Anda di halaman 1dari 47

Proposal Skripsi

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL


DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
AL-QUR’AN YANG BENAR PESERTA DIDIK
KELAS VII MTS DDI KANANG

OLEH

ZULKIFLI
NIM : 16.1100.003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE

2019
PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Judul Skripsi : Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam


Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an
yang Benar Peserta Didik Kelas VII MTs DDI
Kanang

Nama Mahasiswa : Zulkifli

NIM : 16.1100.003

Fakultas : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Dasar Penetapan Pembimbing : SK. Dekan Fakultas Tarbiyah


No.B.355/In.39/4/2019

Disetujui Oleh

Pembimbing Utama : Dr. H. Saepudin, S.Ag., M.Pd. (........................)

NIP : 19721216 199903 1 001

Pembimbing Pendamping : Ali Rahman, S.Ag., M.Pd. (.........................)

NIP : 19720418 200901 1 007

Mengetahui:

Fakultas Tarbiyah

Dekan,

Dr. H. Saepudin, S.Ag., M.Pd.


NIP. 19721216 199903 1 001

ii
JUDUL: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL
DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-
QUR’AN YANG BENAR PADA PESERTA DIDIK KELAS VII
DI MTS DDI KANANG

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran ataul latihan, yang

berlangsung di sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

peserta didik agar dapat memainkan peran dalam berbagai lingkungan hidup secara

tepat di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan pengalaman-pengalaman

belajar yang terprogram dalam bentukpendidikan formal, non-formal,dan informal

disekolah dandiluar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan untuk

mengoptimalkan pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar kemudian

hari dapat memainkan peran hidup secara tepat.1

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


menjelaskan bahwa pendidikan adalah:
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secaraaktif mengembangkan potensi
dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

1
Redja Mudyaharto, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.11.
2
Departemen AgamaRI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintahan RI Tentang
Pendidikan (Jakarta: Sekretariat Ditjen Pendidikan Islam, 2006), h.5.

1
Dengan demikian, pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting

di dalam kehidupan manusiakarena pendidikan akan menjadi sebuah bekal yang

sangat penting untuk masa depannya dan pendidikan merupakan kebutuhan yang

2
2

sangat mutlak dipenuhi oleh manusia dalam mencapai target yang di

inginkan. Halinilahyang membuat masyarakat senantiasa menjadikan pendidikan

sebagai sarana yang utama dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang.

Menurut M. Quraish Shihab, Al-Qur’an secara harfiyah berarti bacaan

sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada

satu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang

dapat menandingi Al-Qur’an, bacaan sempurna lagi mulia.3 Sebagai umat Islam, kita

percaya bahwaAl-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada

Nabi Muhammad SAW yang didalamnya terkumpul wahyu ilahi yang menjadi suatu

petunjuk, peringatan,kisah umat terdahulu, pedoman, dan pelajaran bagi umat

manusia. Oleh karena itu, Al-Qur’an perlu diketahui, dipelajari dan dipahami serta

diamalkan oleh semua umat muslimin.

Al-Qur’an merupakan panduan utama dalam mendidik manusia dalam segala

aspek kehidupan agar menjadi hamba Allah SWT yang sebenar-benarnya, yang

dimana hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Ali-Imran/3:138.

      


Terjemahannya:
Inilah (Al-Qur’an) adalah suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia,
dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.
Al-Qur’an merupakan sumber dalam pendidikan agama Islam.Agar dapat

memahami dan mempelajari isi kandungan Al-Qur’an maka orang muslim harus

mampu membacanya terlebih dahulu. Dalam pendidikan agama Islam yang pertama

kali disyariatkan adalah perintah membaca. Karenanya setiap orang muslim harus

3
H. Anshori, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT Grfindo Persada, 2013), h. 17.
3

banyak membaca terutama membaca Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman Allah

SWT dalam Q.S. Al-A’laq/96:1-5

          
         
   
Terjemahannya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.4
Oleh karena itu, pendidik sangat diharapkan berperan penting untuk

meningkatakan kemapuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an yang benar,

mengingat perkembanagan dunia pendidikan saat ini, pembelajaran Al-Qur’an sudah

menjadi syarat utama yang harus ada khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam baik pada jenjang pendidikan SD/MI sampai SMA/MA.

Membaca Al-Qur’an bagi umat Islam merupakan ibadah kepada Allah SWT.

Oleh karena itu keterampilan membaca Al-Qur’an perlu diberikan kepada anak sejak

dini, sehingga diharapkan setelah dewasa dapat membaca, memahami dan


mengamalkan Al-Qur’an dengan baik dan benar. Jika dibandingkan dengan kitab-

kitab lainnya, maka Al-Qur’an mempunyai banyak keistimewaan. Salah satu

keistimewaannya adalah ketika membacanya maka bernilai ibadah.

Namun realita yang terjadi saat ini masih bayak peserta didik yang belum

mampu membaca Al-Qur’an secara benar dan salah satau penyababnya adalah

metode atau media yang digunakan oleh pendidik masih kurang efektif. Oleh karena

itu, kreatifitas seorang pendidik dalam memilih metode dan media pembelajaran

4
Departemen Agama RI, AL-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2013), h. 597.
4

harusalah berinovatif agar supaya peserta didik tidak bosan dalam menerima

pelajaran. Karena tidak menutup kemungkin, minimnya penghafal Qur’an ataupun

banyaknya peserta didik yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan benar

disebabkan karena kurangnya pengajaran berinovatif yang didapatkan di bangku

sekolah. Oleh karena itu, kerampilan dalam membaca Al-Qur’an perlu diberikan

kepada peserta didik sejak dini agar terbentuk kepribadian Qur’ani dalam dirinya

sehingga peserta didik dapat membaca Al-Qur’an dengan baik.

Dalam proses pembelajaran Al-Qur’an, banyak hal yang dapat menjadi

penunjang dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an yang benar, salah

satunya adalah penggunaan media. Media pendidikan merupakan suatu alat/perantara

yang berguna untuk memudahkan proeses pembelajaran dalam rangka

mengefektifkan kumunikasi anatar guru dan peserta didik. Hal ini sangata membantu

guru dalam mengajar dan memudahkan pesertad didik menerima dan memahami

pelajaran. Proses ini membutuhkan guru yang professional dan mampu

menyelaraskan antara media pembelajaran dan metode pembelajaran. 5 Criticos

mengatakan Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai

pembawa dari komunikator menuju komunikasi.6

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pelajaran yang

mempunyai peran penting dalam kegitan belajar-mengajar. Penggunaan media

pembelajaran akan membantu keefektifan proses pembelajaran dalam menyampaikan

pesan dan isi pelajaran. Media pembelajaran juga dapat membantu peserta didik

meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan mendapatkan

5
Fatah Syukur NC, Teknologi Pendidikan (Semarang: Rasail Media Group, 2008), h. 177.
6
Daryanto, MediaPembelajaran (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2016), h. 4.
5

informasi. Pendidik dapat menggunakan media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan

pembelajaran, selainitu juga dapat mempermudah dan mengefektifkan proses

pembelajaran, dan membuat proses pembelajaran lebih menarik.

