp 50.000.000 hingga Rp 100.0000.000.
maka yang menjadi kebutuhan modal kerja permanen disini yaitu Rp 50.000.000.

Sementara kebutuhan modal kerja musiman yaitu kebutuhan modal kerja


diatas kebutuhan modal kerja musiman. Kebutuhan ini dapat dilihat umumnya
mengikti variasi penjualan dengan titik puncak dan terjadi pada saat penjualan
berada diposisi tertinggi. Dicontohkan suatu perusahaan memiliki modal kerja
perbulannya bervasiasi dari Rp 50.000.000 hingga Rp 100.000.000 dengan rata-
rata diatas kebutuhan modal kerja permanen sebesar Rp 200.000.000. berdasarkan
hal tersebut maka kebutuhan modal kerja musiman yaitu Rp 200.000.000.

2) Strategi pemenuhan kebutuhan modal kerja perusahaan.

Dalam pemenuhan kebutuhan modal kerja, perusahaan perlu menerapkan 2


bentuk strategi yaitu strategi pendanaan agresif dan srategi pendanaan
konservatif. Strategi pendanaan agresif merupakan stratergi pemenuhan modal
kerja yang menggunakan sumber dana dengan mengguanakan pembiayaan jangka
panjang, digunakan untuk jenis pemenuhan modal kerja permanen. Dan
pemenuhan modal kerja yang menggunakan sumber dana dengan pembiayaan
jangka pendek untuk jenis pemenuham modal kerja musiman.
Sedangkan strategi pendanaan konservatif merupakan strategi dengan
menggunakan sumber dana jangka panjang dalam memenuhi jumlah kebutuhan
modal kerja suatu perusahaan. Setiap perusahaan apabila hendak mengambil
keputusan strategi apa yang sakan digunakan yaitu dengan memperhitungkan
biaya masing-masing staregi untuk dijadikan suatu pertimbangan. Selain
memperthitungkan biaya masing-masing strategi pada kenyataannya kedua
strategi tersebut memiliki sisi positif dan sisi negatif. Selain itu, Seorang manajer
harus bisa menentukan strategi berdasarkan sifat dan karakteristik perusahaan
karena pada dasarnya setiap perusahaan memiliki sifat dan karakteristik berbeda-
beda. Kemudian, seorang manajer juga harus menentukan keputusan sesuai
dengan tingkat preferensi yaitu dengan menghitung dengan cermat pendapatan
harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

2. Cara Menghitung Besaran Kebutuhan Modal Kerja (AMEL)


A. Menghitung Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
1) Cara menghitung kebutuhan modal kerja

Pengelolaan modal kerja tidak terlepas dari manajemen aset lancar dan
kewajiban lancar yang merupakan pos utama dalam transaksi harian perusahaan.
Dalam perusahaan yang dinamis, tentunya akan terjadi perubahan saldo kas, piutang
dan persediaan setiap harinya. Tujuan penting dari pengelolaan modal kerja adalah
untuk mengembangkan akun-akun yang berkaitan dengan aset lancar dan kewajiban
lancar, sehingga dengan rumusan ini akan tercapai titik keseimbangan antara
profitabilitas dan risiko sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Menghitung modal kerja yang optimal merupakan hal yang penting, agar
perusahaan dapat menentukan sumber modal dan menghitung biaya modal.
Tentunya dengan modal kerja yang optimal diharapkan biaya yang akan dikeluarkan
perusahaan pun akan berkurang. Menghitung modal kerja yang ideal untuk
menjamin kelangsungan operasi bisnis, dapat digunakan cara-cara berikut ini:

Modal kerja minimum = (Periode perputaran pengeluaran dana kas × pengeluaran


tiap-tiap hari) + modal kerja minimal yang harus ada
2) Trade-off antara profitabilitas dan likuiditas

Dengan mengetahui jumlah modal kerja bersih yang akan ditentukan oleh
perusahaan, maka ada dua kemungkinan kondisi modal kerja bersih yaitu :
Positive Net Working Capital dan Negative Net Working Capital. Dalam hal
ini, manager keuangan bertanggungjawab atas keputusan yang dipilih salah satu
dari kedua alternatif kondisi tersebut.

 Positive Net Working Capital.


Positive Net Working Capital terjadi pada saat Total Aset Lancar lebih
besar saei pada Total Utang Lancar. Trade-off yang terjadi atas penerapan
kondisi ini yaitu kelebihan dari kondisi ini menyebabkan tingkat likuiditas
yang tinggi, karena kewajiban lancar dapat diutup oleh total aset lancar
yang lebih besar. Sehingga hal ini menunjukan bahwa perusahaan sedang
berada pada kondisi high liquidity dan perusahaan memiliki risiko
likuiditas perusahaan yang rendah. Sedangkan kekurangannya adalah jika
perusahaan menerapkan kondisi ini maka perusahaan akan memiliki tingkat
keuntungan yang rendah atau low rerurn.
 Negative Net Working Capital.
Negative Net Working Capital terjadi saat Total Aset Lancar lebih kecil
daei Total Utang Lancar. Trade-off dari kondisi ini diantaranya
kelebihannya perusahaan akan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi.
Sedangkan kekurangnnya yaitu mengakibatkan tingkat likuiditas yang
rendah, dimana perusahaan tidak mampu dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
3) Metode penentuan modal kerja

Terdapat beberapa metode yang biasa dipergunakan untuk menentukan


besarnya kebutuhan working capital seperti metode keterikatan dana dan
metode perputaran modal kerja (Kariyoto, 2018).

