Anda di halaman 1dari 9

A.

AKTIVA LANCAR DAN STRUKTUR MODAL


Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja (working
capital) dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, misalnya membayar
upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah dan pengeluaran-
pengeluaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan.
Definisi modal kerja menurut para ahli:
1. James C Van Flarne (1997:21,\ menyatakan, bahwa "Modal kerja bersih
adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar, dan modal kerja kotor
adalah investasi perusahaan dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dan
persediaan.”
2. J. Fred Weston Eugene F. Brigham (1991:157), menyatakan bahwa
“Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek
yaitu kas, surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan”.
Bambang Riyanto (1995:7), mengemukakan 3 (tiga) konsep
pengertian modal kerja yaitu :
a. Konsep kuantitatif
Konsep kuantitatif berfokus pada jumlah dana yang tertanam di dalam
aktiva lancar, aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar dapat
kembali dalam bentuk semula atau dana yang tertanam dalam aktiva akan
dapat bebas lagi dalam jangka pendek. Jadi menurut konsep ini modal
kerja adalah keseluruhan jumlah aktiva lancar. Dalam pengertian ini modal
kerja sering disebut modal kerja bruto atau gross working capital.
b. Konsep kualitatif
Pada pengertian ini konsep modal kerja berkaitan dengan besarnya jumlah
hutang lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Jadi modal kerja
menurut konsep ini adalah sebagian aktiva lancar yang benar-benar dapat
digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu
likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang
lancarnya.
c. Konsep fungsional
Konsep ini menitikberatkan pada fungsi dana dalam menghasilkan
pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Aktiva lancar sebagian
merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya.

Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal


kerja adalah harta yang dimiliki perusahaan yang dipergunakan untuk
menjalankan kegiatan usaha atau membiayai operasional perusahaan tanpa
mengorbankan aktiva yang lain dengan tujuan memperoleh laba yang
optimal.
Terdapat dua konsep utama modal kerja yaitu: modal kerja bersih
dan modal kerja kotor. Jika seorang akuntan menggunakan istilah modal
kerja, pada umumnya ia mengacu pada modal kerja bersih, yaitu
perbedaan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini
merupakan ukuran sampai sejauh mana perusahaan terlindungi dari
masalah likuiditas.
Para analisis keuangan selalu mengacu pada aktiva lancar jika
berbicara tentang modal kerja. Hal itu menandakan bahwa fokus para
analisis keuangan adalah modal kerja kotor.
Jenis modal kerja :
1. Modal kerja permanen (permanen working capital) : adalah modal kerja
yang harus terus ada pada perusahaan agar perusahaan dapat terus
menjalankan fungsinya.
Modal kerja permanen dibedakan menjadi :
a. Modal kerja primer : modal kerja minimum yang harus ada
pada perusahaan untuk menjamin kelanjutan perusahaan.
b. Modal kerja normal : modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi.
2. Modal kerja variabel : modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan keadaan. Modal kerja variabel dibedakan menjadi :
a. Modal kerja musiman : modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
yang disebabkan fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis : modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
karena fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat : modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
karena keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya.
Penentuan besarnya kebutuhan modal kerja tergantung pada besar
kecilnya :
1. Periode perputaran/periode terikatnya modal kerja : merupakan
keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka
waktu pemberian kredit, pembelian, penyimpanan bahan baku
dan jangka waktu penerimaan piutang.
2. Pengeluaran kas rata-rata tiap hari : merupakan pengeluaran
kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan
mentah, bahan pembantu, membayar upah dan biaya lain.
Menurut S. Munawir sumber modal kerja suatu perusahaan dapat
berasal dari:
a. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak
dalam perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi,
jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil
operasi perusahaan.
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi
jangka pendek).
c. Penjualan aktiva tidak lancar.
d. Penjualan saham atau obligasi (2004: 120)

Jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat
dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan
tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan
apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba
tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
Sumber modal kerja yang diperoleh perusahaan hendaknya dapat
digunakan seefisien mungkin perusahaan dapat menjalankan operasi
perusahaan dengan baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi
perusahaan, tergantung pada tipe/sifat likuid (mudah ditukarkan/dicairkan
menjadi uang tunai) dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Namun
demikian modal kerja harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran
atas operasi perusahaan sehari-hari.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah
apabila :
1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba
maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan
investasi dari pemilik perusahaan.
2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang
diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya
penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
3. Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk
obligasi, hipotek atau hutang jangka panjang lainnya yang
diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.