Secara umum dapat dikatakan bahwa media mempunyai kegunaan, antara

lain:

1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih lansung antara murid dengan

sumber belajar.

4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, auditori dan kinestetiknya.

5. Memberi rangsanagan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

6. Proses pembelajaran mengandung lima komponene komunikasi, guru, bahan

pelajaran, media pembelajaran, siswa, dan tujuan pembelajaran.7

Pembelajaran Al-Qur’an akan lebih efektif apabila didukung dengan

penggunaan media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran dengan

menggunkan media audio visual. Penggunaan media audio visual sebagai alat bantu

dalam proses pembelajaran selaian mampu meningkatkan mutu proses kegiatan

belajar mengajar, juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik

utamanya dalam pelajaran Al-Qur’an.

Implementasi media audio visual pada pembelajaran Al-Qur’an akanl ebih

menarik karena merupakan salah satumedia pembelajaran yang tergolong modern

7
Daryanto, MediaPembelajaran (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2016), h, 5.
6

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu media ini

akan disukai oleh peserta didik karena selain dapat didengar juga dapat dilihat

sehingga akan lebih menarik perhatian peserta didik dalam proses pembalajran.

Membaca Al-Qur’an yang dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah

bacaan yang sebenarnya, merupakan suatu halyang perlu mendapatkan perhatian

yang serius dari kalangan umat Islam. Oleh karena itu peneliti tertarik, melakukan

penelitian tentang efektivitas media pembelajaran audio visual dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an yang benar bagi peserta didik kelas VII di MTs

DDI Kanang.

1.1 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian

sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1.1.1 Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik kelas VII

Madrasah Tsanawiyah DDI Kanang sebelum menggunakan media audio

visual?

1.1.2 Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik kelas VII

Madrasah Tsanawiyah DDI Kanang setelah menggunakan media audio

visual?

1.1.3 Apakah penggunaan media audio visual efektif dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an yang benar bagi peserta didik kelas VII

Madrasah Tsanawiyah DDI Kanang?


7

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1.2.1 Mengetahui kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik kelas VII

Madrasah Tsanawiyah DDI Kanang sebelum menggunakan media audio

visual.

1.2.2 Mengetahui kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik kelas VII

Madrasah Tsanawiyah DDI Kanang setalah menggunakan media audio

visual.

1.2.3 Mengetahui efektif tidaknya penggunaan media audio visual dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an yang benar bagi pesrta didik

kelas VII Madrasah Tsanawiyah DDI Kanang.


8
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Efektivitas

Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin dicapai oleh

suatu lembaga. Efektivitas berasaldari kata dasar efektif yang berarti ada

efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya).8 Jadi efektivitas merupakan suatu

tindakan atau perlakuan yang menimbulkan suatu pengaruh atau kesan.

Istilaah efektif, jika meminjam istilah yang digunakan Reygeluth

dalam pembelajaran mengarah pada terukurnya suatu tujuan dari belajar. 9

Efektivitas merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tindakan atau

perlakuan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas

adalah unsur pokok dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan

dan direncanakan sebelumnya.

2.1.2 Media Pembelajaran

Sesuai dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa setiap

satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan

pendidikan, media pendidikan buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis

pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaan yang teratur dan berkelanjutan.

8
Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
Edisi Ke-4 (Cet. VII; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 352

9
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif
Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik (Cet. VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 173

8
9

Media pelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang

mempunyai peran penting dalam proses pembalajaran10. Tapi pada

kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai

alasan, di antaranya: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar

bagi guru sebagai seorang pendidik, kesulitan untuk mencari model dan jenis

media yang tepat, ketiadaan biaya yang sebagian dikeluhkan, dan yanglain-

lain.

Kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”.11 Association for

Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu

segala bentuk yang diperlukan untuk suatu proses penyaluran informasi.12 Sedangkan

Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat

dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan serta instrument yang

dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi

efektivitas program instructional.13 Jadi, media merupakan alat atau bahan untuk

mangatar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu

meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber

belajar kepenerima pesanbelajar (siswa). Latuheru menyatakan bahwa media

pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar-

10
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2012), h. 134.
11
H. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembalajara (Cet,1 Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 11.
12
H. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembalajara (Cet,1 Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 11.
13
H. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembalajara (Cet,1 Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 11.
10

mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi pendidikan antara guru

dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. 14 Jadi media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat

merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik untuk mendorong

terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

2.1.2.1 Prinsip Pemilihan Media

Menurut Rumampuk (1998:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah:


1. Harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa.
2. Pemilihan media harus secara objektif, bukan semata-mata didasarakan atas
kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan atau hiburan. Pemilihan media
itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas
belajar siswa.
3. Tidak ada satupun media dipakai untuk mencapai semua tujuan. Setiap media
memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk menggunakan media dalam
kegiatan belajar-mengajar hendaknya dipilih secara tepat denga melihat
kelebihan media untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
4. Pemilihan media hendaknya disesuiakan dengan metode mengajar dan materi
pengajaran, mengingat media merupakan bagian yang integral dalamproses
belajar-mengajar.
5. Untuk dapat memilih media dengan tepat, guru hendaknya mengenal ciri-ciri
dan masing-masingmedia.
6. Pemiliha media hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan.15
2.1.2.2 Tujuan Media Pmebalajaran

Secara umum tujuan penggu naan media pembelajarn adalah :

2.1.2.2.1 Agar proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung dapat

berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna.

2.1.2.2.2 Untuk mempermudah bagi guru/pendidik dalam menyampaikan

informasi materi kepada peserta didik.

14
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar, h. 137.
15
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2012), h. 139.
11

2.1.2.2.3 Untuk mempermudah bagi peserta didik dalam menyerap atau

menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh

guru/pendidik.

2.1.2.2.4 Untuk dapat mendorong keinginan peserta didik untuk mengetahui

lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang

disampaikan oleh guru/pendidik.

