Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai, Kepribadian, dan Guru

Kepribadian yang baik akan membawa suatu citra yang positif bagi lembaga

yang di binanya ataupun realita social yang ada disekitarnya, boleh jadi nama guru di

masa sekarang sudah banyak dikotori oleh oknum-oknum yang ingin merusak citra

seorang guru, fenomena tersebut seperti masih adanya guru yang lebih senang

menggunakan suatu produk pembelajaran yang bersifat ’instan’ daripada berlatih

mendesain sendiri, dimana hal tersebut sebagai bukti belum teraktualisasinya

kompetensi guru.

Nilai-Nilai Kepribadian yang harus dimiliki seorang Guru

Guru hendaknya memperhatikan derajat pentingnya nilai dibandinkan dengan nilai

lainnya. Mengharai orang lain adalah nilai yang tingkatannya lebih tinggi dibanding

nilai lainnya. Ada beberapa sifat kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru,

misalnya dapat menerima orang lain, berfikiran terbuka, berpandangan luas,

menghargai orang lain, objektif, dan menyadari keadaan diri sendiri.

Nilai moral merupakan nilai yang harus dimiliki seorang guru. Banyak kasus yang

terjadi karena rendahnya nilai moral yang dimiliki oleh seorang guru, mengakibatkan

perilaku guru tersebut tidak terkontrol.

Seorang guru tidak boleh meninggalkan nilai sosial, nilai sosial, dan nilai spiritual.

Guru mempunyai hak untuk menentukan nilai mana yang akan dipakai atau
ditinggalkan, tetapi guru harus mengenal dirinya sendiri, mengenal nilai yang harus

dimilikinya dan mengikuti nilai itu dengan jujur.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa guru menjadi sumber nilai moral. Guru dan

umunya semua manusia sendiri membuat tingkah lakunya menjadi baik atau buruk

dipandang dari sudut pandang dari sudut moral.

Nilai-nilai Kepribadian Guru dalam Penanaman Akhlak Siswa

Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan

idola, seluruh kehidupan adalah figur yang paripurna. Itulah kesan terhadap guru

sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baik, akan

mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secara perlahan lebur dari jati diri.

Karena itu, kepribadian adalah masalah yang sangat sensitif sekali. Penyatuan kata

dan perbuatan dituntut dari guru, bukan lain perkataan dengan perbuatan, ibarat kata

pepatah; pepat diluar runcing di dalam.

Imam Al-Ghazali mengemukakan, bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam

dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan

tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu). Ahmad Amin menjelaskan,

bahwa akhlak adalah adatul iradah atau kehendak yang dibiasakan. (Mustofa, 2005:

12). Menurut Ibnu ‘Ilaan Ash-Shiddieqy, bahwa akhlak adalah suatu pembawaan

dalam diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang

mudah (tanpa dorongan dari orang lain). Sedangkan Abu Bakar Al-Jazairy

mengatakan, bahwa akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri
manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan

cara yang sengaja (Mahyuddin, 2001: 3).

Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Guru yang baik, anak didik pun

menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang bermaksud menjerumuskan anak

didiknya kelembah kenistaan. Karena kemuliaan guru, sebagai gelarpun di

sandangnya. Guru adalah pahlawan tanpa pamrih, pahlawan tanpa tanda jasa,

pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan, pahlawan pendidikan, makhluk serba bisa, atau

sebagai julukan lain seperti makhluk interpreter, artis, kawan, warga Negara yang

baik, pembangun manusia, pembawa kultur, pioneer, reformer dan terpercaya, soko

guru, bhatara guru, kiajar, sang guru dan sebagainya. Itulah atribut yang pas untuk

guru yang diberikan oleh mereka yang mengagumi figur guru.

Pribadi guru adalah uswatun hasanah, kendati tidak sesempurna seperti rasul.

Betapa tingginya derajat seorang guru, sehingga wajarlah bila guru diberi berbagai

julukan yang tidak akan pernah ditemukan pada profesi lain. Semua julukan itu perlu

dilestarikan dengan pengabdian yang tulus ikhlas, dengan motivasi kerja untuk

membina jiwa dan watak anak didik, bukan segalanya demi uang.

Profil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan

jiwa, panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka yang membatasi tugas

dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah. Guru yang ideal selalu ingin

bersama anak didik di dalam dan di luar sekolah. Jadi kemuliaan hati seorang guru

tercermin dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar simbol atau semboyan

yang terpampang di kantor dewan guru.


Posisi guru dan anak didik boleh berbeda, tetapi keduanya tetap sering dan setujuan,

bukan seiring tapi tidak setujuan. Sering dalam arti kesamaan langkah dalam

mencapai tujuan bersama. Anak didik berusaha mencapai cita-citanya dan guru

dengan ikhlas mengantar dan membimbing anak didik kepintu gerbang cita-citanya.

Itulah barangkali sikap guru yang tepat sebagi sosok pribadi yang mulia. Pendek kata,

kewajiban guru adalah menciptakan “khairunnas” yakni manusia yang baik.

Standar Kompetensi Kepribadian Guru

Standar kompetensi inti kepribadian guru berdasarkan Permendiknas Nomor 16

Tahun 2007 mencangkup lima hal sebagai berikut :

1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, sosial, dan kebudayaan

nasional Indonesia.

 Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut,

suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.

 Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum, norma sosial

yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang

beragam.

2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan

bagi peserta didik dan masyarakat.

 Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.

 Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.


 Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota

masyarakat disekitarnya.

3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa.

 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.

4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi

guru, dan rasa percaya diri.

 Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.

 Bekerja mandiri secara professional.

5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

 Memahami dan menerapkan kode etik profesi guru.

 Berperilaku sesuai dengan kode etik guru.

Kepribadian guru akan sangat memengaruhi siswa dalam pembelajaran.

Aspek kewibawaan dan keteladanan guru merupakan dua hal yang sangat

penting. Mengajarkan sesuatu pada siswa membutuhkan kewibawaan agar

siswa mau diatur dengan senang hati. keteladanan (168)

Anda mungkin juga menyukai