4) Metode keterikatan dana

Periode terikatnya modal kerja yaitu jangka waktu yang diperlukan mulai
kas ditanamkan ke dalam eelemen-elemen modal kerja sampai menjadi kas lagi.
Semakin lama periode terikatnya modal kerja, akan jumlah kebutuhan modal
kerja semakin besar, begitupun sebaliknya. Selain itu, dapat juga diketahui
dengan memperhatikan pengeluaran kas sehari-hari.

Contoh perhitungan modal kerja berdasarkan keterikatan dana:

Sebuah perusahaan tekstil, setiap harinya memproduksi 900 potong baju.


Pembelian bahan baku berupa benang dengan cara dibayar dimuka 5 hari
sebelum pesanan diterima, harga kain Rp 2.000 per meter. Dalam proses
pembuatan satu potong baju diperlukan 2 meter kain. Bahan penolong Rp 200,
upah untuk 1 karyawan per potong baju adalah Rp 2.000. Proses pembuatan
kain tersebut memakan waktu 2 hari mencakup pembuatan baju dan proses
sablon baju. Setelah itu disimpan digudang selama 7 hari. Sistem penjualan
dilakukan secara kredit dengan term 4 hari. Gaji staf setiap bulan Rp 1.500.000,
BOP setiap bulan Rp 2.500.000, biaya pemasaran setiap bulan sebesar
1.200.000. Dalam satu bulan terdapat 25 hari kerja, dan setiap bulannya
ditentukan Rp 2.000.000. Berapa kebutuhan working capital perusahaannya?

Jawaban :

Kebutuhan kas per hari :


 Bahan baku 900 × 2 × Rp 2.000 = Rp 3.600.000
 Bahan penolong 900 × Rp 200 = Rp 180.000
 Upah tenaga kerja 900 × Rp 2.000 = Rp 1.800.000
 Gaji staff Rp 1.500.000/25= Rp 60.000
 BOP Rp 2.500.000/25 = Rp 100.000
 Biaya pemasaran Rp 1.200.000/25 = Rp 48.000

Jumlah kebutuhan kas per hari : Rp 3.600.000 + Rp 180.000 + Rp


1.800.000 + Rp 60.000 + Rp 100.000 + Rp 48.000 = Rp 5.788.000

Periode keterikatan dana pada bahan baku dan bahan penolong :

 Pembayaran dimuka 5 hari


 Proses produksi 2 hari
 Disimpan digudang 7 hari
 Penjualan kredit 4 hari

Lama keterikatan dana : 5 + 2 + 7 + 4 = 18 hari

Periode keterikatan dana pada BOP, upah langsung, dan pemasaran :

 Proses produksi 2 hari


 Disimpan digudang 7 hari
 Penjualan kredit 4 hari

Lama keterikatan dana : 2 + 7 + 4 = 13 hari

Kebutuhan modal kerja :

 Bahan baku 18 × Rp 3.600.000 = Rp 64.800.000


 Bahan penolong 18 × Rp 180.000 = Rp 3.240.000
 Upah langsung 13 × Rp 1.800.000 = Rp 23.400.000
 Gaji staff 13 × Rp 60.000 = Rp 780.000
 BOP 13 × Rp 100.000 = Rp 1.300.000
 Biaya pemasaran 13 × Rp 48.000 = Rp 624.000
 Persediaan kas minimal Rp 1.500.000

Jumlah kebutuhan modal kerja : Rp 64.800.000 + Rp 3.240.000 + Rp


23.400.000 + Rp 780.000 + Rp 1.300.000 + Rp 624.000 + Rp
1.500.000 = Rp 95.644.000

Dengan demikian diketahui jumlah kebutuhan modal kerja perusahaan


tersebut adalah sebesar Rp 95.644.000

5) Metode perputaran working capital


Metode ini menentukan kebutuhan working capital dengan
memperhatikan perputaran elemen pembentuk working capital itu sendiri
seperti kas, piutang dan persediaan.
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Perputaran kas = Penjualan/Rata-rata kas
b. Perputaran piutang = Penjualan/Rata-rata piutang
c. Perputaran persediaan = Penjualan/Rata-rata persediaan

Contoh soal :

Pada tahun 2020 PT. Sayonara mempunyai data-data keuangan berikut


ini:

 Saldo kas 2019 sebesar Rp 60 dan tahun 2020 sebesar Rp 80


 Saldo piutang pada 2019 sebesar Rp 230 dan tahun 2020
sebesar Rp 410
 Saldo persediaan pada 2019 sebesar Rp 270 dan tahun 2020
sebesar Rp 430
 Saldo penjualan sebesar Rp 5.000

Jawaban :

Perputaran elemen aset lancar :


a. Perputaran kas = Rp 5.000 / Rp 70 = 71,43 kali
b. Perputaran piutang = Rp 5.000 / Rp 320 = 15,63 kali
c. Perputaran persediaan = Rp 5.000 / Rp 350 = 14,29 kali

Kas = 360 / 71,43 = 5 hari

Piutang = 360 / 15,63 = 23 hari

Persediaan = 369 / 14,29 = 25 hari

Dana yang terikat selama 53 hari dengan perputaran modal kerja


sebanyak 6,80 kali. Dan apabila target penjualan pada tahun 2020
sebesar Rp 6.000, maka kebutuhan modal kerjanya sebesar Rp 882.35.