2.1.2.2.5 Untuk menghindarkan slah pengertian atau salah paham antara

peserta didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau

pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik.16

2.1.2.3 Fungsi Media Pembalajaran

Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalm kegiatan belajar

mangajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada

siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah

konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah

dipahami. Dengan demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap

dan retensi anak terhadap materi pelajaran.17

Pada saat ini media pengajaran mem-punyai fungsi:

2.1.2.3.1 Membantu memudahkan belajar bagi siswa/ mahasiswa dan

membantu memudahkan mengajar bagi guru/pendidik.

2.1.2.3.2 Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi

konkrit).

16
Nunuk Suryani & Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar, h. 149
17
H. Asnawir & M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran,(Cet: 1, Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 20-21.
12

2.1.2.3.3 Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak

membosankan).

2.1.2.3.4 Semua indra murid dapat diaktifkan. Kelemahan suatu indra dapat

diimbangi oleh kekuatan indra lainnya.

2.1.2.3.5 Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.

2.1.2.3.6 Dapat membangkitkan dunia teori dan realitanya.18

Hamalik (1994) mengemukakan bahwa penggunaan media pembelajaran

dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru

siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan

membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Dengan demikian, secara

umum media pembelajaran berfungsi sebagai:

1. Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif.

2. Bagian integral dari keseluruhan situasi belajar-mengajar.

3. Meltakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat

mengurangi pemahaman-pemahaman yang bersifat verbalisme.

4. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.

5. Mempertinggi mutu belajar-mengajar.19

2.1.3 Media Audio Visual

Proses pembelajaran yang optimal bagi peserta didik membutuhkan media

pembelajaran yang dapat dimamfaatkan oleh guru untuk menyampaikan materi

pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran ini harus di upayakan seoptimal

mungkin, agar supaya peserta didik mampu memahami materi pelajaran dengan baik.

Namun hal ini dilandasi pemahaman bahwa kemampuan guru untuk menyampaikan

18

19
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar, h. 146
13

materi pembelajran secara optimal mempunyai keterbatasan tertentu, terutama yang

berkaitan dengan pemahaman materi pembelajaran yang disampaikan dalam bentuk

verbal.20

Pada awal pemebelajaran media diharapkan mampu memberikan sesuatu yang

dapat menarik perhatian semua peserta didik. Hal ini diikuti dengan jalinan logis

keseluruhan program yang dapat membangun rasa berkelanjutan sambung-

menyambung dan kemudian menuntun kepada kesimpulan atau rangkuman.21

Media audio merupakan hal yang berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan

yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif, baik verbal

(ke dalamkata-kata/bahasa lisan) maupun nonverbal. Ada bebebrapa jenis media yang

dikelompokkan dalam media audio, antara lain radio, alat perkampita mengetik,

piring hitam dan laboratorium bahasa.22

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gerak, sehingga untuk menikmatinya diperlukan indera pendengaran dan penglihatan.

Media audio visual merupakan perpaduan dari media audio dan media visual

atau biasa disebut media pandangdan dengar. Dengan menggunakan media audio

visual, penyajian materi pembelajaran bagi peserta didik akan semakin lengkap dan

optimal.

20
Donni Juni Priansa, Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran (Cet 1; Bandung: CV
Pustaka Setia, 2017), h.129.
21
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 94
22
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, h.20-21
14

2.1.3.1 Prinsip-Prinsip Penggunaan Audio Visual

audio visual digunakan dalam rangkan melakukan komunikasi interaksi yang

edukatif untuk mencapai tujuan intruksionan. untuk itu diperlukan adanya prinsip-

prinsip dalam penggunaannya. Prinsip-prinsip yang dimaksud antara lain:

1. Media digunkan dan diarahkan untuk mempermudah peserta didik belajar dalam

upaya memahami materi pelajaran.

2. Media yang akan digunakan pendidik harus sesuai dan diarahakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

3. Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. setiap materi

pelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan. media yang akan digunakan harus

sesuai dengan kompleksitas materi pelajaran.

4. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi peserta

didik. Pesrta didik yang memiliki kemampuan mendengar yang kurang baik, akan

sulit memahami pelajaran manakala digunaakan media yang bersifat auditif.

Demikian pula sebaliknya, pesrta didik yang memiliki kemampuan penglihatan

yang kurang, akan sulit menangkap bahan pembelajaran yang disajikan melalui

media visual.

5. Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektifitas dan efisiensi.

6. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan pendidik dalam

mengoperasikannya.23

23
Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2014), Cet. 2, h. 57-58
15

2.1.3.2 Jenis Audio Visual

Audio visual terbagi atas tiga jenis, yaitu film bersuara, televise, dan video.

Ketiga jenis audio visual ini, selaian mempunyai kelebihan tentunya juga memiliki

kelemahan.

2.1.3.2.1 Film bersuara

Film merupakan sebuah media yang memilki kemampuan besar dalam

membantu proses belajar-mengajar. Film yang baik adalah film yang dapat memenuhi

kebutuhan siswa yang berhubungan dengan apa yang dipelajari.24

2.1.3.2.1.1 kelebihan film

1. Menarik perhatian

2. Dapat menunjukkan langkah atau tahapan yang diperlukan untuk melakukan tugas

tertentu.

3. Dapat menayangkan peristiwa atau kisah yang diperlukan.

4. Dapat dipercepatdan diperlambat untuk menganalisis tindakan atau pertumbuhan

tertentu.

5. Dapat diperbesar agar dapat dilihat dangan mudah.

6. Dapat diperpendek dan diperpanjang waktunya.

7. Dapat memotret kenyataan.

8. Dapat menimbulkan emosi.

9. Dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan secara jelas dan cermat.

2.1.3.2.1.2 Kelamahan Film

1. Mahal.

2. Jika digunakan kurangtepat akan berdampak kurang baik.

24
Ega Rima Wati, Ragam Media Pe,belajaran, (Yogyakarta: Kata Pena, 2016), h. 47
16

3. Kurang efektif untuk memberikan pengjaran yang sesungguhnya.

4. Baru bermamfaat jika digunakan sebagai pelengkap dari metode pengajaran yang

lain.25

2.1.3.2.2 Televisi

Televisi merpakan salah satu media yang menyampaikan pesan-pesan

pembelajaran secara audio visual. Televise adalah media yang sudah berkembang dan

banyak diminati oleh mesyarakat luas.26

Menurut Effendy, seperti halnya media massa yang lain televisi memiliki tiga

fungsi pokok yaitu:

2.1.3.2.2.1 Fungsi Penerangan (The Information Function)

Televisi mendapat perhatian yang besar di kalangan masyarakat karena

dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan.