Dari penjelasan mengenai modal kerja diatas dapat disimpulkan bahwa


aktiva lancar sangat erat kaitannya dengan modal kerja, lantas apakah yang
dimaksud dengan aktiva lancar?
Pengertian Aktiva
Aktiva menunjukkan jenis-jenis kekayaan (aset) yang dimiliki
perusahaan dalam rangka kegiatan operasional dan administratif
perusahaan. Aktiva tidak terbatas hanya pada kekayaan perusahaan yang
berwujud saja, termasuk juga pengeluaran-pengeluaran yang belum
dialokasikan pada penghasilan masa yang akan datang, serta aktiva tidak
berwujud lainnya, misalnya goodwill, hak paten, hak cipta dan
sebagainya. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua
bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

Pengertian Aktiva Lancar


Aktiva lancar/aktiva likuid, aktiva yang mudah dicairkan Kembali
menjadi kas (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan
perusahaan yang normal).
Aktiva lancar (Current Assets) adalah aset yang diharapkan dapat
dikonversi menjadi kas dalam waktu kurang dari 1 tahun. Aktiva lancar
diantaranya uang tunai dan aset yang bersifat tunai, piutang, dan
persediaan.

Kelompok Aktiva Lancar


Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah:
 KAS DAN BANK
Menurut Standar Akuntansi Keuangan disebutkan bahwa Kas adalah
alat pembayaran bernilai uang yang akan siap dan bebas dapat
digunakan untuk melakukan pembayaran kegiatan umum perusahaan.
Sedangkan kas bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang juga
bisa digunakan secara bebas untuk pembayaran transaksi bisnis
perusahaan (SAK, 2002)
 SURAT BERHARGA (EFEK) YANG MUDAH DIJUAL DAN
SIFATNYA SEMENTARA (TIDAK DIMAKSUDKAN UNTUK
DITAHAN)
Surat berharga adalah surat yang dapat dijual dengan cepat tanpa
mengalami kerugian. Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk
jangka pendek (marketable securities atau efek) adalah salah satu
elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan
keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga
menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu
dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan
yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu
sumber untuk bertumbuhnya modal kerja; sebaliknya, apabila dalam
penjualan tersebut terjadi kemajuan maka akan menyebabkan
berkurangnya modal kerja. Apabila efek atau investasi jangka pendek
ini dijual dengan harga jual yang sama dengan harga perolehannya
(tanpa laba maupun rugi), maka penjualan efek-efek tersebut tidak
akan mempengaruhi besarnya modal kerja (modal kerja tidak
bertambah maupun berkurang). Diadakan menganalisa sumber-
sumber modal kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan
penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja
yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan.
 DEPOSITO JANGKA PENDEK
• DEPOSITO DI BANK
• SAHAM
 PIUTAN WESEL (NOTES RECEIVABLE)
Piutang wesel, piutang yang diperkirakan dapat diterima
pembayarannya dalam tempo satu tahun atau kurang dihitung sejak
tanggal neraca harus disajikan sebagai elemen aktiva lancar.
 PIUTANG DAGANG
Piutang usaha atau piutang dagang yang diperkirakan dapat diterima
pembayarannya dalam tempo satu tahun atau kurang dihitung sejak
tanggal neraca harus disajikan sebagai elemen aktiva lancar.
 PERSEDIAAN
Persediaan adalah barang yang diperoleh perusahaan yang
dimaksudkan untuk dijual kembali atau diolah lebih lanjut dalam
rangka menjalankan kegiatan usaha normalnya. Persediaan dalam
perusahaan pengolahan akan terdiri atas persediaan bahan baku dan
bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan persediaan
barang jadi.
Persediaan merupakan elemen aktiva lancar yang penting, sebab
sukses tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan
berpengaruh besar terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Elemen
persediaan akan berpengaruh terhadap penentuan laba perusahaan,
penentuan tingkat likuiditas perusahaan, dan kebenaran penyajian
neraca.
 PENGHASILAN YANG BELUM DITERIMA
 BIAYA DIBAYAR DI MUKA

