Anda di halaman 1dari 14

RMK MANAJEMEN KEUANGAN SAP 4

MANAJEMEN MODAL KERJA; MANAJEMEN


KAS

Oleh:
Friska Frilisia
1406305070
EKU 232 / AP / Absen: 14

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2015

MANAJEMEN MODAL KERJA

Manajemen Modal Kerja bekaitan dengan investasi pada aktiva lancar dan hutang lancar,
terutama mengenai bagaimana menggunakan dan komposisi keduanya akan mempengaruhi
risiko. Manajemen Modal Kerja yang efektif sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan
perusahaan dalam jangka panjang.

Pengertian dan Klasifikasi Modal Kerja


Modal kerja diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan.
Investasi modal kerja merupakan proses terus-menerus selama perusahaan beroperasi. Pada
umumnya ada dua pengertian modal kerja, yaitu:
1. Gross Working Capital (Modal Kerja Bruto)
Modal kerja dalam pengertian ini mengacu pada konsep kuantitatif , yang
mendasar [ada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dan
aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau
aktiva dengan dana yang tertanama didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang
pendek. Dengan demikian modal kerja menurut pengertian ini adalah keseluruhan dari
jumlah aktiva lancar.
2. Net Working Capital (Modal Kerja Neto)
Pada modal kerja dalam pengertian ini, yaitu didasarkan atas konsep kualitatif,
yakni dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang segera harus
dibayar. Dengan demikian modal kerja menurut penngertian ini adalah sebagian dari
aktiva lancar yang benar-benar dapat dogunakan untuk membiayai operasi perusahaan
tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas
hutang lancarnya.
W.B.Taylor mengklasifikasikan modal kerja menjadi dua yaitu:

a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)


Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus
menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini dapat dibedakan
menjadi:
1. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk
menjamin kontinuitas usahanya.
2. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas
produksi yang normal (dinamis)
b. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara:
1. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi
musiman.
2. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi
konjungtur.
3. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena adanya
keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Modal Kerja


Pada dasarnya modal kerja berbeda dengan aktiva tetap, hanya pada waktu yang
diperlukan untuk memperbaharui aktiva tetap tersebu. (aktiva tetap memerlukan waktu lebih dari
satu periode). Sedangkan investasi modal kerja biasanya akan berputar kurang dari satu tahun
periode normal operasi perusahaan. Periode itu bisa terjadi: pembayaran dimuka bahan baku ->
penerimaan bahan baku -> bahan baku disimpan -> proses produksi -> disimpan sebelum dijual
-> dijual secara kredit -> penerimaan kas kembali. Apabila rangkaian tersebut semakin panjang

maka kebutuhan modal kerja menjadi semakin besar. Besar kecilnya modal kerja merupakan
fungsi dari berbagai faktor seperti:
a. Jenis produk yang dibuat
b. Jangka waktu siklus operasi
c. Tingkat penjualan. Semakin tinggi tingkat penjualan maka kebutuhan investasi pada
persediaan juga akan semakin tinggi
d. Kebijakan persediaan
e. Kebijakan penjualan kredit
f. Efisiensi manajemen aktiva lancar

Bagaimana Modal Kerja Dipengaruhi


Kebutuhan dana perusahaan meliputi investasi aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva
lancar itu sendiri dapat dibagi menjadi dua kategiri: (1) Aktiva lancar permanen (2) aktiva lancar
yang berfluktuasi. Bagi manajer keuangan, sangat penting untuk menganalisis berapa besar
kebutuhan aktiva lancar yang sifatnya permanen dan yang berfluktuasi, untuk kemudian memilih
sumber dana untuk membiayai investasi itu baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Terdapat tiga
alternative pemenuhan kebutuhan dana dalam kaitannya dengan aktiva lancar.
1. Matching approach
Akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen dengan
sumber jangka panjang, baik itu hutang jangka panjang maupun modal sendiri.
Tujuannya adalah untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang
digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo perusahaan
tidak dapat membayar kembali.
2. Conservatif approach
Akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen serta sebagian
aktiva lancar yang berfluktuasi dengan hutang jangka panjang atau modal sendiri.
Proporsi hutang jangka pendek akan lebih kecil dibbandingkan dengan matching
approach. Tujuannya adalah untuk lebih memperkecil risiko meskipun akan memperkecil
keuntungan yang diharapkan tersedia untuk pemegang saham karena biaya hutang jangka
panjang pada umumnya lebih besar daripada biaya hutang jangka pendek. Besarrnya
biaya hutang jangka panjang dibandingkan dengan biaya hutang jangka pendek

disebabkan risiko hutang jangka panjang lebih besar dari pada hutang jangka pendek
yang relative pasti lebih kecil.
3. Agresive approach
Adalah pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan menggunakan
proporsi hutang jangka pendek yang lebih besar, jika dibandingkan dengan pendekatan
lain. Perusahaan yang menganut pendekatan ini akan memenuhi aktiva tetap dan sebagian
aktiva lancar permanen dengan hutang jangka panjang dan sebagian aktiva lancar
permanen dan semua aktiva lancar variable dengan hutang jangka pendek. Oleh karena
itu perusahaan yang menggunakan pendekatan ini menanggung pengembalan hutang
jangka pendek yang lebih besar, risiko fluktuasi bunga jangka pendek juga semakin besar
tetapi dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar dengan
demikian akan memperkecil biaya hutang jangka pendek.