6) Menghitung modal kerja berdasarkan siklus konversi kas (CCC) (ELSA)


Dengan menghitung kebutuhan modal kerja, dalam manajemen keuangan
dikenal suatu konsep Cash Conversion Cycle atau Siklus Konversi Kas.
Konsep ini telah digunakan oleh sebagian perusahaan, termasuk lembaga
keuangan dan perbankan. Siklus konversi kas adalah periode dari saat
perusahaan mengeluarkan kas sampai kas diperoleh kembali. Siklus Konversi
Kas (CCC) dapat dihitung dengan rumus berikut:

OC = AAI + ACP
CCC = OC – APP
CCC = AAI + ACP - APP

Keterangan :

OC : Operating Cycle

CCC : Cash Conversion Cycle

AAI : Average Age of Inventory


ACP : Average Collection Period

APP : Average Payment Period

Contoh perhitungan kebutuhan modal kerja berdasarkan Cash Conversion


Cycle:

PT. Aladin Sejahtera mempunyai data-data berikut ini :

 Tingkat perputaran persediaan 7 kali per tahun


 Rata-rata pembayaran hutang dagang perusahaan selama 35 hari
 Jangka waktu pengumpulan piutang selama 60 hari
 Tingkat penjualan diproyeksikan sebesar Rp 3.000 Milyar dengan
asumsi cost of goods sold sebesar 80% dari penjualan dan pembelian
sebesar 70% dari harga pokok produk terjual
 1 tahun = 365 hari

Ditanyakan :

a. Berapa Operating Cycle dan Cash Conversion Cycle PT. Aladin


Sejahtera?
b. Berapa kebutuhan modal kerja PT. Aladin Sejahtera?

Jawaban :

a. OC = AAI + ACP

= (365/7) + 60

= 112 hari

CCC = OC - APP

= 112 – 35

= 77 hari

b. Kebutuhan modal kerja :


Investasi di persediaan = (52/365) × 0,8 × Rp 3.000.000.000

= Rp 341.917.808

Investasi di Piutang = (60/365) × Rp 3.000.000.000

= Rp 493.150.685

Utang dagang = (35/365) × (0,7 × 0,8 x Rp 3.000.000.000)

= Rp 161.095.890

Kebutuhan Modal Kerja = Rp 341.917.808 + Rp 493.150.685 + Rp


161.095.890

= Rp 996.164.383

Dengan demikian, hasil perhitungan menunjukkan bahwa total kebutuhan


modal kerja PT. Aladin Sejahtera untuk mencapai target penjualan sebesar Rp
3.000.000.000 adalah sebesar Rp 996.164.383.

7) Periode Perputaran Modal Kerja Dan Invesatasi Pada Kas


a) Perputaran Modal Kerja

Periode perputaran modal kerja merupakan masa berubahnya uang menjadi


barang atau dapat juga diartikan masa berubahnya piutang kembali lagi menjadi
uang. Modal kerja dalam suatu perusahaan akan selalu berputar mengikuti
perputaran operasi sebuah perusahaan. Periode perputaran modal kerja diawali
dengan modal yang diinvestasikan ke dalam komponen modal kerja, melalui
proses operasi yang dijalankan perusahaan sampai dana yang dikeluarkan kembali
menjadi kas perusahaan. Semakin pendek proses operasi maka akan semakin
tinggi tingkat perputarannya. Lama periode perputaran modal kerja tergantung
kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal
kerja tersebut.
Perputaran modal kerja yang tinggi disebabkan karena rendahnya penanaman
modal kerja dalam persediaan dan piutang, atau juga menggambarkan modal kerja
yang tidak cukup dan adanya perputaran persediaan dan perputaran piutang yang
cukup tinggi. Jika perputaran persediaan dan perputaran piutang cukup tinggi,
maka perusahaan tidak lagi membutuhkan saldo persediaan dan saldo piutang
yang besar, oleh karena itu jumlah modal kerja pun tidak akan terlalu besar.
Selama perusahaan terus melakukan operasi, modal kerja akan berputar secara
terus menerus dalam perusahaan, sebab digunakan untuk membiayai kegiatan
operasi sehari-hari perusahaan. Dalam hal ini rasio yang digunakan menunjukan
hubungan antara modal kerja dengan penjualan, maka akan menunjukan berapa
banyaknya penjualan yang akan diperoleh perusahaan (dalam jumlah rupiah)
untuk tiap rupiah dari modal kerja.

Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja maka mengindikasikan bahwa


perusahaan telah mengelola modal kerjanya dengan secara baik dan efisien,
namun sebaliknya semakin rendah tingkat perputaran modal kerja maka
mengindikasikan bahwa perusahaan mengelola modal kerjanya dengan buruk.
Perrputaran modal kerja yang baik memberikan pengaruh pada kegiatan
operasional perusahaan yang mana kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan
dengan baik dan secara tidak langsung membawa perusahaan menuju kondisi
yang lebih menguntungkan.