Hal ini didukung oleh dua faktor, yaitu:

a. Immediacy (kesegaran)

Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkas oleh stasiun

televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsanya pada saat peristiwa itu

berlangsung.

b. Realism (kenyataan)

Ini berarti televisi menyiarkan informasi secara audio dan visual melalui

perantara mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan.

25
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi (Cet III; PT Bumi
Aksara, 2009), h. 176-177
26
Ega Rima Wati, Ragam Media Pe,belajaran, (Yogyakarta: Kata Pena, 2016), h. 49
17

2.1.3.2.2.2 Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk

menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara

simultan dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran

masyarakat.

2.1.3.2.2.3 Fungsi Hiburan (The Entertanment Function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang

melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnya. Fungsi hiburan

ini sangat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusia untuk mengisi

waktu mereka dari aktivitas di luar rumah.27

Televisi menayangkan berbagai macam program diantaranya berupa acara

hiburan. Kebanyakan dari masyarakat yang menonton televisi tujuannnya hanya

untuk menghibur sehingga fungsi dari yang menonjol dari televisi adalah sebagai

hiburan.

2.1.3.2.3 Video

Video merupakan salah satu media audio visual yang menampilkan gerak.

Semakain lama, media ini semkain popular dalam masyarakat. Pesan yang disajikan

bisa bersifat fakta maupun fiktif, bisa juga bersifat informatif, edukatif dan

intruksional.28

2.1.3.2.3.1 Kelebihan Video

1. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peseta didik ketika

mereka membaca, berdiskusi dan berpraktik.

27
Rusman dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
Mengembangkan Profesionalitas Geru (Cet. IV; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), h. 185-186
28
Ega Rima Wati, Ragam Media Pe,belajaran, (Yogyakarta: Kata Pena, 2016), h. 48
18

2. Video dapat menggambarkan sesuatu proses secara tepat yang dapat disajikan

secara berulang-ulang jika dipandang perlu.

3. Video dapat mendorong dan meningkatkan motivasi, menanamkan sikap dan segi-

segi efektifnya.

4. Mengembangkan pikiran dan pendapat peserta didik.

5. Mengembangkan imajinasi.

6. Menjelaskan hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih realitas.

7. Mampu berperan sebagai pendongeng yang dapat memancing kreativitas pesrta

didik dalam mengekspresikan gagasannya.

8. Mampu berperan sebagai media utama untuk mendokumentasikan realitas social

yang akan dibedah di dalam kelas.

2.1.3.2.3.2 Kelemahan Video

1. Sebagaimana media audio visual yang lain, video juga terlalu menekankan

pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut.

2. Pemamfaatan media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah.

3. Penayangannya juga terkait peralatan lainnya seperti videoplayer, layar bagi kelas

besar beserta LCD.29

2.1.4 Pengertian Membaca AL-Qur’an

Membaca merupakan usaha penalaran dan pemahaman pesan objek, baik

dalam bentuk tertulis maupun lisan. Membaca merupakan hal yang terpenting bagi

manusia, mengenal huruf demi huruf akan memudahkan manusia untuk pandai dalam

membaca. Dalam kamus bahasa Arab Indonesia terdapatbeberapamakna dari

membaca yaitu melihat sertamemahamiisi dariapa yangtertulis, membaca juga berarti

29
Ega Rima Wati, Ragam Media Pe,belajaran, (Yogyakarta: Kata Pena, 2016), h. 48
19

mengeja atau melafalakan apa yang tertulis, selainitu membaca juga dapat diartikan

mengucapkan.

Menurut Albert J. Haris dalam bukunya How To Increase Reading Ability

mengemukakan bahwa:
Reading is a comple process in which the recognition and comprehension of
written symbols are influenced by reader’s perceptual skills, decoding skills,
experiences, language backgrounds, mind sets, and reasoning abilities as they
anticipate meaning on the basis of what has been read.

Terjemahan kalimat diatas adalah Membaca adalah proses yang sangat

penting, dimana terdapat pengenalan dan pemahaman tentang simbol-simbol yang

ada pada tulisan yang mempengaruhi kemampuan persepsi atau pandangan para

pembaca, kemampuan untuk memecahkan pengalaman, latar belakang bahasa, cara

pandang, dan kemampuan nalar sesuai dengan makna awal yang telah dibaca.

Al-Qur’an menurut bahasa, kata Al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata

qara’a yang artinya “membaca”. Sedangkan menurut istilah adalah firman Allah

yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang

termaktub dalam mushaf-mushaf (lembaran-lembaran yang berjilid) yang disalin

dengan jalan mutawatir yang membacanya adalah ibadah.30

Menurut Syaikh Al-Abubakar Jazairi berkata: Al-Qur’an adalah “dzikir yang

paling utama karena ia adalah firman Allah swt dan ia adalah doa dan zikir termulia

yang hanya diberikan melalui lisan para utusanAllah.31

Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap

muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia

denga Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, serta

30
Abd. Wadud, Al-Qur’an Hadits (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2005), h. 3
31
Samsul Munir Amin dan Haryanto, Etika Berikir: Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
(Cet.I; Jakarta: Sinar Grafika Offset,2011),h.45.
20

manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna

(khaffah), diperlukan pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan

konsisten.32

Menurut M. Quraish Shihab, Al-Qur’an secara harfiyah berarti bacaan

sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada

satu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang

dapat menandingi Al-Qur’an, bacaan sempurna lagi mulia.33

2.1.4.1 Adab-adab dalam membacaAl-Qur’an

Segala perbuatan yang dilakukan manusia memerlukana etika dan adab untuk

melakukannya, apalagi dalam membaca Al-Qur’an. Sebagaimana yang diketahui

bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

saw sebagai petunujuk bagi orang yang bertaqwa dan membacanya adalah suatu

ibadah. Oleh karena itu, ada bebrapa adab yang disunnahkan dalam membaca Al-

Qur’an, diantaranya:34

2.1.4.1.1 Disunnahkan berwudhu sebelum membaca Al-Qu’an.

2.1.4.1.2 Disunnahkan ketika membaca Al-Qur’an ditempat yang suci.

2.1.4.1.3 Disunnakan ketika membaca Al-Qur’an, duduk sambil menghadap kiblat,

dengan khusyuk, tenang dan tertib sambil menundukkan kepala.