Penentuan Besarnya Modal Kerja


Besar kecilnya kebutuhan modal kerja akan tergantung kepada dua factor yaitu:
1. Periode perputaran atau terikatnya modal kerja, dan
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Dengan jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, tetapi dengan makin lamanya
periode terikatnya dana, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah semakin besar.
Demikian pula halnya dengan periode terikatnya dana yang tetap, dengan makin besarnya jumlah
pengeluaran kas setiap harinya, kebutuhan modal kerjapun semakin besar. Apabila perusahaan
hanya menjalankan usaha satu kali saja maka kebutuhan modal kerja cukup sebesar modal kerja
yang dikeluarkan selama satu periode perputaran saja. Bagi perusahaan yang menjalankan usaha
untuk seterusnya, kebutuhan modal kerjanya sebesar jumlah pengeluaran setiap harinya
dikalikan dengan periode perputaran.

MANAJEMEN KAS DAN SURAT BERHARGA

Kas merupakan seluruh uang tunai yang ada ditangan (cash on hand) dan yang disimpan
di bank dalam berbagai bentuk seperti deposito dan rekening Koran. Kas merupakan alat tukar
yang memungkinakan manajemen menjalankan berbagai keegiatan usahanya. Sedangkan ssurat
berharga merupakan investasi jangka pendek yang bersifat temporal yang apabila perusahaan
memerlukan kas dengan segera dapat dijual atau diubah dalam bentuk kas. Tujuan manajemen
kas adalah untuk meminimalkan jumlah kas yang seharusnya ditahan untuk aktivitas normal
perusahaan.

Risiko dan Keuntungan Mempertahankan Kas


Mempertahankan jumlah kas yang besar bagi suatu perusahaan bisa mendatangkan
keuntungan, terutama berkaitan dengan tingkat likuiditas perusahaan. Oleh karena itu, untuk
menjamin agar tidak mengalami kesulitan, maka diperlukan jumlah kas yang cukup, perusahaan
harus mempertahankan portofolio surat berharga untuk menjaga likuiditas perusahaan.
Keuntungan yang diharapkan perusahaan memiliki jumlah kas yang cukup adalah:
1. Perusahaan dapat memperoleh potongan pembelian yang diberikan oleh supplier bahan
mentah sehingga menurunkan harga belinya.
2. Perusahaan seringkali memperoleh kesempatan pembelian lebih baik dengan memiliki
kas yang cukup. Seperti dalam kaitannya dengan promosi dari supplier.
3. Perusahaan akan mendapat kepercayaan dari bank, atau pihak lain sebagai penyedia dana
karena dapat membayar kewajiban tepat pada waktunya.
4. Perusahaan akan memperoleh ranking yang lebih baik dengan mempertahankan aktiva
lancar yang cukup.

Anggaran Kas (Budget Cash)

Salah satu untuk menjaga agar perusahaan tidak kekurangan kas adalah dengan membuat
perencanaan tentang penerimaan dan pengeluaran akan kas. Pembuatan perencanaan akan kas ini
sering disebut dengan anggaran kas. Anggaran kas merupakan salah satu aspek penting bagi
manajer keuangan sebagai alat utama peramalan keuangan jangka pendek. Pada umumnya
anggaran kas disusun berdasarkan waktu per bulan, baik itu 6 bulan atau 12 bulan.
Anggaran kas dapat menunjukkan kapan perusahaan menghadapi kekurangan arus kas
sehingga dapat diantisipasi sebelumnya dengan mencari pinjaman, dan sebaliknya kapan arus kas
cukup untuk melunasi hutang-hutang perusahaan. Dalam penyusunan anggaran kas ada tiga
tahap yaitu:
1. Penyusunan anggaran kas yang bersifat operasional. Dalam penyusunan anggaran kas ini
akan dibuat estimasi tentang penerimaan kas dan pengeluaran kas yang diakibatkan dari
operasi perusahaan.
2. Penyusunan anggaran finansiil yaitu anggaran kas untuk menanggulangi keadaan defisit
serta pembayaran utang apabila terjadi surplus.
3. Penyusunan anggaran kas keseluruhan yaitu merupakan penggabungan antara anggaran
kas operasional dengan anggaran kas finansial.
Pada umumnya perusahaan menggunakan proyeksi anggaran kas bulanan untuk tahun
yang akan datang. Namun ada juga yang melengkapi dengan anggaran kas mingguan bahkan
harian untuk bulan yang akan datang.