Contoh :

Dalam memenuhi permintaan 2000 kursi kuliah di UGM, UD BERKAH


memerlukan waktu untuk beroperasi sebagai berikut :
a. Jangka waktu lamanya untuk pengadaan bahan baku = 20 hari
b. Jangka waktu lamanya untuk proses produksi = 40 hari
c. Jangka waktu lamanya untuk barang di gudang = 20 hari
d. Jangka waktu piutang kepada konsumen = 30 hari
Periode perputaran modal kerja = 110 hari
Sedangkan untuk pengeluaran biaya dan pengeluaran lainnya dalam setiap
harinya terdiri dari :
a. Pembayaran untuk biaya bahan-bahan = Rp. 1.000.000,-
b. Pembayaran untuk upah kerja = Rp. 800.000,-
c. Pembayaran untuk konsumsi dan gaji = Rp. 600.000,-
Jumlah pengeluaran per hari = Rp. 2.400.000,-
Kas minimal yang ada di brankas/bank ditetapkan sebesar = Rp. 6.200.000,-
Jadi, kebutuhan modal kerjanya adalah
= (110 X Rp. 2.400.000) + Rp. 6.200.000
= Rp. 270.200.000
b) Investasi Pada Kas (CINTIA)

Dalam suatu perusahaan uang kas diperlukan guna membiayai kegiatan


operasiperusahaan sehari-hari yang mana hal tersebut bertujuan untuk
mengadakan investasi baru dalam komponen aktiva tetap.

Kas merupakan salah satu unsur dari modal kerja yang paling tinggi dalam
tingkat likuditasnya. Semakin besar jumlah kas yang ada dalam suatu perusahaan
maka semakin tinggi pula tingkat likuditasnya. Mengindikasikan bahwa
perusahaan memliki risiko yang cukup kecil dalam memenuhi kewajiban
finansialnya. Namun semakin banyak jumlah kas yang berada dalam suatu
perusahaan berarti terdapat banyak uang yang menganggur dan akan berdampak
sedikitnya profitabilitas yang diraih oleh perusahaan.

Investasi pada kas pada dasarnya terdiri dari perencanaan anggaran kas dan
pengelolaan saldo kas perusahaan. Perencanaan anggaran kas umumnya selalu
dilakukan baik oleh perusahaan yang berskala besar, sedang ataupun kecil.
Semakin besar aliran kas per tiap harinya, maka akan semakin baik jika dibuat
perencanaan anggaran kas harian namun sebaliknya jika semakin kecil aliran kas
dalam setiap harinyai, maka kurang efisien jika dibuat anggaran kas secara harian.
Dengan menyusun perencanaan anggaran kas maka akan dapat diketahui keadaan
perusahaan keadaan ketika defisit atau surplus pada kas perusahaan. Defisit kas
yang terdeteksi lebih awal akan memudahkan perusahaan dalam mencari sumber
dana cadangan untuk menutupi defisit kas yang dialami perusahaan.

Pengeluaran kas merupakan sebuah transaksi yang mengeluarkan uang tunai,


yang menyebabkan aset pada perusahaan berupa kas perusahaan, simpanan di
bank, atau setara dengan kas menjadi berkurang. Pengeluaran kas dalam suatu
perusahaan dapat terjadi secara terus menerus, pengeluaran tersebut meliputi
beberapa pembayaran diantaranya :

a) Untuk pembelian bahan untuk produksi/operasi


b) Untuk pembayaran upah bagi buruh
c) Untuk pembayaran gaji bagi pimpinan pabrik
d) Untuk pembelian mesin yang baru
e) Untuk pembayaran utang bunga
f) Untuk membayar dividen kepada para pemegang saham
g) Untuk membayar cicilan utang
h) Untuk membayar biaya dari penjualan
i) Untuk membayar biaya administrasi dan biaya umum
j) Untuk membayar biaya promosi

Sedangkan untuk pemasukan kas dapat diartikan harta yang telah diterima
oleh perusahaan, harta tersebut berupa uang bersifat tunai ataupun surat- surat
berharga yang memiliki sifat dapat segera dicairkan. Pemasukan kas meliputi
beberapa kegiatan transaksi, diantaranya:

a) Hasil dari penjualan produk secara tunai


b) Hasil penerimaan dari piutang
c) Penyertaan modal / penambahan modal dari pemilik perusahaan
d) Hasil dari penjualan saham
e) Penerimaan kredit dari pihak bank
f) Hasil dari penjualan alat atau mesin dari aktiva tetap yang sudah tidak
memiliki daya guna.
Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah saldo kas, diantaranya yaitu
jumlah alliran kas masuk yang terkumpul lebih besar jumlahnya dibanding
jumlah aliran kas keluar, perubahan dalam hal tingkat harga, perubahan dalam
hal politik pemasaran, suatu keputusan dalam bidang produksi, suatu kebijakan
dalam bidang pembelian dan bidang personalia dan suatu kebijakan dalam
mengadakan advertensi secara akbar.
8. Penentuan Persediaan Kas Minimal dan Investasi dalam Piutang Dagang
a) Penentuan Persediaan Kas Minimal

Penentuan Persediaan Kas Minimal Untuk menentukan persediaan kas


minimal dapat dilihat dari besarnya uang kas yang tersedia, ketika suatu
perusahaan makin liquid (mampu membayar) tetapi ketika semakin banyak
uang yang menganggur di brankas, otomatis akan memperkecil
profitabilitas/laba dari perusahaan tersebut. Sofyan Syafri Harahap 1999:302,
membandingkan antara jumlah kas dengan aktiva lancer dengan rumus
sebagai berikut :

Rasio kas atas aktiva lancer = rasio ini menunjukan porsi jumlah kas
dibandingkan dengan total aktiva lancar.