32
Said Agil Husain Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Cet. 3;
Jakarta: Ciputat Press, 2003), h.3.
33
H. Anshori, Ulumul Qur’anKaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan (Cet. 2; Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 17.
34
Muhammad ibn ‘Alawi Al-Maliki, SamudraIlmu-Ilmu Al-Qur’an ( Cet. 1; Bandung:
ArasyMizan, 2003), h. 61.
21

2.1.4.1.4 Disunnahkan membersihkan gigi sebelum membaca Al-Qur’an sebagai

bentuk penghormatan dan penyucian terhadapnya.

2.1.4.1.5 Disunnahkan membaca isti’adzah sebelum membaca Al-Qur’an.

2.1.4.1.6 Siapa pun yang hendak membaca Al-Qur’an sebaiknya membiasakan untuk

membaca basmalah disetiap awal surah kecuali surahAt-Taubah.

2.1.4.1.7 Disunnahkan membaca Al-Qur’an secara tartil (pelan dan jelas sesuai

kaidah ilmu Tajwid).

2.1.4.2 Keutamaan membaca Al-Qur’an

Seorang ulama besar, Ibnu Shalah, penulis kitab al-Muqaddimah karya

terbesar dibidang ilmu hadits, mengatakan “Membaca Al-Qur’an merupakan satu

kemulian yang diberikan Allah awt. kepada umat manusia. Sesungguhnya para

malikat tidak diberikan kemulian itu. Mereka amat merindukan diberikan kemualian

tersebut agar dapat mendengarkannya.

Karena keutamaan membaca Al-Qur’an, Rasulullah saw. memberikan

apresiasi, motivasi, dan sugseti untuk giat membacanya. Berikut nilai keuntungan

yang akan didapatkan dengan kegiatan membaca Al-Qur’an:

2.1.4.2.1 Pertama, nilai pahala. Kegiatan membaca Al-Qur’an persatu hurufnya

dinilai satu kebaikan dan satu kebaikan ini dapat dilipatgandakan hingga

sepuluh kebaikan.

2.1.4.2.2 Kedua, obat (terapi) jiwayang gundah. Membaca Al-Qur’an bukan saja

amalibadah, namunjuga bias menjadiobat danpenawarjiwa gelisah,

pikirankusut, nuranitidak tentram dan sebagainya.


22

2.1.4.2.3 Ketiga, memberika Syafaat. Di saat umat manusia diliputi kegelisahan

pada hari kiamat, Al-Qur’an bisa hadir memberikan pertolongan bagi

orang-orang yang senantiasa membacanya di dunia.

2.1.4.2.4 Keempat, menjadi nur di dunia sekaligus menjadi simpanan di akhirat

dengan membaca Al-Qur’an, maka seorang muslim akan ceria dan

berseri-seri.

2.1.4.2.5 Kelima, malaikat memberikan rahmat dan ketenangan. Jika Al-Qur’an

atau kalimat yang diucapkan (diamalkan) seorang pendidik tanpa melihat

huruf atau kalimat yang diucapkan guru tersebut.35

2.1.4.3 Kemampuan membaca Al-Qur’an

Kemampuan merupakan kesanggupan, kecakapan atau potensi seseorang

untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam

suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

Hal inilah yang memberi dorongan kepada orang-orang islam untuk memiliki

kemampuan membaca Al-Qur’an dengan jalan mempelajarinya. Usaha-usaha yang

dilakukan seseorang meyebabkan kemampuan membaca yang dimiliki berbeda dari

kemampuan orang lain.

Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah masalah pokok dalam Agama Islam,

dikatakan dalam pokok karena Al-Qur’an kitab suci yang merupakan pedoman umat

Islam, maka wajiblah mendidik anak dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan

benar.

35
Maidi Harun dan Munawiroh, Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa SMA ( Cet 1;
Jakarta:Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Depertemen Agama RI, 2007), h. 12-
13.
23

Hal ini dimaksudkan untuk membentuk kepribadian qur’ani pada diri anak,

sehingga anak bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. orang yang membaca

Al-Qur’an tanpa didasari dengan pengetahuan Ilmu Tajwid, maka dengan sendirinya

merasakan perbedaan ketikan mendengarakan orang yang mampu membaca Al-

Qur’an dengan fasih.

Ilmu Tajwid sebagai salah satu disiplin ilmu yang mempunyai kaidah-kaidah

tertentu yang harus di pedomani dalam mengucapkan huruf-huruf dari mahraj-nya,

disamping harus pula diperhatikan hubungan setian huruf dengan yang sebelum dan

sesudahnya dalam cara pengucapannya, oleh karena itu, tajwid tidak dapat diperoleh

hanya sekedar dipelajari namun juga harus melalui latihan, praktek dan menirukan

orang yank baik bacaannya.

2.1.4.3.1 Defenisi Ilmu Tajwid

Tajwid secara bahasa berasal dari kata Jawwada-Yujawwidu-Tajwidan yang

artinya membaguskan atau membuat bagus. Sedangkan menurut istilah adalah ilmu

yang memberikan hak-hak huruf maupun hukum-hukum huruf.36

2.1.4.3.2 Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Hukum mempelajari Ilmu Tajwid adalah fardu kifayah, artinya kewajiban

yang boleh diwakili oleh sebagian orang Isalam. Sedangkan mempratekkan ilmu

tajwid ketika membaca Al-Qur’an hukunnya adalah fardhu’ain, yaitu wajib bagi

setian orang Islam.37

36
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam presfektif Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakrya,2000), h. 82.
37
Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid: Qaidah Bagaimana seharusnya Membaca Al-Qur’an
Untuk Pelajaran Permulaan, (Surabaya: Apollo, 1987), h. 7
24

dalam mempelajari Ilmu Tajwid tentu ada dasar hukum yang menjadi sebuah

pengangan. adapun dasar hukum yang mewajibkannya mempelajari Ilmu Tajwid

adalah yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Q.S Al-Muzzammil/83:4

      


Terjemahannya:

“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-

lahan (terang huruf-hurufnya).38

2.1.4.3.3 Tujuan Memepelajari Ilmu Tajwid

Mempelajari ilmu tajwid bertujuan agar dapt memelihara lidah dari kesalahan

menyebut ayat-ayat Al-Qur’an ketika membacanya serta menjaga lidah dalm setiap

huruf dari makhrajnya dan memenuhi hak-hak dari setiap huruf.