Hubungan Aktiva Lancar dan Struktur modal


Para analisis keuangan selalu mengacu pada aktiva lancar jika
berbicara tentang modal kerja. Hal itu menandakan bahwa fokus para
analisis keuangan adalah modal kerja kotor.
Resiko kemungkinan penurunan harga aktiva lancar, suatu
penurunan harga dibandingkan dengan nilai buku dari aktiva lancar
seperti surat berharga, persediaan, piutang maka mengakibatkan
penurunan modal kerja. Sehubungan dengan makin besar risiko kerugian
semacam itu makin besar modal kerja yang diperlukan. Untuk dapat
menampung kontingensi tersebut (kemungkinan yang belum pasti akan
terjadi) perusahaan mengusahakan adanya banyak uang/surat berharga.
Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar
lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang
bersangkutan akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian
besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya
modal kerja yang berlebih-lebihan).
Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk
maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan,
namun tidak selalu penggunaan aktiva lancar diikuti dengan perubahan
dan penurunan jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Misalnya
penggunaan aktiva lancar untuk melunasi atau membayar hutang lancar,
maka penggunaan aktiva lancar ini tidak mengakibatkan penurunan
jumlah modal kerja karena penurunan aktiva lancar tersebut diikuti atau
diimbangi dengan penurunan hutang lancar dalam jumlah yang sama.
Penggunaan modal kerja berarti akan mengurangi modal, berikut ada
beberapa contoh penggunaan modal kerja, yaitu:
a. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan baku secara tunai. Jadi
mengeluarkan kas tetapi di pihak lain pesediaan bertambah dalam
jumlah yang sama, kedua-duanya adalah aktiva lancar.
b. Adanya perubahan dari bentuk piutang ke bentuk yang lain, dari
piutang dagang menjadi piutang wesel dan seterusnya. Dengan
demikian tetap merupakan satu bagian dari modal kerja.
KESIMPULAN
Modal kerja terdiri dari empat komponen utama: kas, surat
berharga, persediaan, dan piutang usaha. Untuk setiap jenis aktiva,
perusahaan menghadapi perimbangan yang mendasar: aktiva lancar (yaitu,
modal kerja) diperlukan untuk menjalankan usaha, dan makin besar
penahanan aktiva lancar, makin kecil bahaya kekurangan dana, dengan
demikian menurunkan risiko operasi perusahaan. Akan tetapi, menahan
modal kerja memerlukan biaya-jika persediaan terlalu besar, perusahaan
akan mempunyai aktiva yang menghasilkan pengembalian nol atau negatif
jika penyimpanan dan kerusakan tinggi.
Anggaran Modal (capital budgeting) adalah Poses perencanaan dan
pengelolaan investasi untuk pengelolan sebuah perusahaan. Manajemen
modal kerja merupakan manajemen dari elemen-elemen aktiva lancar dan
elelmen-elemen hutang lancar. Adapun yang menjadi tujuan manajemen
modal kerja adalah sebagai alat untuk mengelola aktiva lancar dan hutang
lancar sehingga diperoleh modal kerja riil yang layak dan menjamin
tingkat likuiditas perusahaan.
Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk
maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, namun
tidak selalu penggunaan aktiva lancar diikuti dengan perubahan dan
penurunan jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan.
Soal dan pembahasan

PENENTUAN KEBUTUHAN MODAL KERJA


CONTOH: 1
PERIODE PERPUTARAN
 LAMA PROSES PRODUKSI
= 15 HARI
 LAMANYA BARANG DISIMPAN DI GUDANG
= 10 HARI
 JANGKA WAKTU PENERIMAAN PIUTANG
= 5 HARI
 PERIODE PERPUTARAN ATAU PERIODE TERIKATNYA
MODAL KERJA = 30 HARI
PENGELUARAN SETIAP HARI
 BAHAN MENTAH =Rp 1.000.000
 BAHAN PEMBANTU =Rp 100.000
 UPAH BURUH =Rp 500.000
 PENGELUARAN LAIN =Rp 400.000
 JUMLAH PENGELUARAN TIAP HARI =Rp 2.000.000
MAKA BESARNYA KEBUTUHAN MODAL KERJA SETIAP HARI
UNTUK MELAKSANAKAN KEGIATAN PRODUKSI ADALAH 30 x Rp
2.000.000 = Rp 60.000.000

CONTOH: 2
PT.PASTI MEMPRODUKSI PRODUK X SETIAP HARI SEBANYAK 20
UNIT, 25 HARI KERJA PERBULAN. BIAYA YANG
DIKELUARKAN MELIPUTI : BAHAN MENTAH Rp. 125,- DAN UPAH
Rp. 75,- BIAYA ADMINISTRASI Rp 12.500 PER
BULAN, GAJI PIMPINAN Rp.25.000 PERBULAN ,BAHAN DIBAYAR DI
MUKA 5 HARI SEBELUM DITERIMA, PROSES
PRODUKSI 3 HARI, BARANG JADI DISIMPAN 2 HARI, DAN RATA-
RATA PELUNASAN PIUTANG 5 HARI.
DANA TERIKAT DALAM PERSEKOT 5 HARI
PROSES PRODUKSI 3 HARI
BARANG JADI 2 HARI
PIUTANG DAGANG 5 HARI
PERIODE PERPUTARAN 15 HARI
BAHAN MENTAH 15 X 20 X 125 Rp 30.000
UPAH 10 X 20 X 75 Rp 15.000
BIAYA ADM. 10 X 20 X 37.500/ (25 X 20) Rp 15.000
PERSEDIAAN KAS MINIMAL (ASUMSI) Rp 25.000
JUMLAH MODAL KERJA Rp.85.000

Anda mungkin juga menyukai