Begitupun sebaliknya jika sutau perusahaan hanya mengedepankan


profitabilitas dengan memutarkan uang yang ada di brankas, akan
mengakibatkan perusahaan menjadi ilikuid (tidak mampu membayar) pada
saat ada tagihan. Oleh sebab itu jumlah persediaan uang harus disesuaikan
dengan standar ideal pada akas yang ada, menurut H. G. Guthmann yang
dialih bahasakan oleh Bambang Riyanto (1998), menyatakan bahwa jumlah
kas dalam perusahaan manufaktur yang “well finance” adalah sebesar 5% s.d
10% dari jumlah aktiva lancar.

Kaspun seperti halnya inventory dan piutang, terdapat “persediaan


minimal” atau “persediaan besi” yang disebut “persediaan besi kas” atau
“safety cah balance”. Persediaan besi kas yaitu jumlah minimal dari kas yang
harus dipertahankan oleh suatu perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban
finasialnya ketika suatu waktu dibutuhkan. Persediaan kas minimal ini
merupakan suatu unsur atau fungsi inti permanen dari kas, sedangkan
persediaan kas minimal memiliki besar yang berbeda-beda untuk setiap
perusahaan.

Faktor-faktor yang dapat menjadi pengaruh besar atau kecilnya persediaan


kas minimal suatu perusahaan, yaitu; Perimbangan antara kas masuk dengan
kas keluar, adanya perimbangan yang baik mengenai kuantitas maupun
waktu antara cash inflow dengan cash outflow dalam suatu perusahaan yang
berarti bahwa pengeluaran kas baik dalam jumlah maupun waktunya akan
dipenuhi oleh penerima kasnya sehingga perusahaan tidak perlu memiliki
persediaan kas yang besar. Penyimpangan terhadap aliran kas yang
diperkirakan untuk menjaga likuiditas perusahaan baiknya dibuat estimasi
mengenai aliran kas dalam perusahaan.

b) Investasi Dalam Piutang (DENISA)

Investasi Dalam Piutang Dagang, bertujuan untuk meningkatkan volume


penjualan. Penjualan kredit ini nantinya akan menimbulkan adanya “piutang
dagang”, ketika suatu perusahaan memiliki piutang dagang otomatis
perusahaan juga harus memiliki manajemen piutang.. Manajemen piutang ini
meliputi: Pengendalian pemberian piutang Pengendalian penagihan piutang
Evaluasi terhadap politik penjualan kredit.
Sebagian besar perusahaan akan menjual produknya secara kredit agar
dapat menjual lebih banyak dan juga dapat menambah profitabilitas/laba dari
sebuah perusahaan. Dalam mengendalikan piutang, entitas harus menetapkan
kebijakan kreditnya. Dengan adanya kebijakan tersebut maka bisa dijadikan
sebagai standar. Apabila kegiatan penjualan kredit dan pengumpulan piutang
tidak dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka
perusahaan/entitas harus melakukan evaluasi/perbaikan. Berikut adalah
tujuan dari melakukan pengendalian intern piutang, diantaranya: harus
Meyakini kebenaran jumlah piutang yang ada (yang benar-benar menjadi hak
milik perusahaan).).

Ditaatinya kebijakan-kebijakan mengenai piutang. Dalam pemberian


piutang yang perlu diperhatikan adalah risiko kredit tak tertagih, jangka
waktu yang harus dilunasi, dan tingkat kemampuan konsumen yang akan
diberi fasilitas pembelian secara kredit. Jumlah piutang dagang sebaiknya
diusahakan agar periode perputarannya pendek. Sehingga semakin cepat
periode perputaran piutang maka semakin cepat juga piutang terlunasi dan
hal ini berarti bahwa investasi pada piutang sangat efesien.

Berikut adalah cara untuk menentukan tingkat perputaran pada piutang,


diantaranya:

jumlah penjualan kredit


Tingkat perputaran piutang : =… kali
piutang rata−rata per tahun

jumlah hari dalam setahun


Tingkat perputaran piutang : =… kali
tingkat perputaran piutang

Contoh :

Dalam 1 tahun sebuah perusahaan memiliki jumlah penjualan secara kredit

=Rp 600.000.000,- Periode perputaran yang diinginkan = 30 hari (1 bulan)


Tingkat perputaran piutang

=600:30 = 20 kali perputaran

Jumlah piutang rata-rata/bulan = Rp 600.000.000 = Rp 30.000.000

c. Investasi Persediaan Pada Kas Minimal dan Investasi dalam Piutang


Dagang
1) Investasi pada persediaan

Definisi investasi persediaan Investasi merupakan upaya agar perusahaan


dapat mencapai tujuan profitabilitas utamanya. Investasi itu sendiri
diharapkan dapat mengembangkan bisnis perusahaan sehingga dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan. Semakin besar keuntungan perusahaan
maka semakin besar pula keuntungan perusahaan. Apabila dilakukan investasi
kecil-kecilan maka akan berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan,
karena kekurangan bahan baku akan membuat perusahaan tidak dapat bekerja
dengan kapasitas penuh sehingga meningkatkan biaya produksi dari idle
capacity. Oleh karena itu, pengusaha harus menentukan besarnya persediaan
investasi. Menurut Weston dan Brigham, tingkat persediaan tipikal = 12% s.d.
Akun untuk 20% dari total penjualan, atau hingga 16%. 30% dari total aset
menentukan persediaan minimum.