Sebagai disiplin ilmu, Ilmu tajwid mempunyai tujuan tersediri yang mengacu pada

pengertian tajwid di atas. Adapun tujuan yang dimaksud adalah:

1. Agar dapat membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai yang diajarkan oleh

Nabi Muhammad saw.

2. Agar dapat memelihara kemurnian bacaan Al-Qur’an melalui tata cara

membaca Al-Qur’an yang benar sehingga keberadaan bacaan Al-qur’an yang

benar dapat terjaga di lisan orang-orang Isalam.

3. Agardapat memelihara lisan daei kesalahan ketika membaca ayat-ayat Al-

Qur’an.

38
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Mekar Surabaya, 2002),
h. 846
25

2.2 Tijauan Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelusuran skripsi yang ditemukan, ada beberapa skripsi

yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:

Pertama, Nurvadillah Bachtiar program studi pendidikan agama Islam tahun

2015 dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an peserta didik kelas VIII2 SMP Negri

7”. Perbedaan dari skripsi ini Nurvadillah Bachtiar meneliti Upaya Guru PAI dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik. Persamaannya adalah

sama-sama meneliti tentang cara meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.

Kedua, Kurniah program studi pendidikan agama Islam tahun 2016 dalam

skripsinya yang membahas tentang “Penggunaan Media Audio Visual dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Peserta Didik Kelas VIII Mts

DDI Lilbanat Parepare”. Penelitian yang dilakukan Kurniah tersebut dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan media audio visual.

Berdasarkan judul yang tertulis di atas dapat disimpulkan bahwa sama-sama

memiliki kaitan dengan penelitian ini yaitu pada variabel pertamanya berupa

penggunaan media audio visual namun berbeda dalam variabel kedua yang dalam

penelitian ini ingin meningkatkan kemampuuan membaca Al-Qur’an yang benar

peserta didik kelas VII Madrasah Tsanawiyah DDI Kanang.

2.3 Kerangka Pikir

Sesuai dengan judul skripsi yang dibahas oleh peneliti tentang efektivitas

penggunaan media audio visual dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur’an yang Benar pada pesrta didik kelas VII MTs DDI Kanang, pendidik
26

berpatokan pada kurikulum yang berlaku dengan menyesuaikan kondisi dan situasi

peserta didik.

Agar memudahkan dalam meneliti, peneliti membuat skema kerangka pikir

sebagai berikut:

MTs DDI KANANG

Pembelajaran Al-
Qur’an

Pendidik Media audio Peserta didik


visual

Efektif Tidak efektif

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi kebenarannya. Secara

teknik, hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji

kebenarannya melalui data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik,
27

hipotesis merupakan pernyataan keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik

sampel.39

Hipotesis dalam bahasa Prancis disebut hypothese yang berasal dari bahasa

Yunani, hupothesis yang berarti sebelum dalil, sebelum hukum, prapendapat,

prakesimpulan, pratesis, suposisi, atau jawaban sementara atas suatu masalah.40

Hipotesis merupakan jawaban sementara karena masih bersifat sementara, belum

berdasarkan bukti-bukti yang empiris dari teknik pengumpulan data.

Dengan demikian yang dimaksud hipotesis adalah suatu jawaban sementara

terhadap masalah-masalah yang diteliti dimana kebenarannya masih diuji. Adapun

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

2.4.1 Kemampuan membaca Al-Qur’an yang benar peserta didik kelas VII Madrsah

Tsanawiyah DDI Kanang sebelum menggunakan media audio visual berada di

bawah nilai 70 dari yang diharapkan

2.4.2 Kemampuan membaca Al-Qur’an yang benar peserta didik kelas VII Madrsah

Tsanawiyah DDI Kanang setelah menggunakan media audio visual berada di

nilai ≥70 dari yang diharapkan

2.4.3 Penggunaan media audio visual, efektif dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an yang benar peserta didik kelas VII Madrasah

Tsanawiyah DDI Kanang.

Hipotesis di atas, penulis memiliki dugaan sementara bahwa efektivitas media

audio visual dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an yang benar

peserta didik kelas VII Madrasah Tsanawiyah DDI Kanang kabupaten Polewali
39
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan(Cet. IV; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h.
68
40
Komaruddin dan Yooke Tjuparman s. Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah(Cet.
VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 81
28

Mandar. Untuk itu peneliti berpendapat bahwa media audio visual dapat

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an yang benar peserta didik kelas VII

Madrasah Tsanawiyah DDI Kanang. adapun untuk kebenarannya, maka akan

dibuktikan melalui hasil penelitian yang dilaksanakan di sekolah tersebut.

2.5 Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahan pemahaman serat kekeliruan pembaca sekaligus

untuk memudahkan pemahaman terhadap makna yang terkandung dalam topik

penelitian ini, maka penulis perlu memafarkan definisi operasional yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

2.5.1 Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gerak,

sehingga untuk menikmatinya diperlukan indera pendengaran dan penglihatan.

Media audio visual merupakan perpaduan dari media audio dan media visual

atau biasa disebut media pandang dan dengar. Dengan menggunakan media audio

visual, penyajian materi pembelajaran bagi peserta didik akan semakin lengkap dan

optimal. Media Audio Visual dalam penelitian ini adalah video yang mencakup

tentang materi pelajaran yang ingin disampaikan.

2.5.2 Kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik merupakan kemapuan membaca

Al-Qur’an dengan benar yang sesuai dengan Makharijul huruf dan hukum ilmu

tajwid. Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah masalah pokok dalam Agama Islam,

dikatakan dalam pokok karena Al-Qur’an kitab suci yang merupakan pedoman umat

Islam, maka wajiblah mendidik anak dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan

benar.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, maka peneliti akan

menggunakan penelitian kuantitatif. Adapaun jenis penelitian yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen.

Bentuk desain penelitiannya adalah penelitian dengan pendekatan percobaan

atau eksperimental (Experimental Research) atau penelitian eksperimental sungguhan

(True Experimental Research), dalam desain penelitian penelitianPre-Experimental

Designs dalam bentuk One-Goup Pretest-posttest Designs yakni membandingkan

dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari penelitian yang ada. Ini

disebabkan karena dalam metode ini peneliti melakukan penelitian dengan tiga

persyaratan yang harus dipenuhi. Tiga persyaratan tersebut, yaitu kegiatan

mengontrol, memanipulasi, dan mengobservasi. Pada penelitian eksperiman terdapat

pengujian hipotesis untuk menentukan kondisi setelah dilakukannya manipulasi,

misalnya berupa suatu perlakuan.41

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah pengukuran data dengan

menggunakan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah yang berasal dari sampel

orang-orang atau penduduk yang diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan

41
Syamsuddun dan Vismaia S.Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Cet. VI;
Bandung: Raja Rosdakarya, 2015), h. 22

29
30

tentang objek penelitian untuk menentukan frekuensi dan presentasi

tanggapan mereka.

