Anda di halaman 1dari 14

KEPUTUSAN BERBISNIS DAN KEPUTUSAN

BERETIKA

KELOMPOK ANGGOTA : 1. Nabilla Tri Maharani

2. Sofiani Putri

3. Galuh Puspa Rini


RASIONALITAS DALAM ASPEK SUBSTANTIF
Ada 2 aspek dalam pengambilan keputusan:

1. Aspek substantif, aspek yang berhubungan dengan materi pengambilan keputusan. Aspek tersebut mencakup
elemen – elemen substantive yang diperhatikan agar pengambilan keputusan menjadi rasional.

2. Aspek administratif, berkaitan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk memilih administratif terbaik. Aspek
administrative harus mencakup proses penelitian dan pemeriksaan yang seksama oleh pihak yang independent
terhadap pengusul keputusan.
POHON KEPUTUSAN
Jay Haizer dan Barry Render dalam “operation management”, Seventh Edition menyatakan bahwa prosedur yang
ditempuh pada waktu menyusun pohon keputusan adalah sebagai berikut:

1. Memastikan bahwa semua kemungkinan alternative “tidak melakukan apa –apa” telah dimasukkan ke dalam
pohon keputusan sebagai cabang alternative.

2. Memastikan bahwa semua kondisi (state of nature) telah diindentifikasikan untuk setiap cabang alternative dan
dimaksukan ke dalam pohon keputusan.

3. Nilai (pay off) dicantumkan pada akhir setiap cabang (alternatif) yang tepat. Ia adalah hasil jika cabang tersebut
dapat dicapai.

4. Tujuan yang diinginkan dicapai adalah menentukan nilai taksiran (expected value) tindakan yang paling baik.
RESIKO DALAM KEPUTUSAN
Resiko adalah jabaran dari ketidakpastian yang disebabkan oleh dimensi waktu yang belum terjadi. Namun resiko
diperhitungkan dari sisi negative ketidak pastian masa depan. Oleh karena itu resiko selalu dihubungkan dengan
kemungkinan kerugian, sisi positif dari varians masa depan pada umumnya tidak dipertimbangkan. Ada dua elemen
dalam menganalisis resiko dan pengambilan keputusan:

1. Ketidakastian, untuk mengatasi ketidak pastian dimunculkan konsep probabilitas terjadinya suatu peristiwa
masa depan.

2. Konsekuensi, nilai dari kondisi dengan mempertimbangkan kriteria – kriteria yang digunakan.

 
INTEGRITAS DALAM ASPEK ADMINISTRATIF
Pengambilan keputusan berintegritas harus memenuhisyarat-syarat sebagai berikut :

1. Memenuhi syarat rasionalitas

2. Mengacu pada visi dan misi

3. Berpedoman pada nilai dan etika

4. Mengikuti system dan prosedur yang berlaku

5. Didasarkan atas karakter (itikad) yang baik

6. Menaati regulasi (peraturan) yang berlaku

7. Mematuhi kontrak yang dibuat

8. Memperhatikan kepentingan stakeholder
KEPUTUSAN BISNIS
Pengambilan keputusan bisnis dapat dibedakan berdasarkan sifat dan jenis sesuai dengan jangka waktu yang dicakup
dan dampaknya terhadap perusahaan.

1. keputusan bisnis dikelompokkan menurut sifatnya yaitu; keputusan, strategis, taktis atau operasional.

2. Keputusan bisnis dikelompokan menurut jenis atau bidang; pasokan produksi, pemasaran, penjualan, sumber
daya manusia, keuangan, danlain sebagainya.

3. Jangkauan keputusan berdasarkan waktu yang dicakup dapat bersifat jangka Panjang, jangkamenengah, atau
jangka pendek.

4. Keputusan strategis mencakup waktu yang panjang.

5. Keputusan taktis berjangka menengah.

6. Keputusan operasional berjangka waktu pendek


PERTIMBANGAN ETIKA
Contoh: Pemilihan calon direktur utama untuk diputuskan dalam rapat umum pemegang saham. Ada 2 calon
(alternatif),yaitu: Tuan Badu (Alternatif 1) dan Tuan Edi (Alternatif 2). Kriteria Yang digunakan dalam penilaian
adalah pendidikan (Kriteria A), pengalaman (Kriteria B), dan karakter (Kriteria C). Calon yang terpilih diharapkan
dapat menaikkan pangsa pasar sebesar 10 persen selama, jangka waktu lima tahun. Asumsi tentang kondisi
didasarkan atas perkembangan ekonomi nasional. Menurut analisis eksternal dan internal, kenaikan pangsa pasar
pada berbagai kondisi dan probabilitasnya sebagai berikut:

1. Kondisi I, kenaikan pangsa pasar 15 persen, probabilitas 10 persen

2. Kondisi II, pangsa pasar naik 10 persen, probabilitas 30 persen

3. Kondisi III, pangsa pasar naik 5 persen, probabilitas 60 persen


ELEMEN ETIKA
Jika standar untuk ukuran etika sudah ditetapkan,
persoalannya kemudian dapat dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan - pertanyaan berikut yang berbeda untuk
setiap standar.
1. Apa yang mencerminkan unsur etika?
Pertanyaan pertama berkaitan dengan kriteria yang
digunakan oleh masing – masing paham untuk
menunjukkan baik-tidaknya suatu perilaku atau Tabel 17.1 menyajikan ringkasan unsur etika berdasarkan
perbuatan
filosofi utilitarianisme, deontologisme, dan virtuisme
2. Siapa yang harus menikmati?
Pertanyaan kedua berkaitan dengan sasaran yang ingin yang dapat digunakan sebagai ukuran dari masing-
dituju atau demi kepentingan siapa kriteria itu masing paham.
dimunculkan.
3. Bagaimana mengukur unsur tersebut?
Tolak ukur yang lebih operasional dimaksudkan untuk
menjawab pertanyaan ketiga.
Evaluasi Kepentingan Stakeholder
1. Bagian I merupakan syarat perlu (necessary condition)
dari sebuah keputusan bisnis. Yaitu, sebuah keputusan
tidak boleh melanggar hati nurani (etika murni), bukan
tindakan yang mencoba untuk menyiasati etika, kontrak,
dan regulasi dengan akibat kerugian bagi pihak lain
(moral hazard), dan bukan merupakan tindakan melanggar
hukum (fraud).

2. Bagian II merupakan syarat cukup (sufficient condition).


Jawaban "tidak" perlu dikaji alasan dan pengaruhnya
terhadap reputasi perusahaan. Banyaknya jawaban "ya"
atas pertanyaan - pertanyaan di bagian ini menunjukkan
tingkat keetisan dari suatu keputusan. Untuk
mencerminkan adanya prioritas, jawaban "ya", dapat
dijabarkan lagi menjadi bentuk skala, misalnya High (H),
Medium (M), atau Low (L).
Hierarki dan Prioritas
Dalam pengambilan keputusan bisnis, hierarki, dan prioritas etika, sebagai bahan pertimbangan, dapat berbeda
antara satu keputusan dan keputusan yang lain. Perbedaan itu ditentukan oleh jenis dan sifat keputusan yang akan
diambil. Jenis berkaitan dengan bidang kegiatan untuk tujuan apa keputusan tersebut dibuat, misalnya keputusan
tentang pengadaan barang dan jasa, produksi, pemasaran, penjualan, pendanaan, kepegawaian, dan lain sebagainya.

Sifat mengacu pada luasnya jangkauan pengaruh, misalnya keputusan yang bersifat strategis, taktis, atau
operasional. Hierarki berarti letak etika dalam setiap pengambilan keputusan, misalnya:

1. Sangat Penting (Di atas)

2. Tidak penting (Di bawah)

3. Biasa- biasa saja (Di tengah)

Prioritas tercermin dalam bobot yang diberikan untuk etika dalam pengambilan keputusan, misalnya berat (tinggi),
sedang (medium), atau ringan (rendah).
Konsekuensi
Tahap berikut dari evaluasi elemen etika dalam
pengambilan keputusan bisnis adalah mengkuantifisir
elemen-elemen tersebut. Tidak semua elemen dapat
dikuantifisir. Banyak pelaksanaan dari elemen - elemen
itu yang hanya dapat dilihat melalui proses. Elemen
etika yang paling dapat dikuantifisir adalah manfaat atau
kesejahteraan. Untuk tiap - tiap stakeholder dapat
ditentukan parameter manfaatnya masing-masing
Penggabungan Konsekuensi
Dengan cara Analytical Hierarchy Process, pertimbangan etika dalam proses pengambilan keputusan dapat disajikan seperti
terlihat dalam Gambar 17.1. Hasil dari analisis tersebut adalah diperolehnya bobot setiap alternatif dalam suatu proses
pengambilan keputusan (pemecahan masalah atau pencapaian tujuan). Pada akhirnya, yang dicari adalah nilai akhir
konsekuensi dari setiap alternatif (dalam bobot). Pengambilan keputusan dilakukan dengan memilih satu dari dua alternatif
yang tersedia.

Proses memasukkan unsur etika dengan metode seperti disajikan dalam Gambar 17.1 dapat diterapkan pada setiap
pengambilan keputusan dengan memperhatikan jenis atau sifat keputusannya. Jenis atau sifat keputusan menentukan bobot
yang akan diberikan pada sub -kriteria atau sub-sub kriteria yang dipakai. Sub-kriteria dan sub-sub kriteria yang dipakai untuk
etika dapat berbeda dengan sub-kriteria dan subsub kriteria untuk krteria lain. Konsekuensi dapat dihitung berdasarkan nilai
uang, unit angka lain, atau berdasarkan skala peringkat. Nilai uang, unit angka lain, atau skala peringkat diterapkan di tiap-
tiap alternatif dengan mempethatikan bobot masing masing sehingga dapat diperoleh nilai akhir dari alternatif .
Pelaporan
Pada akhirnya, perilaku atau perbuatan etis harus tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Namun, karena
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan ditentukan oleh standar yang berlaku, kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penerapan etika menjadi tidak dapat dilihat secara langsung dari laporan tersebut.
Alternatif terbaik adalah apabila program dan kebijakan etis kepada stakeholder disajikan dalam laporan tahunan. Ini
akan membuat reputasi perusahaan di mata investor meningkat.
Terima kasih

(Click the arrow when in Slide Show mode)

Anda mungkin juga menyukai