Persediaan harus dijaga untuk memastikan kelancaran bisnis. Biasanya


ditentukan oleh rasio biaya penyimpanan ekstra yang sama dengan biaya
tambahan karena kehabisan bahan. Persediaan komoditas yang merupakan
unsur utama modal kerja merupakan aset yang selalu dalam keadaan
perputaran yang senantiasa berubah. Menentukan masalah investasi dalam
persediaan atau alokasi modal secara langsung mempengaruhi keuntungan
perusahaan. Investasi persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan
permintaan akan meningkatkan biaya bunga, biaya penyimpanan dan
pemeliharaan gudang, penurunan kualitas, dan keusangan, yang kesemuanya
akan menurunkan laba perusahaan. Di sisi lain, jika investasi pada persediaan
terlalu kecil akan menghambat keuntungan karena kekurangan material,
sehingga membuat perusahaan tidak dapat bekerja di area produksi terbaik.
Karena perusahaan belum berfungsi sepenuhnya, artinya “aset modal” dan
“tenaga kerja langsung” tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga
akan meningkatkan biaya produksi rata-rata sehingga mengurangi keuntungan
perusahaan.

Oleh karena itu, persediaan ini merupakan persediaan barang yang selalu
diperjualbelikan, dan barang tersebut selalu merupakan barang yang belum
diproses lebih lanjut di dalam perusahaan pada gilirannya.

2) Investasi pada aktiva tetap

Dalam suatu perusahaan, diperlukan investasi pada aktiva tetap untuk


meningkatkan produktivitas dan mencapai kemajuan teknologi. Investasi pada
aktiva tetap untuk meningkatkan kapasitas produksi memberikan harapan
yang baik untuk keuntungan yang lebih besar di masa depan. Investasi pada
aset tetap memiliki nilai yang besar, dan konsekuensinya tidak dapat
ditemukan dalam pengeluaran sehari-hari perusahaan. Dana yang digunakan
untuk pembelian aset tetap membutuhkan waktu yang lama. Pada dasarnya
tujuan investasi adalah untuk memperoleh investasi finansial dan non finansial
dimasa yang akan datang. Sebelum berinvestasi, setiap perusahaan harus
melakukan review investasi yang baik.

Aktiva tetap adalah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan dikuasai
oleh suatu perusahaan sebagai akibat dari transaksi masa lalu, salah satunya
adalah aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan dalam menghasilkan
produk atau jasa.Perusahaan berinvestasi pada aktiva tetap dan berharap
perusahaan dapat memperoleh kembali modal yang diinvestasikan dan
investasi pada aset lancar.
3. Konsep Resiko (NAIS)
Manajemen risiko adalah suatu pekerjaan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan mengendalikan risiko dalam setiap aktivitas
perusahaan, dengan tujuan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi yang lebih
tinggi. Oleh karena itu, terlebih dahulu perlu dipahami konsep-konsep yang
memberikan makna dan pengetahuan yang luas untuk memahami proses
manajemen risiko. Setiap bidang ilmiah memiliki terminologi sendiri-sendiri.
Istilah yang memiliki arti sederhana dalam penggunaan sehari-hari biasanya
berbeda, dan bahkan bisa menjadi definisi yang kompleks bila digunakan dalam
bidang pengetahuan tertentu.

a) Pengertian Tentang Risiko

Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian dan sudah bisa
dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanykan orang. Apabila seseorang
menyatakan bahwa ada risiko yang harus ditanggung jika mengerjakan pekerjaan
tertentu. Untuk mempelajari manajemen risiko, kita memerlukan definisi yang
lengkap namun sampai sekarang pakar ekonomi, statistik, dan teoritis belum
sepakat untuk menganut satu definisi saja yang bisa dipergunakan dalam masing-
masing bidang dengan fasilitas yang sama. Dalam memahami konsep risiko
secara luas merupakan dasar yang esensial untuk memahami konsep dan teknik
manajemen risiko. Oleh karena itu, dengan mempelajari berbagai definisi yang
ditemukan dalam berbagai litelatur diharapkan pemahaman tentang kosnep risiko
semakin jelas. Perlu diingat bahwa subjek risiko begitu kompleks terdapat dalam
berbagai bidang yang berbeda maka tak heran jika terdapat berbagai pengertian
yang berbeda. Vaughan (1978) mengemukakan beberpa definisi risiko sebagai
berikut ini:
1) Risk is The Chance of Loss (Risiko adalah Kans Kerugian)

Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukan suatu keadaan di


mana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu
kemungkinan kerugian. Adapun sebaliknya, apabila disesuaikan dengam
istilah yang digunakan statistik maka chance sering digunakan dalam
menunjukan tingkat probabilitas terhadap minculnya situasi tertentu. Adapun
penulis yang menolak definsi risko sebagai chance of loss berpendapat bahwa
perbedaan antara risko dan chance of loss harus dilakukan. Namun banyak
penulis yang menerima definisi risk is the chance of loss, apabila chance of
loss di definisikan sebagai kemungkinan akan terjadinya kerugian.

2) Risk is The Possibility of Loss (Risiko adalah Kemungkinan Kerugian)

Possibility bermakna bahwa probabilitas suatu peristiwa yang berada di


antara nol dan satu. Definisi tersebut mungkin sama mendekati dengan
pengertian risiko yang dipakai sehati-hari. Namun, definisi tersebut agak
longgar, dan tidak cocok digunakan dalam analisis secara kuantitatif.