Tabel 3.1: desain pre-test dan post-tes

O1 X O2

Keterangan: O1 = Pretest (sebelum diberikan perlakuan/tretment)


X = Perlakuan (Tretment)
O2 = Posttest (setelah perlakuan/tretment)42

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian ada tiga unsur penting yang peneliti

pertimbangkan, yaitu: tempat, pelaku dan kegiata. Adapun lokasi penelitian yang

dipilih adalah di Madrasah Tsanawiyah DDI Kanang kabupaten Polewali Mandar.

Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa madrasah tersebut

memberikan perhatian terhadap pembelajaran AL-Qur’an. Adapun waktu penelitian

ini rencananya akan dilaksanakan kurang lebih 2 bulan lamanya.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu dan waktu

yang ditentukan, serta keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-

benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa

sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.43
42
Jakni, Metode Penelitian Eksperimen BidangPendidikan (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2016),
h. 70
43
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Cet IV; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h.
118

30
31

Berdasarkan penelitian di atas maka peneliti mengambil kesipulan bahwa

populasi merupakan kumpulan dari beberapa objek yang diteliti. Adapaun jumalah

populasi dalam penelitian ini yaitu peserta didik di Madrasah Tsanawiyah DDI

Kanang kelas VII.

Tabel 3.1: Jumlah Peserta Didik Kelas VII Madrasah Tsanawiyah DDI Kanang

Peserta Didik Jumlah Peserta


No Kelas
Laki-laki Perempuan Didik
1 VII1 16 16 32
2 VII2 13 14 27
3 VII3 15 18 33
4 VII4 13 15 28
5 VII5 15 14 29
6 VII6 18 13 31
7 VII7 14 14 28
Jumlah 208
3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh

populasi tersebut. Apabila populasinya besar, maka calon penepiti tidak akan

mempelajari semua populasi, misalanya karena keterbatasa dana, tenaga dan waktu,

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.44 Setelah

penulis melakukan survei awal pada lokasi penelitian maka penulis dapat menentukan

dan memutuskan bahwa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah peserta

didik kelas VII.1.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini penarikan sampel dari

peserta didik kelas VII.1 dengan menggunakan teknik sampel purposive, dimana yang

44
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian (Cat. IV; Bandung: CV. Alvabeta, 2002), h. 56.

31
32

dimaksud purposive sampling adalah “tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu.45

Tabel 3.3: jumlah sampel


Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah
LK PR
1 VII1 16 16 32
Jumlah Keseluruhan 32

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Setiap penelitian yang dilakukan tentu akan menggunakan beberapa teknik

dan instrument penelitian, yang diharapkan Teknik dan instrument satu sama lain

saling menguatkan agar data yang diperoleh dari lapangan benar-benar valid dan

otentik.

Intrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agara pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. 46Dalam

setiap penelitian, terdapat beberapa instrument penelitina yang sering digunakan

untuk memperoleh data yang ada di lapangan. Adapun tehnik dan instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.4.1 Tes

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki individu atau kelompok dengan menggunakan media audio visual

45
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Cet, IV; Bandung: CV Alfabeta, 2002), h. 68
46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. Kesebelas, Edisi
Revisi IV; (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), h. 151

32
33

dalam menentukan efektif tidaknya penggunaan media tersebutl dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an yang benar bagi peserta didik.

3.4.2 Pre Tes

Dengan melihat hasil belajar peserta didik apakah dapat meningka atau tidak

maka diperlukn sebuah pengujian pre-tes. Jadi yang dimaksud dengn pre-tes adalah

suatu tes awal yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam

membaca AL-Qur’an yang benar .

3.4.3 Treatment

3.4.3.1 Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama peneliti memulai dengan melakukan perkenalan

kemudian dilanjutkan untuk memberikan gambaran umum terkait dengan mata

pelajaran yang akan diajarkan dan memberikan pre-tes sebagai pengetahuan awal

peserat didik pada pelajaran Al-Qur’an Hadits. Kemudian peneliti mulai mengajarkan

materi pelajaran hukum bacaan nun mati atau tanwin dua baris yang akan diajarakan

kepada peserta didik dengan menggunakan media audio visual.

3.4.3.2 Pertemuan Kedua

Pada pertemuan yang kedua peneliti terlebih dahulu melakukan review

terhadap materi yang telah diajarkan pada pertemuan pertama, selanjutnya peneliti

melanjutkan pembelajaran dengan materi tentang hukum bacaan mim mati yang akan

diajarakan kepada peserta didik dengan menggunakan media audio visual.

3.4.3.3 Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga peneliti kembali melakukan review terlebih dahulu

terkait pelajaran yang diteima pada pertemuan kedua, kemudian melanjutkan materi

33
34

yang akan diajarkan kepada peserta didik tentang hukum bacaan mad dengan

menggunakan media audio visual.

3.4.3.4 Pertemuan keempat

Pada pertemuan ini penelitia akan melakuakan evaluasi terhadap pelajaran

yang diterima oleh pesrta didik selama proses pembelajaran berlangsung untuk

mengetahui tingkat pengetahuan peserta didik dengan melakukan pos-tes.

3.4.4 Pos Tes

Pos-tes adalah suatu tes akhir yang diberikan kepada peserta didik untuk

mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik setelah diberikan perlakuan.

3.4.5 Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam hal ini observasi sangat

diperlukan untuk mengtasi keterbatasan tindakan yang diambil peneliti yang

disebabkan oleh adanya keterbatasan dalam menghadapi masalah yang ada di

lapangan. Tekhnik observasi ini merupakan suatu tekhnik atau cara mengumpulkan

data atau menganalisis data dengan jalan mengadakan pengamatan atau pencatatan

secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati secara

langsung keadaan lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas

tentang permasalahan yang diteliti. Dalam teknik ini peneliti secara langsung terjun

ke lapangan untuk mengamati seputar letak dan identitas sekolah tempat peneliti

meneliti.

3.4.6 Dokumentasi

34
35

Dokumentasi merupakan tekhnik pengumpulan data dengan menghimpun

gambar atau pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen yang

dilakukan oleh peneliti.47

3.5 Teknik Analisis Data

Analisi data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

pola, kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 48 Teknik analisis data

yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis yang bersifat kuantitatif, dimana

peneliti akan menganalisis data-data yang terkumpul, mengolah data, dan mengambil

kesimpulan dari data-data tersebut serta menggambrkan atau melaporkan apa yang

terjadi dilokasi penelitian. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan analisis

kuantitatif.