Penentuan Jumlah Kas Optimal


Kas dan surat berharga yang optimal sangat tergantung atas trade-off antara
tingkat bunga dengan biaya transaksi. Jika kondisi yang akan datang diketahui dengan pasti
maka akan sangat mudah menentukan kas minimal. Apabila diperkirakan perusahaan
kelebihan kas akan segera diinvestasikan kedalam surat berharga sepanjang tidak
mempersulit perusahaan untuk melakukan pembayaran. Jika tidak ada biaya transaksi dan
surat berharga dapat diubah menjadi kas seketika maka perusahaan sebenarnya tidak
memerlukan persediaan kas yang banyak. Model persediaan kas yang optimal meliputi:
Model Boumel dan Model Miller-Orr.

1. Model Boumel
Konsep dasar manajemen kas dalam model ini bahwa opportunity cost atas bunga yang
hilang karena menahan uang tunai sama dengan biaya tetap untuk mengubah surat
berharga menjadi yang tunai (kas). Dipergunakan bila perusahaan memiliki permintaan
uang kas yang tetap atau relative konstan setiap periode. Perusahaan dapat memperoleh
dana kas dengan menjual surat berharga.
Model persediaan:
B(T/C) = i(C/2)
Dimana:
B=
biaya tetap transaksi yang diasumsikan independen terhadap banyaknya transfer
T=
total permintaan kas selama periode tertentu
I=
tingkat bunga atas surat berharga yang diasumsikan konstan selama periode
tersebut
T/C = menunjukkan banyaknya transaksi yang jika dikalikan dengan biaya tetap setiap
kali transaksi akan sama dengan total biaya tetap selama satu periode
C/2 = menunjukkan rata-rata kas dan jika dikalikan dengan tingkat bunga maka sama
dengan laba yang hilang karena menahan kas, semakin besar C maka rata-rata kas
juga besar berarti investasi surat berharga menjadi semakin kecil.
Kas Optimal
2 bT
C* =
i

2. Model Miller-Orr
Dipergunakan bila pengeluaran dan pemasukan kas perusahaan yang berfluktuasi dari
waktu ke waktu. Perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas bawah dari saldo kas.
Apabila saldo kas mencapai batas atas perusahaan perlu merubah sejumlah kas menjadi
surat berharga agar saldo kas kembali pada saldo kas yang diinginkan. Apabila saldo kas
menurun sampai batas bawah perusahaan perlu menjual surat berharga agar saldo kas
naik kembali kejumlah yang diinginkan.
Rumus kas optimal
2
3 3 br
Z=
4i

Dimana:
Z = Kas optimal

B = Biaya tetap untuk transaksi surat berharga


R2 = variance kas masuk bersih
I = Bunga harian transaksi surat berharga
H = Nilai kas optimal
L = Batas bawah
Nilai optimal h adalah 3z
Rata-rata kas kira-kira

( z +h )L
3

REFERENSI
1. Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana University
Press
2. http://penganggaranprh.blogspot.co.id/2012/12/anggaran-kas.html
(diakses pada tanggal 29 September 2015)

Contoh Kasus Anggaran Kas Jangka Pendek


Berikut ini adalah data yang dimiliki PT LARA yang dikumpulkan untuk melakukan penyusunan
anggaran kas tahunan, pada semester 1 Tahun 20XX:

Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun 20XX

Sejak beroperasi, perusahaan selain menjual secara tunai, juga menjual secara kredit. Adapun
komposisi penjualannya adalah:

1.

2.

3.

Sebesar 60% dari total penjualan adalah penjualan tunai dan sisanya adalah penjualan kredit.
Untuk penjualan tunai manajemen menetapkan akan memberikan potongan harga sebesar
10%.
Untuk penjualan kredit; manajemen memberlakukan term of payment 5/10, n/60. Dari
penjualan kredit diperkirakan sebesar 60% akan memanfaatkan periode potongan, sedangkan
sisanya tidak memanfaatkan periode potongan. Dari pembeli yang tidak memanfaatkan
potongan, 50%-nya kaan membayar pada bulan transaksi dan sisanya akan membayar pada
bulan berikutnya.
Diperkirakan besarnya piutang tak tertagih (bad debt) adalah 5% dari penjualan kredit.