3) Risk is Uncertainty (Risiko adalah Ketidakpastian)

Terdapat kesepakatan bahwa sebuah risiko berhubungan dengan


ketidakpastian (uncertanty), yakni terjadinya risiko karena adanya
ketidakpastian. Maka dari itu, terdapat penulis yang mengatakan bahwa risiko
sama artinya dengan ketidakpastian. Namun, istilah tersebut mempunyai
bebagai arti, dan tidak selalu segera dapat ditangkap arti mana yang
dimaksdukan. Lebih ringkasnya dapat disebut bahwa uncertainty ada yang
bersifat seubjektif dan objektif. Subjektive uncertainty adalah penilaian invidu
terhadap situasi risko. Hal tersebut didasarkan atas pengetahuan dan sikap
orang memandang situasi tersebut.

4) Risk is The Dispersion of Actual from Expected Result (Risiko


merupakan Penyebaran Hasil Actual dari Hasil yang Diharapkan)

Definisi yang menyatakan bahwa risiko sebagai penyimpangan hasil


akrual dari hasil yang diharapkan adalah versi lain dari definisi risk is
uncertainty, yang mana penyimpangan relatif merupakan suatu pernyataan
uncertainty secara statistik.

5) Risk is The Probability of Any Outcome Different from The One


Expected (Risiko adalah Probabilitas Suatu Hasil Berbeda dari yang
Diharapkan)

Jenis lain dari konsep risiko sebagai suatu penyimpanagn, yaitu risiko
adalah probabiltas objektif. Artinya, hasil yang akrual dari suatu peristiwa
akan berbeda dari yang dihrapakan. Probabilitas objektif dimaskudkan sebagai
frekuensu relatif atas perhitungan ilmiah. Adapun kunci dari definisi ini yaitu
risiko bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, melainkan probabilitas
dari beberapa kejadian yang berbeda dari yang diharapkan.

Setelah mengenal definisi-definisi diatas, sekaran kita mengetahyi bahwa istilah


risiko bisa didefinikan dalam banyak cara dan setia definisi mengandung kelebihan
dan kelemahannya. Sebaliknya, di sini kita tidak perlu membentuk dfinisi baru,
melainkan cukup memahami pengertian yang terkamdung di dalamnya. Risiko
dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya akbiat buruk atau kerugian yang tidak
diduga dan diharapkan. Dengan kata lain, kemungkinan tersebut sudah menunjukan
terdapatnya ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut adalah kondisi yang
menyebakan timbulnya risiko.

Sumber penyebab kerugian dan risiko dapat diklasifikasikan sebagai risiko


sosial, risiko fisik, serta risiko ekonomi.
1. Sumber Risiko Sosial
Masyarakat adalah sumber utama risiko. Artinya, tindakan orang-orang
menyebabkan kejadian sehingga menciptakan penyimpangan yang merugikan
dari yang diharapkan. Sulit apabila tidak mungkin mendaftarjan segala
penyebab kerugiab yang sifatnya sosial ini, namun beberapa conroh bisa
menggambarkan sifat serta peranan sumber risiko ini. Dengan berkembangnya
swalayan di sekitar kita maka pemilik swalayan tersebut menghadapi besarnya
risiko pencurian (shoplifting). Namun, pencuri itu tidak semua merupakan
orang luar, mungkin juga bisa penggelapan dan penyalahgunaan oleh
karyawannya sendiri.
2. Sumber Risiko Fisik
Fenomena alam adalah sebagian dari banyaknya risiko fisik, sedangkan
lainnya adalah kesalahan manusia. Ada banyak risiko yang kompleks
sumbernya, dimana termasuk kategori fisik. Misalnya: Kebakaran merupakan
penyebab utama cidera, kerusakan harta, dan kematian. Dimana kebakaran
besar dapat ditimbulkan oleh kejadian alam seperti petir, adapun penyebab
fisik yakni seperti kabel listik yang rusak sehingga menyebabkan arus pendek,
atau kelalaian manusia.
3. Sumber Risiko Ekonomi
Tidak sedikit risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan itu bersifat
ekonomi. Contoh risiko ekonomi antara lain inflasi, ketidakstabilan
perusahaan individu, dan fluktuasi lokal. Daya beli uang merosot selama
periode inflasi, para pensiunan dan orang-orang yang memiliki penghasilan
tetaptidak bisa lagi mempertahankan tingkat hidup yang biasa. Akan tetapi
situasi setiap perusahaan berbeda karena beberapa ada yang berhasil/sukses
dan ada yang gagal. Jika perusahaan pailit, pemilik perusahaan akan
kehilangan sebagian modalnya ataupun semua investasinya serta para pekerja
akan menghadapi pengangguran.

b) Jenis-Jenis Risiko Yang Ditangani Manajer Risiko (ALENIA)