Selanjutnya peneliti menentukan tingkat penguasaan peserta didik pada hasil

tes yang diperoleh sebagai berikut:

Tingkat penguasaan yang dapat dicapai adalah:

90 – 100% = Baik sekali

80 – 89% = Baik

70 – 79% = Cukup

< 69% = Kurang49

47
Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial (Cet. IV; Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2006), h. 73
48
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kuakitatif, dan R&D),
(Cet; 15, Bandung: Alfabeta, 2012), h. 138
49
Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),
h. 59

35
36

analisis data dilakukan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

jumlah belajar siswa


Hasil = x 100
jumlah soal

Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


F
P=
N
¿ 100 % ¿
¿
Keterangan :

P : Presentase

F : Frekuensi yang diperoleh setiap individu

N: Jumlah objek yang di teliti50

Selanjutnya penulis mencari nilai rata-rata peserta didik yang telah didapatkan

dengan menggunakan rumus:

∑X
X=
n

Keterangan :

X : Nilai rata-rata

∑ X : Jumlah tiap data

n : Jumlah peserta didik51

50
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Cet. X; Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), h. 40-41
51
Sutrisno Hadi, Statistik (Cet. III; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 46

36
37

Setelah mencari nilai rata-rata peserta didik selanjutnya penulis mencari nilai

standar deviasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


2
( X)
∑ X 2− N
SD=
N−1

Keterangan :

X = Nilai rata-rata

N = Jumlah Pengamatan

SD= Standar Devisiasi52

Setelah mencari nilai standar deviasi maka selanjutnya peneliti melakukan uji

hipotesis untuk mengetahui efektivitas media audio visual dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an yang benar bagi peserta didik kelas VII MT DDI

Kanang, maka perlu diuji secara statistik dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:
D
t=
√ D −¿ ¿ ¿ ¿¿ ¿
2

Keterangan:

D = Devisiasi∑ ¿Jumlah Nilai

N = Jumlah Peserta Didik

T = Terhitung53

52
Nana Sudjan, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Rosdakarya, 2009),
h. 109
53
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pnelitian (Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 445.

37
38

Kerangka Isi Tulisan (OutLine)

Sampul

Lembar Pengesahan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

38
39

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Kegunaan Penelitian

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Efektivitas

2.1.2 Media Pembalajaran

2.1.3 Media Audio Visual

2.1.4 Pengertian Membaca Al-Qur’an

2.2 Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan

2.3 Kerangka Pikir/Konsepsional

2.4 Hipotesis

2.5 Defenisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

3.2 Lokasi danWaktu Penelitian

3.3 Populasi dan Sampel

3.4 Tekhnik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5 Tehnik Analisis Data

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis Data (jika diperlukan)

4.3 Pengujian Hipotesis

4.3 Pembahasan

39
40

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

40
DAFTAR PUSTAKA

Anshori. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT Grfindo Persada

Arikunto, Suharsimi .1995. Manajemen Pnelitian. Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, Azhar. 2009 Media Pembelajaran. Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada

Al Munawar, Said Agil Husain.2003. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan


Hakiki. Cet. 3; Jakarta: Ciputat Press

Al-Maliki, Muhammad ibn ‘Alawi. 2003. SamudraIlmu-Ilmu Al-Qur’an.Cet. 1;


Bandung: ArasyMizan

Amin, Samsul Munir dan Haryanto. 2011. Etika Berikir: Berdasarkan Al-Qur’an
dan Sunnah. Cet.I; Jakarta: Sinar Grafika Offset

Anshori. 2004. Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan. Cet. 2;


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cet.


Kesebelas, Edisi Revisi IV; Jakarta: PT Rineka Cipta

Asnawir dan Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran. Cet. I; Jakarta: Cipta
Pers

Asy’ari, Abdullah. 1987 Pelajaran Tajwid: Qaidah Bagaimana seharusnya Membaca


Al-Qur’an Untuk Pelajaran Permulaan. Surabaya: Apollo

Daryanto. 2016. MediaPembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Gava Media

Depertemen Agama RI. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Mekar


Surabaya

Departemen Agama RI. 2006. Undang-undang dan Peraturan Pemerintahan RI


Tentang Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Ditjen Pendidikan Islam

Departemen Agama RI. 2013. AL-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV


Penerbit Diponegoro

Departemen Pendidkan dan Kebudayaan. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia


Pusat Bahasa, Edisi Ke-4. Cet. VII; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Fattah, Nanang Fattah. 2013. Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Hadi, Sutrisno. 2016. Statistik. Cet. III; Yogyakarta: Pustaka Pelajar

41
42

Harun, Maidi dan Munawiroh.2007. Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa SMA.
Cet 1; Jakarta:Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Depertemen Agama RI

Jakni. 2016. Metode Penelitian Eksperimen BidangPendidikan. Cet. I; Bandung:


Alfabeta

Juni, Priansa Donni. 2017. Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran. Cet 1;
Bandung: CV Pustaka Setia

Komaruddin, Yooke Tjuparman s dan Komaruddin. 2016. Kamus Istilah Karya Tulis
Ilmiah Cet. VI; Jakarta: Bumi Aksara

Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Cet. IV; Jakarta: PT Rineka


Cipta

Mudyaharto, Redja. 2002. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2014. Media Komunikasi Pembelajaran. Cet. 2; Jakarta: Kencana


Prenadamedia Group

Sudjan, Nana. 2009. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Rosdakarya

Sudjono, Anas. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan. Cet. XXIV; Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Cat. IV; Bandung: CV. Alvabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kuakitatif,


dan R&D). Cet; 15, Bandung: Alfabeta

Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Penerbit Ombak

Syamsuddin dan Vismaia S.Damaianti. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.


Cet. VI; Bandung: Raja Rosdakarya

Syukur, Fatah NC. 2008. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail Media Group

Tafsir, Ahmad 2000. Ilmu Pendidikan dalam presfektif Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakrya

Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohammad. 2105. Belajar dengan Pendekatan


Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Cet. VI;
Jakarta: Bumi Aksara

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2006. Metode Penelitian Sosial. Cet.
IV; Jakarta: PT Bumi Aksara
43

Wadud, Abd. 2005. Al-Qur’an Hadits. Semarang: PT Karya Toha Putra

Anda mungkin juga menyukai