Besarnya Cash Opname awal Tahun 20XX adalah Rp 10.000.000,Perusahaan melakukan pembelian bahan baku yang merencanakan akan dibayar 30% secara tunai
dan 70% dibayar bulan berikutnya. Adapun pembelian yang dilakukan adalah:

Hutang jatuh tempo yang harus dibayarkan adalah januari Rp 2.500.000,- , Maret Rp 1.000.000,,dan Juni Rp 3.000.000,Dari data tersebut, diminta:

1.

Menyusun
perhitungannya.
Menyusun
Menyusun
Menyusun

2.
3.
4.

skedul pengumpulan piutang untuk triwulan 1 tahun 20XX. Sertakan persiapan


skedul penerimaan kas untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
skedul pengeluaran kas untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
skedul kas sementara untuk triwulan 1 Tahun 20XX.

Penyelesaian Kasus : Anggaran Kas Tahunan (Jangka Pendek)


a) Penjualan Menurut Bentuk Pembayaran & Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
PT LARA
Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Total penjualan : dari data Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun 20XX
Penjualan Tunai (60%): Total Penjualan x 0,6 (penjualan tunai 60%). Misal, pada bulan
Januari (Rp 15.000.000 x 0.6= Rp 9.000.000).
Potongan Penjualan Tunai (10%): Hasil dari penjualan Tunai x 0.1 (Pot. Penj. Tunai ). Misal,
pada bulan Januari (Rp 9.000.000 x 0.1= Rp 900.000).
Penjualan Tunai Neto: Hasil dari penjualan tunai hasil dari pot.penjualan tunai.Misal, pada
bulan Januari (Rp 9.000.000 Rp 9.00.000= Rp 8.100.000).
Penjualan Kredit (40%): Total penjualan x 0.4 (penjualan kredit 40%). Misal, pada bulan
Januari (Rp 15.000.000 x 0.4 = Rp 6.000.000).
Bad Debt (5%): Hasil dari penjualan kredit x 0.05 (bad debt 5%). Misal, pada bulan Januari
(Rp 6.000.000 x 0.05= Rp 300.000).
Piutang Neto: Hasil dari penjualan kredit bad debt. Misal, pada bulan Januari (Rp 6.000.000
Rp 300.000= Rp 5.700.000) .
b)

Skedul Pengumpulan Piutang / Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit


PT LARA
Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Piutang Neto didapat dari data pada Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Piutang yang mendapat hak discount (60%): Piutang Neto x 0,6 (hak discount). Misal, Pada
bulan Januari (Rp 5.700.000 x 0,6= Rp3.420.000).
Discount 5%: Piutang yang mendapat hak discount x 0.05 (discount). Misal, pada bulan
Januari (Rp 3.420.000 x 0.05 = Rp 171.000).
Piutang tidak mendapat discount (40%): Piutang neto x 0.4 (piutang tidak mendapat
discount). Misal, pada bulan Januari (Rp 5.700.000 x 0,4= Rp 2.280.000).
Piutang yang tidak mendapat discount dilunasi: Hasil dari piutang tidak mendapat discount x
0,5 (pelunasan 50%).Misal, pada bulan Januari (Rp 2.280.000 x 0.5= Rp 1.140.000).
Total Pengumpulan Piutang: Piutang neto + piutang tidak mendapat discount. Misal, pada
bulan Januari (Rp 3.249.000 + Rp 1.140.000= Rp 4.389.000).
c) Anggaran Penerimaan Kas

PT LARA
Anggaran Penerimaan Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Anggaran Penerimaan Kas:

1.
2.

Penjualan Tunai Neto (dari data Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai)
Piutang (dari data Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit)
d) Anggaran Pengeluaran Kas
PT LARA
Anggaran Pengeluaran Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Anggaran Pengeluaran Kas:

1.
2.

3.

Pembelian bahan baku tunai: Data pembelian bahan baku x 0,3 (dari perencanaan pembelian
bahan baku 30% secara tunai). Misal, pada bulan Januari (Rp 5.000.000 x 0,3 = Rp 1.500.000)
Pembelian bahan baku kredit: Data pembelian bahan baku x 0,7 (dari perencanaan pembelian
bahan baku 70% secara kredit dibayar bulan berikutnya). Misal, pada bulan Februari (Rp 5.000.000 x
0,7 = Rp 3.500.000)
Pembayaran hutang: Data didapat dari soal bahwa Januari sebesar Rp 2.500.000 , Maret Rp
1.000.000 , dan Juni Rp 3.000.000.
e) Anggaran Kas
PT LARA
Anggaran Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Anggaran Kas :

1.
2.

Kas tersedia: Saldo kas awal + penerimaan kas. Misal, pada bulan Januari (Rp 10.000.000 +
Rp 12.489.000 =Rp22.489.000)
Saldo kas akhir: Kas tersedia pengeluaran kas. Misal, pada bulan Januari (Rp 22.489.000
Rp 4.000.000 = Rp 18.489.000)

Anda mungkin juga menyukai