Manajer risiko banyak menangani risiko dalam perusahaannya terutama
menangani risiko murni. Manajer risiko tidak menangai risiko spekulatif kecuali
apabila terdapat risiko spekulatif yang memaksanya untuk menghadapu risiko
murni tertntu. Misalnya, perusahaan mengambil alih sebuah pabrik baru karena
itu terciptalah kerugian potensial terhadap produk dari peruahaan itu sendiri
akibat dari processing yang skeliru oleh karyawannya, hal tersebut
menggambarkan suatu risiko murni untuk manajer risiko secara biasa melibatkan
departemen lain untuk pembetulan. Kerugian potensial yang bersfat ekonomi
yang harus ditangani oleh manajer risiko bisa dikategorikan atas kerugian
terhadap tanggung jawab kepada pihak lain, harta dan kerugian personil.
c) Biaya-Biaya Yang Ditimbulkan Karena Menanggung Risiko
1. Biaya kerugian yang tidak diharapkan
Sebagian perusahaan dan keluarga setiap hari mengalami kerugian dalam
situasi risiko murni, seperti kebakaran yang mengahancurkan perumahan,
pelanggan yang sakit karena mengkonsumsi produk makanan perusahaan,
hancurnya perusahaan karena terjadinya peledakan dan lainnya.
Biaya kerugian yang diderita dari kejadian yang tidak diharapkan
terhadap suatu unit ekonomi dan dalam situasi tertentu terhadap masyarakat
mudahdiketahui, namun biaya yang paling penting dari ketidakpastian itu
sendiri kurang mendapat perhatian.
2. Biaya ketidakpastian
Biasanya orang tidak menyukai kerugian maupun ketidakpastian karena
hal ini akan meyebabkan perasaan gelisah, khawatir, serta perasaan tidak
aman. Contoh: seseorang yang ragu terhadap pengahsilannya untuk kebutuhan
masa depannya, mungkin orang tersebut akan memulai untuk menabung.
Sebaliknya, orang yang selalu berada dalam keadaan yang tidak pasti, orang
tersebut tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan karena perasaan gelisahnya,
bahkan ada orang yang mengakhiri hidup demi mengakhiri kegelisahannya
itu.
3. Keraguan penghambat perkembangan ekonomi
Suatu bisnis akan terhambat kegiatan ekonomiya apabila terdapat
keraguan di dalamnya. Artinya, jika banyak pengusaha memilih likuiditas
(memegang uang tunai) daripada melakukan investasi karena keraguannya
terhadap masa depan, maka permintaan terhadap investasi akan mengalami
pemerosotan. Apabila kemerosotan ini tidak diimbangi dengan kenaikan
permintaan investasi di sektor lain, maka perekonomian secara
keseluruhannya juga akan merosot karena terjadinya ketidakseimbangan
pemaikan sumber daya ekonomi.
Apabila seseorang ragu dan khawatir terhadap masa depannya, maka ia
akan cenderung memegang lebih banyak aktiva berbentuk uang tunai
dibandingkan dengn menginvestasikan dalammesin produksi yang akan
membuat operasi perusahaan lebih efisien. Adapun pengaruh bruk lain dan
keraguan terhadap produksi yakni para pekerja yang merasa khawatir dan
risau tidak seproduktif orang yang perasaannya lebih tenang dan aman.
Kecemasan tidak hanya dapat meningkatkan biaya menurunya rfisiensi
produksi, akan tetapi juga dopat meningkatkan biaya karena menyebabkan
suatu kecelakaan kerja. Pegawai yang khawatir akan cenderung tidak berhati-
hati.
4. Langkah-langkah dalam Proses Manajemen Risiko
Fungsi manajemen risiko dapat lebih jelas dan dipahami melalui langkah-
langkah dalam proses pengambilan keputusan. Suatu proses dimulai dengan
mengetahui dan mengenal berbagai risiko yang sedang dihadapi. Lalu risiko
itu harus diukur,dianalisis, serta dievaluasi dalam ukuran frekuensi,
keparahan, dan variabilitasnya. Kemudian, keputusan diambil seperti memilih
dan menggunakan metode-metode guna menangani setiap risiko yang sudah
diidentfikasi itu. Beberapa risiko tertentu mungkin harus dihindarkan,
sebagian lagi mungkin harus ditanggung sendiri, serta yang lainnya perlu
untuk diasuransikan. Jika metode penangan risiko telah dipilih maka langkah
selanjutnya yakni rencana pengadministrasi program tersebut secara
melembaga.

4. Mengidentifikasikan Risiko
Sebelum dapat memanajemeni sebuah resiko maka kita harus dapat
mengidentifikasi adanya resiko agar dapat dihadapi tentang bagaimana sifat resiko
yang akan dihadapi dan bagaimana dampaknya pada perusahaan.

Jika resiko yang harusnya diidentifikasi dapat menimbulkan kerugian potensial


tidak dapat diketahui maka perusahaan yang bersangkutan tidak mungkin dapat
memanajemeni resiko tersebut. Sehingga perusahaan menjadi harus menanggung
resiko yang terabaikan dikarenakan tidak teridentifikasi sebuah resiko.

Didalam memulai proses manajemen resiko yang dimulai dengan identifikasi


resiko yaitu dengan menemukan semua kerugian beserta semua potensi kerugian secara
sistematis dan berhati-hati. Dalam menemukan semua kerugian beserta semua potensi
kerugian secara sistematis dan berhati-hati dapat dimulai dengan survei.

1) Survei

Survei disini berarti pengidentifkasian dapat diakitkan dengan penanganan


resiko yang sedang dipakai masing-masing kerugian dan kerugian potensial atau
penanganan dengan cara yan sudah ada. Kerugian potensial dalam manajemen
resiko biasanya disebut dengan istilah ekspposur kerugian (loss exposure).

Survei resiko dan survei asuransi dikenal dengan berbagai nama, yang
diantaranya adalah:
a) Perencanaan resiko
b) Audit resiko
c) Analisis resiko

Sedangkan didalam prakteknya survei didesain untuk menemukan resiko dan


peril lalu perusahaan dapat memperkirakan metode yang dapat mengantisipasinya.

Anda mungkin juga menyukai